Anda di halaman 1dari 5

Teknik pemeriksaan dacriosistography

 Dacriosistography adalah pemeriksaan secara radiologi dari sistem nasolacrimal dengan


cara mengisi kanal luina dengan kontras yang radiopaque.

 Persiapan pasien:
- Penyesuaian data diri atau idetitas pasien
Data diri atau data pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, indkasi pemeriksaan,
permintaan tindakan radiologi dan lai sebagainnya.
- Untuk menghindari kejadian di luar dugaan yang tidak dikehendki yang dapat
menghambat jalannya pemeriksaan maka yang perlu diperhatikan benda-benda yang
digunakan oleh pasien yang bersifat radiopaque seperti anting, jepit rambut dan
sebagainya sebaiknya dilepas.
 Alat dan bahan :

Alat dan bahan yang dilakukan pemeriksaan dacriosistography terdiri dari unsterile dan steril

- Unsteril
(1) Ampul bahan kontras: lipiodol,ultra fluid, guerbet, media kontras yang
mengandung iodine
(2) Local anastesi tetes mata seperti opthoine, amethocdine 1%, atau lebih pantocaine
0,5%
(3) Gergaji ampul
(4) Senter lampu sorot
(5) Handuk kecil
(6) Pelindung mata atau penutup mata
- Steril
(1) Dilator tumpul yaitu alat yang digunakan untuk melebarkan punctum lacrimal
yang tidak dimasukkan bahan konrtas.
(2) Kanula lacrimal logam atau dua nilon kateter
(3) Kain kasa
(4) Kapas
(5) Spon dan aplikator
(6) Forceps ( sejenis catut) spon.
(7) Cairan yang mengandung garam.
 Media kontras: biasanya 1 ml lipoidol. Radionuklida technecium-99
 Indikasi pemeriksaan
Pada saluran air mata dapat terjadi penyumbatan atau hambatan, misalnya pada punctum
( karena terisi bulu mata dan menimbulkan rasa sakit yang disebut ektropi ) atau pada
canaliculi. Hal ini dapat menyebabkan air mata keluar berlebihan ( epifora ) dan
menimbulkan peradangan pada saluran air mata. Peradangan ini dapat menimbulkaan
abses dengan gejalaberupa pembengkakan yang berwarna kemerahan dan adanya rasa
sakit di bawah inner canthus. Hal ini di sebut Dacryocystitis.
Dacyocystitis dapat ditemukan mulai dari bayi sampai pada usia di atas empat puluh
tahun. Pada penyakit ini dapat terjadi akibat tertutupnya katup ductus nasolacrimal di
rongga hidung sehingga mudah menyebakna infeksi. Pada usia diatas empat puluh tahun
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita, akibat kelainan-kelainan seperti rinitis,
polip dan tumor.
Dacryocystitis kronik sering menyebabkan serangan akut. Biasanya kuman penyebab
dacryocystitis akut di temukan bercampur seperti Stafilococcus, Streptococcus, N.
Catarrahalis, H. Aegyptus, Pseudomonas aerugenosa dan Pneumococcus.
Indikasi pemeriksaan lainnya adalah investigasi dari perkembangan yang abnormal,
stenosis, ketebalan mukosa yang kronik.

INDIKASI:
- Dacryocysititis ( pembengkakan yang berwarna kemerahan dan adanya rasa sakit
dibawah canthus)
- Ektropi ( karena terisi bulu mata dan menimbulkan rasa sakit)
- Epifora ( dikarenakan ektropi yang menyebabkan air mata keluar berlebihan)
- Investigasi dari perkembangan yang abnormal
- Stenosis
- Ketebalan mukosa yang kronik
 Prosedur pemeriksaan
Tindakan pendahuluan. Sebelum bahan kontras dimasukan, dilakukan sebagai berikut
- Isi sakus lacrimal dikosongkan dengan memberi tekanan pada sakus tersebut.
- Mata ditetesi anastesi local. Beberpa detik setelah penetesan akan dirasakan
menyengat, namun hal ini hanya berlangsung sementara dalam waktu yang relative
sangat singkat.
- Diatas meja pemerksaan diberikan handuk kecil pada bagian dasar kepala penderita
atau pasien untunk menampung bahan kontras yang tumpah.
- Salah satu dari lubang mata ( punctum lacrimal) yang letaknya di inner canthus
dilebarkan dengan diletor. Maksud dari pelebaran ini adalah untuk memasukan
kanula kedalam reservoir air mata.
- Isi saksus dibersihkan dengan irigasi garam fisiologik. Larutan garam disemprotka
perlahan-lahan kedalam kantung air mata.

