Laporan Pendauluan Lilitan Tali Pusat
Laporan Pendauluan Lilitan Tali Pusat
1
1.2.1 Fasia
Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak
yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan
fibrosa. Fasia profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu
dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat
antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari
bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdalam otot
abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia
transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel
lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat
bersama-sama meliputi struktur tubuh.
2
musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus
dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding
abdomen pada bagian samping dan depan. Serat obliquus externus
berjalan ke arah bawah dan atas, serat obliquus internus berjalan
ke atas dan ke depan ; serat transverses (otot terdalam dari otot
ketiga dinding perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga
otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang
menutupi rectus abdominis.
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran
inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen
janin. (Sarwono, 2008).
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga
harus dipotong dan diikat atau dijepit. (Sarwono, 2008).
Tali pusat sangatlah penting. Janin bebas bergerak dalam cairan amnion,
sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik.
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar
kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Tali pusat dapat membentuk
lilitan sekitar badan, bahu, tungkai atas / bawah, leher. Keadaan ini
dijumpai pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan
bayinya yang kecil.
3
tali pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-
placenter, juga menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-
pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung
oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi hipoksia.
2.2 Etiologi
Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya kehamilan janin belum
memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan
jumlah air ketuban berlebihan ( polihidramnion) kemungkinan bayi terlilit
tali pusat.
Tali pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi
rata-rata 50 – 60 cm, namun tiap bayi mempunyai tali pusat bebeda-beda.
Dikatakan panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika kurang
dari 30 cm.
Puntiran tali pusat secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi pada
trimester pertama dan kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke
janin melalui tali pusat terhambat total. Karena dalam usia kehamilan
umumnya bayi bergerak bebas.
Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal
tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami
hipoksia / kekurangan oksigen.
4
2.4 Patofisiologi
Kesulitan yang mungkin terjadi berkaitan dengan tali pusat dapat
dijabarkan sebagai berikut:
2.4.1 Tali pusat pendek, artinya kurang dari 40 cm.
2.4.2 Gerak janin terbatas sehingga ada kemungkinan tumbuh
kembangnya terganggu.
2.4.3 Tarikan yang keras pada tali pusat pendek dapat menimbulkan
solusio plasenta.
2.4.4 Tali pusat yang pendek dapat terjadi karena:
Absolute pendek kurang dari 40 cm.
Terjadi karena lilitan tali pusat khususnya pada leher janin.
2.4.5 Tarikan tali pusat pendek karena lilitan tali pusat pada leher dapat
menimbulkan gangguan aliran nutrisi dengan akibat fetal distress.
2.4.6 Turunnya kepala janin ke PAP, dapat pula menimbulkan fetal
distress, karena lilitannya makin erat, sampai meninggal jika
tindakan terlambat.
2.4.7 Saat inpartu, tali pusat pendek dapat menimbulkan komplikasi:
2.4.8 Bagian terendah tidak dapat/sulit masuk pintu atas panggul, jalan
lahir sehingga tetap di atas simfisis.
2.4.9 Tarikan tali pusat pendek dapat menimbulkan inversion uteri
dengan segala komplikasinya.
Tali pusat panjang.
Karena tali pusat terlalu panjang dapat terjadi lilitan beberapa
kali di leher.
Aktivitas janin yang banyak dapat menimbulkan simpul tali
pusat sehingga apabila terjadi tarikan, maka simpul dapat
menyebabkan aliran nutrisi dan O2 berkurang dan
mengakibatkan fetal distress sampai janin meninggal intrauteri.
Pada janin hamil ganda monoatomik, tali pusatnya saling
berlilitan sehingga menimbulkan fetal distress dan kematian
intrauteri.
Tali pusat satu janin dapat saja melilit pada janin lainnya
dengan akibat yang sama (Manuaba, 2007; h.506-507).
2.5 Patway
5
Usia Kehamilan ≤ 8
bulan
Aliran nutrisi
Bayi kecil Air ketuban berlebih terganggu
Fetal distres
Tali pusar panjang
Perfusi O2
Ansietas sc Tali pusar terlilit ↓ Ke
jaringan
Tali pusar terpuntir
Insisi abdomen
PO2 darah &
Arus darah ke ibu
janin terhambat PCO2
Hipoventilasi
Jalan masuk
organisme Resiko gangguan
hubungan ibu janin Asfiksia
Resiko
infeksi : (Manuaba,
Sumber 2007; h.506-507).
2.6 Komplikasi
Kesulitan yang mungkin terjadi berkaitan dengan tali pusat dapat
dijabarkan menurut Manuaba (2007) sebagai berikut:
a. Tali pusat pendek, artinya kurang dari 40 cm.
1. Gerak janin terbatas sehingga ada kemungkinan tumbuh-
kembangnya terganggu.
2. Tarikan yang keras pada tali pusat pendek dapat menimbulkan
solusio plasenta.
3. Tali pusat yang pendek dapat terjadi karena:
Absolut pendek kurang dari 40 cm.
Terjadi karena lilitan tali pusat khususnya pada leher janin.
4. Tarikan tali pusat pendek karena lilitan tali pusat pada leher dapat
menimbulkan gangguan aliran nutrisi dengan akibat fetal distres.
5. Turunnya kepala janin ke PAP, dapat pula menimbulkan fetal
distres, karena lilitannya makin erat, sampai meninggal jika
tindakan terlambat.
