Anda di halaman 1dari 43

dr. Suzy Maria, Sp.

PD, K-AI

FOTO
JABATAN
Staf Medis Divisi Alergi Imunologi Klinik,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo / Universitas Indonesia
PENDIDIKAN
• 2020 Dokter Konsultan Alergi Imunologi Klinik,
Universitas Indonesia
• 2015 Dokter Spesialis Penyakit Dalam,
Universitas Indonesia
• 2009 Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Vaccination for Traveler During Pandemic
Lingkup Bahasan
• Pendahuluan
• Risiko penularan penyakit pada orang yang
bepergian
• Vaksin yang direkomendasikan pada orang
yang bepergian
Pendahuluan
• COVID-19 membuktikan pengaruh penyakit
infeksi dan pentingnya vaksinasi ketika
bepergian
• Pencegahan penyakit infeksi: prilaku, obat,
dan vaksinasi

1. Hatz et al. J Travel Med 2020;taaa149.


2. Steffen R, et al. J Travel Med 2008;15:145-6.
Faktor Risiko Infeksi

Tujuan
Endemisitas Musim
perjalanan

Moda
Akomodasi Aktivitas
transportasi

Status
Durasi
kesehatan

1. Herman J, et al. Medicine 2018;48:56-65.


2. Sanford et al. Am Fam Physician 2016;94:620-7.
Populasi Risiko Tinggi

Backpacking atau trekking

Usia lanjut

Imunokompromais

Bepergian jangka waktu lama

Lo Re V 3rd, et al. Am Fam Physician 2004;70:89-99.


Penularan Infeksi pada Orang yang
Bepergian
Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi

Droplet / airborne
Vektor
Makanan / minuman / air
nyamuk

Seksual Zoonotik
Tujuan Vaksinasi pada Orang
yang Bepergian

Mencegah penyebaran penyakit


lintas negara

Tujuan
Melindungi tiap individu yang
bepergian dari penyakit infeksi
Waktu Konsultasi Sebelum Bepergian
• Idealnya 4-6 minggu sebelum berangkat
• Jika tidak ada catatan imunisasi dan tidak ada
tes serologi → anggap nonimun
• Jika waktu tidak mencukupi, tetap mulai
memberikan rangkaian imunisasi dengan
pemahaman bahwa imunitas lengkap
mungkin belum tercapai sebelum perjalanan

Leung et al. Ann Intern Med 2018;168:ITC1-16.


Tiga Kategori Vaksinasi pada
Orang yang Bepergian

Vaksinasi RUTIN

PERSYARATAN negara tujuan

DIREKOMENDASIKAN berdasarkan risiko


perjalanan

Herman J, et al. Medicine 2018;48:56-65.


VAKSINASI
RUTIN
Vaksinasi Rutin
• Orang yang bepergian lebih sering terkena
penyakit yang telah dicakup pada imunisasi rutin
• Beberapa vaksinasi rutin anak-anak
membutuhkan booster saat dewasa
• Orang dewasa, terutama lansia, mungkin tidak
pernah divaksinasi saat kecil
→Harus up to date dengan vaksin yang
direkomendasikan rutin
→Harus up to date dengan vaksin tambahan yang
direkomendasikan karena risiko pekerjaan, gaya
hidup, dan penyakit dasar
1. Herman J, et al. Medicine 2018;48:56-65.
2. Sanford et al. Am Fam Physician 2016;94:620-7.
Vaksinasi Rutin
• Jika vaksinasi rutin sudah diberikan, berikan
dosis booster sesuai anjuran
• Jika tidak pernah divaksinasi, berikan
imunisasi dosis primer (seri penuh)
• Jika bepergian dari daerah endemis ke daerah
non-endemis, pastikan sudah divaksinasi
lengkap terhadap penyakit tsb (bila vaksin
tersedia)

