Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KITAB PRIMBON DALAM TRADISI JAWA

Melania Delviani, Yessi Adriani, Widuri Cristiani Frans, Saptiana Sulastri

Fakultas Bahasa dan Seni


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pontianak
melaniadelviani@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengkarifikasikan, (b) mendeskripsikan makna,
dan (c) menemukan sistem kognisi dan kearifan lokal primbon Jawa. Jenis
penelitian ini adalah Historis dan deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini
adalah Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (KPBA). Tahapan penelitian ini
meliputi: (a) terjemahan harfiah, (b) analisis konteks, (c) analisis ciri-ciri khas
primbon, (d) analisis makna primbon, dan (e) menemukan sistem kognisi dan
kearifan lokal. Hasil penelitian sebagai berikut. Orang Jawa mengenal apa yang
namanya primbon. Primbon Jawa sebuah buku yang berisi hitungan rumit tentang
apa yang dialami oleh manusia. Mulai dari watak, arti nama, pekerjaan hingga
urusan percintaan dan terdapat ilmu titen yang membangun sebuah sistem kognisi
yang menghasilkan kearifan lokal berisi nasihat bijak untuk generasi mendatang.

Kata kunci: primbon jawa, sistem kognisi, kearifan lokal

ABSTRACT
This study aims to: (a) classify, (b) describe meaning, and (c) find the cognition
system and local wisdom of Javanese primbon. Types of research This is
historical and qualitative descriptive. The source of the data for this research is the
Book of Primbon Betalbas Adammakna (KPBA). The stages of the research
include: (a) literal translation; (b) analysis context; (c) analysis of the
characteristics of primbon; (d) analysis of the meaning of primbon; and (e) find
system of cognition and local wisdom. The results of the study are as follows.
Javanese people know what is called primbon. Primbon Jawa is a book that
contains complex calculations about what is experienced by humans. Starting
from the character, the meaning of the name, the work to the affairs of love and
there is Titen knowledge that build a cognition system that produces local wisdom
containing wise advice for future generations.

Keywords: Javanese primbon, cognition system, local wisdom


PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan diera yang sekarang dan teknologi yang


makin maju kegunaannya yang semakin meningkat, memudahkan masyarakat
untuk mengakses berbagai layanan yang semakin berkembang. Salah satu
faktornya adalah kebutuhan manusia yang menuntut hal-hal yang serba praktis,
cepat dan mudah dalam memanfaatkan teknologi tersebut.
Suku Jawa merupakan penduduk terbesar di indonesia, dari jumlah
penduduknya sendiri yang hampir mencapai setengan dari penduduk di indonesia
yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan atau adat-adat yang berlaku. Adat-istiadat
serta hitungan Primbon Jawa merupakan suatu bentuk kebiasaan yang berasal dari
nenek moyang yang diikuti dari zaman dahulu hingga saat ini dan masih
dilakukan oleh hampir semua masyarakat Jawa itu sendiri. Masyarakat Jawa dari
zaman dahulu hingga saat ini masih sangat kental dengan aturan-aturan adatnya
dan juga masih memegang teguh adat istiadat dan juga hitungan Primbon Jawa
warisan nenek moyang mereka, selain dalam acara hajatan mereka juga
melaksanakan adat istiadat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan
perkembangan zaman yang sangat cepat ini tidak mempengaruhi tradisi atau adat
dan juga Primbon Jawa yang berlaku di masyarakat tersebut, masyarakat yang
sekarang sudah mulai faham dengan ilmu agama tidak semata-mata meninggalkan
tradisi atau adat dan juga Primbon hitungan Jawa yang sudah ada dan berlaku
sejak zaman nenek moyang mereka yang dilakukan dalam berbagai macam hajat,
sepertihalnya acara pernikahan. Seiring dengan perkembangan zaman yang sangat
cepat.
Sekarang ini adanya bentuk ramalan-ramalan makin berkembang pesat
dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari ramalan horoscop, maupun ramalan jawa
yang bernama primbon. Ramalan primbon ini sudah ada sejak ratusan tahun yang
lalu. Bahkan sampai sekarang masih banyak yang mempercayainnya. Primbon
biasanya menceritakan tentang watak manusia, keberuntungan, pekerjaan,
perhitungan mengenai tempat tinggal, baik buruknya waktu kegiatan seperti acara
perkawinan, pindah rumah, acara sesajen dan lain sebagainya yang kebanyakan
didasarkan pada perhitungan hari dan pasaran.
Dengan menyadari akan kebutuhan masyarakat terhadap primbon, maka
munculah suatu keinginan untuk menciptakan suatu aplikasi primbon yang dapat
digunakan dengan praktis, mudah dan cepat.
METODE

