(DKV 952)
MODUL PERTEMUAN KE 13
MODEL TINJAUAN TRANSFORMASI BUDAYA
DISUSUN OLEH
Drs. TEGUH IMANTO, M.Sn
Gambar 13.2
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya para ibu-ibu belanja di
super market yang pada awalnya belanja di pasar tradisional
Sumber : Google.com
Gambar 13.3
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya pada masa pengaruh
Hindu Di Indonesia, hingga melahirkan budaya Hindu
Gambar 13.4
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya pada masa pengaruh
BudhaDi Indonesia, hingga melahirkan budaya Budha
Salah satu bentuk transformasi budaya Indonesia pada kategori artefak adalah seni
bagunan dan bentuk lainnya yang bersifat kebendaan di masa akulturasi
kebudayaan Islam. Berbagai macam bentuk peninggalan kebudayaan masa
masuknya agama islam di Indonesia, telah melahirkan beragam seni bangunan
khususnya yang bernuansa islam adalah seni bangunan Masjid, Menara, perabotan
rumah tangga, khususnya berkaitan dengan interior bangunan dan makam para
tokoh agama islam. Masuknya pengaruh agama islam sedikit banyak mempengaruhi
budaya hindu yang sudah masuk di Indonesia pada masa pengaruh Hindu-Budha.
Pengaruh ini terjadi karena adanya akulturasi antara budaya Hindu dan budaya
Islam hingga menghasilkan budaya baru. Suatu akulturasi yang dihasilkan pada
bangunan sebuah masjid merupakan adanya perpaduan antara unsur Islam dengan
budaya pra-Islam yang sudah lebih dahulu ada yaitu unsur Hindu. Perpaduan ini
tidak mungkin menghilangkan unsur Hindu begitu saja, hal ini disebabkan sudah
mengakar ratusan tahun sebelumnya dalam budaya masyarakat melalui berbagai
macam bentuk pemerintahan kerajaan. Seni bangunan Islam yang menonjol adalah
bangunan masjid. Bangunan masjid berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan
ibadah dalam seharian bagi umat muslim. Masjid dalam bahasa Arab mungkin
berasal dari bahasa Aramik sajada yang artinya merebahkan diri untuk bersujud.
Menurut pengertian berdasarkan hadis, tuntunan agama Islam memberi pengertian
Selain bangunan masjid, terdapat juga bangunan menara. Bangunan menara ini
biasanya melekat erat dengan bangunan masjid. Menara sebenarnya berfungsi
sebagai tempat untuk menaruh alat pengeras suara yang dikaitkan untuk
mengumandangkan adzan sebagai tanda akan dimulai waktu beribah atau
menjalankan shalat, biasanya shalat berjama’ah.Menara biasanya dibuat tinggi
melebihi tingginya bangunan masjid, hal ini diharapkan agar suara adzan nantinya
bisa didengar dalam jangkauan yang jauh.
Sebuah bangunan masjid-masjid kuno yang mendapat pengaruh dari masa Hindu di
Indonesia mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Atap bangunan masjid berupa tumpang dalam tingkatan atau bisa disebut
atap bersusun. Semakin ke atas semakin mengecil, tingkatan paling atas
berbentuk limas, jumlah tumpang selalu dalam hitungan ganjil (gasal) bisa tiga
tingkatan dan juga bisa lima tingkatan. Atap demikian disebut meru. Atap
masjid biasanya diberi puncak (kemuncak) yang disebut mustaka.
3. Masjid umumnya dibangun di ibukota atau dekat istana kerajaan. Ada juga
masjid-masjid yang dianggap keramat oleh masyarakat, sehingga dibangun di
atas bukit atau dekat makam. Contoh masjid-masjid zaman Wali Songo yang
dibangun berdekatan dengan makam.
Gambar 13.6
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya pada masa pengaruh
Islam Di Indonesia, hingga melahirkan budaya bernuansa islam
tapi berkarakter lokal
Gambar 13.8
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Mimbar Masjid pada
masa pengaruh Islam Di Indonesia, hingga melahirkan budaya
bernuansa islam tapi berkarakter lokal
Meski begitu, ada beberapa dampak positif dari monopoli perdagangan di masa
penjajahan. Pertama, aktivitas perdagangan di Indonesia semakin ramai. Kedua,
masyarakat Indonesia mengetahui tata cara perdagangan. Ketiga, pedagang pribumi
dapat membangun kerja sama dengan negara lain. Terakhir, masyarakat Indonesia
dapat memperoleh informasi mengenai komoditas yang laku di pasaran. Tapi, tentu
saja monopoli perdagangan memiliki dampak negatifnya. Pendapatan rempah-
rempah terus menurun karena harga ditentukan oleh VOC. Produksi pangan
nonrempah pun ikut menurun hingga terjadi kelaparan. Akibatnya, angka kemiskinan
meningkat dan membuat rakyat semakin menderita.
Deri Pemerintah Hindia Belanda inilah budaya modern yang berkembang di Eropa
siterapkan di bumi nusantara. Tak heran gedung-gedung perkantoran Pemerintah
Hindia Belanda dibagun dengan arsitektur yang berkembang di daratan Eropa.
Hingga suasananya semakin modern dari sebelumnya. Kendaraan bermotor, baik
mobil maupun motor juga dibawa ke Indonesia untuk sarana tranportasi para pejabat
pemerintahan. Perabot-perabot modern yang berkembang di Eropa pun tak luput
dari nuansa perkantoran termasuk busana mereka yang terlihat menawan, sungguh
jauh berbeda dengan rakyat jelata yang asal saja sebagai penutup badan. Hingga
kini semua peninggalan pada masa perintahan colonial, gudung-gedungnya masih
berdiri kokoh dan menjadi catatan sejarah tentang modernisasi Indonesia di masa
pemerintahan Hindia Belanda. Beberapa gedung yang bernilai tinggi, kini tidak
dirobohkan, namun dilindungi sebagai cagar budaya bangsa.
Gambar 13.9
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Bangunan Eropa pada
masa pengaruh masuknya kolonial, hingga melahirkan budaya
bernuansa eropa tapi berkarakter lokal
Gambar 13.11
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Bangunan Eropa pada
masa pengaruh masuknya kolonial, hingga melahirkan budaya
bernuansa eropa tapi berkarakter lokal
H. Kunci Jawaban
1. (a) Perubahan Budaya
2. (b) Negara Romawi
3. (c) Monumen
4. (d) Patung
5. (c) Belanda
Daftar Pustaka
Rahardi, Kunjana. 2000. Renik-Renik Peradaban. Yogyakarta: Duta Wacana
Univercity Press
Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta : Erlangga
Rais, Nooryan Bahari. 2014. Kritik Seni. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Widagdo.2001. Desain dan Kebudayaan. Bandung : Penerbit ITB
Darsono, Sony Kartika. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung : Rekayasa Sains
Darsono, Sony Kartika. 2004. Pengantar Estetika. Bandung : Rekayasa Sains