INTERNATIONAL TRAVEL AND HEALTH 2017


VAKSINASI YANG
DISYARATKAN
Vaksinasi yang Disyaratkan
• Beberapa negara meminta bukti vaksinasi
sebagai syarat memasuki negaranya
– Yellow fever (www.who.int/ith)
– Meningokok kuadrivalen (ACYW) untuk visa haji
atau umrah (Arab Saudi)
– Polio untuk orang yang datang dari negara dengan
transmisi polio

WHO INTERNATIONAL TRAVEL AND HEALTH – 1 JULY 2019


Herman J, et al. Medicine 2018;48:56-65.
YELLOW FEVER

https://www.cdc.gov/yellowfever/maps/index.html
Yellow Fever
• Infeksi flavivirus akut, disebarkan gigitan
nyamuk (Aedes sp., Haemagogus sp., Sabethes
sp.)
• Manifestasi klinis bervariasi, mulai dari gejala
yang self-limited seperti demam, malaise,
fotofobia, sakit kepala, hingga muntah dan
lemas yang dapat berlanjut menjadi ikterus
dan perdarahan
1. Buku Pedoman Imunisasi Dewasa PAPDI 2017
2. Green Book. UK Department of Health 2019.
Yellow Fever
• Tingkat fatalitas:
– Populasi lokal di daerah endemis: 5%, meningkat
hingga 20-30 % jika terjadi ikterus dan gejala berat
– Pendatang non-imun: >50%
• Kematian dalam 7-10 hari setelah awitan
penyakit
• Tidak ada pengobatan khusus
• Imunitas seumur hidup bila sembuh
1. Buku Pedoman Imunisasi Dewasa PAPDI 2017
2. Green Book. UK Department of Health 2019.
Vaksin Yellow Fever
• Virus hidup yang dilemahkan
• Diberikan pada orang yang mengunjungi atau berasal
dari daerah berisiko
• Kejadian ikutan terkait vaksin:
– Bayi <9 bulan: penyakit neurotropik
– Usia lanjut ≥60 tahun: penyakit neurotropik dan
viserotropik
• Vaksinasi diberikan setidaknya 10 hari sebelum sampai
di daerah endemis
• Imunitas 95-100%
• Validitas sertifikat vaksinasi terhadap yellow fever bagi
traveler berlaku seumur hidup (sejak 2016)
WHO INTERNATIONAL TRAVEL AND HEALTH – 15 NOVEMBER 2018
Leung et al. Ann Intern Med 2018;168:ITC1-16.
POLIO

https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/polio-interactive-map
Data Terkini Polio

http://polioeradication.org/
Poliomyelitis

• Disebabkan virus polio serotipe 1, 2, dan 3


• Diekskresikan selama 3-6 minggu di feses dan 2
minggu di saliva
• Pada negara endemis, penyakit paralitik
disebabkan virus polio yang muncul secara
alamiah di alam (wild virus)
• Pada negara non-endemis, polio paralitik terkait
vaksin (VAPP) disebabkan virus hidup yang
dilemahkan dari vaksin yang mendapatkan
kembali virulensinya
1. Buku Pedoman Imunisasi Dewasa PAPDI 2017
2. Green Book. UK Department of Health 2019.
3. Pink Book. US CDC. 2015
Vaksin poliomyelitis inaktif (IPV)
• Mengandung 3 serotipe virus
• Sediaan:
– Vial dosis multipel
– Kombinasi (untuk anak) dengan DTaP dan/atau
Hib dan/atau HBV
• Proteksi 90% setelah 2 dosis, 99% setelah 3
dosis
• IPV kurang memicu imunitas gastrointestinal
1. Buku Pedoman Imunisasi Dewasa PAPDI 2017
2. Pink Book. US CDC. 2015
Vaksin Poliomyelitis Oral (OPV)
• Virus hidup yang dilemahkan
– OPV trivalent, tidak lagi digunakan di Indonesia sejak
Mei 2015
– OPV bivalen (serotipe 1 dan 3)
– OPV monovalent (serotipe 1 atau serotipe 2)
• Virus diekskresikan di feses hingga 6 minggu
setelah vaksinasi
• Imunitas 50% setelah 1 dosis, >95% setelah 3
dosis
• Sangat baik untuk memicu imunitas intestinal
1. Buku Pedoman Imunisasi Dewasa PAPDI 2017
2. Pink Book. US CDC. 2015
Mengunjungi Daerah dengan
Transmisi Polio
• Semua orang yang mengunjungi daerah dengan
transmisi polio harus sudah mendapatkan
vaksinasi polio primer (OPV atau IPV) dan
booster 1 kali lagi sebelum bepergian jika vaksin
terakhir diberikan >12 bulan sebelumnya
• Jika dosis primer tidak lengkap, harus dilengkapi
sebelum berangkat
– Dosis pertama: sesegera mungkin
– Dosis kedua: 1-2 bulan setelah dosis pertama
– Dosis ketiga: 6-12 bulan setelah dosis kedua