Metode penelitian ini menggunakan tiga tahap stategi yaitu: (1) penyediaan data,
(2) analisis data, dan (3) penyajian analisis data. (Hartono, 2016). Data penelitian
disediakan dengan langkah-langkah: (1) penentuan data dan sumber data, dan (2)
teknik penyediaan data. Sumber data dalam penelitian ini berupa primbon Jawa
KPBA, sedangkan datanya adalah berbagai kitab primbon dalam tradisi Jawa.
Metode yang digunakan adalah metode Historis dan deskriptif kualitatif. Tujuan
metode historis untuk membuat rekonstruksi terhadap masa lampau secara
obyektif dan sistematis. Metode ini dapat mengungkapkan berbagai informasi
kualitatif yang disertai dengan deskriptif yang diteliti, akurat, serta penuh rasa dan
nuansa (Sutopo, 1996: 136). Metode penelitian ini menggunakan strategi berpikir
fenomenologis yang bersifat lentur dan terbuka serta dipusatkan analisisnya secara
induksi dengan meletakan data penelitian bukan saja sebagai alat pembuktian,
tetapi juga sebagai modal dasar untuk memahami fakta yang ada (Sutopo, 1996).
Langkah-langkah analisis data: (1) terjemahan harfiah dan bebas, (2) analisis
konteks (sesuai dengan faktor yang diteliti), (3) analisis klasifikasi beserta ciri-ciri
khas primbon, (4) analisis makna primbon, dan (5) menemukan sistem kognisi
dan kearifan lokal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Primbon adalah sistem ramalan yang umumnya didasarkan pada