 Teknik pemasukan bahan kontras


- Teknik pemasukan bahan kontras dengan menggunakan kanula
Masukkan kanula ( Silver Lacrimal Canule ) kedalam punctum lakrimal yang
telah di dilatasi. Lakukan pemasukan kanula terlebih dahulu pada punctum bagian
bawah, bila tidak berhasil lakukan pada punctum bagian atas.
Siapkan bahan kontras dalam spuit ± 2 cc, bila kanula berhasil dimaksudkan susul
dengan pemasukan bahan kontras. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan cepat.
- Teknik pemasukan bahan kontras dengan menggunakan kateter
Kateter dimasukkan kedalam kantung air mata melalui punctum lakrimal bawah
kanan / kiri, sedangkan punctum bagian atas ditutup dengan dilator. Setelah kateter
masuk pasien diposisikan prone kemudian ujung kateter disambung dengan spuit
yang berisi bahan kontras, diletakkan disamping telinga untu memudahkan
pemasukan bahan kontras. Bahan kontras yang digunakan 2 cc sampai 4 cc.
- Teknik pemasukan bahan kontras dengan menggunakan wing needle

Wing needle yang telah dihubungkan dengan spuit berisi bahan kontras dimasukkan
ke dalam kantung air mata melalui punctum lakrimal bawah, sementara puncyum
lakrimal atas ditutup dengan dilator. Ubah posisi pasien dari supine menjadi prone.
Lanjutkan dengan pemasukan bahan kontras sedikit demi sedikit sampai kantung air mata
terasa penuh oleh bahan kontras. Bila terdapat kelebihan bahan kontras pada canthus atau
fornix maka harus dibersihkan.

 Teknik pemotretan
Untuk mengevalusi SPN (sinus para nasal) biasanya foto dengan posisi Caldwell,waters,
dan lateral dilakukan.
- Posisi caldwel
(1) Posisi pasien: berdiri atau duduk dengan kedua bahu terletak pada bidang
transversal.
(2) Posisi objek: dahi dan hidung menempel kaset, MSP, OML tegak lurus bidang
film
(3) Kaset: 18 x 24 cm
(4) CR: 15 ° caudally untuk OML dan 25 ° caudally untuk GML.
(5) CP: acnthion
(6) Ffd: 90 cm
- Posisi lateral
(1) Posisi pasien: berdiri atau duduk
(2) Posisi objek: kepala true lateral, os parietal menempel pada kaset,, MSP kepla
sejajar dengan film
(3) Kaset: 18 x 24 cm
(4) CR: horizontal tegak lurus mid sagittal plane
(5) CP: 2,5 cm posterior outer canthus
(6) FFD: 90 cm

Prosedur pemeriksaan : untuk mempercepat pemotretan setelah pemasukkan bahan kontras,


prosedur penyuntikkan biasanya dilakukan dengan pasien dududk didepan perlengkapan grid
vertical. Tetapi pasien dapat juga diposisikan supine untuk pengujian bahan kontras, kemudian
diposisikan prone untuk pemotretan. Setelah melakukan anastesi pada conjunctiva dan puncta,
radiolog melebarkan punctum lakrimal untuk diinjeksi ( bagian atas bila bagian bawah ditutup ),
kemudian masukkan jarum lakrimal berujung melingkar / bundar kedalam kanalikulus. Baik
tidaknya lakrimal dites dengan menggenanginya dengan cairan biasa yang mengandung garam
dan bila normal / baik pemeriksaan dapat dihentikan. Segera setelah pemasukkan bahan kontras
dan pencabutan jarum dilakukan, dilakukan pemotretan dengan posisi Caldwell atau Waters dan
posisi SPN lateral.

Proyeksi yang sama kembali dilakukan selang beberapa waktu untuk mengetahui kemajuan
bahan kontras melalui saluran. Setelah penyuntikkan, pemotretan biasanya dilakukan pada menit
ke-7 atau ke-10 dan pada menit ke-15 atau ke-20, dimana bahan kontras telah melaui saluran
yang baik dan terlihat pada lantai atau dasar rongga hidung dan pada mukosa faringeal
( pharyngeal mucosa ). Sisi lainnya dapat disuntik setelah pemotertan sisi pertama. Bila ini
dilakukan, perlu untuk merotasikan kepala pasien sedikit ( 10° – 15° ) menjauhi film untuk
memisahkan bayangan opasitas saluran bilateral pada proyeksi lateral.

Faktor eksposi yang digunakan untuk proyeksi SPN sangat baik untuk pemeriksaan kontras dari
sistem saluran air mata.

Menggunakan Canula :
Canula lakrimal yang terbuat dari perak dimasukkan melalui pintu masuk diujung kelopak mata
ke dalam kanal. Jika kanula sudah tepat pada tujuannya, baru sudah kontras disuntikkan.
Pemotretan harus lengkap dan dilakukan secepatnya segera setelah penyuntikkan, sebab bahan
kontras hanya akan berada dalam sistem saluran itu selama 15-30 detik saja. Pemotretan yang
dilakukan adalah Occipito-mental dan lateral seperti pada foto pendahuluan.

Menggunakan Cateter :

Sebagai pengganti canula digunakan cateter nilon. Jika cateter yang di gunakan, kedua mata
dapat diperiksa pada saat yan bersamaan. Tiap cateter disambung dengan spuit 2 cc dan diplester
diantara daun telinga dan pelipis yang bersangkutan. Sesudah itu pasien prone, posisi kepala
seperti untuk pemotretan occipito-mental pada foto pendahuluan, jangan sampai bergerak. Foto-
foto yang dibuat adalah :

a. Sebelum suntikkan diberi

b. Pada saat 1 cc bahan kontras telah dimasukkan

c. Jika suntikkan telah selesai semua

Foto-foto tersebut diproes dan disubtraksi. Jika hanya satu sisi yang disuntik , foto lateral
dilakukan seperti pada foto pendahuluan. Jika kedua sisi yang disuntik, foto lateral tidak
dilakukan sebab kontras yang ada pada sisi lainnya akan superposisi

Anda mungkin juga menyukai