WHO. International Travel and Health. 2019.


Berasal dari Daerah dengan
Transmisi Polio
• Sebelum pergi ke luar negeri, individu yang
tinggal di daerah dengan transmisi polio harus
sudah melengkapi vaksin polio dosis primer,
terutama menggunakan OPV
• Beri dosis tambahan antara 4 minggu dan 12
bulan sebelum setiap perjalanan antarnegara
• Urgent traveler hendaknya mendapat 1 dosis
vaksin polio setidaknya saat berangkat

WHO. International Travel and Health. July 2019.


Berasal dari Daerah dengan
Transmisi Polio
Negara dengan wild
poliovirus or circulating • Dosis tambahan
vaccine-derived menggunakan bOPV
poliovirus (CVDPV1 or atau IPV
CVDPV3)

Negara dengan • Dosis tambahan


circulating vaccine-
derived poliovirus menggunakan IPV
(CVDPV2)

WHO. International Travel and Health. July 2019.


VAKSIN YANG
DIREKOMENDASIKAN
Imunisasi yang Direkomendasikan
karena Risiko Terkait Perjalanan
• Dianjurkan berdasarkan risiko penyakit terkait
rencana kegiatan selama perjalanan
• Pertimbangan:
– Epidemiologi penyakit di daerah tujuan
– Cara penularan
– Cara pencegahan selain vaksinasi
Vaksin yang dapat
direkomendasikan

• Influenza • Campak
• Rabies • Difteri, Pertusis
• Tifoid • Japanese encephalitis
• Hepatitis A • Meningokok
• Tick-born encephalitis • Kolera
• Hepatitis B • Yellow fever
Steffen R. J Travel Med 2018;1-13.
INFLUENZA
▪ Influenza terjadi di seluruh dunia
▪ Pada daerah 4 musim, influenza terjadi pada
musim dingin
oHemisfer Utara: November – April
oHemisfer Selatan: April – September
▪ Daerah tropis sepanjang tahun dengan
beberapa puncak pada musim hujan

WHO. International Travel and Health. 2012.


VAKSIN INFLUENZA
▪ Kelompok risiko tinggi: lansia, penderita penyakit
kronik, anak kecil
▪ Travelers, seperti penduduk lokal, berisiko selama
musim influenza
▪ Risiko tambahan traveler di tempat umum dan alat
transportasi
▪ Bila strain vaksin influenza untuk hemisfer Utara dan
Selatan berbeda, individu risiko tinggi hendaknya
mendapatkan vaksinasi hemisfer yang berbeda 2
minggu sebelum perjalanan
WHO. International Travel and Health. 2012.
VAKSIN INFLUENZA
▪ Dua jenis vaksin influenza:
▪ Inaktif (trivalent, quadrivalent)
▪ Hidup-dilemahkan (tidak tersedia di Indonesia)
▪ Dibutuhkan dosis ulangan setiap tahun karena
menurunnya antibody pascavaksin 1 tahun dan adanya
antigenic drift virus influenza yang bersirkulasi