perhitungan WETON Jawa yang bertujuan untuk memprediksi dan mengantisipasi
terhadap segala persoalan kehidupan manusia, mengenai perilaku, watak, jodoh,
tata letak, dan masih banyak lagi.
Salah satu warisan budaya leluhur, adat kebiasaan turun-temurun yang
senantiasa dilestarikan oleh masyarakat kita. Menata keharmonisan manusia
dengan alam untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaan, keberuntungan, dan
kesuksesan dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Konten dari situs ini dibuat
berdasarkan referensi atau bahan rujukan dari berbagai macam versi kitab
primbon dan ramalan yang sudah menjadi kepercayaan, yang dikemas dalam
suatu aplikasi interaktif untuk memudahkan penggunaannya. Demi kemajuan situs
ini, kami membuka diri terhadap segala bentuk masukan, kerjasama ataupun
sumbangan artikel oleh anda yang berkompeten. Akhir kata kami ucapkan,
"Selamat Menikmati!". Apapun hasil perhitungannya, kita sepenuhnya harus tetap
berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kitab primbon pada dasarnya adalah catatan tentang berbagai kejadian
yang telah berlalu namun telah dibukukan dengan rapi oleh pujangga atau orang
pintar sehingga catatan itu sampai sekarang bisa dipelajari dengan mudah.
Salah satu buku atau kitab primbon yang terkenal saat ini dan masih
digunakan sebagai rujukan untuk membaca situasi jaman saat ini adalah “ Betal
Jemur Adammakna” dan juga Baboning kitab primbon. Dua buku inilah yang
memuat berbagai macam catatan tentang kehidupan manusia , baik dari manusia
itu sendiri dan juga yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari dari
lahir sampai dengan meninggal dunia.
Ciri utama primbon adalah ramalan. Ramalan ini didasarkan pada ilmu
"titen" (pengalaman). Untuk menandai maka terdapat beberapa hal yang dijadikan
acuan seperti tanggal, bulan, dan tahun, terkadang ciri fisik, geneologi dsb. Maka
melalui ramalan ini seseorang bisa mengantisipasi kejadian kurang baik di masa
mendatang. Oleh sebab itu, dalam sebuah kitab primbon selain berisi ramalan dan
anjuran, juga berisi mantra-mantra.
Sejak jaman dahulu, sistem penanggalan atau penghitungan neptu weton
Jawa ini sudah biasa digunakan oleh masyarakat Jawa. Bukan hanya sebagai
penanda hari lahir saja ataupun untuk menggambarkan sifat, karakter dan nasib
seseorang, melainkan bisa juga digunakan untuk menentukan masa tanam dan
panen, meramal kecocokan jodoh, ataupun untuk meramalkan hari baik untuk
tujuan tertentu. Berbagai pakem dalam penghitungan ataupun penafsiran dari
weton sudah mengakar begitu dalam. Beragam metode, rumus, ataupun ketentuan
yang diyakini dari generasi ke generasi memiliki makna yang menjadi tuntunan
ataupun peringatan bagi yang mempercayainya. Weton anda adalah gabungan dari
tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, dll.) dengan lima hari pasaran Jawa
(Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35 (7 x 5) hari,
sehingga menurut perhitungan Jawa, hari lahir anda akan berulang setiap lima
minggu, dan setiap hari kelahiran memiliki pengaruh masing-masing dalam
menentukan sifat, karakter, dan nasib anda. Perhitungan weton ini sangat penting
bagi orang Jawa terutama saat akan melaksanakan suatu acara penting seperti
pernikahan, pindah rumah, dan lain-lain. Umumnya, weton digunakan untuk
menentukan tanggal yang baik untuk pelaksanaan acara tersebut menghindari hari
yang dianggap membawa peruntungan buruk. Karena digunakan untuk
menentukan keputusan penting, maka cara menghitung weton tidak bisa dilakukan
sembarangan. Biasanya perhitungan weton diserahkan kepada orang yang
dituakan dan dianggap memiliki cukup ilmu untuk melakukannya.
Orang Jawa begitu besar dalam memperhatikan keselamatan, sehingga
pada akhirnya akan tergolong orang beruntung (begja). Keberuntungan juga
ditandai apabila dalam pernikahan mendapat keturunan yang baik. Karena itu
filosofi Jawa "banyu kuwi mili mudhun", artinya bahwa perwatakan orang tua
akan menurun pada anaknya, selalu mendapat penekanan. Dengan kata lain,
perkawinan adalah masa persiapan atau peletakan fondasi keluarga, sehingga
selalu diupayakan menuju ke kesempurnaan hidup. Sempurna itu artinya tidak
mungkin mengalami kesulitan dan yang mendorong orang mencari sempurna itu
ialah pengharapan bahwa orang mungkin tidak mengalami kesulitan selamanya.
Dalam tradisi Jawa, memang jodoh termasuk misteri yang siapa pun tidak ada
yang tahu. Jelas. Karena, Tuhan jelas sedikitnya merahasiakan tiga hal: Pesthi,
Jodho, Wahyu. Untuk meraih tiga hal ini, dalam tradisi Jawa harus melalui
petungan khusus. Orang Jawa, ada yang sekedar menerapkan petungan untuk
mencari (menemukan) jodohnya. Ada pula, yang menerapkan petungan ke dalam
mistik, sekurang-kurangnya melalui tirakat.
Dalam menjalani tradisi kejawen demikian, orang Jawa selalu mengacu
pada budaya leluhur yang turun-temurun. Orang Jawa juga sering menyebut
leluwur artinya leluhur yang telah meninggal, tetapi memiliki karisma tertentu.
Leluhur dianggap memiliki kekuatan tertentu, apalagi kalau orang yang telah
meninggal tersebut tergolong wong tuwo (orang tua) baik dari segi umur maupun
ilmunya. Karena itu, sadar atau tidak orang kejawen telah banyak memanfaatkan
karya-karya leluhur sebagai pijakan dan pijaran hidupnya.
Primbon kelahiran digunakan untuk menyebut hari kelahiran sesuai
dengan penanggalan kalender jawa kuno. Untuk mengetahui neptu weton kamu
memerlukan angka dari hari (dino) dan pasaran, yakni sebagai berikut:
Dino – Pasaran Angka
Minggu 5
Senin 4
Selasa 3
Rabu 7
Kamis 8
Jumat 6
Sabtu 9
Kliwon 8
Legi 5
Pahing 9
Pon 7
Wage 4
Misalnya saja seorang anak lahir di hari Kamis Legi, maka neptu wetonnya adalah
sebagai berikut:
Neptu weton = 8 (Kamis) + 5 (Legi ) = 13
Jumlah neptu weton inilah yang akan mempengaruhi kepribadian dirimu.
Hubungan antara weton tanggal lahir dan kepribadian ini berasal dari pengamatan
mendalam selama ratusan tahun oleh masyarakat Jawa.
Primbon Jawa Arti Nama
Primbon Jawa bisa digunakan untuk melihat arti nama dari seorang. Lalu
bagaimanakah arti nama anda menurut Primbon Jawa? Langsung saja baca
penuturannya berikut ini:
1. Nama depan A memiliki makna jika orang yang berkaitan mempunyai
karakter yang arif
2. Nama depan B memiliki makna jika orang itu gampang geram
3. Nama depan C memiliki makna jika orang yang berkaitan memiliki sifat yang
menyukai bergurau atau humoris
4. Nama depan D memiliki makna jika orang yang berkaitan mempunyai
karakter yang pengasih
5. Nama depan E mempunyai makna jika orang itu mempunyai karakter yang
menyukai bohong
6. Nama depan F memiliki makna jika orang yang berkaitan mempunyai
karakter yang jujur dan junjung tinggi kejujuran
7. Nama depan G memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang baik
hati
8. Nama depan H memiliki makna jika orang yang berkaitan mempunyai
karakter yang gampang geram
9. Nama depan I memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang keras
kepala
10. Nama depan J mempunyai makna jika orang itu memiliki karakter yang
rendah hati
11. Nama depan K memiliki makna jika orang yang berkaitan mempunyai
karakter yang gampang sakit hati atau pendendam
12. Nama depan L memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang
pemalu
13. Nama depan M memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter gampang
berkawan
14. Nama depan N memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter gampang
geram
15. Nama depan O memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang
kurang setia atau sukai mendua
16. Nama depan P memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang bijak
arif
17. Nama depan Q memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang
pengasih
18. Nama depan R memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang
gampang geram
19. Nama depan S memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang
murah hati
20. Nama depan T memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter humoris
21. Nama depan U memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang
keras kepala
22. Nama depan V memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter yang
pemalu
23. Nama depan W memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter gampang
berkawan
24. Nama depan X memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter pemalu
25. Nama depan y memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter baik hati
26. Nama depan S memiliki makna jika orang itu mempunyai karakter keras
kepala

