Anda di halaman 1dari 47

FORMULASI KOMBINASI EKSTRAK DAUN TEH HIJAU

(Camellia Sinensis) DAN AMILUM BENGKOANG


(Pachyrhizus Erosus) SEBAGAI SEDIAAN CLAY MASK

Proposal Karya Tulis Ilmiah


Diajukan untuk Melakukan Penelitian Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi D 3 Farmasi

Oleh :
MUTIARA AMALIA MAULIDINI
NIM. 1904277020

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2021
PERSETUJUAN

JUDUL : FORMULASI KOMBINASI EKSTRAK DAUN TEH HIJAU


(Camellia Sinensis) DAN AMILUM BENGKOANG (Pachyrhizus
Erosus) SEBAGAI SEDIAAN CLAY MASK
NAMA : MUTIARA AMALIA MAULIDINI
NIM : 1904277020
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh pembimbing
Program Studi D 3 Farmasi
Untuk diujiankan
Menyetujui,

Pembimbing I

apt. Panji Wahlanto., M.Farm. Ciamis, November 2021


NIK. 0432778108048

Pembimbing II

apt. Nurhidayati Harun., M.Farm. Ciamis, November 2021


NIK. 0432777915110

Mengetahui,
Ketua Program Studi D 3 Farmasi

apt. Nia Kurniasih., M.Sc.


NIK. 0432778208050

i
PENGESAHAN

JUDUL : FORMULASI KOMBINASI EKSTRAK DAUN TEH HIJA

NAMA : RIFKI MOHAMAD FIRDAUS


NIM : 1904277027
Proposal KTI ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Program Studi D 3 Farmasi
Pada November 2021
Mengesahkan,

Penguji I

……………………… (……………………………………..)
NIK.

Penguji II

……………………… (………………………………… ….)


NIK.

Penguji III

……………………… (……………………………………..)
NIK.

Mengetahui,

Wakil Ketua I Ketua


Program Studi D 3 Farmasi

Heni Marliany, SKM., M.Kep Nia Kurniasih, M.Sc., Apt


NIK. 0432777597012 NIK. 0432778208050

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul


“Formulasi Kombinasi Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Dan Amilum
Bengkoang (Pachyrhizus Erosus) Sebagai Sediaan Clay Mask” ini, sepenuhnya
karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari
karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan Karya Ilmiah.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan
institusi STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di kemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Ciamis, November 2021


Yang membuat pernyataan

Mutiara Amalia M
1904277020

iii
PERSETUJUAN AKSES

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : MUTIARA AMALIA MAULIDINI
NIM : 1904277020
Email : mutiaradjuhana@gmail.com
Program Studi : D 3 Farmasi
Judul KTI : FORMULASI KOMBINASI EKSTRAK DAUN TEH
HIJAU (Camellia Sinensis) DAN AMILUM BENGKOANG
(Pachyrhizus Erosus) SEBAGAI SEDIAAN CLAY MASK
Dengan ini menyatakan hak sepenuhnya kepada perpustakaan STIKes
Muhammadiyah Ciamis untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan
pengelolaan terhadap Proposal Karya Tulis Ilmiah saya dengan mengacu pada
ketentuan akses sebagai berikut (diberi tanda apabila menyetujui):
Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repository
Perpustakaan STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Ciamis, November 2021

Mutiara Amalia M

Mengetahui,
Pembimbing I

apt. Panji Wahlanto., M.Farm


NIK. 0432778108048

iv
INTISARI

FORMULASI KOMBINASI EKSTRAK DAUN TEH HIJAU (Camellia Sinensis)


DAN AMILUM BENGKOANG (Pachyrhizus Erosus) SEBAGAI SEDIAAN CLAY
MASK
Mutiara Amalia Maulidini, Panji Wahlanto, Nurhidayati Harun

Tanaman daun teh hijau dan umbi bengkoang merupakan tanaman yang
memiliki banyak manfaat, sehingga kedua tanaman tersebut dapat digunakan
sebagai alternatif untuk kecantikan dengan bahan alami yang dibuat dalam
bentuk sediaan clay mask. Kedua bahan ini memiliki kandungan senyawa
antioksidan, flavonoid, vitamin c dan lain-lain. Clay mask memiliki kemampuan
dasar untuk membersihkan kulit secara menyeluruh dan meremajakan kondisi
kulit khususnya pada kulit berminyak. Hal itu menjadi alasan pembuatan clay
mask pada penelitian ini. penelitian ini untuk mempelajari formulasi kombinasi
ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis) dan amilum bengkoang (Pachyrhizus
Erosus) dalam bentuk sediaan clay mask. Sediaan clay mask ini akan dibuat
dalam tiga formula dengan konsentrasi eksttrak daun teh dan amilum bengkoang
yang berbeda. Pembuatan akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan, setelah itu akan dilakukan uji sediaan fisik pada masing-masing
sediaan clay mask. Pengolahan data untuk uji evaluasi formulasi kombinasi ekstrak
daun teh hijau dan pati bengkoang akan dianalisis secara statistik dengan SPSS
menggunakan metode One Way ANOVA dan statistik Man Whitney.

Kata kunci : Formulasi kombinai, daun teh hijau, amilum bengkoang, clay mask

v
ABSTRACT

FORMULATION OF COMBINATION OF GREEN TEA (Camellia


Sinensis) LEAVES AND JIANG (Pachyrhizus Erosus) AMILUM
EXTRACTS AS CLAY MASK PREPARATIONS
Mutiara Amalia Maulidini, Panji Wahlanto, Nurhidayati Harun

Green tea leaves and yam tubers are plants that have many benefits, so
both plants can be used as an alternative for beauty with natural ingredients
made in clay mask dosage forms. Both of these ingredients contain antioxidant
compounds, flavonoids, vitamin C and others. Clay masks have the basic ability to
thoroughly cleanse the skin and rejuvenate the skin condition, especially for oily
skin. This is the reason for making clay masks in this study. This research was to
study the combination formulation of green tea leaf extract (Camellia Sinensis)
and bengkoang starch (Pachyrhizus Erosus) in clay mask dosage form. This clay
mask preparation will be made in three formulas with different concentrations of
tea leaf extract and yam bean starch. The manufacture will be carried out
according to a predetermined procedure, after which a physical preparation test
will be carried out on each clay mask preparation. Data processing for the
evaluation test of the combination formulation of green tea leaf extract and yam
starch will be statistically analyzed by SPSS using the One Way ANOVA method
and Man Whitney statistics

Keywords: Combination formulation, green tea leaves, starch yam, clay mask

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahirabbi atas taufik, rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelasaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Formulasi Kombinasi Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
Sinensis) dan Amilum Bengkoang (Pachyrhizus Erosus)”
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yeng telah membantu dalam penyusunan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kepada yang terhormat:
1. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. apt. Nia Kurniasih., M.Sc, selaku Ketua Program Studi D 3 Farmasi STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
3. apt. Panji Wahlanto., M.Farm, selaku Dosen wali sekaligus pembimbing I yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyususnan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini.
4. apt. Nurhidayati Harun., M.Farm. selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. H. Iif Taufiq El Haque.,S.Kep., Ners., MHKes, selaku pembimbing AIK yang
telah memberikan arahan dan bimbinganya dalam penyusunan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh staf dosen dan karyawan STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah
memberikan bimbingan dan masukan sejak penulis mengikuti perkuliahan di
Program Studi D 3 Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis demi tersusunya
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ayah (Asep Tahyan Yohana) dan Ibu (Yayah Rokayah) serta kakakku tercinta
(Dendi Adrian Yohana., S.Kep., Ners.,) yang tiada hentinya memberikan
motivasi, kasih sayang, semangat, bimbingan, arahan, doa dan rizki
8. Teman kost putri Lebsi 53 yang selalu bersama sama dalam melewati momen
selama 3 tahun yang selalu memberikan dukungan, dorongan serta motivasi
vii
yang senantiasa mencurahkan do’a-Nya disetiap keadaan secara tulus dan
ikhlas.
9. Rekan-rekan sejawat Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini.
Teriring do’a tulus, semoga segala bantuan dan amal baik yang telah
diberikan mendapat ridho dan imbalan yang berlimpah dari Allah SWT. Amiin.
Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dibidang
kefarmasian

