Anda di halaman 1dari 19

Konsep Akad

dalam Fiqih Muamalah


Adib Muhammad
Pendahuluan

Dalam aktivitas ekonomi, manusia membutuhkan suatu kesepakatan dalam


bertransaksi agar memperoleh sebuah kejelasan

Oleh karena itu, untuk menciptakan sebuah kesepakatan sebagai ketentuan yang
wajib dipatuhi, maka dibutuhkan adanya suatu kontrak yang dalam hukum Islam
disebut sebagai akad.
Apa saja yang akan kita pelajari?

pengertian akad

apa rukun dan syarat akad

apa saja bentuk-bentuk akad finansial,

apa saja kewajiban dan hak dari pihak-pihak yang berakad,

dan bagaimana suatu akad berakhir


Pengertian Akad

Dari Segi Bahasa

Dari Segi Terminologi Fuqaha

Dari segi Perundang-undangan


Akad Secara Bahasa

Secara garis besar, akad dalam sudut pandang bahasa berarti ikatan dan
merupakan lawan kata dari kata al-hall (terlepas/terurai), baik ikatan
secara konkrit, seperti mengikat tali, maupun secara abstrak, seperti
mengikat janji.
Akad Secara Terminologi Fuqaha

Akad dalam pengertian umum, dimaksudkan untuk setiap perjanjian dan


komitmen yang telah dibuat sendiri oleh seseorang, baik itu sebagai
imbalan atas kewajiban lain seperti menjual dan menyewakan, atau
dengan satu keinginan untuk menetapkan, mengakhiri, atau
menghapuskan hak, seperti wakaf, perceraian, dan pembebasan utang

Adapun pengertian khusus yang dimaksudkan ketika berbicara tentang


nadzariyyah (teori) akad adalah: ikatan penawaran dengan penerimaan
secara sah menurut syariah dan pengaruhnya terlaksana pada objek akad
Akad Secara Perundangan

Pasal 1 UUPB pada angka 13 mengatakan: “Akad adalah kesepakatan tertulis antara
bank syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.”

UUSBSN dalam Pasal 1 angka 5 mengatakan: “Akad adalah perjanjian tertulis yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

Adapun KHES dalam Pasal 20 angka 1 mengatakan: “Akad adalah kesepakatan


dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan/atau tidak
melakukan perbuatan hukum tertentu
Rukun Akad

Shighat

Pihak yang melangsungkan Akad

Objek Akad
Shighat

Shighat adalah sesuatu yang menjadi sebab terjadinya akad, baik ucapan atau
tindakan sebagai penjelasan bagi kehendak pelaku kontrak dan pewujudan dari kata
hati mereka.Yang dimaksud ucapan adalah susunan kalimat yang menunjukkan
kehendak dua pihak atau lebih dalam membentuk akad, baik dengan lisan atau
dengan tulisan.

Perbuatan di sini ada dua: isyarat dan aksi.


Pihak Yang Melangsungkan Akad
Syakhshiyyah Thabi’iyyah adalah manusia hidup yang punya sifat dan ciri-ciri tertentu, serta
berstatus mukallaf.

Syahshiyyah I’tibariyyah. Maksudnya, menganggap sekelompok orang yang mempunyai satu


tujuan sebagai manusia dalam ilzam dan iltizam tanpa menunjuk satu sosok. Seperti Baitul mal,
masjid, yayasan, perusahaan, dll

Wali, Wakil, dan Fudhuli (Orang Lain). Pembahasan wali dan wakil sudah banyak dibicarakan
dalam kitab-kitab fiqih. Maka, saya fokuskan pembahasan soal akad yang dilakukan secara
fadhalah. Yang dimaksud fudhuli adalah orang yang melakukan akad dengan menggunakan hak
orang lain tanpa izin darinya atau dari syara’
Objek Akad

Objek akad berupa muawad dan iwad. Muawwad atau Mutabarra’ bih
adalah barang atau objek tabarru’. Mu’awad disyaratkan harus: 1) berupa
harta dalam pandangan syara’ 2) nyata 3) bisa diserahkan.