SISTEM KOGNISI DAN KEARIFAN LOKAL PRIMBON JAWA

Keesing (1981: 46) mengatakan bahwa kebudayaan adalah: sistem


adaptasi; sistem kognisi; sistem struktural; sistem simbolis; sistem ideasional.
Dalam uraian tersebut, ahli itu mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem
kognisi. ”Cognitive system is a system of knowledge, beliefs, and values. Culture
is an idealized cognitive system that exits in the minds of individiual members of
society” yang artinya sistem kognisi adalah suatu sistem penge-tahuan,
kepercayaan, dan nilai-nilai. Budaya adalah sistem kognisi yang diidealkan yang
ada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat.
Menurut Supriadi (2012: 1) nilai-nilai kearifan lokal sebagai pancaran
kultural bangsa Indonesia telah lama dikenal dalam kekayaan budaya dan
peradapan yang bermartabat. Orang Jawa zaman dahulu ketika memilih calon
menantu umumnya menggunakan kriteria bibit, bobot, bebet. Dalam Baoesastra
Djawa, Purwadarminta (1939) disebutkan bahwa bobot = kekayaan, bebet =
kain/pakaian yang berarti kehormatan. Bibit artinya benih, maksudnya asal-usul,
keturunan atau silsilah, dan garis mana seseorang dilahirkan. Bobot artinya
takaran berat, maksudnya adalah kecakapan, kemampuan, kepandaian atau
pendidikan. Bebet artinya harta atau kehormatan. Tiga kriteria tersebut, orangtua
pada umumnya menghendaki agar menantunya adalah seorang yang memenuhi
syarat, yakni: keturunan orang baik-baik, keluarga ter-pandang (bibit),
berkemampuan tinggi, pandai, terpelajar atau pendidikan tinggi (bobot), dan dari
keluarga terhormat (bebet). Dengan berpedoman pada tiga kriteria itu orang tua
berkeyakinan anaknya bakal bahagia, sehingga martabat orang tua turut terangkat.
Karena pertimbangan psikologis seperti itulah acuan cara memilih calon pasangan
hidup ini sekarang masih banyak dianut orang, meski secara formal dan terbuka
orang tidak lagi memakainya (Tartono, 2009: 94). Sistem kognisi yang ditemukan
dalam petung salaki rabi ’perjodohan’ adalah: siji pesthi, loro jodho, telu tibaning
wahyu, papat drajat, lima bandha. Pesthi artinya pasti, maksdunya kematian,
jodho berarti jodoh atau pasangan hidup, tibaning wahyu artinya keberutungan,
drajat berarti kedudukan, dan bandha artinya harta kekayaan.Kelima hal itu
merupakan sistem kognisi yang diyakini oleh orang Jawa sebagai puncak-puncak
hidup manusia yang berada di wilayah kekuasaan Tuhan. Terhadap kelimanya
orang sebagai titah (ciptaan) tidak mempunyai hak apa-apa selain pasrah atau
berserah diri. Terhadap kelima hal itu orang hanya boleh dan bisa berupaya,
misalnya mengusahakan agar badan sehat sehingga panjang umur, kalau sakit
dibawa ke rumah sakit untuk berobat, namun orang tidak mempunyai hak untuk
menentukan dan mengetahui kapan dia mati. Orang boleh memohon, namun
Tuhanlah yang berhak mengabulkan, menunda, atau menolaknya. Manusia boleh
merencanakan, Tuhanlah yang menentukan (Tartono, 2009: 396-397).