Ciamis, November 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN..................................................................................................... i
PENGESAHAN………………………………………………………………………………………………………….ii
PERNYATAAN .................................................................................................... iii
PERSETUJUAN AKSES .................................................................................... iv
INTISARI .............................................................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ixi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A.Latar Belakang .................................................................................................. 1
B.Batasan Masalah................................................................................................ 4
C.Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
D.Tujuan ................................................................................................................ 4
E.Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
F.Keaslian Penelitian ............................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
A. Kajian Teori ...................................................................................................... 7
1.Tanaman Teh ........................................................................................................ 7
2.Tanaman Bengkoang ............................................................................................ 9
3.Ekstrak................................................................................................................ 12
4.Ekstraksi ............................................................................................................. 12
5.Struktur Lapisan Kulit ......................................... Error! Bookmark not defined.
6.Masker ................................................................................................................ 14
7.Clay Mask .......................................................................................................... 15
8. Bahan-bahan Dalam Sediaan Masker Clay ........ Error! Bookmark not defined.
B.Penelitian yang Relevan .................................................................................. 16

ix
C.Kerangka Berfikir ........................................................................................... 19
D.Hipotesis ........................................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 20
A.Rancangan penelitian ...................................................................................... 20
B.Variabel dan Definisi Operasional ................................................................. 25
C.Alat Bahan yang Digunakan ......................................................................... 26
D.Prosedur ........................................................................................................... 26
E.Pengolahan dan Analisi Data.......................................................................... 27
F. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 29
1.Lokasi Penelitian ................................................................................................ 29
2.Waktu Penelitian ................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian .......................................................................................... 6
Tabel 3. 1Variabel dan Definisi Oprasional ................................................................. 21
Tabel 3. 2 Formula Modifikasi Sediaan Clay mask Ekstrak Daun Teh hijau
(Cameliia sinensis) dan Amilum Bengkoang (Pachyrhizus erosus) ........................... 24
Tabel 3. 3Rancangan Data Uji Organoleptik ............................................................... 27
Tabel 3. 4 Rancangan Data Uji pH................................................................................ 28
Tabel 3. 5 Rancangan Data Uji Homogenitas............................................................... 28
Tabel 3. 6 Rancangan Data Uji Waktu Pengeringan .................................................. 29
Tabel 3.7 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian…………………………………...

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tanaman Teh .............................................................................................. 7
Gambar 2. 2 Umbi Bengkoang......................................................................................... 9
Gambar 2. 3 Lapisan Kulit ............................................................................................ 14
Gambar 2. 4 Skema kerangka berpikir ........................................................................ 19
Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 20

xii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Mutiara Amalia Maulidini


Tempat Tanggal Lahir : Ciamis, 9 Juni 2000
Alamat : Desa Sidamulya Dsn Cibelah Rt/Rw
03/01 Cisaga, Ciamis

Pendidikan
1. TK Tunas Mulia : 2005-2007
2. SDN 1 Sidamulya : 2007-2013
3. SMPN 1 Cisaga : 2013-2016
4. SMAN 1 Banjar : 2016-2019

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tampil cantik dengan memiliki wajah yang bersih, sehat dan segar merupakan
dambaan setiap orang terlebih bagi kaum wanita. Saat ini para wanita banyak
menggunakan berbagai macam produk skin care baik yang berfungsi untuk
merawat kulit, tubuh, maupun tata arias. Ada banyak produk yang tersedia bagi
para wanita yang ingin merawat dan tentunya mempercantik tubuh, mulai dari
perawatan alami, tradisional. Salah satu sediaan skin care untuk perawatan kulit
adalah masker wajah (June, 2016).
Kulit merupakan organ yang melapisi seluruh permukaan tubuh makhluk hidup
dan mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada
kulit akan mengganggu kesehatan manusia maupun penampilan sehingga kulit
perlu dijaga dan dilindungi kesehatannya (Mardikasari, dkk 2017).
Masker wajah salah satu produk yang umum dipakai untuk perawatan kulit.
Salah satu jenis masker yang popular di masyarakat khususnya kaum wanita
adalah masker wash-off berbasis clay yang biasa disebut clay mask (Tri, dkk.,
2019). Selain memiliki kepopuleran dari produk masker wajah jenis ini, clay mask
memiliki bahan dasar kaolin dan bentonit dapat mengangkat kotoran pada pori-
pori, dan memiliki fungsi untuk mencegah timbulnya jerawat. Hal ini memiliki
manfaat yang sangat baik sebagai deep cleansing. Yaitu dapat membersihkan
kotoran yang menempel pada permukaan dan lapisan kulit yang lebih dalam,
mengangkat sel-sel kulit yang mati, memperbaiki pori-pori kulit, membersihkan
sisa minyak pada permukaan kulit, menghaluskan lapisan kulit, dan memberi
nutrisi sehingga kulit terlihat lebih cerah dan sehat (Fauziah, 2018).
Masker dengan bahan alami saat ini lebih banyak disukai oleh masyarakat
umum terutama bagi para wanita karena lebih alami dan tidak menimbulkan efek
samping yang membahayakan dari dampak penggunaan masker, dibandingkan

1
2

dengan masker yang telah dicampur dengan bahan kimia. Tujuan lain dari
penggunaan masker tradisional adalah lebih efisien dan ekonomis (Virgita, 2015).
Pemanfaatan tumbuhan di Indonesia secara tradisional semakin disukai karena
manfaatnya yang besar efek samping lebih kecil dari obat yang dibuat secara
sintesis. Penggunaan tumbuhan obat di masyarakat terutama untuk mencegah
penyakit, menjaga kesehatan tubuh maupun mengobati penyakit (Rukmana, R.,
Saputra S, 1995).
Banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman obat diantaranya
adalah daun teh hijau (camellia sinensis) dan umbi bengkoang (pachyrhizus
erosus) merupakan tanaman yang banyak kegunaannya bagi kesehatan. Selain
kaya akan vitamin juga berkhasiat sebagai antioksidan. Alasan dipilihnya kedua
bahan ini adalah sangat kaya akan kandungan manfaat didalamnya baik untuk
kesehatan maupun kecantikan.
Manusia mengambil manfaat dari berkah tanaman–tanaman, dan buah–buahan
serta biji–bijian. Seperti firman Allah SWT dalam Quran Surat Al – Baqarah ayat
22 yang berbunyi :
ِ ِ ِ ِ ‫لَكُ م أاْلَر‬ ِ َّ
ً‫ض ف َراشً ا َوال سَّ َم اءَ ب نَاءً َوأَنأ َز َل م َن ال سَّ َم اء مَ اء‬ َ ‫ُ أ‬ َ‫ا ل ذ ي َج عَ ل‬
‫ات رِ أزقًا لَكُ أم ۖ فَ ََل ََتأ عَ لُوا َِّّلِلِ أَنأ َد ادً ا َوأَنأ تُ أم تَ عأ لَمُ و َن‬
ِ ‫ال ثَّم ر‬
ََ ‫ج بِهِ مِ َن‬
َ ‫َخ َر‬
‫فَأ أ‬
Artinya : Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.
Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang kecantikan seorang
wanita
َ ‫ع ِن عنه هللا رضى ه َُري َرةَ أَ ِبى‬
: ‫عن‬ َ ‫قَا َل وسلم عليه هللا صلى النَّ ِب ِى‬: ‫ِل َما ِل َها ألَر َبع ال َمرأَةُ تُن َك ُح‬
‫سبِ َها‬
َ ‫و ِلدِينِ َها َو َج َما ِل َها َو ِل َح‬، ِ ‫ِين بِذَا‬
َ ‫ت فَاظفَر‬ ِ ‫يَدَاكَ ت َِربَت الد‬.(‫)البخاري رواه‬
“Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad SAW. telah berkata: Wanita
umumnya dinikahi karena 4 (empat) hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan
agamanya. Karena itu, pilihlah yang memiliki agama, kalian akan beruntung.”
3

Berdasarkan ayat dan hadist tersebut diatas, Maka Allah SWT telah
menciptakan berbagai macam tumbuhan yang bermanfaat untuk kehidupan
manusia, salah satu tumbuhan yang banyak tumbuh di lingkungan kita adalah
teh hijau. Dimana tanaman teh ini apabila diproses dengan cara pengambilan
ekstrak dari daunnya sebagai bahan alami bisa dipakai untuk sebuah proses
penelitian pembuatan produk masker dan dapat bermanfaat bagi kecantikan
wajah.
Dalam sebuah penelitian digunakan daun teh hijau (Cameliia Sinensis) dan
umbi bengkoang (Pachyrhizus Erosus) sebagai bahan yang memiliki banyak
manfaat sebagai anti penuaan dini. Daun teh hijau (Camellia Sinensis) dan umbi
bengkoang (Pachyrhizus Erosus) sangat bervariasi dalam hal antioksidan dan
potensi nutrisi (Enneb, dkk., 2020).
Bengkoang (pachyrhizus erosus) secara turun temurun telah dipercaya dan
digunakan di Indonesia untuk melindungi kulit dari sinar matahari dan dapat
mencerahkan kulit. Bengkuang mengandung 86-90% air, senyawa fenol, dan
saponin.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pemanfaatan
ekstrak daun teh hijau (camellia sinensis) sebagai bahan aktif pembuatan sediaan
masker wajah serbuk mengatakan bahwa daun teh hijau dapat digunakan sebagai
zat aktif dalam sediaan masker antioksidan (Sutarna, dkk 2016).
Selain itu juga dari hasil penelitian sebelumnya (Lintang, dkk 2014).
Menyebutkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak umbi bengkoang pada berbagai
umur panen, dikatakan bahwa semakin tua umur panen umbi bengkoang maka
aktivitas antioksidan yang dihasilkan oleh umbi bengkoang tersebut cenderung
meningkat. Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
formulasi kombinasi dari kedua bahan yaitu ekstrak daun teh hijau (camellia
sinensis) dan ekstrak pati bengkoang (pachyrhizus erosus) sebagai sediaan clay
mask. Masker wajah merupakan sesuatau yang digunakan untuk menutupi
permukaanwajah, sangat bermanfaat untuk menjaga dan merawat kulit wajah,
menyegarkan, memperbaiki serta mengencangkan kulit wajah. Selain itu
melancarkan peredaran darah, merangsang kembali fungsi sel-sel kulit,
4

mengangkat sel tanduk yang telah mati, sehingga berfungsi sebagai


pembersihyang paling efektif. Kemanfaatan dari masker tersebut maka akan lebih
baik bila dalam pemakaian yang teratur (Polumulo, 2015).
B. Batasan Masalah
Pada pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Batasan masalah mencakup
beberapa hal diantaranya :
1. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun teh hijau dan amilum umbi
bengkoang.
2. Sampel yang digunakan adalah daun teh hijau (camellia sinensis) yang
diperoleh dari Desa Kertanegla Tasikmalaya dan umbi bengkoang (pachyrhizus
erosus) yang diperoleh dari Kelurahan Situgede Kecamatan Panjalu.
3. Uji fisik meliputi uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, dan uji waktu
pengeringan sediaan.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun teh hijau dan amilum bengkoang dapat diformulasikan
dalam sediaan masker clay?
2. Bagaimanakah hasil evaluasi kelompok uji formula clay mask?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui formulasi kombinasi ekstrak teh hijau (camellia sinensis) dan
ekstrak bengkoang (pachyrhizus erosus) sebagai sediaan clay mask.
b. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun teh hijau (camellia sinensis) dan amilum
bengkoang (pachyrhizus erosus) untuk dikombinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses formulasi ekstrak teh hijau (camellia sinensis) dan ekstrak
bengkoang (pachyrhizus erosus) sebagai clay mask.
b. Dapat menentukan konsentrasi kadar ekstrak kombinasi hijau (camellia
sinensis) dan amilum bengkoang (pachyrrzus erosus)
5

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah kepustakaan di STIKes
Muhammadiyah Ciamis, Khususnya bagi mahasiswa yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut tentang Formulasi Kombinasi Ekstrak Daun Teh Hijau
(Camellia Sinensis) Dan Amilum Bengkoang (Pachyrhizus Erosus) Sebagai
Sediaan Clay Mask.
2. Manfaat Praktis
Manfaat dari penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini (KTI) ini adalah untuk
mengetahui apakah kombinasi ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis) dan
amilum bengkoang (Pachyrhizus Erosus) dapat dikombinasikan sebagai sediaan
masker clay.
6

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian

Judul Nama Tempat Tahun Persamaan Perbedaan


Formula M Ginting, K Fakultas 2020 Membuat Menggunakan
si dan Fitri, L Leny, Farmasi Dan sediaan yang bahan yang
Uji BK Lubis Kesehatan sama berbeda
Aktivita Institut
s Anti- Kesehatan
Aging Helvetia
dari Medan
Masker
Clay
Ekstrak
Etanol
Kentang
Kuning
(Solanu
m
Tuberos
um L)
Pengembanga Dachi, Fakultas 2021 Membuat Terdapat bahan
n Formulasi Joannasari Farmasi sediaan yang yang berbeda
Sediaan Clay Agatha Universitas sama
Mask Sumatera Utara
Mengandung
Ekstrak Buah
Labu Kuning
(Cucurbita
Moschata)
sebagai Anti
Penuaan Dini
pada Kulit
Pemanfaat EN Universitas 2020 Membuat Menggunakan
an Rahmasari, Negeri sediaan yang bahan yang
Belimbing A Surabaya sama berbeda
Wuluh Puspitorini
(Averrhoa
Bilimbi L)
dan
Minyak
Zaitun
Untuk
Masker
Perawatan
Kulit
Wajah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Tanaman Teh

Gambar 2. 1 Tanaman TehKlasifikasi Tanaman

Tanaman teh berasal dari kawasan India utara dan China selatan. Tumbuhan ini
umumnya ditanam di daerah perkebunan. Pohonnya kecil, batang tegak berkayu,
bercabang-cabang. Daunnya tunggal bertangkai pendek, letak berseling, Helai
daun kaku, bentuknya memanjang ujung dan pangkal runcing, panjang 6 - 8 cm,
lebar 2 – 6 cm warnanya hijau. Tanaman teh dapat tumbuh pada ketinggian 2300
dpl (Haryadi, J. 2013).
Secara ilmiah (camellia sinensis) dikelompokan dalam kelas dan susunan
taksonomi sebagai berikut ini :
Kingdom : Plantae
Superdivision : Angiospermae
Division : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Theaies
Family : Theaceae
Genus : Camelia
Spesies : Camellia sinensis L (Muljana, 1993)

7
8

a. Deskripsi Tanaman
Dalam budidaya tanaman teh dipangkas untuk membentuk tajuk yang pendek
sehingga memudahkan panen secara manual atau secara mekanis. Kebanyakan
teh di daerah tropis ditanam di dataran tinggi pegunungan. Sepintas, ciri
morfologis tanaman teh sebagai berikut (Haryadi, J. 2013).
1) Akar
Pohon teh mempunyai akar tunggang yang panjang, akar tunggang tersebut
masuk Kedalam lapisan tanah yang dalam. Percabangan akarnya pun banyak.
Berfungsi menyerap air dan hara, juga sebagai organ untuk menyimpan cadangan
makanan. Perakaran pohon ini akan menjadi baik jika mempunyai gerakan yang
leluasa, yaitu dapat menembus tanah dengan mudah dan juga bergerak
menyamping (Muljana, 2013).
2) Batang
Batang pohon teh tumbuh dengan lurus dan banyak, akan tetapi batangnya
mempunyai ukuran yang lebih kecil. Dikebun-kebun teh, biasanya pohon teh
dibentuk melebar dan pendek-pendek. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
pemeliharaan dan pemetikannya (Muljana, 2013).
3) Daun
Daun teh tumbuh berselang-seling pada cabang yang tumbuh dari ketiak daun.
Bagian tepi daun bergerigi halus. Helai daun yang cukup tebal, kaku, berbentuk
sudip melebar sampai sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm,
bertangkai pendek. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda
permukaan bawahnya berambut jika telah tua menjadi licin (Karta, S. 1992).
b. Manfaat dan Kandungan
Zat berkhasiat yang terkandung dalam teh hijau antara lain: polifenol, fluoride,
vitamin c, vitamin k, katekin, kafein, serta memiliki kandungan zat antioksidan di
dalamnya. Teh hijau juga memiliki kandungan mineral seperti kalium, kalsium,
natrium, flour, seng, dan juga mangan. Tanaman teh juga memiliki berbagai
kandungan alami di dalamnya, teh hijau banyak dikonsumsi untuk berbagai tujuan
kesehatan dan kecantikan antara lain:
9

1) Kesehatan kulit, Karena memiliki kandungan polifenol dan zat antioksidan,


mengkonsumsi teh hijau setiap hari akan membantu menyehatkan kulit,
menghindarkan kulit dari penuaan dini, mengencangkan kulit, dan menghilangkan
kusam pada wajah.
2) Mengurangi resiko kanker, Kandungan antioksidan pada teh hijau dapat
membantu menyehatkan setiap sel di dalam tubuh, sehingga menghindari resiko
kanker.
3) Dapat menangkal radikal bebas
4) Meningkatkan kinerja dan kemampuan otak. Teh hijau mengandung kafein
seperti kopi, namun dalam ukuran yang lebih sedikit. kandungan kafein ini akan
membantu meningkatkan kemampuan kerja neurotransmiter seperti dopamine dan
norepineprin, serta meningkatkan kemampuan memori dan reflek otak menjadi
lebih baik.
5) Mengurangi resiko penyakit jantung dan kolesterol. Teh hijau dapat
membantu menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh, membersihkan saluran
tubuh sehingga tidak menghambat peredaran darah akibat kolesterol yang dapat
menyebabkan darah tinggi (Tuty, H, 2016).

2. Tanaman Bengkoang
a. Klasifikasi Tanaman

Gambar 2. 2 Umbi Bengkoang


Bengkoang buah yang telah dikenal oleh masyarakat. Buah ini biasa
dimanfaatkan untuk dikonsumsi, maupun pengobatan alami. Bengkoang memiliki
bentuk fisik mirip dengan ubi jalar. Bengkoang adalah tanaman merambat. Bila
tidak mendapat tegakan/rambatan, batang bengkoang akan merayap di tanah.
Batang bengkoang sebesar lidi hingga sebesar kelingking tangan. Tinggi tanaman
10

tergantung tegakan yang digunakan. Bila bengkoang mendapat tegakan yang


tinggi, batang bengkuang juga akan mengikuti hingga tinggi (Hery, S, 2013).
Secara ilmiah (pachyrhizus erosus) dikelompokan dalam kelas dan susunan
taksonomi sebagai berikut ini :
Kingdom : Plantae
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Spesies : Pachyrhizus erosus (L)
Urb (Hery, S, 2013).

