Anda di halaman 1dari 14

MODUL ESTETIKA DAN TINJAUAN DKV

(DKV 952)

MODUL PERTEMUAN KE 13
MODEL TINJAUAN TRANSFORMASI BUDAYA

DISUSUN OLEH
Drs. TEGUH IMANTO, M.Sn

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 14
MODEL TINJAUAN TRANSFORMASI BUDAYA

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Memahami pengertian transformasi budaya desain dalam dalam perspektid
seni rupa
2. Memahami dan mengerti berbagai bentuk transformasi budaya khususnya di
wilayah Indonesia dengan karakteristik yang ada di dalamnya.

B. PENGERTIAN TARNSFORMASI BUDAYA


Transformasi Budaya merupakan perpaduan dua kata yang maknanya beda hingga
menimbulkan pemaknaan baru. Transformasi dapat diartikan sebagai sarana
perubahan dalam suatu peristiwa tertentu. Sementara Budaya dapat diterjemahkan
segala aktifitas manusia yang pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan jasmani
dan rokhani manusia dalam rangka melangsungkan kehidupan, hasil dari budaya ini
bisa mengacu pada gagasan atau ide, bisa mengacu pada pola atau norma dan juga
bisa disebut dengan adat-istiadat serta berbentuk artefak atau kebendaan. Jadi jika
kedua kata terbut digabungkan menjadi Transformasi Budaya, maka mempunyai
makna baru yaitu adanya suatu proses perubahan yang dilakukan oleh seseorang
atau kelompok tertentu yang pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan jasmani
dan rokhani manusia untuk mengarungi kehidupan, dan wujudnya berupa gagasan,
norma dan artefak. Pengertian ini juga diartikan bahwa transformasi mengandaikan
pada suatu proses pengalihan total dari suatu bentuk, ke model atau sosok baru
yang akan diproses menuju sesuatu yang baru hingga dapat dikatakan lebih mapan.
Transformasi dapat dibayangkan juga sebagai suatu proses perubahan dari yang
dianggap lama dan secara bertahap-tahap, akan mengalami perubahan untuk
menuju hasil yang baru. Dan hal ini pula dibayangkan sebagai suatu titik balik yang
cepat atau lambat menuju peradaban baru nantinya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 14
Gambar 13.1
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya antara budaya asing
dengan budaya local hingga menghasilkan budaya baru
Sumber : Google.com

C. PROSES TRANSFORMASI BUDAYA


Bahwa adanya suatu peristiwa terjadi dalam kehidupan, dipastikan adanya suatu
proses atau adanya suatu tahap-tahap pergerakan. Demikian juga dengan
transformasi budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, tentu adanya suatu
perubahan yang bertahap berdasarkan kadar dari kemampuan masyarakatnya.
Terjadinya tansformasi budaya diawali oleh adanya unsur keterbukaan dari suatu
aktifitas masyarakat tertentu, baik yang dipaksakan maupun yang tidak dipaksakan
dan tumbuh dikarenakan oleh adanya suatu karakter khas kebudayaan masyarakat
tertentu yang mudah menerima atas kehadiran budaya asing yang ada disekitarnya.
Pergeseran-pergerseran yang terjadi antara setiap budaya yang ada di masyarakat,
kerap berjalan tidak searah dengan budaya yang ada, perubahan tersebut bisa
berproses sangat cepat ataupun lambat dan kesemuanya itu tergantung dari
mentalitas dari masyarakatnya, Proses perubahan itu juga dapat dilihat dari aspek
teknologis yang menuntut adanya perubahan yang serba cepat da nada juga yang
perubahan begitu lambat dikarenakan keterbatas teknologi yang ada. Apapun proses
tranformasi yang dilakukan cepat atau lambat akan membentuk suatu tatanan baru
dan secara keseluruhan yang berhubungan dengan gagasan, norma atau artefak
telah bergeser jauh ke depan, membentuk tatanan peradaban yang semakin
berkembag. “Proses transformasi juga dapat diamati pada pergeseran nilai estetik,
dan pergeseran nilai estetik ini memiliki ketertautan dan keterkaitan secara langsung
dengan proses transformasi budaya sebuah bangsa yang dipicu oleh adanya