1. Pink Book. US CDC. 2015


2. www.moh.gov.sa
Vaksin Tifoid
• Tipe vaksin tifoid:
– Vaksin injeksi polisakarida Vi kapsular:
• Monovalen, 1 dosis, proteksi setelah 7 hari
• Kombinasi tifoid dan hepatitis A, 1 dosis, pengulangan
dengan dosis monovalent
– Vaksin oral hidup dilemahkan (tidak tersedia di
Indonesia): 1 pil selang sehari, total 4 pil (dosis selesai
dalam 7 hari), proteksi setelah 7 hari dari dosis
terakhir
• Proteksi 50-80%, vaksin injeksi proteksi selama 2
tahun dan vaksin oral proteksi selama 5 tahun
• Vaksin konjugat (uji klinis fase 2 di Indonesia)
1. WHO. International Travel and Health. 2017.
2. Medise et al. PLoS One 2019;14:e0211784.
Hepatitis A
• Risiko pada orang non-imun bila terpapar pada hygiene, sanitasi,
dan kontrol air minum yang rendah
• Populasi risiko tinggi: pasien imunosupresi dan pasien penyakit hati
kronik, pria homoseksual, pengguna narkoba suntik, penerima
transfusi darah kronik
• Sediaan vaksin Hepatitis A:
– Vaksin inaktif
• Monovalen (2 dosis)
• Kombinasi Hepatitis A dan B (3 dosis)
• Kombinasi Hepatitis A dan tifoid (dosis tunggal, pengulangan dengan dosis
monovalen)
– Vaksin hidup-dilemahkan (tidak tersedia di Indonesia)
• Pada vaksin monovalen, proteksi tercapai dalam 2-4 minggu setelah
dosis pertama

WHO. International Travel and Health. 2017.


HEPATITIS A EPIDEMIOLOGY

Jacobsen. Cold Spring Harb Perspect Med 2018.


PNEUMOCOCCAL
▪ Perjalanan umumnya tidak meningkatkan risiko penyakit
pneumokokal, tetapi akses layanan kesehatan mungkin
terbatas selama bepergian → luaran penyakit lebih buruk
→ Vaksinasi pneumokok dianjurkan pada populasi risiko
tinggi penyakit penumokok invasif
Vaksin COVID-19 terkait Traveling
• Tersedia beberapa jenis vaksin COVID-19
• Program vaksinasi COVID-19 antarnegara berbeda
• Pemberian vaksin COVID-19 diberi jarak dengan
vaksin lain → tantangan untuk mengintegrasikan
vaksinasi COVID-19 ke jadwal vaksinasi pre-
traveling lainnya
• Mutasi virus SARS-CoV-2 yang terus terjadi
• Sertifikat vaksinasi sudah menjadi syarat
perjalanan di berbagai negara
Risiko Transmisi COVID-19 selama
perjalanan
• Kasus impor (transmisi terjadi di tempat tujuan)
• Transmisi di sarana transportasi (contoh: kabin
pesawat)
→ Risiko transmisi infeksi droplet pada
penumpang pesawat dalam jarak 2 baris sekitar
6%, risiko jarak yang lebih jauh sekitar 2%
• Transmisi di sistem travel (contoh: terminal,
stasiun, bandara)
• Transmisi juga bisa melalui benda atau tangan
yang terkontaminasi

Pang et al. Travel Med Infect Dis 2021;43:102133.


Hertzberg et al. Annals of Global Health 2016;82(5):819–23 .
Vaksin COVID-19 yang masuk
Emergency Use Listing di WHO

Oxford/ Janssen (Johnson &


Pfizer/ BioNTech Moderna
Astrazeneca Johnson)

Sinovac/ Covishield (Oxford/


Sinopharm
AstraZeneca Covaxin
(Beijing) Coronavac formulation)
BEPERGIAN DI MASA
PANDEMI COVID-19
• Gunakan masker
• Sering mencuci tangan
• Jaga jarak ≥2 meter
• Karantina sesuai aturan pemerintah setempat
• Hindari bepergian bila tidak perlu ☺
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai