Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMGELOLAAN KELAS
‘’PENGATURAN RUANG KELAS’’

Di susun oleh:
1. Afif Usfiyanto (2019010010)
1. Afif usfiyanto (201905010010)
2. Siska khoiris (202005010092)

Dosen Pengampu : Hj. Sufinatin Aisida, M.Pd,I

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Manajemen Keuangan dengan
judul "Pengaturan Ruang Kelas, Pembinaan Disiplin dan Pembinaan Anak" tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Sidoarjo,1 Juni 2021


Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengaturan Ruang Kelas
B. Kondisi Ruang Kelas Yang Aman dan Nyaman
C. Lingkungan Fisik Kelas yang baik
D. Pembinaan Disiplin
E. Pembinaan Disiplin Anak
F. Penerapan Disiplin Kelas
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagian besar kondisi fisik dan pengaturan ruang kelas yang kurang sesuai memiliki
pengaruh terhadap kemungkinan munculnya gangguan terhadap proses belajar mengajar. Hal
tersebut dapat mempengaruhi kualitas konsentrasi siswa. Temperatur ruangan yang terlalu
dingin atau panas dan sistem ventilasi yang kacau misalnya, dapat menurunkan konsentrasi
siswa. Terkadang, perabotan serta materi fisik penunjang proses pembelajaran perlu ditata
sedemikian rupa untuk membuat siswa mampu memusatkan perhatian mereka terhadap
pembahasan dalam forum kelas. Karena peletakan media peraga atau material lain yang tidak
pada tempatnya akan menyebabkan terhalangnya pandangan siswa terhadap fokus
pembelajaran.
Agar tercipta suasana belajar yang nyaman dan efektif, seorang guru perlu
memperhatikan pengaturan dan penataan ruang kelas dalam proses belajar mengajar.
Karena ketika ruangan kelas tertata dengan teratur dan nyaman, proses pengajaran akan
berjalan dengan baik.
Pendidikan selain mengemban misi artistik sebenarnya juga mengemban misi normatif.
Misi normatif ini, lebih diaksentuasikan pada pengikutan atas norma-norma tertentu bagi
peserta didik, baik norma-norma yang menjadi tradisi di lembaga pendidikan maupun yang
termuat dalam aturan-aturannya. Norma-norma dan aturan-aturan tersebut, mengharuskan
peserta didik untuk mengikutinya.Para pendidik juga selayaknya menjadi contoh terdepan
dalam hal pentaatan terhadap tradisi dan aturan yang dikembangkan di lembaga pendidikan.
Kode etik merupakan terjemahan dari ethical code, adalah norma-norma yang mengatur
tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu.Ia berisi rumusan
baik-buruk, boleh-tidak boleh, terpuji-tidak terpuji, yang harus dipedomani oleh seseorang
dalam suatu lingkungan tertentu.
Dalam pelaksanan proses belajar mengajar terdapat berbagai permasalahan terkait
dengan penataan, pengaturan ruang kelas, dan pembinaan disiplin serta pembinaan anak pada
makalah ini kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian pengaturan ruang kelas?
2.    Bagaimana kondisi ruang kelas yang aman dan nyaman?
3.    Bagaimana lingkungan fisik kelas yang baik?
4.    Apa pengertian pembinaan disiplin?
5.    Apa pengertian pembinaan anak?
6.    Bagaimana penerapan disiplin kelas?
C.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian pengaturan ruang kelas.
2.      Untuk mengetahui kondisi ruang kelas yang aman dan nyaman.
3.      Untuk mengetahui lingkungan fisik kelas yang baik.
4.      Untuk mengetahui pengertian pembinaan disiplin.
5.      Untuk mengetahui pengertian pembinaan anak.
6.      Untuk mengetahui penerapan disiplin kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pengaturan Ruang Kelas
Pengaturan dapat pula diartikan dengan pengelolaan, menurut kamus bahasa Indonesia
kalimat ini berasal dari kata manajemen yang berarti penyelenggaraan. Menurut Winataputra,
menyatakan bahwa Pengelolaan Kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan
untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan
tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosoi-emosional yang positif , serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas
yang produktif dan efektif.
Akhmad Sudrajat, menyatakan bahwa : Pengelolaan Kelas lebih berkaitan dengan upaya-
upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan
perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat
waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang
(peserta didik) dan fasilitas. Sedangkan menurut Winzer menyatakan bahwa pengelolaan
kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak
terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan
akademis dan sosial.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang
memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal.
Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran
yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang / fasilitas. Kegiatan guru
tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang
diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan
ajar, lingkungan kelas (cahaya, temperatur udara, ventilasi) dll.
B.  Kondisi Ruang Kelas Yang Aman dan Nyaman
Pengaturan kondisi kelas dan iklim belajar pengelolaan kelas dalam pengembangan
budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dengan kata lain
pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran,
seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang efektif
membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar
yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun
yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi
kelas yang kondusif. Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di
kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar
terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol
terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan
kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara
fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan
kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi
kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau
dilakukannya. Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan enam cara sebagai
berikut :
1.      Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2.      Penataan ruang belajar sebagai sentral pembelajaran
3.      Penetapan strategi pembelajaran
4.      Penilaian hasil belajar
5.      Pemanfaatan media dan sumber belajar
