Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Akulturasi

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh akulturasi: Saat budaya rap dari negara asing digabungkan
dengan bahasa Jawa, sehingga menge-rap dengan menggunakan bahasa Jawa. Ini terjadi di acara
Simfoni Semesta Raya.

Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa Inggris acculturation.
Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya
pengaruh dari kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep
mengenai proses sosial yang timbul jika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing. Akibatnya, unsur-unsur asing lambat laun
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan asli.

Hubungan antarbudaya menjadi salah satu pusat studi antropologi dan melahirkan teori
akulturasi (acculturation atau culture contact). Menurut Dwi Wahyudiarto (2005: 37) istilah
akulturasi mempunyai berbagai arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham
bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan
sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

B. Proses Kaluturasi

Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan adanya
unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur
yang tidak diterima sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme percampuran
masih memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli. Mekanisme percampuran
dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima

 Unsur-unsur kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah


tangga dan alat-alat pertanian yang praktis dipakai.
 Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya
kendaraan bermotor, seperti sepeda motor dan truk pengangkut.
 Unsur-unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima.
Contohnya, penerangan listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler
mengganti kan telepon rumah.

2. Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima


 Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara
asing.
 Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara
meminum teh.
 Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima,
contohnya traktor pem bajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik
kerbau pada lahan pertanian tertentu.

3. Unsur Budaya yang Sukar Diganti

 Unsur yang memiliki fungsi luas dalam masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan yang
masih berfungsi luas dalam masyarakat Batak.
 Unsur-unsur yang ditanamkan pada individu sejak kecil dalam proses pembudayaan
ataupun pemasyarakatan. Misalnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang
memakan nasi akan sulit diganti dengan roti sebagai makanan pokok.

C. Bentuk-bentuk Akulturasi

Menurut para antropolog, percampuran terjadi dalam berbagai bentuk sebagai berikut.

1. Substitusi

Unsur budaya lama diganti dengan unsur budaya baru yang memberikan nilai lebih bagi
para penggunanya. Contohnya, para petani mengganti alat pembajak sawah oleh mesin
pembajak seperti traktor.

2. Sinkretisme

Unsur-unsur budaya lama yang berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya yang baru
sehingga membentuk sistem baru. Perpaduan ini sering terjadi dalam sistem keagamaan,
contohnya agama Trantayana di zaman Singosari yang merupakan perpaduan antara
agama Buddha dan Hindu. Demikian juga pada tradisi keagamaan orang Jawa yang
masih memperlihatkan perpaduan antara agama Hindu dan Islam.

3. Penambahan (Addition)
Unsur budaya lama yang masih berfungsi ditambah unsur baru sehingga memberikan
nilai lebih. Contohnya, di Kota Yogyakarta, penggunaan kendaraan bermotor melengkapi
sarana transportasi tradisional, seperti becak dan andong.

4. Penggantian (Deculturation)

Unsur budaya lama hilang karena diganti oleh unsur baru. Contohnya, delman atau
andong diganti oleh angkot atau angkutan bermotor.

5. Originasi

Masuknya unsur budaya baru yang sebelumnya tidak dikenal menimbulkan perubahan
besar dalam kehidupan masyarakatnya. Contohnya, proyek listrik masuk desa
menimbulkan perubahan besar dalam ke hidupan masyarakat desa. Energi listrik tidak
hanya meng gantikan lampu teplok dengan lampu listrik, tetapi juga mengubah perilaku
masyarakat desa akibat masuknya berbagai media elektronik, seperti televisi, radio, dan
film.

6. Penolakan (Rejection)

Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat menimbulkan dampak
negatif berupa penolakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan tidak
setuju terhadap proses percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian
orang yang menolak berobat ke dokter dan lebih percaya ke dukun.

Di bawah ini beberapa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses Akulturasi.
Diantaranya:

Faktor Intern (dalam), antara lain:

 Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)


 Adanya Penemuan Baru:

1. Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
2. Invention : penyempurnaan penemuan baru
3. Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan
baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya,
kualitas ahli atau anggota masyarakat
 Konflik yang terjadii dalam masyarakat
 Pemberontakan atau revolusi

Faktor Ekstern (luar), antara lain:

1. Perubahan alam
2. Peperangan
3. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi
( pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi
(pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas budaya
lama tidak tampak lagi)

Beberapa faktor pendorong perubahan sosial:

1. Sikap menghargai hasil karya orang lain


2. Keinginan untuk maju
3. System pendidikan yang maju
4. Toleransi terhadap perubahan
5. System pelapisan yang terbuka
6. Penduduk yang heterogen
7. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi ke masa depan
9. Sikap mudah menerima hal baru.

Hasil Akulturasi

Islam serta unsur-unsur budayanya di Nusantara merupakan hasil akulturasi antara budaya Islam
dengan Hindu-Buddha yang lebih dulu ada di Nusantara. Beberapa contoh antara lain:

Seni Bangunan

Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman
Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat
pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah candi, seperti Candi Borobudur.

Seni rupa/Seni lukis

Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke Indonesia.hal ini terbukti dengan
ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Budha
berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudur
tampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama.
Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukan suasana alam Indonesia, terlihat
dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga
terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia,
karena tidak pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di India. Juga relief pada Candi
Prambanan yang memuat cerita Ramayana.

Seni sastra

Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, seperti yang ditemukan


di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa.

Kalender

Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari
akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka di Indonesia. Di samping itu,
juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan
tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adala angka huruf berupa susunan kalimat atau
gambar kata. Contoh tahun Candra Sangkala adalah “Sirna Ilang Kertaning Bumi” sama dengan
1400 (tahun saka) dan sama dengan 1478 Masehi.

Kepercayaan dan Filsafat

Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha tidak meninggalkan kepercayaan asli bangsa
Indonesia, terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan
terhadap dewa-dewa alam.

Pemerintahan

Setelah masuknya pengaruh Hindu-Budha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala
pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang
kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun
temurun.

Desakan Budaya

Desakan suatu budaya pada budaya lain disebut dominasi. Contohnya masyarakat Betawi,
Aborigin dan Irian.

Anda mungkin juga menyukai