Anda di halaman 1dari 20

Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi / Pembauran - Manusia sebagai makhluk sosial memiliki

sifat berubah. Begitu juga dengan kebudayaan yang bersifat dinamis selalu mengalami perubahan
walaupun secara sangat lambat. Perubahan dari kebudayaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, berpengaruh pada budaya lokal. Sebelum mengkaji tentang pengaruh budaya asing
terhadap budaya lokal, ada beberapa konsep penting yang erat kaitan nya dengan pengaruh budaya
itu, antara lain difusi (penyebaran), percampuran (acculturation), pembauran (asimilation), dan gegar
budaya (cultural shock).

a. Difusi (Penyebaran)

Difusi adalah suatu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok
lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
difusi dinyatakan sebagai proses penyebaran atau perembesan suatu unsur kebudayaan dari satu
pihak kepada pihak lain. W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi adalah penyebaran kebiasaan atau
adat istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain. Proses difusi berlangsung menggunakan
teknik meniru atau imitasi. Meniru lebih mudah daripada menciptakan sendiri, terutama tentang halhal yang baru. Beberapa contoh proses terjadinya difusi, di antaranya sebagai berikut.
1. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia dilakukan dengan teknik
meniru. Misalnya, penyebaran agama Islam melalui media perdagangan, berikut cara
berdagang yang jujur, dan model pakaian yang digunakan, lambat laun ditiru oleh
masyarakat.
2. Cara berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh penguasa pribumi.
3. Cara orang Minangkabau membuka warung nasi dan cara orang Jawa membuka warung
tegal.
4. Cara makan yang dilakukan orang Eropa dengan menggunakan sendok ditiru oleh orang
Indonesia.
Adapun jenis difusi yang dilakukan, antara lain sebagai berikut.
1) Penyebaran intra masyarakat, dipengaruhi antara lain sebagai berikut.
a) Fungsinya dirasakan cocok dan berguna bagi kehidupan masyarakat.
b) Unsur-unsur budaya daerah mudah diterima atau diserap, contohnya unsur-unsur kebudayaan
material dan teknologi, seperti bahan makanan, pakaian, dan alat-alat per tanian.
c) Unsur-unsur budaya daerah sangat digemari karena keindahan dan rasa.
2) Penyebaran antar masyarakat, dipengaruhi antara lain:
a) kontak antar masyarakat;
b) penyebarannya;
c) ada tidaknya kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan baru.

Bentuk penyebaran yang mendapat perhatian dari para antropolog, di antaranya sebagai berikut.
1. Symbiotic adalah pertemuan antar individu dari satu masyarakat dan individu-individu dari
masyarakat lainnya tanpa mengubah kebudayaan masing-masing. Contohnya proses barter
yang terjadi antara orang suku pedalaman Kongo dan orang suku pedalaman Togo di Afrika.
2. Penetration pasifique adalah masuknya kebudayaan asing dengan cara damai dan tidak
disengaja dan tanpa paksaan. Misalnya, masuknya para pedagang dari Gujarat, Persia dan
Arab yang berniat berdagang, tetapi tanpa disadari menyebarkan agama Islam.
3. Penetration violente adalah masuknya kebudayaan asing dengan cara paksa. Misalnya,
kewajiban melakukan seikirei pada masa penjajahan Jepang di Asia.
Peristiwa yang terjadi pada belahan bumi yang lain dapat disaksikan dan didengarkan pada waktu
yang bersamaan, meski orang berada di wilayah yang sangat jauh dari tempat berlangsungnya
kejadian tersebut. Peristiwa peperangan di negara-negara Balkan atau bencana kelaparan yang
terjadi di Afrika dengan mudah dan cepat dapat segera diketahui dalam hitungan detik, bahkan
secara langsung dapat diketahui saat itu juga. Arus globalisasi informasi semakin mempermudah
proses difusi kebudayaan, setelah teknologi internet semakin berkembang sehingga pembauran
kebudayaan asing tidak bisa dihindarkan. Hal ini juga berarti semakin mempermudah terjadinya
proses

pembauran

atau

per

Referensi

campuran

pada

suatu

Antropologi

bangsa.
:

Globalisasi adalah proses percepatan saling ketergantungan bangsa-bangsa dalam sebuah sistem
dunia yang berbentuk jaringan ekonomi, media massa, dan sistem transportasi modern.