6.      Penciptaan atmosfir belajar yang menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan, dan
menguatkan.
Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim yang Kondusif Lingkungan sistem
pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat memperlancar proses belajar mengajar dikelas
seperti: Kompetensi dan kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran,
penggunaan metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses
belajar mengajar dan pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Keselurahan
aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian rupa dalam proses pembelajaran. Yang
menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang kondusif adalah penciptaan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan dan menguatkan.
1.    Menyenangkan dan mengasyikkan
Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan. Guru harus
berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat mengundang dan
mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang siswa
untuk berkreasi secara aktif. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran
yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru. Untuk
keperluan itu guru-guru dilatih :
a.    bersikap ramah
b.    membiasakan diri selalu tersenyum
c.    berkomunikasi dengan santun dan patut
d.   adil terhadap semua siswa
e.    senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
f.     menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang dekat
dengan kehidupan siswa.
2.    Mencerdaskan dan Menguatkan
Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif (pengetahuan) melainkan juga
dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah pentingnya adalah
bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pelajaran sehingga
menjadi adaptif. Dalam.keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen
pendidikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih untuk :
a.    Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga
dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
b.    Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, karena jika
anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga
mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar.
c.    Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan keleluasaan bagi siswa
dalam proses pembelajaran.
d.   Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan
menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah.
Selain itu, ada juga hal dalam pengaturan tata ruang kelas dan pengaturan tempat duduk
:
1. Pengaturan Tata Ruang Kelas
a.       Ventilasi dan Tata Cahaya
   Kondisi –kondisi yang perlu diperhatikan didalam ruang kelas adalah :
1)      Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas
2)      Sebaiknya tidak merokok
3)      Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
4)      Cahaya yang masuk harus cukup
5)      Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.
b.      Pemeliharaan Kebersihan dan Penataan Keindahan Ruang Kelas
1)   Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas
2)   Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban dikelas
c.    Penataan Keindahan
1)   Memasang hiasan dinding yang mempunyai nilai edukatif. Contohnya : burung garuda, teks
proklamasi, slogan pendidikan, foto pahlawan, peta/globe, dll.
2)   Mengatur tempat duduk siswa, lemari, rak buku, dan semacamnya secara rapi.
3)   Merapikan meja guru dengan memakai taplak meja, vas bunga, dan sebagainya.
2.    Pengaturan Ruang Duduk
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukaan tempat duduk yang tidak
mengganggu siswa, karena kurang aman atau tidak nyaman dipakai. Jika siswa duduk
berjam-jam di tempat duduk dengan keadaan tidak cukup aman dan tidak nyaman, mereka
tidak akan dapat berpikir tentang pelajaran tersebut dan terus menerus merasakan siksaan
sebagai akibat dari tempat duduk yang tidak nyaman.
a.    Segi Keamanan
Guru atau murid yang menempati tempat duduk tersebut benar-benar merasa aman
sehingga tidak perlu khawatir akan jatuh atau celaka. Dengan demikian mereka dapat
berkonsentrasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
b.    Segi Kenyamanan
Kenyamanan di sini bukan berarti tempat duduk itu harus empuk (tetapi jika mampu
demikian tidak masalah), melainkan tempat duduk tersebut cukup enak digunakan, dilihat
dari alas yang diduduki harus datar dan jangan sampai miring, mempunyai sandaran, tidak
terlalu ke depan atau ke belakang. Perbedaan tinggi antara tempat duduk dengan tempat
menulis harus memadai.
c.    Segi Ukuran
Agar merasa aman dan nyaman, sebaiknya diperhatikan kondisi tempat duduk yang
memenuhi hal-hal berikut :
1)   Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat duduk siswa, agar guru mudah mengawasi setiap
kegiatan siswa. Meja dan kursi siswa sebaiknya terpisah, agar memudahkan untuk dalam
kegiatan proses belajar mengajar.
2)   Bentuknya sederhana, kokoh dan bahannya kuat.
3)   Ukuran daun meja adalah 100cm x 50cm (standar)
4)   Tinggi meja kurang lebih setinggi pinggul siswa.
5)   Tinggi kursi kurang lebih setinggi lutut siswa.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu
tempat duduk untuk beberapa orang, atau hanya untuk seorang siswa. Sebaiknya tempat
duduk siswa ukurannya tidak terlau besar, agar mudah diubah-ubah formasi tempat duduknya
sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, pada pengajaran dengan cara berdiskusi, maka formasi
tempat duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode
ceramah, tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang kebelakang atau berbentuk
farmasi tapal kuda (pola ini guru berada di tengah siswa). Pola ini dapat digunakan apabila
pelajaran banyak memerlukan tanya jawab antara guru dan siswa dan lebih memudahkan
saling berkomunikasi atau konsultasi. Di samping susunan meja dan kursi yang fleksibel
menurut pola formasi tertentu, khususnya siswa SD/TK pada waktu mengikuti kegiatan
belajar mengajar tidak terlalu terpaku duduk di kursi akan tetapi dapat juga duduk di tikar
atau karpet yang bergambar atau berabjad, belajar mereka harus disesuaikan dengan kegiatan
yang dilaksanakan pada waktu itu, karena siswa TK perlu lebih banyak praktik untuk melatih
kecerdasan psikomotorik mereka.1[1]

C.  Lingkungan Fisik Kelas yang baik


Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan dan
penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya
memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara kuasa untuk
membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan perlu diperhatikan hal-hal berikut: Ukuran
dan bentuk kelas, bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa, jumlah siswa dalam kelas,
jumlah siswa dalam setiap kelompok, jumlah kelompok dalam kelas, komposisi siswa dalam
kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dan wanita)2[2]
Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan
pendidikan subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat
menciptakan kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan hendaknya mencerminkan
kepribadian guru dan penghargaan atas usaha siswa nya. Siswa harus dibuat secara terus
menerus memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi
sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Langkah-langkah praktis yang dapat ditempuh guru :

1[1] Hery Hernawan, Asep, 2006, Pengelolaan Kelas, Bandung, UPI PRESS, hlm. 9.

2[2] Djamarah, Syaiful Bahri, 1996, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 227.
1.        Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat, harus ada bukti bahwa guru perduli  terhadap
kebersihan kelas untuk kesehatan semua siswanya.
2.        Lingkungan fisik kelas harus megandung unsur kesehatan seperti peredaran udara dan cahaya
yang memadai sangat diperlukan. Bila sinar matahari masuk terlalu tajam pada papan tulis
atau wajah siswa, atau bila ada tetesan air pada musim hujan guru harus berusaha sebisa
mungkin agar selama proses pembelajaran tidak terganggu..

3.        Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan menyenangkan,
dinding kelas harus dibuat hidup dengan proses kerja yang dilakukan oleh siswa dan dengan
koleksi benda-benda yang menarik dari daerah sekitarnya. Guru harus selalu ingat bahwa
setiap benda yang ada dalam kelas itu menyampaikan pesan dalam proses pembelajaran.
4.        Guru membagi dan membuat tanggung jawab terhadap siswa yang ada dikelas tersebut, dan
tidak hanya milik guru. Siswa juga harus berperan penting dalam membuat keputusan
mengenai tata kelas, dekorasi dan sebagainya.
5.        Banyak hal yang harus dipertimbangkan bila mengorganisasi lingkungan fisik kelas.
Penataan dan dekorasi harus terlihat oleh semua siswa dan juga harus sering diubah. Setiap
gambar dekorasi harus mempunyai makna dan tujuan tertentu.
6.        Guru harus menyadari adanya hubungan yang erat antara lingkungan fisik kelas, iklim
emosional kelas dan moral seluruh siswa.

