sifat berubah. Begitu juga dengan kebudayaan yang bersifat dinamis selalu mengalami perubahan
walaupun secara sangat lambat. Perubahan dari kebudayaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, berpengaruh pada budaya lokal. Sebelum mengkaji tentang pengaruh budaya asing
terhadap budaya lokal, ada beberapa konsep penting yang erat kaitan nya dengan pengaruh budaya
itu, antara lain difusi (penyebaran), percampuran (acculturation), pembauran (asimilation), dan gegar
budaya (cultural shock).
a. Difusi (Penyebaran)
Difusi adalah suatu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok
lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
difusi dinyatakan sebagai proses penyebaran atau perembesan suatu unsur kebudayaan dari satu
pihak kepada pihak lain. W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi adalah penyebaran kebiasaan atau
adat istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain. Proses difusi berlangsung menggunakan
teknik meniru atau imitasi. Meniru lebih mudah daripada menciptakan sendiri, terutama tentang halhal yang baru. Beberapa contoh proses terjadinya difusi, di antaranya sebagai berikut.
1. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia dilakukan dengan teknik
meniru. Misalnya, penyebaran agama Islam melalui media perdagangan, berikut cara
berdagang yang jujur, dan model pakaian yang digunakan, lambat laun ditiru oleh
masyarakat.
2. Cara berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh penguasa pribumi.
3. Cara orang Minangkabau membuka warung nasi dan cara orang Jawa membuka warung
tegal.
4. Cara makan yang dilakukan orang Eropa dengan menggunakan sendok ditiru oleh orang
Indonesia.
Adapun jenis difusi yang dilakukan, antara lain sebagai berikut.
1) Penyebaran intra masyarakat, dipengaruhi antara lain sebagai berikut.
a) Fungsinya dirasakan cocok dan berguna bagi kehidupan masyarakat.
b) Unsur-unsur budaya daerah mudah diterima atau diserap, contohnya unsur-unsur kebudayaan
material dan teknologi, seperti bahan makanan, pakaian, dan alat-alat per tanian.
c) Unsur-unsur budaya daerah sangat digemari karena keindahan dan rasa.
2) Penyebaran antar masyarakat, dipengaruhi antara lain:
a) kontak antar masyarakat;
b) penyebarannya;
c) ada tidaknya kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan baru.
Bentuk penyebaran yang mendapat perhatian dari para antropolog, di antaranya sebagai berikut.
1. Symbiotic adalah pertemuan antar individu dari satu masyarakat dan individu-individu dari
masyarakat lainnya tanpa mengubah kebudayaan masing-masing. Contohnya proses barter
yang terjadi antara orang suku pedalaman Kongo dan orang suku pedalaman Togo di Afrika.
2. Penetration pasifique adalah masuknya kebudayaan asing dengan cara damai dan tidak
disengaja dan tanpa paksaan. Misalnya, masuknya para pedagang dari Gujarat, Persia dan
Arab yang berniat berdagang, tetapi tanpa disadari menyebarkan agama Islam.
3. Penetration violente adalah masuknya kebudayaan asing dengan cara paksa. Misalnya,
kewajiban melakukan seikirei pada masa penjajahan Jepang di Asia.
Peristiwa yang terjadi pada belahan bumi yang lain dapat disaksikan dan didengarkan pada waktu
yang bersamaan, meski orang berada di wilayah yang sangat jauh dari tempat berlangsungnya
kejadian tersebut. Peristiwa peperangan di negara-negara Balkan atau bencana kelaparan yang
terjadi di Afrika dengan mudah dan cepat dapat segera diketahui dalam hitungan detik, bahkan
secara langsung dapat diketahui saat itu juga. Arus globalisasi informasi semakin mempermudah
proses difusi kebudayaan, setelah teknologi internet semakin berkembang sehingga pembauran
kebudayaan asing tidak bisa dihindarkan. Hal ini juga berarti semakin mempermudah terjadinya
proses
pembauran
atau
per
Referensi
campuran
pada
suatu
Antropologi
bangsa.
:
Globalisasi adalah proses percepatan saling ketergantungan bangsa-bangsa dalam sebuah sistem
dunia yang berbentuk jaringan ekonomi, media massa, dan sistem transportasi modern.
b. Akulturasi (Percampuran)
Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa Inggris acculturation.
Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai akibat adanya
pengaruh dari kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep
mengenai proses sosial yang timbul jika sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing. Akibatnya, unsur-unsur asing lambat laun diterima
dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.
Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan adanya
unsur-unsur kebudayaan asing yang diserap atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur yang
tidak diterima sehingga proses perubahan kebudayaan melalui mekanisme percampuran masih
memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli.
Mekanisme percampuran dapat digambarkan sebagai berikut.
1) Unsur Budaya Asing yang Mudah Diterima
a) Unsur-unsur kebudayaan yang konkret wujudnya, seperti benda-benda keperluan rumah tangga
dan alat-alat pertanian yang praktis dipakai.
b) Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan
bermotor, seperti sepeda motor dan truk pengangkut.
c) Unsur-unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya,
penerangan listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler menggantikan telepon
rumah.
2) Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima
a) Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, misalnya paham atau ideologi negara asing.
b) Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum
teh.
c) Unsur-unsur kebudayaan yang sukar disesuaikan dengan keadaan masyarakat penerima,
contohnya traktor pembajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada
lahan pertanian tertentu.
Gambar 1. Traktor pembajak sawah merupakan salah satu contoh budaya asing yang
masuk ke kebudayaan daerah, walaupun awalnya sulit untuk diterima. (miftah/bisnisjabar.com)
3) Unsur Budaya yang Sukar Diganti
a) Unsur yang memiliki fungsi luas dalam masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan yang masih
berfungsi luas dalam masyarakat Batak.
b) Unsur-unsur yang ditanamkan pada individu sejak kecil dalam proses pembudayaan ataupun
pemasyarakatan. Misalnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang memakan nasi akan sulit
diganti dengan roti sebagai makanan pokok.
4) Individu yang Cepat dan Sukar Menerima Kebudayaan Asing
Dipandang dari sudut umur, individu-individu yang berumur relatif muda umumnya lebih mudah
menerima unsur-unsur dari luar dibandingkan individu-individu yang berusia lanjut. Selain itu,
individu-individu yang sudah menerima kebaikan dari masyarakatnya akan sulit menerima unsurunsur asing.
5) Beberapa Bentuk Percampuran
Menurut para antropolog, percampuran terjadi dalam berbagai bentuk sebagai berikut.
a) Substitusi
Unsur budaya lama diganti dengan unsur budaya baru yang memberikan nilai lebih bagi para
penggunanya. Contohnya, para petani mengganti alat pembajak sawah oleh mesin pembajak seperti
traktor.
b) Sinkretisme
Unsur-unsur budaya lama yang berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya yang baru sehingga
membentuk sistem baru. Perpaduan ini sering terjadi dalam sistem keagamaan, contohnya agama
Trantayana di zaman Singosari yang merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.
Demikian juga pada tradisi keagamaan orang Jawa yang masih memperlihatkan perpaduan antara
agama Hindu dan Islam.
c) Penambahan (Addition)
Unsur budaya lama yang masih berfungsi ditambah unsur baru sehingga memberikan nilai lebih.
Contohnya, di Kota Yogyakarta, penggunaan kendaraan bermotor melengkapi sarana transportasi
tradisional, seperti becak dan andong.
d) Penggantian (Deculturation)
Unsur budaya lama hilang karena diganti oleh unsur baru. Contohnya, delman atau andong diganti
oleh angkot atau angkutan bermotor.
e) Originasi
Masuknya unsur budaya baru yang sebelumnya tidak dikenal menimbulkan perubahan besar dalam
kehidupan masyarakatnya. Contohnya, proyek listrik masuk desa menimbulkan perubahan besar
dalam ke hidupan masyarakat desa. Energi listrik tidak hanya menggantikan lampu teplok dengan
lampu listrik, tetapi juga mengubah perilaku masyarakat desa akibat masuknya berbagai media
elektronik, seperti televisi, radio, dan film.
Gambar 2. Perilaku masyarakat cenderung berubah dengan diterimanya pengaruh media elektronik, seperti
televisi. (Metri Novarinda Asmar/fema.ipb.ac.id)
f) Penolakan (Rejection)
Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat menimbulkan dampak negatif
berupa penolakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan tidak setuju terhadap
proses percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian orang yang menolak berobat
ke dokter dan lebih percaya ke dukun.
c. Pembauran (Asimilasi)
Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan proses perubahan
kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri
kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran adalah
suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar kebudayaan yang
berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masingmasing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran.
Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu yang mendukung
berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
1) Faktor Pendorong Asimilasi
a) Toleransi adalah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung
kebudayaan yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
b) Simpati adalah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling
menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan kebudayaan nya
serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan masyarakat yang menjadi
pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
c) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat
diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan
minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
d) Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua
kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
e) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan
menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.
2) Faktor Penghambat Asimilasi
a) Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi
di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan luar yang lebih
tinggi (superior). Contohnya, suku-suku bangsa terasing seperti orang Kubu di Sumatra, orang Baduy
di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka
menutup diri terhadap masuknya budaya baru.
b) Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang kurang
berkembang antara suku bangsa.
c) Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap
kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi
sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
d) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada
tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang
memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang dapat
menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
e) Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa
individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan
minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang tajam
dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia
tidak banyak membawa hasil untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika ingroup feeling tidak diatasi lebih dulu.
d.
Gegar Budaya
Gegar budaya merupakan padanan kata dari istilah dalam bahasa Inggris culture shock. Gegar
budaya, yaitu adanya ketidaksiapan menerima budaya yang baru pada kehidupan. Ada sebuah
paradigma yang berkembang bahwa segala yang datang dari Barat itu unggul dan lebih baik, padahal
belum tentu. Bisa saja yang datang dari Barat itu mengandung nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
budaya Timur. Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Sifat individualisme adalah sifat mementingkan diri sendiri. Hal ini sangat bertentangan
dengan budaya Indonesia yang lebih mengutamakan kebersamaan. Sifat individualisme
mengingkari kodrat manusia sebagai makhluk sosial.
1. Penemuan (discovery)
Discovery adalah penemuan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada.
Penemuan itu biasanya tidak disengaja atau terjadi secara kebetulan.
Contohnya, penemuan kertas penghisap tinta. Kertas penghisap tinta ditemukan
ketika seorang karyawan pabrik kertas lupa memasukkan ramuan tertentu ke
dalam campuran bahan pembuat kertas.
Setelah kertas jadi, ternyata kertas tersebut dapat menghisap tinta. Sejak itu
dengan sengaja dibuat kertas penghisap tinta seperti yang kita pakai sekarang.
2. Penciptaan (invention)
Perlu diingat, bahwa setiap penciptaan baru selalu berdasarkan pada hal-hal
yang sudah ada atau penemuan sebelumnya. Kemajuan teknologi saat ini
dikembangkan di atas dasar teknologi masa lalu. Pengetahuan yang kita miliki
sekarang merupakan perkembangan dari pengetahuan-pengetahuan
sebelumnya.
Penciptaan sesuatu yang baru bukan berarti telah tercipta sesuatu yang sama
sekali baru, yang sebelumnya tidak ada.
William F. Ogburn : Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsurunsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya
pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan
sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial
memiliki ciri-ciri antara lain:
Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka
mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
baca juga: Pengertian dan Contoh Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli
dan evolusi.
a) Perubahan evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses
lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti
kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan
sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan
diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat
pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke
masyarakat meramu.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang
evolusi, yaitu:
Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan
masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu,
dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang
sempurna.
b) Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan
tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan
revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur
kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.
Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak
direncanakan, dimana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam
tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara
sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat
tertentu, antara lain adalah:
Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di
dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan
Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala
keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan
revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru,
maka revolusi dapat gagal.
2. Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan
a) Perubahan yang Direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan
atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki
suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau
lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Oleh karena itu, suatu perubahan yang
direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change.
Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki.
Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah
mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)atau untuk mengurangi
pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga
berencana (KB).
b) Perubahan yang Tidak Direncanakan
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak
dikehendaki dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Karena terjadi di luar
perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang
memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat. Oleh karenanya,
perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi, misalnya
peristiwa banjir dan tanah longsor.
3. Perubahan Berpengaruh Besar dan Berpengaruh Kecil
Apa yang dimaksud dengan perubahan-perubahan tersebut dapat kamu ikuti
penjabarannya berikut ini
a) Perubahan Penduduk
Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya adalah
interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara cepat maupun lambat akan
merubah pola pemikiran mereka dan tingkat pengetahuan yang akan lebih
mempercepat proses perubahan. Di samping itu, perubahan penduduk yang
ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah
mengakibatkan kadar keramah-tamahan akan menurun, kelompok sekunder akan
bertambah banyak jumlahnya, struktur kelembagaan menjadi lebih rumit, dan
bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.
b) Penemuan-Penemuan Baru
Penemuan merupakan tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan
pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu yang
baru pada kebudayaan karena meskipun kenyataan tersebut sudah lama ada,
namun kenyataan itu baru menjadi bagian setelah kenyataan tersebut ditemukan.
Penemuan baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil penemuan
tersebut didayagunakan. Manakala suatu pengetahuan baru dimanfaatkan untuk
mengembangkan teknologi, biasanya akan disusul oleh perubahan yang besar
(Horton, 1993: 212).
Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi
berbagai proses berikut ini.
Discovery, yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang
individu atau serangkaian individu dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu
dapat berupa alat-alat baru ataupun ide-ide baru.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai konsep discovery, invention,
dan inovasi. Marilah kita simak bersama penjelasan berikut ini.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menambahkan beberapa faktor yang turut
menjadi penentu dan kadar perubahan sosial, yaitu lingkungan fisik, kontak dan
isolasi, struktur sosial, sikap dan nilai, serta kebutuhan yang dianggap perlu.
1. Lingkungan Fisik
Sepanjang sejarah, banyak kelompok manusia mengubah lingkungan fisik mereka
dengan melakukan migrasi. Migrasi ke lingkungan yang berbeda menimbulkan
perubahan besar dalam segi kebudayaan. Hal semacam ini terjadi terutama pada
masyarakat primitif yang kehidupan para anggotanya sangat tergantung langsung
pada lingkungan fisik. Peradaban mempermudah perpindahan dan penerapan
budaya pada lingkungan baru yang berbeda.
2. Kontak dan Isolasi
Masyarakat yang terletak di persimpangan jalan lalu lintas dunia selalu menjadi
pusat perubahan. Karena kebanyakan unsur budaya dari masyarakat atau negara
lain masuk melalui difusi, maka masyarakat yang mengadakan hubungan dengan
masyarakat atau negara lain itulah yang mudah atau cenderung mengalami
perubahan terlebih dahulu. Sedangkan daerah yang terisolasi merupakan pusat
kestabilan, konservatisme, dan penolakan terhadap perubahan. Hampir semua
suku yang sangat primitif juga merupakan suku-suku yang terisolasi.
3. Struktur Sosial
Struktur masyarakat memengaruhi kadar perubahan masyarakat secara halus dan
pengaruhnya tidak dapat dilihat secara langsung. Meskipun birokrasi kadangkala
digunakan untuk menekan perubahan (biasanya hanya berhasil untuk sementara
waktu), namun ternyata birokrasi yang sangat terpusat justru sangat menunjang
pengembangan dan difusi perubahan. Bilamana suatu kebudayaan sangat
terintegrasi sehingga setiap unsur kebudayaan saling terkait satu sama lainnya
dengan baik dalam sistem ketergantungan, maka perubahan akan sulit terjadi dan
mengandung risiko yang besar.
4. Sikap dan Nilai-Nilai
Bagi kita, perubahan merupakan suatu hal yang biasa dan wajar selayaknya air yang
mengalir. Hal itu berbeda dengan kebanyakan orang Barat yang memiliki
kebanggaan apabila dapat melakukan perubahan, dalam arti menghasilkan
penemuan-penemuan baru, serta bersikap progresif dan tidak ketinggalan zaman.
Suatu masyarakat yang berubah secara cepat memiliki sikap berbeda terhadap
perubahan. Sikap itu merupakan penyebab dan juga akibat dari perubahan yang
sudah berlangsung.
Selain itu, masyarakat yang berubah secara cepat dapat memahami perubahan
sosial. Para anggota masyarakatnya bersikap skeptis dan kritis terhadap beberapa
cenderung konservatif.
Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat
(vested interest).
Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan
dari Barat.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar
diubah.
penduduk dunia yang meningkat baru-baru ini telah melambat, namun planet kita
tetap melewati angka 5 miliar pada tahun 1987 dan 6 miliar pada akhir tahun 1999
Distribusi Penduduk dan Urbanisasi
Satu lagi perubahan yang paling jelas saat ini terjadi adalah perubahan dalam
distribusi populasi global antar negara. Dalam beberapa dekade terakhir, negaranegara berkembang menjadi proporsi yang lebih besar dari populasi dunia,
meningkat dari 68 % pada tahun 1950 menjadi 82% pada tahun 2010, sementara
penduduk negara-negara maju telah menurun dari 32 % dari total populasi dunia
pada tahun 1950 menjadi 18% pada tahun 2010. China dan India terus menjadi
negara berpenduduk terbesar, diikuti oleh Amerika Serikat di tempat ketiga.
Memang, pertumbuhan penduduk di seluruh dunia melambat. Pertumbuhan
populasi di antara negara-negara maju telah melambat sejak 1950-an , dan
sekarang di pertumbuhan tahunan 0,3 %. Pertumbuhan penduduk antara negaranegara kurang berkembang termasuk yang paling maju juga telah melambat, sejak
tahun 1960, dan sekarang di pertumbuhan tahunan 1,3 %. Pertumbuhan populasi di
antara negara-negara berkembang belum benar-benar melambat, dan merupakan
yang tertinggi di pertumbuhan tahunan 2,7 %.
Kerusakan Lingkungan Hidup
Peningkatan populasi dan distribusinya jelas menimbulkan perubahan sosial yang
signifikan. Berbagai analisa dikemukakan untuk menanggulangi permasalahan ini.
Di antara tokoh yang yang pendapatnya cukup dikenal dalam hal populasi adalah
Malthus. Argumen utama Malthus adalah bahwa dunia kita sedang menuju ke arah
kekacauan sosial. Karena populasi akan cenderung meningkat dalam deret ukur (2,
4, 8, 16, 32), sedangkan produksi pangan akan meningkat hanya dalam deret hitung
(2, 3, 4, 5, 6) karena lahan pertanian terbatas.
Malthus menawarkan sebuah pelajaran penting. Tanah yang dihuni, air bersih, dan
udara segar adalah sumber daya yang terbatas, dan saat ini, produktivitas ekonomi
yang lebih besar telah mengambil korban lingkungan alam. Manusia di mana-mana
harus menyadari bahaya peningkatan populasi yang tak terkendali. Akibat yang
paling terasa adalah rusaknya lingkungan akibat keperluan manusia untuk bertahan
dengan mengeksploitasi sumber daya alam