Sedangkan Iwadl adalah sesuatu yang diberikan sebagai ganti dari barang,
bisa berupa uang (nuqud) atau yang lain. Jika bukan berupa uang,
syaratnya sama dengan muawwadl. Dan jika berupa uang, harus diketahui
sifat dan nominalnya
Syarat Akad Secara Umum

Pertama, Ijab harus utuh sampai adanya qabul.

Kedua, Kehendak harus selamat dari cacat. Ada beberapa catat yang merusak akad,
yaitu:Paksaan , Kesalahan, Tadlis (Pengaburan fakta), Ghabn (kerugian),

Ketiga, kesesuaian qabul dengan ijab dalam semua poin kesepakatan.

Keempat, ittishal langsung

Kelima, akad harus bermanfaat dan diterima oleh syara’ dan akal

Keenam, akad memenuhi syarat-syarat khusus


Jenis-jenis Akad

Menurut tujuan, akad dibagi dua: Tabarru’ dan Tijari

Menurut Keabsahan, akad ada tiga jenis: Akad Sahih, Akad Fasid, dan Akad Batil

Menurut nama, akad ada dua: Akad Bernama dan Akad tidak Bernama

Akad dari segi mengikat dan tidak mengikat ada dua: Akad Mengikat dan Akad
tidak Mengikat
Bentuk-bentuk Akad
Akad jual beli, yaitu: Salam, istishna’, murabahah, bai’ al-wafa, bai’ bi al-dhaman al-ajil, bai’
al-inah, bai’ al-tawarruq, bai’ al-dain.

Akad kemitraan, yaitu: Mudharabah (qiradl), Musyarakah, Muzara’ah, Musaqah, Mugharasah.

Akad sewa, yaitu: ijarah, ijarah muntahiyah bittamlik

Akad jasa, yaitu: hawalah, wadiah, rahn, wakalah, kafalah, ju’alah, syuf’ah, sharf.

Akad Sosial, yaitu: ‘ariyah, qardl, hibah, sedekah, hadiah, zakat, wakaf.
Produk Bank Syariah

Pendanaan:

A. Pola titipan (wadiah yad dhamanah), bentuk produknya adalah giro dan tabungan.

B. Pola pinjaman (qardl) bentuk produknya giro tabungan

C. Pola bagi hasil (mudharabah mutlaqah dan muqayyadah) tabungan, deposito,


investasi, dan obligasi.

D. Pola sewa (ijarah) bentuk produknya obligasi.


Pembiayaan

A. Pola Bagi hasil (mudharabah musyarakah) : invesment Financing.

B. Pola Jual Beli (mudharbah Salam Istishna’) : trade Financing

C. Pola Sewa (ijarah, ijarah wal iqtina’) Trade Financing

D. Pola Pinjaman (qard) dana talangan.


Jasa Perbankan

A. Pola titipan (wadiah yad amanah) jasa non-keuangan.

B. Pola bagi hasil (Mudharabah muqayyadah/channeling) jasa keuangan.

C. Pola lainnya (wakalah, kafalah, hawalah, rahn, ujr, sharf) jasa keuangan.

Sosial, Seperti Zakat, Infaq, Sedekah.


Berakhirnya Akad
1. Fasakh sebab fasid (ada syarat dan rukun yang tidak terpenuhi).
2. Pihak yang mempunyai hak khiyar memutuskan untuk membatalkan
akad.
3. Iqalah (dua pihak sepakat membatalkan akad)
4. Salah satu pihak tidak bisa melaksanakan poin akad
5. Habis masa akad
6. Terwujudnya tujuan dalam sebagian akad
7. Matinya salah satu Pihak.
Sekian

Anda mungkin juga menyukai