D.  Pembinaan Disiplin


Kata disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada belajar dan
mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat dengan istilah “disiple” yang berarti mengikuti
orang belajar dibawah pengawasan seorang pemimpin. Di dalam pembicaraan disiplin
dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain
merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang
menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Di antara kedua istilah tersebut terlebih dahulu
terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian disiplin.
Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap
bentuk-bentuk aturan. Disiplin merupakan sikap mental. Disiplin pada hakekatnya adalah
pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa
ketaatan , kepatuhan yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban
dalam rangka pencapaian tujuan.
Disiplin berkaitan pula dengan motivasi, karena dengan adanya disiplin anak terdorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu untuk mencapai apa yang diharapkan orang
lain darinya, apakah itu keluarga, guru, maupun teman-temannya.
Santoso menyatakan disiplin merupakan kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah
tertanam dalam diri seseorang sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan
secara berkesinambungan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan.
Rimm mengemukakan bahwa tujuan disiplin pada anak adalah mengarahkan anak agar
mereka belajar mengenai hal-hal baikyang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat
mereka sangat tergantung kepada disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri akan membuat
mereka hidup bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.3[3]
Inti dari disiplin ialah untuk mengajar, atau seseorang yang mengikuti ajaran. Bagi anak
tujuan jangka pendek dari disiplin ialah membuat anak supaya terlatih dan terkontrol, dengan
mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas atau
yang masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka panjang dari disiplin adalah untuk
perkembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self
direction) yaitu dalam hal mana anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan
pengendalian luar. Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan
berpedoman norma-norma yang jelas, standar-standar dan aturan-aturan yang sudah menjadi
milik sendiri. Karena itu di sekolah guru haruslah secara aktif dan terus menerus berusaha,
untuk memainkan peranan yang makin kecil dari pekerjaan pendisiplinan itu, dengan secara
bertahap melakukan pengembangan dan pengendalian disiplin pada anak sehingga anak
mampu melakukan pengarahan diri sendiri kelak. Disiplin kelas merupakan hal yang esensial
terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban kelas. Dalam semangat
pendekatan pendidikan disiplin hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip
demokrasi. Prinsip kemanusiaan dan demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek
bagi para guru dala mengambil kebijakan yang berhubungan dengan disiplin. Oleh karena itu,
pendekatan disiplin yang dilakukan oleh guru harus:
1.    Menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan;
2.    Mengembangkan dan membentuk profesionalisme personel dan sosial lulusan;
3.    Merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik;
4.    Menumbuhkan kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan guru dan peserta didik
tanpa ada kecurigaan dan kecemasan;
5.    Menghindari perasaan beban berat an rasa terpaksa dikalangan para peserta didik. Para
peserta didik, dengan disiplin diharapkan bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan
tertentu dan menjauhi larangan tertentu pula. Terciptanya kesediaan semacam ini harus

3 [3] http://www.scribd.com/doc/18120772/pembinaan-disiplin-kelas. Dikutip pada 5 april 2019 pukul


22.00 WIB.
dipelajari dan harus secara sadar diterima. Itu semua adalah dalam rangka memelihara
kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah.
Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah para peserta didik belajar hidup dengan
pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannnya. Lebih lanjut
dengan adanya pembiasaan tersebut maka akan tumbuh jiwa tentram dalam diri dan
masyarakat sekitar.
Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan
siswa. Menegakkan disiplin justru sebaiknya, ia ingin memberi kemerdekaan yang lebih
besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, juga kalau kebebasan
siswa terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan
mengalami frustasi dan kecemasan. Di sekolah disiplin banyak digunakan untuk mengontrol
tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan
optimal.
E.  Pembinaan Disiplin Anak
Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, merupakan  modal
dasar yang sangat penting bagi kehidupan yang sukses di masa depan. Berkaitan dengan hal
ini, peran guru membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga anak
merasa bahagia dan mampu menerima dirinya (self acceptance).
Pembiasaan disiplin pada diri anak penting karena dengan berdisiplin dapat memantapkan
peran sosial anak. Rua (2003) mengemukakan bahwa rahasia keberhasilan adalah
kedisiplinan. Orang yang terlatih disiplin akan lebih besar kemungkinannya meraih
keberhasilan ketimbang orang yang tidak disiplin. Tujuan dari disiplin adalah membentuk
perilaku anak, yang sesuai dengan peran yang ditentukan lingkungan atau kelompok
sosialnya. Untuk itu dalam penanaman disiplin ini perlu peran orang tua di rumah maupun
guru di sekolah.4[4]
Di rumah orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan model yang ditiru anak
dalam pembentukan disiplin diri. Selain itu arahan-arahan dan bimbingan orang tua
merupakan pedoman anak bertingkah laku agar dapat melakukan penyesuaian diri di
lingkungannya.
Begitu pula halnya di sekolah, seluruh personil sekolah adalah model bagi anak,
sedangkan arahan dan bimbingan serta aturan-aturan di sekolah umumnya dan aturan guru