Bengkoang (Pachyrhizys erosus) dikenal dari umbi (cormus) putihnya yang bisa
dimakan sebagai komponen rujak dan asinan atau dijadikan masker untuk
menyegarkan wajah dan memutihkan kulit. Bagian umbi merupakan bagianyang
dikomsumsi dari tanaman bengkuang karena mengandung gula, pati dan
oligosakarida yang dikenal dengan nama inulin.
Tanaman ini memiliki panjang 2-6 m, bentuk dan majemuk, dengan 3 selebaran
per daun, banyak bunga dan sekali berbunga memiliki panjang hingga 55 cm.
Bunga dari jenis polong-polongan ini memiliki kelopak biru atau putih buah
legum, dengan panjang 6-13 cm dan lebar 8-17 mm serta berbulu ketika muda.
Bentuk benih pipih, bulat atau persegi, bewarna cokelat, hijau atau kemerahan.
Ukuran umbi bervariasi sesuai dengan kondisi pertumbuhan.
Walaupun umbinya dapat dimakan, namun bagian bengkuang yang lain seperti
biji sangat beracun karena mengandung rotenon, sejenis tuba. Racun ini sering
dipakai untuk membunuh serangga atau menangkap ikan. Biji bengkuang yang
telah masak kaya akan lipid yaitu lebih kurang 30%, namun tidak dapat dimakan
karena mengandung isoflavonaid yang tinggi yaitu rotenon, isoflavanon dari
furano-3-fenil kumarin yang sangat beracun bagi manusia (Hilman, 2012).
11

Umbi bengkuang tidak tahan terhadap suhu rendah, sehingga mudah mengalami
kerusakan. Karena itulah, umbi sebaiknya disimpan pada tempat kering bersuhu
maksimal 16℃. Umbi bengkuang dapat bertahan sekitar dua bulan dengan
penyimpanan pada kelembapan dan suhu yang sesuai (Astawan, 2009).
b. Manfaat dan Kandungan
Bagian yang dikonsumsi masyarakat dunia dari bengkuang adalah umbinya.
Didalam bengkuang terdapat beberapa kandungan gizi penting antara lain:
mineral, serat, vitamin c, vitamin e, asam folat, vitamin B6, asam pantotenat,
kalium, magnesiumzat besi, dan sejumlah kecil protein nabati (Liawati, dkk,
2013). Beberapa manfaat bengkuang untuk kesehatan antara lain sebagai berikut:
1) Mengatasi masalah pencernaan, dengan adanya serat pada bengkuang dapat
berdampak baik untuk mengatasi sembelit, perut kembung, diare, hingga
gangguan pencernaan lainnya.
2) Meningkatkan sistem imun tubuh. Vitamin c yang ada pada bengkuang
berperan penting dalam menjaga dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, jika
kekebalan tubuh meningkat, tubuh tidak akan mudah terserang bakteri, virus,
ataupun jamur yang dapat menyebabkan penyakit. Selain itu, vitamin C juga
mengandung antioksidan alami yang mampu menangkal radikal bebas (Irawati,
dkk, 2013).
3) Baik untuk kesehatan tulang. Salah satu kandungan dari bengkuang adalah
kaya akan mineral penting untuk tubuh. Mineral tersebut meliputi kandungan
magnesium, zat besi, dan zat tembaga. Mineral tidak hanya berguna untuk
meningkatkan kepadatan tulang saja, namun juga bermanfaat untuk
menyembuhkan dan memicu pertumbuhan tulang baru yang rusak (Meliani,
2016).
4) Baik untuk diet diabetes. Selain kandungan seratnya tunggi, bengkuang juga
mengandung kadar glukosa rendah yang baik untuk diet penderita diabetes. Kadar
oligofruktosainulin dalam bengkuang adalah sejenis karbohidrat yang sulit
dicerna tubuh.
5) Baik untuk kesehatan otak. Vitamin B6 yang terkandung dalam bengkuang,
memiliki khasiat untuk mengembangkan kemampuan fungsi otak dan juga
12

berperan baik untuk mengubah asam protein menjadi asam amino yang digunakan
tubuh untuk membantu memperbaiki proses metabolisme dan kerja organ tubuh
(Yeni, dkk, 2013).
6) Mencerahkan kulit. Salah satu vitamin yang banyak terkandung dalam
bengkuang adalah vitamin C, karena kandungan vitamin C nya yang tinggi
bengkuang sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit (Meliani, 2016).
3. Ekstrak
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan kembali
sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan
dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang
diuapkan (Marjoni, 2016).
4. Ekstraksi
Proses ekstraksi diperlukan untuk memisahkan dan mengambil senyawa
metabolit sekunder sehingga dapat diperoleh manfaatnya. Beberapa tahapan yang
dapat dilakukan untuk memperoleh senyawa kimia metabolit sekunder tersebut
meliputi metode pengumpulan sampel tumbuhan, pencucian sampel tumbuhan,
pengeringan, dan metode ekstraksi (Julianto, 2019). Teknik ekstraksi senyawa
organik bahan alam yang biasa digunakan antara lain perkolasi, infudasi, dekoksi,
sokhletasi, dan maserasi (Heliawati, 2018).
Berikut adalah jenis-jenis ekstraksi senyawa pada bahan alam yang sering
digunakan, yaitu:
a. Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang dialirkan melalui kolom
perkolator yang diisi dengan serbuk bahan atau sampel, dan ekstraknya
dikeluarkan secara perlahan. Parameter berhentinya penambahan pelarut adalah
perkolat sudah tidak mengandung komponen yang akan diambil yang dapat
dilihat dari tetesan perkolat yang tidak berwarna (Heliawati, 2018).
b. Infudasi merupakan ekstraksi dengan pelarut air saat proses infudasi
berlangsung, temperatur pelarut air harus mempunyai suhu 90℃ selama 15 menit
dan disaring selagi panas kecuali adanya minyak atsiri (Heliawati, 2018).
c. Dekoksi yaitu ekstraksi dimana bagian tanaman yang berupa batang, kulit kayu,
13

cabang, ranting, rimpang atau akar direbus dalam air mendidih dengan volume
dan selama waktu tertentu kemudian didinginkan dan ditekan atau disaring untuk
memisahkan cairan ekstrak dari ampasnya. Proses ini untuk bahan bioaktif yang
larut dalam air dan tahan panas (Endarini, 2016).
d. Sokhletasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus soklet sehingga terjadi ekstraksi
konstan dengan adanya pendingin balik (Heliawati, 2018).
e. Maserasi dilakukan dengan melakukan perendaman bagian tanaman secara
utuh atau yang sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana tertutup pada
suhu kamar selama sekurang-kurangnya 3 hari dengan pengadukan berkali-kali
sampai semua bagian tanaman yang dapat larut melarut dalam cairan pelarut.
Pelarut yang digunakan adalah alkohol atau kadang-kadang juga air. Campuran
ini kemudian disaring dan ampas yang diperoleh dipress untuk memperoleh
bagian cairnya saja. Cairan yang diperoleh kemudian dijernihkan dengan
penyaringan setelah dibiarkan selama waktu tertentu (Endarini, 2016).
Dalam maserasi, bubuk kasar sampel disimpan dan dibiarkan mengalami
kontak dengan pelarut dalam wadah tertutup untuk jangka waktu tertentu yang
disertai dengan pengadukan hingga komponen sampel tumbuhan ada yang larut.
Metode ini paling cocok untuk digunakan dalam kasus senyawa kimia tumbuhan
yang tidak tahan panas (termolabil) (Julianto, 2019).
Sistem yang digunakan dalam metode ini adalah sistem statis, kecuali saat
digojog, proses ekstraksi berjalan dengan difusi molekuler, sehingga proses ini
berlangsung secara perlahan. Setelah ekstraksi selesai, residu dari sampel harus
dipisahkan dengan pelarut dengan disaring. Maserasi dengan pengulangan
(remaserasi) akan lebih efisien dari pada hanya sekali saja, hal ini terjadi karena
ada kemungkinan sejumlah besar komponen aktif masih tertinggal dalam proses
maserasi yang pertama. Sejumlah filtrat dari hasil pengulangan maserasi
selanjutnya akan dicampur dan dipekatkan (Heliawati, 2018).
Keuntungan proses maserasi diantaranya adalah bahwa bagian tanaman yang
akan diekstraksi tidak harus dalam wujud serbuk yang halus, tidak diperlukan
keahlian khusus dan lebih sedikit kehilangan alkohol sebagai pelarut seperti pada
14

proses perkolasi atau sokhletasi. Sedangkan kerugian proses ekstraksi maserasi


adalah perlunya dilakukan penggojogan/pengadukan, pengepresan dan
penyaringan, terjadinya residu pelarut di dalam ampas, serta mutu produk akhir
yang tidak konsisten (Endarini, 2016).
5. Sturktur Lapisan Kulit