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 14
keterbukaan budaya” (Agus Sachari, 83: 2005). Hal itu telah membuktikan bahwa
melalui transformasi budaya sejarah peradaban di Indonesia dapat diketahui
hasilnya yang mengalami pengaruh dari budaya luar mulai masa prasejarah, Hindu-
Budha, Islam, masa kolonial masa orde baru dan masa orde reformasi. Hal yang
sama juga terjadi pada proses transformasi bangsa Eropa yang mulai sejak masa
Yunani, dan kemudian diikuti oleh masa kegelapan, masa pencerahan, masa
Revolusi Industri hingga mereka menjadi bangsa modern seperti sekarang.

Gambar 13.2
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya para ibu-ibu belanja di
super market yang pada awalnya belanja di pasar tradisional
Sumber : Google.com

D. TRANSFORMASI BUDAYA MASA HINDU-BUDA


Salah satu bentuk transformasi budaya pada kategori artefak adalah seni bagunan.
Berbagai macam bentuk peninggalan kebudayaan masa Hindu-Buddha di Indonesia
telah melahirkan beragam seni bangunan khususnya seni bangunan Candi.. Dalam
buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa Hindu Buddha, dan Masa
Islam (2019) karya Tri Worosetyaningsih, “Perkembangan Hindu Buddha di
Indonesia telah membawa pengaruh besar dalam berbagai karya seni dan kerajinan
maupun bangunan. Salah satu hasil karya adalah candi”. Bagi Hindu dan Buddha
candi memiliki fungsi yang berbeda. Bagi candi bercorak Hindu berfungsi sebagai
makam, sementara candi bercorak Buddha memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 14
atau peribadatan. Contoh candi bercorak Hindu adalah candi Prambanan dan candi
bercorak Buddha adalah candi Borobudur. Seni berkembang cukup maju karena
profesi ini juga dibutuhkan di masyarakat. Pengaruh Hindu Buddha kemudian
diimbangi dengan berbagai peninggalan yang bercorak kebudayaan tersebut.
Peninggalan yang berupa artefak maupun tekstual baik yang utuh maupun tidak
telah menyakinkan bahwa pengaruh Hindu Buddha pernah menancap sangat kuat di
Indonesia.

Gambar 13.3
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya pada masa pengaruh
Hindu Di Indonesia, hingga melahirkan budaya Hindu

Gambar 13.4
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya pada masa pengaruh
BudhaDi Indonesia, hingga melahirkan budaya Budha

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 14
Gambar 13.5
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya pada masa pengaruh
Hindu dan Budha Di Indonesia, hingga melahirkan budaya tradisi
Hindu pada masyarakat Bali