KESIMPULAN

Primbon adalah sistem ramalan yang umumnya didasarkan pada


perhitungan WETON Jawa yang bertujuan untuk memprediksi dan mengantisipasi
terhadap segala persoalan kehidupan manusia, mengenai perilaku, watak, jodoh,
tata letak, dan masih banyak lagi. Salah satu warisan budaya leluhur, adat
kebiasaan turun-temurun yang senantiasa dilestarikan oleh masyarakat kita.
Menata keharmonisan manusia dengan alam untuk memperoleh keselamatan,
kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan dalam segala aktivitas kehidupan
manusia Kitab primbon pada dasarnya adalah catatan tentang berbagai kejadian
yang telah berlalu namun telah dibukukan dengan rapi oleh pujangga atau orang
pintar sehingga catatan itu sampai sekarang bisa dipelajari dengan mudah. Salah
satu buku atau kitab primbon yang terkenal saat ini dan masih digunakan sebagai
rujukan untuk membaca situasi jaman saat ini adalah “ Betal Jemur Adammakna”
dan juga Baboning kitab primbon. Ciri utama primbon adalah ramalan. Ramalan
ini didasarkan pada ilmu "titen" (pengalaman). Untuk menandai maka terdapat
beberapa hal yang dijadikan acuan seperti tanggal, bulan, dan tahun, terkadang
ciri fisik, geneologi dsb. Maka melalui ramalan ini seseorang bisa mengantisipasi
kejadian kurang baik di masa mendatang. Orang Jawa begitu besar dalam
memperhatikan keselamatan, sehingga pada akhirnya akan tergolong orang
beruntung (begja). Dalam tradisi Jawa, memang jodoh termasuk misteri yang
siapa pun tidak ada yang tahu. Jelas. Karena, Tuhan jelas sedikitnya merahasiakan
tiga hal: Pesthi, Jodho, Wahyu. Untuk meraih tiga hal ini, dalam tradisi Jawa
harus melalui petungan khusus. Orang Jawa, ada yang sekedar menerapkan
petungan untuk mencari (menemukan) jodohnya. Ada pula, yang menerapkan
petungan ke dalam mistik, sekurang-kurangnya melalui tirakat.
Dalam menjalani tradisi kejawen demikian, orang Jawa selalu mengacu
pada budaya leluhur yang turun-temurun. Orang Jawa juga sering menyebut
leluwur artinya leluhur yang telah meninggal, tetapi memiliki karisma tertentu.
Leluhur dianggap memiliki kekuatan tertentu, apalagi kalau orang yang telah
meninggal tersebut tergolong wong tuwo (orang tua) baik dari segi umur maupun
ilmunya. Karena itu, sadar atau tidak orang kejawen telah banyak memanfaatkan
karya-karya leluhur sebagai pijakan dan pijaran hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Supriadi,Asep. 2012. “Kearifan Lokal Cerita Sangkuriang: Menuju Ketahan-an


Bangsa”. Meta Sastra. Jurnal Ter-akreditasi Nomor: 292/Akred-
LIPI/P2MBI/08/2010. ISSN 2085-7268. Volu-me 5 Nomor 1, Juli 2012,
hlm. 1-10

Wibawa, Sutrisna. 2013. “Nilai Filosofi Jawa dalam Serat Centhini”. Litera.
Jurnal Terakreditasi Nomor: 66b/DIKTI/Kep/2011. ISSN 1412-2596.
Volume 12, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 328-344.

Sutopo H.B. 1996. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS press.

Supriyadi. 2013. “Ungkapan-ungkapan Metaforis dalam Puisi-puisi Karya Agus


R.Sardjono”. Litera. Jurnal Terakreditasi Nomor: 66b/DIKTI/Kep/2011.
ISSN 1412-2596. Volume 12, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 312-327.

Anda mungkin juga menyukai