Gambar 2. 3 Lapisan Kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu dari luar ke dalam yaitu :
a. Lapisan epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar kulit. Lapisan epidermis ini tebalnya 75-
150 mikrometer, kecuali pada telapak tangan dan kaki yang berukuran lebih tebal
(Sari, 2015). Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai
pembuluh darah maupun limfa oleh karena itu semua nutrien dan oksigen diperleh
dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis pada epidermis ini tersusun oleh
banyak lapis sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini akan berdiferensasi,
membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam sitoplasmanya. Mendekati
permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap dilepaskan (terkelupas) (Kalangi,
2013).
b. Dermis
Dermis adalah jaringan tebal dan menjadi pelindung tubuh terhadap cedera
mekanis dan meyediakan nutrisi bagi epidermis dan pelengkap kulit. Ketebalan
dermis bervariasi di tubuh yaitu sekitar 1-4 mm. Dermis merupakan jaringan
metabolik aktif, mengandung kolagen, elastin, sel saraf, pembuluh darah dan
jaringan limfatik. Juga terdapat kelenjar ekrin, apokrin dan sebaseus di samping
folikel rambut (Sari, 2015).
c. Hipodermis
15

Lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut juga hipodermis. Lapisan


berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi
terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu
dengan yang dari dermis. Sel-sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis.
Jumlahnya tergantung jenis kelmain dan keadaan gizinya (Kalangi, 2013).
6. Masker
Masker salah satu kosmetik yang dapat mengatasi kulit kering dan kusam
adalah sediaan masker. Karena masker memiliki bahan dasar yang mampu
melembabkan kulit wajah sehingga stratum korneum pada kulit juga mengalami
kelembaban sehingga pada saat sediaan masker dicuci maka stratum korneum
yang paling atas (yang kering dan kusam) akan ikut terangkat. Masker yang
diaplikasikan diharapkan dapat melembabkan kulit dengan baik dan menyeluruh,
menghilangkan sebum, dan meremajakan kulit. Masker biasanya memiliki sifat-
sifat yang praktis. Masker tersedia dalam berbagai bentuk sediaan seperti gel,
emulsi, lembaran dan pasta (Nilforoushzadeh, et al, 2018)
Jenis-jenis Masker :
a. Sheet mask : sheet mask adalah masker yang diproduksi sejak lama dan lebih
umum tersedia dari jenis lain, sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Sheet
mask tidak dirancang untuk kulit berminyak atau kulit berjerawat karena dapat
menyebabkan peningkatan bakteri pada permukaan kulit. Selain itu, masker
lembar mencegah penguapan fase air yang cepat dan memperpanjang jangka
waktu yang dibutuhkan menembus ke dalam kulit (Nilforoushzadeh, et al, 2018).
b. Masker Peel Off: jenis masker ini membentuk lapisan pada kulit yang dapat
dengan mudah dikupas (Nilforoushzadeh, et al, 2018). Pell off mask biasanya
terbuat dari bahan karet, seperti polivinil alkohol atau zat berbasis karet, seperti
lateks. Saat masker ini mengering pada kulit, mereka mengeras dan membentuk
lapisan tipis, fleksibel, dan biasanya transparan pada kulit. Lapisan ini dapat
dengan mudah terlepas dari wajah. Manfaat utamanya adalah meningkatkan kadar
air kulit dengan menghambat penguapan air. Sehingga, masker ini dapat
direkomendasikan untuk wajah lebih kering (Baki dan Alexander, 2015).
3) Rinse off mask : rinse off mask adalah masker yang dibilas dari kulit dengan
16

air hangat 15-30 menit setelah pengaplikasian. Masker yang dapat dibilas terdiri
dari beberapa jenis, seperti pelembab, pembersihan, pengencangan, pengelupas,
lilin dan masker lumpur (Nilforoushzadeh, et al, 2018). Masker ini biasanya
mengandung bahan peneyrap yang tidak larut, seperti clay, seng oksida, kaolin,
dan lainnya. Masker ini dapat secara efektif meneyrap sebum pada kulit. Oleh
karena itu, dirokemendasikan untuk pengguna dengan kulit berminyak. Masker
wash off tertentu didasarkan pada pelembab dan atau zat pemebrsih dan
membentuk lapisan kering yang sebenarnya pada kulit. Masker ini lebih
bermanfaat bagi pengguna dengan kulit kering (Baki dan Alexander, 2015).
7. Clay Mask
Masker berbasis bahan dari bumi (clay mask) sering disebut sebagai masker
berbentuk pasta. Masker tersebut termasuk clay facialpacks dan biasanya
mengandung presentase padatan yang tinggi. Saat masker mengering di wajah,
masker mengeras dan mengerut, memberikan sensasi astringency mekanik.
Kehadiran komponen penyerap seperti bentonit menghasilkan efek pembersihan
yang nyata, terutama pada kulit yang sangat berminyak.
Clay digunakan oleh farmasi atau industri kosmetik untuk beberapa komponen
seperti eksipien, karena sifat reologisnya, atau sebagai zat dengan aktivitas
biologis dengan fungsi dan komposisi kimianya. Di antara semua kemungkinan,
clay diperlukan untuk industri kosmetik sejak diketahui karakteristik seperti
kemudahan aplikasi dan pembilasan, mengurangi waktu untuk pengeringan dan
pengerasan, dan tidak berbahaya untuk dermatologis (Velasco, et al, 2016).
Clay sering digunakan dalam formulasi perawatan kesehatan semipadat untuk
beberapa tujuan, tetapi clay juga memiliki fungsi spesifik lainnya dan memiliki
lebih dari satu peran dalam formulasi. Jumlah clay dalam formulasi dapat
bervariasi dari sebagian kecil hingga mendekati massa akhir. Jenis clay yang
digunakan bervariasi dalam kelompok clay yang dipilih yang digunakan dalam
farmasi dan kosmetik, dan dikontrol secara ketat oleh industri yang
menggunakannnya dan administrasi terkait (Viseras, et al, 2007)
Clay mask digunakan karena mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit akan
terasa apabila masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika
17

masker sudah mengering. Sensasi menstimulasi penyegaran kulit dimana mampu


mengangkat kotoran dan komedo ketika masker dibilas dari kulit wajah. Efek
penggunaan masker adalah kulit tampak cerah dan bersih (Ginting, 2020).
8. Bahan-bahan dalam Masker Clay
a. Bentonit Bentonit berupa kristal, mineral seperti clay, tidak berbau, kuning
pucat hingga krem keabu-abuan, berbentuk bubuk halus. Bentonit memiliki fungsi
sebagai adsorben dan mempunyai sifat seperti senyawa tabir surya untuk
melindungi organ tubuh dari radiasi sinar UV yang berbahaya sebelum menembus
kulit. Dalam bidang farmasi, bentonit biasanya digunakan untuk memformulasi
suspensi, gel, dan sol (Rowe, 2009). Bentonit digunakan sebagai pelindung kulit
adalah karena daya absorbennya, yaitu mampu melekat pada kulit yang
membentuk film yang melindunginya secara mekanis terhadap agen fisik atau
kimia eksternal. Tindakan ini diperkuat dengan menyerap zat terlarut dan
tersuspensi, seperti lemak (Carretero, 2002).
b. Kaolin Kaolin mengandung mineral kaolinit (Al2Si2O5(OH)4) sebagai bahan
dasar yang terbesar, sehingga kaolin biasanya disebut lempung putih (Rowe,
2009). Clay kaolin berfungsi sebagai bahan pengenal dan pelekat bahan kosmetik,
mencegah timbulnya jerawat, membersihkan kulit wajah, melancarkan peredaran
darah, dapat menghilangkan minyak berlebih dan sebagian penyumbatan kotoran
pada pori-pori serta membuat kulit halus dan lembut (Sharifipour, et al, 2017).
Kaolin dapat juga berfungsi sebagai adsorben, dan agen pensuspensi (Rowe,
2009).
c. Gliserin Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis. Dapat
bercampur dengan air dan etanol. Gliserin berfungsi sebagai emollient, humektan
dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu
(Rowe, 2009).
d. Sodium lauril sulfat Sodium lauril sulfat adalah surfaktan ionic yang berfungsi
sebagai pembersih dan zat pembasah (wetting agent). Sodium lauril sulfat
berbentuk Kristal berwarna putih hingga kuning pucat (Rowe, 2009).
e. Nipagin Metil paraben (nipagin) merupakan kristal tidak berwarna atau bubuk
kristal putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit
18