E. TRANSFORMASI BUDAYA MASA ISLAM

Salah satu bentuk transformasi budaya Indonesia pada kategori artefak adalah seni
bagunan dan bentuk lainnya yang bersifat kebendaan di masa akulturasi
kebudayaan Islam. Berbagai macam bentuk peninggalan kebudayaan masa
masuknya agama islam di Indonesia, telah melahirkan beragam seni bangunan
khususnya yang bernuansa islam adalah seni bangunan Masjid, Menara, perabotan
rumah tangga, khususnya berkaitan dengan interior bangunan dan makam para
tokoh agama islam. Masuknya pengaruh agama islam sedikit banyak mempengaruhi
budaya hindu yang sudah masuk di Indonesia pada masa pengaruh Hindu-Budha.
Pengaruh ini terjadi karena adanya akulturasi antara budaya Hindu dan budaya
Islam hingga menghasilkan budaya baru. Suatu akulturasi yang dihasilkan pada
bangunan sebuah masjid merupakan adanya perpaduan antara unsur Islam dengan
budaya pra-Islam yang sudah lebih dahulu ada yaitu unsur Hindu. Perpaduan ini
tidak mungkin menghilangkan unsur Hindu begitu saja, hal ini disebabkan sudah
mengakar ratusan tahun sebelumnya dalam budaya masyarakat melalui berbagai
macam bentuk pemerintahan kerajaan. Seni bangunan Islam yang menonjol adalah
bangunan masjid. Bangunan masjid berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan
ibadah dalam seharian bagi umat muslim. Masjid dalam bahasa Arab mungkin
berasal dari bahasa Aramik sajada yang artinya merebahkan diri untuk bersujud.
Menurut pengertian berdasarkan hadis, tuntunan agama Islam memberi pengertian

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 14
secara universal terhadap fungsi masjid. Bahwa kaum muslim dengan leluasa dapat
beribadah shalat di berbagai tempat yang dianggap bersih dan suci. Namun begitu,
tetap dirasa perlu untuk mendirikan sebuah bangunan khusus yang disebut masjid.
Masjid ini merupakan symbol bagi umat islam untuk kegiatan peribadatan, guna
menjalankan ibadah shalat atau sembayang pada Tuhan yaitu Allah SWT. Sebagai
tempat peribadatan umat Islam. masjid juga berfungsi untuk pusat penyelenggaraan
keagamaan dan pusat mempraktikkan persamaan antara hak dan persahabatan di
kalangan umat Islam. Sehingga masjid dapat dianggap sebagai pusat kebudayaan
bagi orang-orang muslim.

Selain bangunan masjid, terdapat juga bangunan menara. Bangunan menara ini
biasanya melekat erat dengan bangunan masjid. Menara sebenarnya berfungsi
sebagai tempat untuk menaruh alat pengeras suara yang dikaitkan untuk
mengumandangkan adzan sebagai tanda akan dimulai waktu beribah atau
menjalankan shalat, biasanya shalat berjama’ah.Menara biasanya dibuat tinggi
melebihi tingginya bangunan masjid, hal ini diharapkan agar suara adzan nantinya
bisa didengar dalam jangkauan yang jauh.

Sebuah bangunan masjid-masjid kuno yang mendapat pengaruh dari masa Hindu di
Indonesia mempunyai ciri-ciri antara lain:

1. Atap bangunan masjid berupa tumpang dalam tingkatan atau bisa disebut
atap bersusun. Semakin ke atas semakin mengecil, tingkatan paling atas
berbentuk limas, jumlah tumpang selalu dalam hitungan ganjil (gasal) bisa tiga
tingkatan dan juga bisa lima tingkatan. Atap demikian disebut meru. Atap
masjid biasanya diberi puncak (kemuncak) yang disebut mustaka.

2. Tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan,


Untuk menandai datangnya waktu salat, dilakukan dengan memukul beduk
atau kentongan. Contoh Masjid Kudus dan Masjid Banten.

3. Masjid umumnya dibangun di ibukota atau dekat istana kerajaan. Ada juga
masjid-masjid yang dianggap keramat oleh masyarakat, sehingga dibangun di
atas bukit atau dekat makam. Contoh masjid-masjid zaman Wali Songo yang
dibangun berdekatan dengan makam.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 14
Makam adalah tempat penguburan jenazah para tokoh agama yang dianggap
penting dalam penyebaran agama islam, khususnya di Indonesia. Makam-makam
Islam biasanya berlokasi di dataran yang keberadaannya dekat dengan masjid
agung yang letaknya tidak jauh dari kota pusat kesultanan. Beberapa contoh makam
Islam dekat masjid, pusat kota atau kesultanan adalah:

1. Makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak Jawa Tengah.

2. Makam raja-raja Mataram Islam Kota Gede DI Yogyakarta.

3. Makam Sultan Palembang.

Gambar 13.6
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya pada masa pengaruh
Islam Di Indonesia, hingga melahirkan budaya bernuansa islam
tapi berkarakter lokal

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 14
Gambar 13.7
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Menara Masjid pada
masa pengaruh Islam Di Indonesia, hingga melahirkan budaya
bernuansa islam tapi berkarakter lokal

Gambar 13.8
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Mimbar Masjid pada
masa pengaruh Islam Di Indonesia, hingga melahirkan budaya
bernuansa islam tapi berkarakter lokal

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 14
F. TRANSFORMASI BUDAYA MASA MASUKNYA KOLONIAL BELANDA
Seiring denga perkembangan budaya Islam yang mengalami akulturasi dengan
budaya sebelumnya yaitu masa Hindu-Budha, masuklah bangsa eropa di bumi
nusantara. Pada awalnya masuknya bangsa Eropa di dahului oleh Portugis,
kemudian Belanda, Jepang dan Inggris. Pada awalnya bangsa Eropa dating ke
Nusantara adalah berdagang, yaitu mencari rempah-rempah yang tumbuh subur di
tanah nusantara, kemudian hasil bumi di bawa ke Negara Eropa untuk diperjual
belikan. Merasa untung besar, maka bangsa Belanda mendirikan monopoli
perdagangan hingga mendirikan VOC. Kolonialisme dan imperialisme yang
diterapkan oleh pemerintah Belanda mengakibatkan perubahan masyarakat di
berbagai bidang. Karena tujuan Belanda adalah untuk memperkaya bangsanya
sendiri, banyak dari kebijakan yang berlaku sangat merugikan masyarakat Indonesia
di masa penjajahan. Ada beberapa hal yang mampu menarik bangsa Barat,
termasuk Belanda ke Indonesia. Pertama, tanah Indonesia yang subur dapat
menghasilkan banyak rempah-rempah yang tidak mereka temukan di negara asal
mereka. Kedua, Indonesia memiliki keindahan alam sebagai negara kepulauan.
Ketiga iklim tropis dan suku hangat Indonesia sangat berbeda dengan negara-
negara Eropa yang mengalami empat musim. Terakhir, hasil alam non rempah
Indonesia juga melimpah, seperti tebu, padi, minyak bumi, dan batu bara. Selama
masa penjajahan, Belanda melakukan monopoli perdagangan. Monopoli
perdagangan dapat didefinisikan sebagai bentuk perdagangan di mana pasar
dikuasai oleh satu penjual. Hal ini mengakibatkan penentuan harga yang dilakukan
oleh penjual.

Meski begitu, ada beberapa dampak positif dari monopoli perdagangan di masa
penjajahan. Pertama, aktivitas perdagangan di Indonesia semakin ramai. Kedua,
masyarakat Indonesia mengetahui tata cara perdagangan. Ketiga, pedagang pribumi
dapat membangun kerja sama dengan negara lain. Terakhir, masyarakat Indonesia
dapat memperoleh informasi mengenai komoditas yang laku di pasaran. Tapi, tentu
saja monopoli perdagangan memiliki dampak negatifnya. Pendapatan rempah-
rempah terus menurun karena harga ditentukan oleh VOC. Produksi pangan
nonrempah pun ikut menurun hingga terjadi kelaparan. Akibatnya, angka kemiskinan
meningkat dan membuat rakyat semakin menderita.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 14
Kebijakan Belanda di bidang pertahanan dan keamanan termasuk pembangunan
benteng pertahanan, pembangunan pangkalan Angkatan Laut di Anyer dan Ujung
Kulon, pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan, pembangunan pabrik senjata,
dan peningkatan jumlah tentara. Di bidang pemerintahan, Belanda mengeluarkan
kebijakan meliputi memperbaiki gaji pegawai, memberantas korupsi, membagi Pulau
Jawa menjadi 9 daerah, merombak sistem pemerintahan feodal, dan menjadikan
Batavia sebagai pusat pemerintahan.