6. Saat inpartu, tali pusat pendek dapat menimbulkan komplikasi:
Bagian terendah tidak dapat-sulit masuk pintu atas panggul,
jalan lahir sehingga tetap di atas simfisis.
6
Tarikan tali pusat pendek dapat menimbulkan inversio uterus
dengan segala komplikasinya.
b. Tali pusat yang panjang
1. Karena tali pusat terlalu panjang dapat terjadi lilitan beberapa kali
di leher.
2. Aktivitas janin yang banyak dapat menimbulkan simpultali pusat
sehingga apabila terjadi tarikan, maka simpul dapat menyebabkan
aliran nutrisi dan O2 berkurang dan mengakibatkan fetal distres
sampai janin meninggal intrauteri.
3. Pada janin hamil ganda monoamniotik, tali pusatnya dapat saling
berlilitan sehingga menimbulkan fetal distres dan kematian
intrauteri.
4. Tali pusat satu janin dapat saja melilit pada janin lainnya dengan
akibat yang sama.
7
Nama, umur : dalam kategori usia subur (15 – 49 tahun). Bila
didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih
dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi. Pendidikan,
pekerjaan dan alamat klien.
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan
anatara 38 –42 minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan
yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering,
teratur, kuat, adanya blood show (pengeluaran darah campur lendir),
kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
3.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami yang
dapat memperberat persalinan.
3.1.4 Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, keturunan
hamil kembar pada klien, TBC, hepatitis, penyakit kelamin,
memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga
memperberat persalinannya.
3.1.5 Pemeriksaaan fisik
3.1.5.1 Keadaan umum
a. Tinggi badan dan berat badan.
Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih
pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena
kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat
badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan
peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg.
b. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak
dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira-kira 10
mmHg.Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau
tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
c. Suhu badan nadi dan pernafasan.
Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara
360-370 C, bila suhu lebih dari 370C dianggap ada kelainan.
Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 37 0C-
37,50C masih dianggap normal karena kelelahan. Keadaan
nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, Bila suhu naik
8
keadaan nadi akan bertambah pula, hal itu juga dapat
disebabkan karena adanya perdarahan.
9
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis
penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-
kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis.
10
Rentan terhadap diskontinuitas hubungan simbolik ibu-janin sebagai
akibat kondisi komorbid atau terkait kehamilan, yang dapat
mengganggu kesehatan.
3.2.5 Faktor yang berhubungan
Adanya penganiayaan (mis., fisik, psikososial, seksual)
Gangguan metabolisme glukosa (mis. Diabetes, penggunaan
steroid)
Gangguan transfor oksigen (karena anemia, penyakit jantung,
asma, hipertensi, kejang, persalinan prematur, hemoragi, dll)
Komplikasi kehamilan (mis., pecah ketuban dini, plasenta
previa/abrupsio, gestasi kembar).
Penyalahgunaan zat
Perawatan prenatal tidak adekuat
Program pengobatan
11
Kemasukkan objek kecil ke Pelapis lunak (mis., bagian
jalan napas. alat yang lepas ditempatkan
Masuk ke kulkas/freezer dekat bayi).
kosong Pemanas yang berbahan
Melahap makanan bakar
berukuran besar yang Tali jemuran yang dipasang
memenuhi mulut. rendah.
Memanaskan kendaraan di
dalam garasi tertutup.
Internal
Cedera wajah/leher Kurangnya pengetahuan
Gangguan emosi tentang kewaspadaan
Gangguan fungsi kognitif
Gangguan fungsi motorik keselamatan
Penurunan sensasi penciuman
3.3 Perencanaan
Diagnose 1 : nyeri akut
1.1.1.1 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1-3 kali 24 jam
nyeri pasien dapat berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut :
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Skala berkurang (0-2)
c. Pasien tanpak rileks
1.1.1.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensip meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu
memudahkan tindakan keperawatan.
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dari ekspresi
pasien.
b. Penyuluhan pada pasien/keluarga
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : teknik
relaksasi dan distraksi, terapi music, kompres hangat atau
dingin, masase dan tindakan pereda nyeri lainnya.
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
c. Kolaboratif
12
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat
yang terjadwal (misalnya : setiap 4 jam selama 36 jam)
atau PCA. Rasional : mengurangi nyeri.
2) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat. Rasional : penanganan dini pada nyeri
yang dirasa pasien.
3) Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau
jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
Rasional : menentukan tindakan penanganan nyeri lebih
lanjut.
d. Mandiri
1) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
Rasional : lingkungan yang panas, gaduh dan sebagainya
dapat mempengaruhi keadaan pasien yang dapat
berdampak pada rasa nyeri.
2) Pastikan pemberian analgesia terapi atau strategi
nonfarmakologi sebelum melakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri.
Rasional : mencegah bertambahnya rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
Mandiri :
1. Monitor kenaikan berat badan
2. Monitor gangguan hipertensi (tekanan darah, edema
pergelangan kaki, tangan dan wajah dan proteinuria)
3. Monitor denyut jantung janin
13
4. Ukur tinggi fundus dan bandingkan dengan usia gestasi
5. Monitor gerakan janin
14
3.3.4.14 Pencegahan asfirasi
3.3.4.15 Manajemen asma
3.3.4.16 Manajemen lingkungan : keselamatan
3.3.4.17 Monitor pernapasan
3.3.4.18 Terapi menelan
Daftar Pustaka
Manuaba.(2008). Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
15
Saifuddin, A. B. (2002). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal. Jakarta: JHPIEGO
Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R (2012). Buku saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC
(.................................................) (...................................................)
16
Preseptor Akademik,
17