terbakar. Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba. Metil


paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pH 4-8. Untuk sediaan topikal biasa
digunakan konsentrasi 0,02-0,3 % (Rowe, 2009).
f. Aquadest Aquadest merupakan cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak berasa. Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. Memiliki titik beku
0˚C dan titik didih 100˚C. biasa digunakan sebagai pelarut (Rowe, 2009).
B. Penelitian yang Relevan
Masker alami bengkoang yang berguna dan terbukti untuk mengurangi
keriput pada wajah. Bahan alami tersebut harus mengandung vitamin A, C, E, dan
zinc sehingga nantinya diharapkan mampu mengurangi keriput pada wajah.
Vitamin-vitamin tersebut dapat diperoleh dari bengkoang. Umbi bengkoang
sebagai bahan dasar masker mengandung vitamin C yang berfungsi untuk
pembentukan kolagen dan proses pigmentasi, vitamin C dapat diabsorpsi oleh
kulit (Achyar, 1986).
Bengkoang dipilih karena mudah didapatkan dan harganya relatif murah,
selain itu kandungan vitamin C dalam bengkoang bermanfaat dalam pembentukan
kolagen dan proses pigmentasi, sedangkan kandungan vitamin B1 dalam
bengkoang berfungsi untuk mencerahkan, menghaluskan kulit, dan mengurangi
kekeringan (Ahira, 2011).
Keunggulan pada masker wajah alami yang diformulasikan ini adalah terdiri
dari perpaduan bengkoang, minyak jintan hitam, cokelat, dan madu, sedangkan
keunikannya adalah masker alami ini berbentuk pasta sehingga dalam
pemakaiannya efisien dan tidak membutuhkan tambahan apapun sehingga bisa
langsung dipakai. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat manfaat bahan alami
sebagai bahan dasar masker wajah yang aman untuk jenis kulit kering. Pentingnya
penggunaan masker alami inilah yang melatarbelakangi pembuatan formulasi
masker alami berbahan dasar bengkoang dan jintan hitam untuk mengurangi
penggunaan bahan kimia berbahaya yang dapat merusak kulit wajah (Dechacare,
2012).
19

C. Kerangka Berfikir
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

pH, Homogenitas,
Sediaan Fisik Organoleptis, Waktu
pengeringan sediaan
Formula Clay Mask
Ekstrak Daun Teh Hijau
(Camellia sinensis) dan
Pati Amilum Bengkoang
(Pachyrhizus erosus)
Waktu
pengeringan Waktu (menit)
sediaan
Gambar 2. 4 Skema kerangka berpikir

D. Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini yaitu :
1. Ho : Ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis) dan amilum bengkoang
(Pachyrhizus Erosus) tidak dapat diformulasikan sebagai sediaan masker clay
2. Ha : Ekstrak daun teh hijau (Camellia Sinensis) dan amilum bengkoang
(Pachyrhizus Erosus) dapat diformulasikan sebagai sediaan masker clay
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis. metode
eksperimental labratorium yaitu metode yang dapat menguji masalah hipotesis
dengan tepat tentang hubungan kausal yang dilaksanakan di laboratorium
farmasetik dan fitokimia STIKes Muhammadiyah Ciamis. yang bertujuan untuk
memformulasikan ekstrak kombinasi dari daun teh hijau dengan amilum pati
bengkoang sebagai sediaan clay mask

Clay Mask ekstrak kombinasi

Evaluasi clay mask ekstrak kombinasi

3 Formulasi dengan ekstrak dan 1 untuk


blanko

F0 F1 F2 F3
clay mask tanpa Clay mask ekstrak Clay mask Clay mask
ekstrak kombinasi 20% ekstrak kombinasi 40%
kombinasi 30%

Evaluasi sediaan
Uji organoleptik
Uji Ph
Uji homogenitas
uji waktu pengeringan sediaan

Gambar 3. 1 Rancangan Penelitian

20
21

B. Variabel dan Definisi Operasional


Tabel 3. 1Variabel dan Definisi Oprasional

Definisi Definisi Alat Hasil Skala


Variabel Cara Ukur
Konseptual Oprerasional Ukur Ukur Variabel

Variabel Ekstrak daun teh hijau Sediaan clay mask


bebas: (Camellia sinensis) ekstrak kombinasi Timbanga Melakukan Gram Nominal
konsentrasi 0% 20% daun teh hijau dan n analitik penimbanga
30% 40% Pati amilum pati amilum n.
bengkoang bengkoang
(Pachyrhizus erosus)
konsentrasi 0% 10%
10% 10%

Variabel Ekstrak kental daun Sediaan kental Timbangan Menimbang Nominal


terikat : teh hijau dan pati ekstrak maserasi analitik bahan
amilum bengkoang dengan etanol ekstrak.
dengan cara maserasi 70%
dengan cara
menggunakan pelarut
etanol 70% dan
dipekatkan
menggunakan rotary
evaporator
Evaluasi Uji Organoleptik Organoleptik Indra Membaui, Bau, Nominal
adalah merupakan uji manusia melihat dan warna
serangkaian yang merasakan dan
parameter menggunakan tektur. bentuk
prosedur indra manusia
dan mutu sebagai alat uji
kefarmasian untuk megetahu
bentuk, bau, dan
warna clay mask
yang dibuat.
Uji Waktu Uji iritasi Kulit . Rasio
Pengeringan merupakan uji yang
Sediaan dilakukan dengan
mengoleskan
sediaan masker clay
pada wajah lalu
diukur waktu yang
diperlukan sediaan
untuk mengering.
Uji Homogenitas adalah Kaca Clay mask Ditandai Rasio
Homogenitas uji untuk bening diambil dan dengan
mengetahui dioleskan adanya
ketercampuran pada kaca partikel
setiap bahan. bening

Uji pH Uji pH adalah uji Ph meter Masker yang Rasio


yang digunakan baik memiliki
untuk mengetahu Ph sesuai
derajat keasaman dari dengan Ph
clay mask kulit yaitu
4,5-6,5
22

C. Alat Bahan yang Digunakan


1) Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alumunium foil, batang
pengaduk, beaker glass, blender cawan datar, cawan porselen, corong,
Erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring, kurs porselen, lemari pengering, lumping
dan alu, mortir, neraca analitik, penangas air, pengayak mesh no. 40, Ph meter,
oven, penggaris, pipet tetes, pisau, rotary evaporator, spatula, sudip, tabung
reaksi, tanur, timbangan, dan wadah maserasi.
2) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dan diperlukan dalam penelitian ini adalah
akuades, amil alcohol, asam klorida 2N, asam sulfat pekat, bentonite, ekstrak daun
teh hijau, umbi bengkoang, etanol 70%, gliserin, kaolin, kloroform, n-heksan,
nipagin, setil alkohol, setil alcohol, sodium lauril sulfat, toluene.

D. Prosedur
1) Determinasi Tanaman
Simplisia yang digunakan adalah daun teh hijau dan umbi bengkoang.
Determinasi simplisia akan dilaksanakan di laboratoriium farmakologi dan
farmaseik STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS untuk mendapat klasifikasi
yang akurat untuk daun teh hijau dan umbi bengkoang.
2) Pengambilan Bahan
Daun teh hijau diambil dari daerah Desa Kertanegla Tasikmalaya dan untuk umbi
bengkoang diambil dari daerah Kelurahan Situgede Kecamatan Panjalu. Kedua bahan yang
diambil adalah daun dan umbi yang segar. Jumlah bahan awal yang diambil yaitu
sebanyak 1 kg daun teh hijau dan umbi bengkoang
3) Pembuatan Simplisia
a. Sortasi basah
Pembersihan daun teh hijau dan umbi bengkoang dari kotoran. Sortasi basah
dilakukan untuk memisahkan debu atau kotoran pada daun teh hijau dan umbi
bengkoang untuk melakukan penyortiran dengan tujuan untuk memisahkan
23

bagian daun dan umbi yang rusak sehingga mendapatkan daun dan umbi yang
baik.
b. Pencucian
Langkah selanjutnya adalah pencucian yang dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang menempel pada daun teh hijau dan umbi bengkoang. Masing-
masing dicuci dengan yang air mengalir sampai basah. Tiriskan daun dan umbi
yang sudah dicuci kemudian lakukan penimbangan untuk mengetahui bobot awal.
c. Perajangan
Tahap selanjutnya adalah pemotongan yang bertujuan untuk memperkecil
ukuran daun sehingga lebih cepat mengering.
d. Sortasi kering
Tahap terakhir adalah sortasi kering yang bertujuan untuk memisahkan benda-
benda asing atau bagian dari simplisia yang terlalu kering. Lakukan penimbangan
kembali untuk mengetahui bobot akhir simplisia.
4) Pembuatan ekstrak daun teh hijau
Daun teh yang sudah kering, di blender kemudian ditimbang sebanyak 700 g.
Serbuk daun teh hijau dimasukkan kedalam Erlenmeyer, direndam dengan 2/3
bagian atau 5250 ml larutan etanol 70% tutup dengan aluminium foil dan biarkan
selama 5 hari sambil sesekali diaduk dandisaring sehingga menghasilkan filtrate 1
dan residu 1. Residu yang ada kemudian ditambahkan dengan etanol 70%
sebanyak 1/3 bagian atau 1750 ml dan dibiarkan selama 2 hari sambil sesekali
diaduk. Setelah 2 hari sampel tersebut disaring menggunakan kertas saring
menghasilkan filtrate 2 dan residu 2. Filtrat 1 dan 2 dicampur menjadi satu lalu
diekstrak dengan memakai rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental
daun teh hijau. Ekstrak ditimbang dan disimpan dalam wadah gelas tertutup
sebelum digunakan untuk pengujian.
5) Pembuatan Pati Bengkoang
Sampel umbi bengkoang (pachyrhizus erosus) diperoleh dari daerah Situgede
Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis. Umbi bengkoang yang telah diambil, lalu
dikupas kulitnya dan dicuci hingga bersih dengan air mengalir, kemudian
dipotong-potong kecil setelah itu diblender hingga membentuk jus, kemudian
24

disaring menggunakan kain halus, serbuk basah yang diperoleh dikeringkan


dalam oven pada suhu 60°C sampai serbuk mengering. Selanjutnya diblender
kembali hingga diperoleh serbuk halus, diayak dengan pengayak Mesh kemudian
dimasukkan kedalam wadah plastik.
6) Pembuatan Clay Mask Ekstrak Kombinasi
Dalam penelitian ini clay mask dibuat dalam 3 formulasi ekstrak 20% 30%
40% dan 1 formulasi blanko 0%
Tabel 3. 2 Formula Modifikasi Sediaan Clay mask Ekstrak Daun Teh hijau (Camellia sinensis) dan
Amilum Bengkoang (Pachyrhizus erosus)