Deri Pemerintah Hindia Belanda inilah budaya modern yang berkembang di Eropa
siterapkan di bumi nusantara. Tak heran gedung-gedung perkantoran Pemerintah
Hindia Belanda dibagun dengan arsitektur yang berkembang di daratan Eropa.
Hingga suasananya semakin modern dari sebelumnya. Kendaraan bermotor, baik
mobil maupun motor juga dibawa ke Indonesia untuk sarana tranportasi para pejabat
pemerintahan. Perabot-perabot modern yang berkembang di Eropa pun tak luput
dari nuansa perkantoran termasuk busana mereka yang terlihat menawan, sungguh
jauh berbeda dengan rakyat jelata yang asal saja sebagai penutup badan. Hingga
kini semua peninggalan pada masa perintahan colonial, gudung-gedungnya masih
berdiri kokoh dan menjadi catatan sejarah tentang modernisasi Indonesia di masa
pemerintahan Hindia Belanda. Beberapa gedung yang bernilai tinggi, kini tidak
dirobohkan, namun dilindungi sebagai cagar budaya bangsa.

Gambar 13.9
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Bangunan Eropa pada
masa pengaruh masuknya kolonial, hingga melahirkan budaya
bernuansa eropa tapi berkarakter lokal

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 /
14
Gambar 13.10
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Bangunan Eropa pada
masa pengaruh masuknya kolonial, hingga melahirkan budaya
bernuansa eropa tapi berkarakter lokal

Gambar 13.11
Menunjukkan Bentuk Tranformasi Budaya Bangunan Eropa pada
masa pengaruh masuknya kolonial, hingga melahirkan budaya
bernuansa eropa tapi berkarakter lokal

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 /
14
G. Latihan
1. Makna dasar dari transformasi budaya sebenarnya adalah :
a. Perubahan Budaya b. Pengkayaan Budaya c. Reformasi Budaya
d. Persilangan Buadaya
2. Transformasi Budaya di Indonesia mengalami beberapa periode dari beberapa
Negara seperti berikut ini, kecuali :
a. Negara Jepang b. Negara Romawi c. Negara Portugis
d. Negara Belanda
3. Salah datu bentuk transformasi budaya Indonesia ketika masa Hindu dan Budha
adalah beberapa artefak seperti berikut ini, kecuali :
a. Candi b. Dwarapala c. Monumen d. Kalamakara
4. Salah datu bentuk transformasi budaya Indonesia ketika masa pengaruh Islam
adalah beberapa artefak seperti berikut ini, kecuali :
adalah :
a. Menara b. Mimbar c. Kubah d. Patung
5. Pengaruh bangsa…yang membawa budaya barat ke Indonesia untuk
mempangunan gedung pemerintahan.
a. Jepang b. Belanda c. Romawi d. Inggris

H. Kunci Jawaban
1. (a) Perubahan Budaya
2. (b) Negara Romawi
3. (c) Monumen
4. (d) Patung
5. (c) Belanda

Daftar Pustaka
Rahardi, Kunjana. 2000. Renik-Renik Peradaban. Yogyakarta: Duta Wacana
Univercity Press
Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta : Erlangga
Rais, Nooryan Bahari. 2014. Kritik Seni. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Widagdo.2001. Desain dan Kebudayaan. Bandung : Penerbit ITB
Darsono, Sony Kartika. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung : Rekayasa Sains
Darsono, Sony Kartika. 2004. Pengantar Estetika. Bandung : Rekayasa Sains

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 /
14
Wahyuning, Wiwit & Metta Ramadiana. 2003. Mengkomunikasikan Moral. Jakarta :
Elex Media Komputindo
Adya Brata, Atep. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta : Elex Media
Komputindo

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 /
14

Anda mungkin juga menyukai