4 [4] http://www.scribd.com/doc/18120772/pembinaan-disiplin-kelas. Dikutip pada 5 april 2019 pukul


22.00 WIB.
dalam kelas khususnya dapat membentuk perilaku anak dan mantapnya pembentukan
perannya dalam lingkungannya.
1.    Teknik Pembinaan Disiplin Kelas
Ada tiga macam teknik yang sudah dikenal dalam pembinaan disiplin yaitu teknik
otoriter, permisif, dan demokratis. Teknik ini dibedakan berdasar-kan bagaimana aturan
diterapkan pada anak
Menurut ada tiga macam disiplin.Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
otoritarian.Menurut konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan mempunyai disiplin tinggi
manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang
mengajar.Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive.Menurut konsep in,
peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan
sekolah.Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada peserta
didik.Ketiga, disiplin yang dibangun menurut konsep kebebasan yang terkendali atau
kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-
luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi dengan konsekuensi yang harus ia
tanggung sendiri. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive
di atas.Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan
terbimbing.Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan
kepada hal-hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal
yang destruktif maka dibimbing kembali kearah yang konstruktif .5[5]

a.    Teknik otoriter


Dalam teknik ini disiplin ditegakkan secara kaku. Penerapan hukuman pada anak
bertujuan untuk memperkuat kepatuhan anak akan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Bila
anak melakukan pelanggaran terhadap aturan tesebut, maka anak akan dihukum. Dalam
penerapan tehnik ini hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali penguatan positif
seperti senyuman, pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan.
Pengekangan pada anak sangat menonjol sekali terlihat dalam penerapan disiplin dengan
teknik otoriter ini. Pengekangan terkesan kaku sekali, tapi kadang kala bisa juga terkesan
tidak terlalu kaku. Dalam pengekangan yang kaku, anak harus berperilaku sesuai dengan
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, dan anak tidak diperbolehkan membuat membuat
keputusan sendiri. Guru punya otoritas yang sangat tinggi dalam menetapkan perilaku yang
harus ditampilkan, walaupun anak sering tidak paham mengapa harus berperilaku seperti itu.

5[5] Ali Imron, 1995, Manajemen Peserta Didik di Sekolah, Malang, Depdikbud IKIP Malang, hlm. 173.
Dalam hal ini anak tidak diberikan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan
perilaku mereka sendiri.
Pada disiplin otoriter yang tidak terlalu kaku, pengekakangan pada anak agak kurang
ditonjolkan, namun pengaturan terhadap perilaku anak tetap ada. Satu kelebihan dari teknik
ini adalah guru mencoba memahami keinginan-keinginan anak. Namun kadang-kadang
terlihat adanya larangan-larangan tidak masuk akal masih digunakan guru untuk
mengendalikan perilaku anak.
Penerapan teknik disiplin ini dapat menjadikan anak berperilaku yang diinginkan, patuh,
tenang menjadi anak yang manis, tapi anak secara diam-diam menaruh rasa tidak puas
terhadap tokoh otoritasnya yang memberikan aturan-aturan kepada anak dalam berperilaku.
Kepribadian anak menjadi kaku, tidak luwes dan sulit melakukan penyesuaian diri dengan
kelompoknya. Anak dalam setiap tindakannya dibayangi oleh perasan takut berbuat salah,
karena kesalahan dan pelanggaran dari aturan yang ditetapkan akan berakibat hukuman.
Namun jika kesalahan dan pelanggaran terlanjur dilakukan, maka untuk melindungi diri anak
akan berbohong, bahkan anak bisa tumbuh menjadi seorang yang licik dalam segala tindak
tanduknya.
Dalam penerapan teknik ini guru harus mempunyai kewibawaan dan otoritas terhadap
anak, yang menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dan kekuasaan terhadap anak yang
dihadapinya. Teknik ini jika diterapkan pada anak dalam kelas terkadang dapat menimbulkan
kekacauan, kecuali kalau guru mempunyai kemampuan yang cukup dalam mengelola
menguasai kelas. Untuk itu guru harus bersikap tegas dan punya banyak pengalaman dan
pengetahuan tentang apa-apa yang harus dilakukan anak sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangannya.
b.    Teknik permisif
Teknik permisif ini merupakan lawan dari teknik otoriter. Pada teknik ini guru
memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkan perilakunya. Dalam hal ini
campur tangan guru yang berlebihan dianggap suatu hambatan bagi anak dalam menentukan
segala tindakannya dalam berperilaku.
Teknik ini tidak mengarahkan anak untuk berperilaku yang sesuai dengan aturan dan
kebiasaan yang ada dalam kelompoknya. Anak diperbolehkan untuk melakukan apa saja.
Pola pengasuhan yang serba membolehkan ini dapat menimbulkan kesulitan bagi anak untuk
memutuskan sesuatu karena tidak ada patokan sama sekali dalam berperilaku. Pemahaman
anakyang masih rendah dan minimnya pengalaman dan pengetahuan mereka membuat
mereka bingung untuk berperilaku yang pantas. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya rasa
cemas, dan takutyangberlebihan. Sebaliknya anak akan menjadi agresif, karena sedikit sekali
pengawasan yang diberikan guru pada anak, sehingga anak merasa tidak takut dan
melakukan tindakan berdasarkan kemauan sendiri.
c.    Teknik demokratis
Penerapan teknik disiplin demokratis menekankan pada pemberian kesempatan pada anak
untuk tumbuh dan berkembang secara wajar. Dasar pemikiran dari teknik ini adalah
mengembangkan kendali tingkah laku sehingga anak mampu melakukan hal yang benar
tanpa harus diawasi dengan ketat. Dalam penerapan teknik ini anak berhak untuk
mengeluarkan pendapat, usul, dan inisitif, namun dalam penentuan keputusan anak akan
dibantu oleh guru. Untuk itu guru sering memberikan menggunakan penjelasan, diskusi dan
mengemukakan alasan-alasan dalam mengajarkan anak berperilaku.
Teknik disiplin demokratis dapat mengembangan kendali diri pada anak, sehingga
membuat anak merasa puas. Anak biasanya menjadi seorang yang dapat diajakbekerja sama,
mandiri, percaya diri, kreatif, dan ramah.
Dalam penerapan teknik disiplin ini guru bisa saja berpindah dari satu teknik ke teknik
yang lain. Di sinilah letak kearifan guru dalam menanamkan disiplin.
Ketiga teknik di atas mempunyai kelebihan dan kekurangannya, jadi tidak ada teknik
mana yang lebih baik dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun demikian banyak orang
cenderung berpendapat bahwa dalam menanamkan disiplin pada anak pendekatan demokratis
yang paling baik. Alasannya adalah: (a) karena anak diajak berbincang-bincang, bertukar
pikiran dan beradu argumentasi, (b) norma kedisipinan dapat dikaji ulang, (c) tidak ada
hukuman, (d) dapat membina penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, dan (e) mengajarkan
orang untuk bekerjasama, mengendalikan diri dengan tenang dan bersikap ra-mah pada orang
lain, (f) guru atau orang tua mempunyai hubungan dengan anak yang hangat dan bersahabat,
sehingga menjalin kerjasama, dan (g) dapat memuaskan anak, terutama yang usia pubertas,
mulai dewasa, sebab anak merasa diberi kepercayaan dan peluang untuk meng-atur tingkah
lakunya.

F.   Penerapan Disiplin Kelas


Pembinaan perilaku untuk anak MI dilakukan melalui pembiasaan perilaku,baik
diprogram guru maupun secara spontan, yang dimulai sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran. Dengan kata lain, penerapan disiplin
kelas harus dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai, dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung, selama istirahat/makan/bermain dan sesudah pelajaran berakhir.
1.      Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain
Pada waktu mengucapkan salam diharapkan perilaku anak, antara lain: (a) sopan dan
santun, (b) menunjukkan reaksi dan emosi yang wajar, (c) berani dan mempunyai rasa ingin
tahu yang besar, (d) meng-hormati orang lain, (e) menciptakan suasana keakraban, (f) melatih
keberanian, dan (g) mengembangkan sosialisasi.
2.      Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan
Pada waktu berdoa diharapkan anak berperilaku, antara lain: (a) memusatkan perhatian
dalam jangka waktu tertentu, (b) berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan, (c) rapi
dalam bertindak, (d) berani dan mempunyi rasa ingin tahu yang besar, (e) bersikap tertib, dan
tenang dalam berdoa, dan (f) mematuhi peraturan/tata tertib.
3.      Dalam kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan anak berperilaku: (a) rapi dalam bertindak,
berpakaian dan bekerja, (b) berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan, (c) berani
dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, (d) merasa puas atas prestasi yang dicapai dan
ingin terus meningkatkan, (e) bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, (f) menjaga
kebersihan lingkungan, (g) mengendalikan emosi, (h) menjaga keamanan diri, (i) sopan, dan
(j) tenggang rasa terhadap keadaan orang lain .
4.      Waktu Istirahat/Makan/Bermain
Pada waktu istirahat/makan/bermain diharapkan anak berperilaku: (a) berdoa sebelum
dan sesudah kegiatan, (b) tolong- menolong sesama teman, (c) rapi dalam bertindak,
berpakaian dan bekerja, (f) mengurus diri sendiri, (g) tenggang rasa terhadap keadaan orang
lain, (h) sabar menunggu giliran, (i) dapat membedakan milik sendiri dan orang lain, (j)
meminta tolong dengan baik, (k) mengucapkan terima kasih dengan baik, (1) membuang
sampah pada tempatnya, (m) menyimpan alat permainan setelah digunakan, (n) menjaga
keamanan diri, (o) mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, (p) mau dan dapat makan
sendiri, (q) mau membersihkan dan merapikan tempat makan, (r) tidak berebut mainan, (s)
menjaga kebersihan dan kesehatan.
5.      Waktu pembelajaran berakhir (pulang)
Pada waktu pembelajaran berakhir, diharapkan anak berperilaku; (a) memberikan hormat
kepada guru yang akan meninggalkan kelas, (b) berdoa sesudah selesainya kegiatan
pembelajaran, (c) meneliti tempat duduknya agar tidak ada barang yang ketinggalan, dan (d)
antri ke luar kelas (Depdikbud, 1998).
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk
menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang
kondusif dan maksimal. Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam
mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem
pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Agar tercipta
suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan dan penataan ruang
kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak
duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara kuasa untuk membantu siswa
dalam belajar. Disiplin kelas merupakan hal yang esensial terhadap terciptanya perilaku
tidak menyimpang dari ketertiban kelas. Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, merupakan  modal dasar yang sangat penting bagi kehidupan yang sukses di
masa depan. Berkaitan dengan hal ini, peran guru membantu anak menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sehingga anak merasa bahagia dan mampu menerima dirinya (self
acceptance).
Pembinaan perilaku untuk anak MI dilakukan melalui pembiasaan perilaku,baik
diprogram guru maupun secara spontan, yang dimulai sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung dan sampai berakhirnya pembelajaran. Dengan kata lain, penerapan disiplin
kelas harus dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai, dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung, selama istirahat/makan/bermain dan sesudah pelajaran berakhir.

B.  Saran
Kami sadar jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna membantu
menyempurnakan makalah yang telah kami buat supaya kedepannya akan semakin lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, 1995, Manajemen Peserta Didik di Sekolah, Malang, Depdikbud IKIP Malang.
Djamarah, Syaiful Bahri, 1996, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Hery Hernawan, Asep, 2006, Pengelolaan Kelas, Bandung, UPI PRESS.
http://www.scribd.com/doc/18120772/pembinaan-disiplin-kelas.

Anda mungkin juga menyukai