Formulasi
Nama Bahan
F0 F1 F2 F3
blanko
Ekstrak Daun Teh Hijau - 20% 30% 40%
Pati Amilum Bengkoang - 10% 10% 10%
Bentonit 5 5 5 5
Gliserin 10 10 10 10
Kaolin 35 35 35 35
Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1
Setil alkohol 2 2 2 2
Sodium lauril sulfat 0,1 0,1 0,1 0,1
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad
100
Jumlah 52,2gr 67.86 gr 73.06 gr 78,3
gr
Formulasi sediaan clay mask dibuat sebanyak 100gr, dengan konsentrasi
ekstrak daun teh hijau 0%, 20%, 30% 40% dan pati amilum bengkoang sebanyak
0%, 10%, 10%. 10%
1) Formula clay mask tanpa ekstrak kombinasi (blanko)
a. Bentonit :5g
b. Gliserin : 10 g
c. Kaolin : 35 g
d. Nipagin : 0,1 g
e. Setil alkohol :2g
f. Sodium lauril sulfat : 0,1 g
Berat total bahan yang dibutuhkan : 52,2 g

2) Formula 1
a. Bentonit :5g
b. Gliserin : 10 g
25

c. Kaolin : 35 g
d. Nipagin : 0,1 g
e. Setil alkohol :2g
f. Sodium lauril sulfat : 0,1 g
20
g. Ekstrak daun teh hijau : 100 x 52,2 = 10.44 g
10
h. Amilum bengkoang : 100 x 52,2 = 5.22 g
Berat total bahan yang dibutuhkan : 67.86 g

3) Formula II
a. Bentonit :5g
b. Gliserin : 10 g
c. Kaolin : 35 g
d. Nipagin : 0,1 g
e. Setil alkohol :2g
f. Sodium lauril sulfat : 0.1 g
30
g. Ekstrak daun teh hijau : 100 x 52.2 = 15.66 g
10
h. Amilum bengkoang : 100 x 52.2 = 5.22 g
Berat total bahan yang dibutuhkan : 73.06 g

4) Formula III
a. Bentonit :5g
b. Gliserin : 10 g
c. Kaolin : 35 g
d. Nipagin : 0,1 g
e. Setil alkohol :2g
f. Sodium lauril sulfat : 0,1 g
40
g. Ekstrak daun teh hijau : 100 x 52,2 = 20.88 g
10
h. Amilum bengkoang : 100 x 52,2 = 5,22 g
Berat total bahan yang dibutuhkan : 78,3 g

7. Prosedur Pembuatan Sediaan Clay Mask


a. Prosedur pembuatan clay mask blanko
Pembuatan untk formula clay mask blanko 100 g yaitu 27,8 ml akuades
dituangkan ke dalam lumpang lalu ditambahkan 5 g bentonite ke dalam lumpang.
2 g setil alkohol dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus homogen. Kemudian
sebanyak 35 g kaolin sedikit demi sedikit dimasukkan kedalam lumpang sambal
26

digerus dan ditambahkan 10 g gliserin ke dalam lumpang dan digerus hingga


homogen. 0,1 g nipagin dilarutkan dalam 10 ml air panas (larutan A) dan 0,1 g
sodium lauril sulfat dilarutkan dalam 10 ml akuades (larutan B). Larutan A
dituangkan ke dalam lumpang kemudian digerus pelan setelah itu tuangkan
perlahan-lahan larutan B ke dalam lumpang dan digerus pelan setelah itu tuangkan
perlahan-lahan larutan B kedalam lumpang dan digerus perlahan sampai terbentuk
pasta homogen (Rieger, 2000).
b. Prosedur Pembuatan Sediaan Clay Mask Dengan Ekstrak Daun Teh Hijau
(Camellia Sinensis) dan Amilum Bengkoang (Pachyrhizus Erosus)
Pembuatan untuk formula yang mengandung 20% ekstrak daun teh hiijau dan
10% amilum bengkoang yaitu 27,8 ml akuades dituangkan ke dalam lumpang
lalu ditambahkan 5 g bentonit ke dalam lumpang. 2 g setil alkohol dimasukkan ke
dalam lumpang dan digerus homogen. Kemudian sebanyak 35 g kaolin sedikit
demi sedikit dimasukkan ke dalam lumpang sambal digerus dan ditambahkan 10 g
gliserin ke dalam lumpang dan digerus hingga homogen. 0,1 g nipagin dilarutkan
dalam 10 ml air panas (larutan A) dan 0,1 sodium lauril sulfat dilarutkan dalam 10
ml akuades (larutan B). Larutan A dituangkan ke dalam lumpang kemudian
digerus pelan setelah itu tuangkan perlahan-lahan larutan B ke dalam lumpang dan
digerus perlahan sampai terbentuk pasta homogen. Dimasukkan ekstrak daun teh
hijau sebanyak 10,44 gram dan masukkan 5,22 gram amilum bengkoang lalu
digerus homogen. Diulangi prosedur yang sama dengan pengurangan akuades
sebanyak ekstrak daun teh hijau dan amilum bengkoang dan penambahan kedua
bahan sesuai formula dengan konsentrasi daun teh hijau 30%, 40% dan amilum
bengkoang 10%.
7. Evaluasi Fisik Clay Mask
a. Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan cara melakukan pengindraan pada sediaan
clay mask sehingga dapat mengamati bau, bentuk dan warna sediaan. Spesifikasi
masker wajah yang baik adalah memiliki bentuk seperti cream scrub lembut ,
warna harus sesuai dengan spesifikasi pada saat pembuatan awal masker dan
baunya tidak tengik atau menyengat. (Sari & Maulidya, 2016)
27

b. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengambil sedikit clay mask masker yang
sudah diseduh kemudian di letakan di atas objek gelas bening dan ditutup dengan
objek gelas bening lainya. Suatu masker wajah diakatakan homogen apabila tidak
ada gumpalan pada hasil pengolesan, dan warna yang seragam dari awal sampai
akhir pengolesan. (Sari & Maulidya, 2016)
c. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menimbang 0,5 gram masker dan diencerkan dengan
aquadest 5 ml. Alat ukur pH dimasukan kedalam larutan clay mask dan dilihat
hasilnya (Sari, 2015)
Nilai pH yang baik pada masker adalah yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 -
6,5. (Sari & Maulidya, 2016)
d. Uji Waktu Pengeringan Sediaan
Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu kamar 28℃ dengan
mengambil sediaan clay mask 5 g dan dioleskan pada daerah wajah lalu diukur
waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering. Waktu pengeringan yang baik
pada sediaan clay mask yang sesuai adalah 15-30 menit (Nilforoushzadeh, et al,
2018). Dilakukan 3 kali pengkuruan lama pengeringan dengan sukarelawan yang
berbeda-beda.
8. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data untuk uji evaluasi fisik clay mask kombinasi ekstrak daun
teh hiaju dan pati bengkoang akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

1. Rancangan Data Uji Organoleptik


Tabel 3. 3Rancangan Data Uji Organoleptik

Formulasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Standar


F1
F2 Tidak ada partikel
F3 Warna seragam
blanko
28

2. Rancangan Data Uji pH


Tabel 3. 4 Rancangan Data Uji pH
Formulasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Standar
F1
F2 4,5 – 6,5
F3
blanko

3. Rancangan Data Uji Homogenitas


Tabel 3. 5 Rancangan Data Uji Homogenitas
No. Formulasi Hasil Uji Standar
Tidak terdapat gumpalan, dan
1. F1 memiliki warna yang seragam

4. Rancangan Data Uji Waktu Pengeringan Sediaan


Tabel 3.6 Rancangan Data Uji Waktu Pengeringan Sediaan
Formulasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Standar
F1
F2 15 – 30 menit
F3
blanko

Pengolahan data untuk uji evaluasi formulasi kombinasi ekstrak daun teh hijau
dan pati bengkoang akan dianalisis secara statistik dengan SPSS menggunakan
metode One Way ANOVA dan statistik Man Whitney.
Statistika mann whitney merupakan bagian statistika non parametrik yang
memiliki kelebihan bahwa tidak ada syarat data harus terdistribusi normal. Dasar
pengambilan keputusan yang dijadikan acuan yaitu :
a. Jika nilai signifikansi atau Asyim. Sig > 0,05 maka tidak ada perbedaan atau
hipotesis Ho diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau Asyim. Sig ≤ 0,05 maka ada perbedaan pada taraf
sig 5% atau hipotesis Ho ditolak.
29

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian “Formulasi Kombinasi Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia
Sinensis) Dan Amilum Bengkuang (Pachyrhicus Erosus) Sebagai Sediaan Clay
Mask” dilakukan di Laboratotium Farmakologi dan Teknologi Sedian Steril
STIKes Muhammadiyah Ciamis.