b. Akulturasi (Percampuran)

Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa Inggris acculturation.
Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya
pengaruh dari kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep
mengenai proses sosial yang timbul jika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing. Akibatnya, unsur-unsur asing lambat laun diterima
dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.
Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan adanya
unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur yang
tidak diterima sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme percampuran masih
memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli.
Mekanisme percampuran dapat digambarkan sebagai berikut.
1) Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima

a) Unsur-unsur kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah tangga
dan alat-alat pertanian yang praktis dipakai.
b) Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan
bermotor, seperti sepeda motor dan truk pengangkut.
c) Unsur-unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya,
penerangan listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler menggantikan telepon
rumah.
2) Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima
a) Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara asing.
b) Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum
teh.
c) Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima,
contohnya traktor pembajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada
lahan pertanian tertentu.

Gambar 1. Traktor pembajak sawah merupakan salah satu contoh budaya asing yang
masuk ke kebudayaan daerah, walaupun awalnya sulit untuk diterima. (miftah/bisnisjabar.com)
3) Unsur Budaya yang Sukar Diganti
a) Unsur yang memiliki fungsi luas dalam masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan yang masih
berfungsi luas dalam masyarakat Batak.
b) Unsur-unsur yang ditanamkan pada individu sejak kecil dalam proses pembudayaan ataupun
pemasyarakatan. Misalnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang memakan nasi akan sulit
diganti dengan roti sebagai makanan pokok.
4) Individu yang Cepat dan Sukar Menerima Kebudayaan Asing

Dipandang dari sudut umur, individu-individu yang berumur relatif muda umumnya lebih mudah
menerima unsur-unsur dari luar dibandingkan individu-individu yang berusia lanjut. Selain itu,
individu-individu yang sudah menerima kebaikan dari masyarakatnya akan sulit menerima unsurunsur asing.
5) Beberapa Bentuk Percampuran
Menurut para antropolog, percampuran terjadi dalam berbagai bentuk sebagai berikut.
a) Substitusi
Unsur budaya lama diganti dengan unsur budaya baru yang memberikan nilai lebih bagi para
penggunanya. Contohnya, para petani mengganti alat pembajak sawah oleh mesin pembajak seperti
traktor.
b) Sinkretisme
Unsur-unsur budaya lama yang berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya yang baru sehingga
membentuk sistem baru. Perpaduan ini sering terjadi dalam sistem keagamaan, contohnya agama
Trantayana di zaman Singosari yang merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.
Demikian juga pada tradisi keagamaan orang Jawa yang masih memperlihatkan perpaduan antara
agama Hindu dan Islam.
c) Penambahan (Addition)
Unsur budaya lama yang masih berfungsi ditambah unsur baru sehingga memberikan nilai lebih.
Contohnya, di Kota Yogyakarta, penggunaan kendaraan bermotor melengkapi sarana transportasi
tradisional, seperti becak dan andong.
d) Penggantian (Deculturation)
Unsur budaya lama hilang karena diganti oleh unsur baru. Contohnya, delman atau andong diganti
oleh angkot atau angkutan bermotor.
e) Originasi
Masuknya unsur budaya baru yang sebelumnya tidak dikenal menimbulkan perubahan besar dalam
kehidupan masyarakatnya. Contohnya, proyek listrik masuk desa menimbulkan perubahan besar
dalam ke hidupan masyarakat desa. Energi listrik tidak hanya menggantikan lampu teplok dengan
lampu listrik, tetapi juga mengubah perilaku masyarakat desa akibat masuknya berbagai media
elektronik, seperti televisi, radio, dan film.

Gambar 2. Perilaku masyarakat cenderung berubah dengan diterimanya pengaruh media elektronik, seperti
televisi. (Metri Novarinda Asmar/fema.ipb.ac.id)

f) Penolakan (Rejection)
Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat menimbulkan dampak negatif
berupa penolakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan tidak setuju terhadap
proses percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian orang yang menolak berobat
ke dokter dan lebih percaya ke dukun.

c. Pembauran (Asimilasi)

Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan proses perubahan
kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri
kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah
suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar kebudayaan yang
berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masingmasing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran.
Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu yang mendukung
berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
1) Faktor Pendorong Asimilasi
a) Toleransi adalah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung
kebudayaan yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
b) Simpati adalah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling
menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan kebudayaan nya

serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan masyarakat yang menjadi
pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
c) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat
diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan
minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
d) Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua
kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
e) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan
menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.
2) Faktor Penghambat Asimilasi
a) Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi
di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan luar yang lebih
tinggi (superior). Contohnya, suku-suku bangsa terasing seperti orang Kubu di Sumatra, orang Baduy
di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka
menutup diri terhadap masuknya budaya baru.
b) Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang kurang
berkembang antara suku bangsa.
c) Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap
kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi
sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
d) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada
tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang
memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang dapat
menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
e) Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa
individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan
minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang tajam
dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia
tidak banyak membawa hasil untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika ingroup feeling tidak diatasi lebih dulu.
d.

Gegar Budaya

Gegar budaya merupakan padanan kata dari istilah dalam bahasa Inggris culture shock. Gegar
budaya, yaitu adanya ketidaksiapan menerima budaya yang baru pada kehidupan. Ada sebuah
paradigma yang berkembang bahwa segala yang datang dari Barat itu unggul dan lebih baik, padahal
belum tentu. Bisa saja yang datang dari Barat itu mengandung nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
budaya Timur. Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Sifat individualisme adalah sifat mementingkan diri sendiri. Hal ini sangat bertentangan
dengan budaya Indonesia yang lebih mengutamakan kebersamaan. Sifat individualisme
mengingkari kodrat manusia sebagai makhluk sosial.

2. Hedonisme adalah gemar hura-hura. Kehidupan hanya digambarkan sebagai kesenangan


belaka dan tidak ada kerja keras.
3. Sekularisme adalah sikap yang memisahkan antara agama dan urusan dunia. Agama hanya
dipandang sebagai proses ritual yang kadang-kadang bertentangan dengan kesenangan
dunia.
4. Konsumerisme adalah sifat menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu.
Barang lebih ditentukan oleh gayanya bukan fungsinya.
Sifat-sifat tersebut sudah berkembang dengan bebasnya di Indonesia. Hal ini akibat dari masuknya
budaya asing yang begitu bebas dan pemerintah serta masyarakat tidak melakukan penyaringan
terhadap budaya asing tersebut.
Anda sekarang sudah mengetahui Hubungan Antar Budaya. Terima kasih anda sudah berkunjung
ke Perpustakaan Cyber.

Macam-macam Jenis Inovasi

Inovasi meliputi penemuan-penemuan baru yang dibedakan menjadi penemuan


(discovery) dan penciptaan (invention). Kedua hal ini berpengaruh besar bagi
perubahan sosial kebudayaan.

1. Penemuan (discovery)

Discovery adalah penemuan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada.
Penemuan itu biasanya tidak disengaja atau terjadi secara kebetulan.
Contohnya, penemuan kertas penghisap tinta. Kertas penghisap tinta ditemukan
ketika seorang karyawan pabrik kertas lupa memasukkan ramuan tertentu ke
dalam campuran bahan pembuat kertas.

Setelah kertas jadi, ternyata kertas tersebut dapat menghisap tinta. Sejak itu
dengan sengaja dibuat kertas penghisap tinta seperti yang kita pakai sekarang.

Gambar: Ilustrasi Penemuan Baru

2. Penciptaan (invention)

Invention adalah usaha yang disengaja dan sungguh- sungguh untuk


memperoleh hal-hal baru. Sebelum menciptakan sesuatu barang biasanya
dilakukan uji coba berkali-kali sampai ditemukan unsur baru yang benar-benar
bagus.
Unsur baru ini kemudian mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Invention
tidak hanya terbatas pada penemuan teknologi baru, tetapi juga dalam bidang
pemerintahan, hukum, pendidikan, hubungan keluarga, ekonomi, moral, dan
sebagainya.

Perlu diingat, bahwa setiap penciptaan baru selalu berdasarkan pada hal-hal
yang sudah ada atau penemuan sebelumnya. Kemajuan teknologi saat ini
dikembangkan di atas dasar teknologi masa lalu. Pengetahuan yang kita miliki
sekarang merupakan perkembangan dari pengetahuan-pengetahuan
sebelumnya.

Penciptaan sesuatu yang baru bukan berarti telah tercipta sesuatu yang sama
sekali baru, yang sebelumnya tidak ada.

Contohnya, penemuan pupuk sintesis didasari oleh pemakaian pupuk kandang


sebelumnya. Begitu pula pemberantasan hama dan mekanisasi pertanian.
Semua itu terjadi berdasarkan penemuan-penemuan sebelumnya.

Pengaruh Penemuan Baru terhadap Perubahan Sosial Budaya

Penemuan baru mengakibatkan berbagai macam pengaruh bagi kehidupan


sosial budaya dalam masyarakat. Beberapa bentuk pengaruh akibat adanya
penemuan baru tersebut di antaranya sebagai berikut.
Penemuan baru dalam bidang tertentu menyebabkan sejumlah perubahan di
bidang-bidang lain dalam waktu yang bersamaan. Dapat dikatakan bahwa
dampak penemuan baru itu memancar ke beberapa bidang lainnya. Misalnya,
penemuan radio menyebabkan perubahan di bidang pendidikan, pemerintahan,
pertanian, rekreasi, dan sebagainya.

Penemuan baru menyebabkan perubahan-perubahan yang menjalar dari bidang


atau lembaga yang satu ke bidang atau lembaga lainnya. Misalnya, penemuan
pesawat tempur membawa pengaruh terhadap metode perang. Negara yang
mempunyai pasukan perang yang kuat akan disegani negara-negara lain.
Akibatnya negara tersebut akan menjadi negara adidaya.
Dengan menjadi negara adidaya, sikapnya terhadap negara-negara lain juga
akan berubah. Beberapa jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis
perubahan. Misalnya, penemuan mobil, kereta api, rel kereta api, telepon, dan
sebagainya memperbanyak pusat kehidupan di pinggir kota yang dinamakan
masyarakat suburban.
Demikian pembahasan tentang pengertian inovasi, discoveri dan invention
dilengkapi dengan contohnya masing-masing beserta pengaruh penemuan baru
bagi perubahan sosial.

Pengertian dan Bentuk Perubahan Sosial Menurut Para


Ahli - Pengertian Perubahan Sosialsecara umum adalah perubahan-perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku
di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Pengertian Perubahan Sosial Menurut Para


Ahli
Definisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli
diantaranya adalah sebagai berikut :
Gillin : Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari
cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
Emile Durkheim : Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis
dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional
yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat
oleh solidaritas organistik.
Kingsley Davis : Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat
Mac Iver : Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam
hubungan sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan
(ekuilibrium) hubungan sosial

William F. Ogburn : Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsurunsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya
pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan
sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial
memiliki ciri-ciri antara lain:
Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka
mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.

Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan


diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.

Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya


disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.

Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual


karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

image source: www.opendemocracy.net

baca juga: Pengertian dan Contoh Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial


1. Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi
Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk
umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung
lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi

dan evolusi.
a) Perubahan evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses
lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti
kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan
sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan
diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat
pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke
masyarakat meramu.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang
evolusi, yaitu:
Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan
masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu,
dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang
sempurna.

Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan


masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut
teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang
tertentu.

Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian


terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya,
penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu
ke pertanian.

b) Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan
tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan
revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur
kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.
Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam
tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara
sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat
tertentu, antara lain adalah:
Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di
dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan

harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan


keadaan tersebut.

Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap


mampu memimpin masyarakat tersebut.

Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut,


untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari
masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.

Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada


masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat
dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang
abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.

Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala
keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan
revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru,
maka revolusi dapat gagal.
2. Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan
a) Perubahan yang Direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan
atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki
suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau
lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu, suatu perubahan yang
direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change.
Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki.
Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah
mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)atau untuk mengurangi
pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga
berencana (KB).
b) Perubahan yang Tidak Direncanakan
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak
dikehendaki dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Karena terjadi di luar
perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang
memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya,
perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi, misalnya
peristiwa banjir dan tanah longsor.
3. Perubahan Berpengaruh Besar dan Berpengaruh Kecil
Apa yang dimaksud dengan perubahan-perubahan tersebut dapat kamu ikuti
penjabarannya berikut ini

a) Perubahan Berpengaruh Besar


Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan
kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak
pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi, pada perubahan ini
memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di
wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian.
b) Perubahan Berpengaruh Kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang
terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti
bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahanperubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan
homolis.

Faktor Penyebab Perubahan Sosial


Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, baik yang
menguntungkan atau positif maupun yang tidak menguntungkan atau negatif.
Contoh perubahan yang positif adalah perubahan pola pikir masyarakat dari
pandangan yang menganggap bahwa banyak anak banyak rejeki menjadi dua anak
saja cukup. Perubahan pola pikir itu membawa pengaruh yang positif bagi
masyarakat, karena kesejahteraan dan pendidikan anak menjadi lebih terjamin.
Adapun perubahan yang menimbulkan pengaruh yang negatif, misalnya adalah
penggunaan mesin-mesin industri untuk menggantikan tenaga manusia yang dapat
menyebabkan munculnya pengangguran dalam masyarakat. Untuk dapat
memahami lebih dalam mengenai perubahan sosial, perlu kiranya mengetahui
mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan itu.
Perubahan bisa terjadi sebagai akibat adanya sesuatu yang oleh masyarakat
dianggap sudah tidak memuaskan lagi. Selain itu mungkin juga disebabkan adanya
faktor-faktor baru yang oleh masyarakat dianggap memiliki manfaat yang lebih
besar bagi kehidupannya. Sementara ituSoerjono Soekanto menyebutkan
adanya faktor-faktor intern dan ekstern yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial dalam masyarakat.
1. Faktor Intern
Faktor intern atau yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang
menyebabkan terjadinya perubahan sosial adalah perubahan penduduk,
penemuan baru, konflik, dan pemberontakan.

a) Perubahan Penduduk
Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya adalah
interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara cepat maupun lambat akan
merubah pola pemikiran mereka dan tingkat pengetahuan yang akan lebih
mempercepat proses perubahan. Di samping itu, perubahan penduduk yang
ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah
mengakibatkan kadar keramah-tamahan akan menurun, kelompok sekunder akan
bertambah banyak jumlahnya, struktur kelembagaan menjadi lebih rumit, dan
bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.
b) Penemuan-Penemuan Baru
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan
pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu yang
baru pada kebudayaan karena meskipun kenyataan tersebut sudah lama ada,
namun kenyataan itu baru menjadi bagian setelah kenyataan tersebut ditemukan.
Penemuan baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil penemuan
tersebut didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan baru dimanfaatkan untuk
mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh perubahan yang besar
(Horton, 1993: 212).
Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi
berbagai proses berikut ini.
Discovery, yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang
individu atau serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu
dapat berupa alat-alat baru ataupun ide-ide baru.

Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga


penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau
difungsikan. Proses dari discovery menjadi invention sering tidak hanya
melibatkan satu atau dua individu, tetapi serangkaian individu. Discovery
baru akan menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima,
serta menerapkan penemuan baru itu.

Inovasi atau proses pembaruan, yaitu suatu proses panjang yang


meliputi suatu penemuan unsur baru, jalannya unsur baru itu tersebar ke
bagian-bagian masyarakat, serta cara-cara unsur baru itu diterima, dipelajari,
dan akhirnya diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat. Di dalam
masyarakat dikatakan telah terjadi inovasi apabila unsur atau alat baru yang
ditemukan telah banyak dikenal dan dipakai secara luas oleh warga
masyarakat.

Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai konsep discovery, invention,
dan inovasi. Marilah kita simak bersama penjelasan berikut ini.

Ralph Linton, mengartikan discovery sebagai penemuan yang bersifat


penambahan pada pengetahuan, dan invention sebagai penerapan dari
pengetahuan tersebut.

Harison, menjelaskan discovery sebagai penemuan benda atau


material baru dan bersifat dasar, artinya belum jadi karena belum memiliki
bentuk. Sedangkan invention sebagai penemuan benda atau barang yang
masih sederhana, namun sudah mempunyai konstruksi danbentuk tertentu,
seperti penemuan kapak tangan buatan masyarakat yang berkebudayaan
prasejarah.

Dixon, menyampaikan pengertian discovery dan invention secara lebih


luas. Menurutnya, baik discovery maupun invention keduanya dapat
menimbulkan hasil yang bersifat materiil maupun nonmateriil. Dalam hal ini
Dixon membedakan antara discovery dan invention dari sisi motivasi dan
tujuan yang menunjukkan terdapatnya faktor-faktor yang memengaruhi
inovasi, yaitu faktor kesempatan, pengamatan, penilaian, kebutuhan, dan
keinginan.

Hobart Barnet, memandang inovasi sebagai rekombinasi dari ide-ide


yang ada sebelumnya, kemudian membentuk ide baru. Atau dengan kata lain
inovasi adalah konfigurasi mental yang ada pada individu tertentu.

Parsudi Suparlan, menyatakan bahwa discovery adalah suatu


penemuan baru yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau
hakikat mengenai hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan
invention adalah ciptaan baru yang berupa benda atau pengetahuan yang
diperoleh melalui proses penciptaan yang didasarkan atas kombinasi dari
pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau lainnya.

Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk melakukan penemuan


atau pembaruan terhadap suatu hal, di antaranya adalah sebagai berikut.
Kesadaran dari para individu akan adanya kekurangan dalam
kebudayaannya. Individu tersebut berusaha untuk berbuat sesuatu guna
mengisi dan memperbaiki kekurangan yang ada.

Mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan akan mendorong


terjadinya penemuan baru. Apabila seorang ahli ingin meningkatkan mutu
dari hasil karyanya, maka mendorongnya untuk senantiasa mengoreksi hasil
karyanya itu.

Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong mutu.


Misalnya dengan mutu yang dihasilkannya, maka seseorang itu akan
mendapatkan penghormatan, kedudukan yang tinggi, harta kekayaan, dan
lain-lain.

Adanya krisis dalam masyarakat. Banyak penemuan-penemuan baru


yang dihasilkan ketika terjadi krisis dalam masyarakat.

Suatu penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah (imateriil) maupun jasmaniah


(materiil) mempunyai pengaruh bermacam-macam terhadap kehidupan manusia.
Suatu penemuan baru tidak hanya menyebabkan perubahan dalam
bidang tertentu, melainkan seringkali memancar ke bidang lainnya.

Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari


suatu lembaga ke lembaga yang lain.

Beberapa jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis


perubahan. Misalnya penemuan sepeda, sepeda motor, dan mobil
menyebabkan dibangunnya jalan-jalan beraspal.

Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi,


kepercayaan, sistem hukum, dan sebagainya) berpengaruh terhadap
lembaga kemasyarakatan, adat istiadat, maupun pola perilaku sosial.

c) Konflik dalam Masyarakat


Adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, seperti perbedaan ciri-ciri fisik,
kepentingan, pendapat, status sosial Konflik dapat terjadi antar individu, antar
kelompok, antara individu dengan kelompok, dan antargenerasi..
Sebagai proses sosial, konflik memang merupakan proses disosiatif, namun tidak
selalu berakibat negatif. Suatu konflik yang kemudian disadari akan memecahkan
ikatan sosial biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan
menguatkan ikatan sosial. Jika demikian, biasanya akan terbentuk suatu keadaan
yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik.
d) Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat
Revolusi bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah mencapai
puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai dengan
dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan oleh Ir. Soekarno dengan
didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta. Dengan proklamasi bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari cengkeraman penjajah, serta telah
mengubah struktur pemerintahan kolonial menjadi pemerintahan nasional dengan
berbagai perubahan yang mengikutinya, mulai dari lembaga keluarga, sistem sosial,
sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor Ekstern
Penyebab perubahan sosial selain bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri
juga dapat bersumber dari luar masyarakat itu. Di antaranya adalah faktor alam
yang ada di sekitar masyarakat berubah, peperangan, dan pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.
a) Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah
Alam mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Alam
adalah penyedia bahan-bahan makanan dan pakaian, penghasil tanaman, serta
sumber kesehatan dan keindahan. Pertambahan jumlah penduduk dan kemajuan
teknologi lambat laun dapat merusak alam.
Semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula tekanan terhadap alam.
Oleh karena itu akan terjadi perusakan alam. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan

akan perumahan, manusia mengeringkan lahan pertanian untuk membangun


rumah. Akibatnya lahan pertanian menjadi sempit, serta banyak petani yang
kehilangan lahan untuk bertani dan terpaksa bekerja sebagai buruh pabrik atau
pekerjaan yang lainnya.
b) Peperangan
Terjadinya perang di suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan
kepribadian dari individu-individu sebagai anggota masyarakat yang tinggal di
wilayah tersebut. Betapa tidak, perang pasti akan melibatkan seluruh komponen
masyarakat dan akan membawa perubahan dalam masyarakat tersebut, baik besar
maupun kecil. Selain itu akan membawa akibat yang berarti bagi masyarakat
setempat. Hal ini terutama pada masyarakat yang kalah perang, karena adanya
pemaksaan berbagai kebudayaan oleh negara yang menang perang.
c) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Di era globalisasi sekarang ini, pengaruh kebudayaan masyarakat lain merupakan
suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi. Adanya hubungan kerja sama antarnegara
serta sarana komunikasi dan informasi yang semakin canggih, seperti televisi, radio,
dan internet memudahkan pengaruh kebudayaan masyarakat lain masuk dalam
suatu negara. Akibatnya muncul perubahan pada masyarakat yang menerima
pengaruh kebudayaan itu.
Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain yang menyebabkan
perubahan sosial adalah sebagai berikut.
Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal
balik. Dengan demikian, di samping dipengaruhi, suatu masyarakat juga akan
memengaruhi masyarakat lain. Akibatnya muncul kebudayaan baru yang
merupakan perpaduan antara dua kebudayaan yang saling berhubungan.
Misalnya wayang yang merupakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan
Hindu (India).

Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa,


seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini yang terjadi
adalah pengaruh sepihak, di mana pengaruh hanya berasal dari masyarakat
yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.

Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan


mempunyai taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru
cultural animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun
berkebudayaan berbeda dan saling hidup berdampingan, namun saling
menolak pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi
antara dua masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik
ataupun nonfisik.

Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang


lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-unsur
kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang masih
rendah.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menambahkan beberapa faktor yang turut
menjadi penentu dan kadar perubahan sosial, yaitu lingkungan fisik, kontak dan
isolasi, struktur sosial, sikap dan nilai, serta kebutuhan yang dianggap perlu.
1. Lingkungan Fisik
Sepanjang sejarah, banyak kelompok manusia mengubah lingkungan fisik mereka
dengan melakukan migrasi. Migrasi ke lingkungan yang berbeda menimbulkan
perubahan besar dalam segi kebudayaan. Hal semacam ini terjadi terutama pada
masyarakat primitif yang kehidupan para anggotanya sangat tergantung langsung
pada lingkungan fisik. Peradaban mempermudah perpindahan dan penerapan
budaya pada lingkungan baru yang berbeda.
2. Kontak dan Isolasi
Masyarakat yang terletak di persimpangan jalan lalu lintas dunia selalu menjadi
pusat perubahan. Karena kebanyakan unsur budaya dari masyarakat atau negara
lain masuk melalui difusi, maka masyarakat yang mengadakan hubungan dengan
masyarakat atau negara lain itulah yang mudah atau cenderung mengalami
perubahan terlebih dahulu. Sedangkan daerah yang terisolasi merupakan pusat
kestabilan, konservatisme, dan penolakan terhadap perubahan. Hampir semua
suku yang sangat primitif juga merupakan suku-suku yang terisolasi.
3. Struktur Sosial
Struktur masyarakat memengaruhi kadar perubahan masyarakat secara halus dan
pengaruhnya tidak dapat dilihat secara langsung. Meskipun birokrasi kadangkala
digunakan untuk menekan perubahan (biasanya hanya berhasil untuk sementara
waktu), namun ternyata birokrasi yang sangat terpusat justru sangat menunjang
pengembangan dan difusi perubahan. Bilamana suatu kebudayaan sangat
terintegrasi sehingga setiap unsur kebudayaan saling terkait satu sama lainnya
dengan baik dalam sistem ketergantungan, maka perubahan akan sulit terjadi dan
mengandung risiko yang besar.
4. Sikap dan Nilai-Nilai
Bagi kita, perubahan merupakan suatu hal yang biasa dan wajar selayaknya air yang
mengalir. Hal itu berbeda dengan kebanyakan orang Barat yang memiliki
kebanggaan apabila dapat melakukan perubahan, dalam arti menghasilkan
penemuan-penemuan baru, serta bersikap progresif dan tidak ketinggalan zaman.
Suatu masyarakat yang berubah secara cepat memiliki sikap berbeda terhadap
perubahan. Sikap itu merupakan penyebab dan juga akibat dari perubahan yang
sudah berlangsung.
Selain itu, masyarakat yang berubah secara cepat dapat memahami perubahan
sosial. Para anggota masyarakatnya bersikap skeptis dan kritis terhadap beberapa

bagian dari kebudayaan tradisional mereka dan selalu berupaya melakukan


eksperimen-eksperimen baru. Sikap seperti itu sangat merangsang saran dan
penerimaan perubahan di kalangan anggota masyarakat.
5. Kebutuhan yang Dianggap Perlu
Kebutuhan bersifat subjektif. Kebutuhan dianggap nyata jika orang merasa bahwa
kebutuhan itu memang nyata. Di banyak bagian dunia yang terbelakang dan
kekurangan pangan, orang bukan saja memiliki kebutuhan objektif akan tambahan
pangan, tetapi juga memerlukan berbagai jenis pangan. Jika orang belum merasa
butuh, maka orang akan tetap menolak perubahan, dan hanya kebutuhan yang
dianggap perlu oleh masyarakat yang memegang peran menentukan. Beberapa
penemuan praktis terabaikan hingga saat masyarakat membutuhkan kegunaan dari
penemuan tersebut.

Faktor Penghambat Perubahan Sosial


Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut Soerjono
Soekanto, ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial,
yaitu:
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan

cenderung konservatif.
Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat

(vested interest).
Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan

menimbulkan perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.


Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal

dari Barat.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar

diubah.

Beberapa Perubahan Sosial Besar Saat Ini


Peningkatan Populasi
Pergeseran populasi dunia dimulai sekitar tahun 1750 ketika populasi dunia
meningkat mencapai 1 miliar pada tahun 1800. Tonggak ini diulangi oleh 1930hampir satu abad kemudian-ketika populasi dunia mecapai 2 miliar. Populasi global
mencapai 3 miliar pada tahun 1962 dan 4 miliar pada tahun 1974. Pertambahan

penduduk dunia yang meningkat baru-baru ini telah melambat, namun planet kita
tetap melewati angka 5 miliar pada tahun 1987 dan 6 miliar pada akhir tahun 1999
Distribusi Penduduk dan Urbanisasi
Satu lagi perubahan yang paling jelas saat ini terjadi adalah perubahan dalam
distribusi populasi global antar negara. Dalam beberapa dekade terakhir, negaranegara berkembang menjadi proporsi yang lebih besar dari populasi dunia,
meningkat dari 68 % pada tahun 1950 menjadi 82% pada tahun 2010, sementara
penduduk negara-negara maju telah menurun dari 32 % dari total populasi dunia
pada tahun 1950 menjadi 18% pada tahun 2010. China dan India terus menjadi
negara berpenduduk terbesar, diikuti oleh Amerika Serikat di tempat ketiga.
Memang, pertumbuhan penduduk di seluruh dunia melambat. Pertumbuhan
populasi di antara negara-negara maju telah melambat sejak 1950-an , dan
sekarang di pertumbuhan tahunan 0,3 %. Pertumbuhan penduduk antara negaranegara kurang berkembang termasuk yang paling maju juga telah melambat, sejak
tahun 1960, dan sekarang di pertumbuhan tahunan 1,3 %. Pertumbuhan populasi di
antara negara-negara berkembang belum benar-benar melambat, dan merupakan
yang tertinggi di pertumbuhan tahunan 2,7 %.
Kerusakan Lingkungan Hidup
Peningkatan populasi dan distribusinya jelas menimbulkan perubahan sosial yang
signifikan. Berbagai analisa dikemukakan untuk menanggulangi permasalahan ini.
Di antara tokoh yang yang pendapatnya cukup dikenal dalam hal populasi adalah
Malthus. Argumen utama Malthus adalah bahwa dunia kita sedang menuju ke arah
kekacauan sosial. Karena populasi akan cenderung meningkat dalam deret ukur (2,
4, 8, 16, 32), sedangkan produksi pangan akan meningkat hanya dalam deret hitung
(2, 3, 4, 5, 6) karena lahan pertanian terbatas.
Malthus menawarkan sebuah pelajaran penting. Tanah yang dihuni, air bersih, dan
udara segar adalah sumber daya yang terbatas, dan saat ini, produktivitas ekonomi
yang lebih besar telah mengambil korban lingkungan alam. Manusia di mana-mana
harus menyadari bahaya peningkatan populasi yang tak terkendali. Akibat yang
paling terasa adalah rusaknya lingkungan akibat keperluan manusia untuk bertahan
dengan mengeksploitasi sumber daya alam

Anda mungkin juga menyukai