2. Waktu Penelitian
Tabel 3. 6 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian

No Kegiatan 2021 2022


Okt Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni
1 Persiapan penelitian
a. Pengajuan dan
penyusunan
b. Penyusunan proposal dan
bimbingan
c. Pengesahan penelitian

2 Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan data
b. Analisis data
3 Tahap penyusunan
laporan penelitian
4 Pengesahan
Penelitian
5 Sidang Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, L. Y. (1986). Dasar-dasar kosmetologi kedokteran. Majalah Cermin
Dunia Kedokteran, 41: 3-9.
Agoes, A Tanaman Obat Indonesia Jakarta Salemba Medika; (2010) ;Hal;95 96
Ahira, A., (2011), Manfaat Belajar Biologi. Tersedia:
http://www.anneahira.com/biologi.htm, diakses: Senin, tanggal 1 November
2021.
Astawan, M. (2009). Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Baki, G. dan Alexander, K.S. (2015). Introduction To Cosmetic Formulation And
Technology. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Halaman 67.
Carretero, I. M. (2002). Clay Minerals and Their Beneficial Effects Upon Human
Health. Spain: Universidad de Sevilla. Halaman 157.
Darmawan A. B. Anti-Aging Rahasia Tampil Muda di Segala Usia. Yogyakarta:
Media Pressindo; (2013).
Dechacare. 2012. Masker Wajah Alami dan Fungsinya.
http://www.dechacare.com/Masker-Wajah-Alami-dari-Buah-I203.html.
Diakses tanggal 1 November 2021.
Enneb, S., Drinea, S., Baguesa, M., Triki, T., Boussora, F., Guasmi, F., Nagaza,
K., dan Ferchich, A. (2020). Phytochemical profiles and nutritional
composition of squash (Curcurbita moschata D.) FROM Tunisia. Soth
African Journal of Botany 130 : 165
Fauziah, D.W. (2018). Pengaruh Basis Kaolin dan BentonitTerhadap Sifat Fisika
Masker Lumpur Kombinasi Minyak Zaitun (Olive Oil) dan Teh Hijau
(Camellia Sinensis). Pharmauho. 3(2) : 9
Ginting, M., Fitri, K, Leny, dan Lubis, B. K. (2020). Formulasi Dan Uji
Efektifitas Anti Aging Dari Clay Mask Ekstrak Kentang Kuning (Solanum
tuberosum L.). Jurnal Dunia Farmasi. 4(2) : 69-70.
Haryadi, J. Fakta Buah Dan Sayur Yang Berbahaya.Dunia Sehat: (2013).
Heliawati, L. (2018). Kimia Organik Bahan Alam. Bogor : Universitas Pakuan
Bogor. Halaman 101-103.
30
31

Hery, S. 20 Tanaman Obat Terbaik. Penerbit Rapha: (2013) ;Hal;34-35.


Hilman, A. (2012). Karakteristik Polisakarida Larut Air (PLA) Umbi Bengkuang
(Pachyrhizus erosus L.) dari Berbagai Metode Ektraksi. [Skripsi]. Medan:
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Irawati L, Sulandjari, Dra. Hj. Siti MS. Pengaruh Komposisi Masker Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L) dan pati bengkuang terhadap hasil
penyembuhan jerawat pada kulit wajah berminyak. (2013) ;2(2):40–8. 19.
June, M.C. Formulasi Sediaan Hand And Body Ekstrak Air Teh Hijau (Camellia
Sinensis) Dalam Bentuk Lotion (Skripsi). Surabaya: Universitas Katolik Widya
Mandala; (2016).
Kalangi, S. J. R. (2013). Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik. 5(3) : 12-16.
Karta, S. Morfologi Daun Teh; (1992).
Lintang, J.A., Dkk. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Umbi Bengkuang Pada
Berbagai Umur Panen Dengan Metode Dpph (2,2-Diphenyl-1-
Picrylhydrazyl).Medan: Ilmu Dan Teknologi Pangan: 2(1); (2014).
Mardikasari, S.A., Dkk. Formulasi Dan Uji Stabilitas Lotion Dari Ekstrak Etanol
Dan Jambu Biji (Psidium Guajava) Sebagai Anti Oksidan. Kendari: Jurnal
Farmasi Sains Dan Kesehatan Issn 2442 9791 Pharmuho: 3(2): 28-32; (2017).
Marjoni, M. R. (2016). Dasar-dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:
Trans Info Media Press. Hal.6,7, 15, 21.
Meliani FI. Pemanfaatan biji pepaya dan pati bengkoang (Pachyrrhzus erosus)
sebagai lulur tradisional untuk kulit kering. (2016) ;1–61. 20.
Muljana. Morfologi Akar Dan Batang Tanaman Teh: 1993;Hal;10-11
Nilforoushzadeh, M. A., Amirkhani, M. A., Zarrintaj, P., Moghaddam, A. S.,
Mehrabi, T., Alavi, S., dan Sisakht, M. M. (2018). Skin care and rejuvenation
by cosmeceutical facial mask. Journal Cosmetology Dermatology : 1-6.
Polumulo, N. I. R. (2015). Formulasi dan Evaluasi Sediaan Masker Ketimun
(Cucumis sativus L.) dengan Menggunakan Basis Kaolin dan Bentonit. Skripsi.
Program Studi S1 Farmasi. Fakultas Ilmu – Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.
Universitas Negeri Gorontalo. Halaman 3.
32

Rieger, M.M. (2000). Harry’s Cosmeticology, 8th edition. New York : Chemical
Publishing. Halaman 473-478.
Rowe, R. C., Sheskey, P, J., dan Quinn, M, E. (2009). Handbook of
Pharmaceutical Exicipient Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association. Halaman 1, 283, 378-380. 549- 550, 741-
742, 779.
Rukmana, R., Saputra S. Hama Tanaman Dan Teknik Pengendalian. Bumi
Aksara. Jakarta; (1995) ;Hal;80
Sari, A.N. (2015). Antioksidan Alternatif Untuk Menangkal Bahaya Radikal
Bebas Pada Kulit. Jornal of Islamic Science and Technology. 1 (1) : 63-67.
Sari, Amelia., Maulidya, Amy. (2016). Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol
Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn). Poltekkes Kemenkes Aceh,
Lampeneurut, Aceh Besar. SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 16-23.
Sharifipour, M., Pourafshary, P., dan Nakhaee, A. (2017). Study of the effect of
clay swelling on the oil recovery factor in porous media using a glass
micromodel. Journal Applied Clay Science. Halaman 125.
Sutarna, T.H., Dkk. Pemanfaatan Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis L.)
Sebagai Bahan Aktif Pembuatan Sediaan Krim Tabir Surya. Universitas
Jenderal Achmad Yani: Jurnal Ilmiah Farmasi: 4 (2): 32-35; (2016).
Tuty, H. Kasiat Ampuh Akar, Batang, Daun: Penerbit Infra Hijau; (2014).
Tri, W., Siti , S., Milahayati, D. dan Fitri, M.L. (2019). The Potency of Artocarpus
Heterophyllus Leaf as a Facial Skin Care Ingredient in Clay Mask
Formulation. Asian Journal of Pharmaceutical Research and Development.
7(6) : 51-54.
Velasco, M. V. R., Zague, V., Dario, M. F., Nishikawa, D. O., Pinto, C. A. S. O.,
Almeida, M. M., Trossini, G. H. G, Coelho, A. C. V., dan Baby, A. R. (2016).
Characterization and Short-Term clinical study of clay facial mask. Revista de
Ciências Farmacêuticas Básica e Aplicada. 37(1) : 1-2.
Virgita, Vita Maulia. (2015). Pemanfaatan Ketan Hitam Sebagai Masker Wajah.
Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
33

Viseras, C. Aguzzi, C., Cerezo, P., dan Galindo, A. L. (2007). Uses of clay
minerals in semisolid health care and therapeutic products. Applied Clay
Science. 36 : 37-40.
Voigt, R. 2000. Pharmazeustische Technologie. Germany : Deutscher Apotheker
Verlag Stuttgart.
Yeni G, Failisnur, Firdausni. Membuat aneka olahan bengkuang. (2013)

Anda mungkin juga menyukai