Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Kanker

2.2.1 Pengertian Kanker :

a. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal/terus menerus

dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat

menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis.

Sel kanker bersifat ganas dan dapat menyebabkan kematian, dapat

berasal/tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia. (Depkes RI,

2009)

b. Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan

pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel

tersebut menyerang jaringan biologi lainnya, baik dengan

pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau

dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (Metatstasis). Pertumbuhan

yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,

menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel.

(Astana.M, 2009)

2.2.2 Perbedaan Tumor dan Kanker

Tumor ada dua macam yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor

jinak hanya tumbuh dan membesar, tidak terlalu berbahaya, dan

14
tidak menyebar ke luar jaringan . Sedangkan tumor ganas adalag

kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali dan merusak

jaringan lainnya.

2.2.3 Gejala – gejala kanker

Gejala kanker secara umum yang timbul tergantung dari jenis atau

organ tubuh yang terserang yaitu : (Astana.M, 2009)

a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf

dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan

peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga

disebabkan karena ketakutan atau kecemasan.

b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya

ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus

menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan

liang senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause),

darah dalam tinja, darah dalam air kemih.

c. Perubahan kebiasan buang air besar.

d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan

protein (kaheksia).

e. Benjolan pada payudara

f. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus

menerus.

g. Tuli, atau adanya suara-suara dalam telinga yang menetap.

15
h. Luka yang tidak sembuh-sembuh

i. Perubahan tahi lalat dan kulit yang menyolok.

2.2.4 Faktor-faktor Pemicu Kanker

Kanker bisa disebabkan oleh banyak faktor dan berkembang dalam

waktu bertahun-tahun. Riset membuktikan bahwa beberapa faktor

dapat meningkatkan resiko seseorang terkena kanker. Untungnya,

sebagian besar faktor resiko itu dapat dihindari, dikontrol, dan

dikendalikan dengan memilih gaya hidup yang tepat. Faktor-faktor

yang paling banyak menyebabkan timbulnya kanker : (Astana, 2009)

a. Usia ;

Kebanyakan kanker menyerang orang yang berumur diatas 60

tahun. Tetapi, tidak sedikit orang yang jauh lebih muda, bahkan

anak-anak di bawah umur lima tahun juga terkena kanker.

b. Rokok;

Asap rokok/ tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun

pasif dapat menyebabkan kanker paru-paru, kanker pita suara,

kanker mulut, tenggorokan, ginjal, kandung kencing,

kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher rahim.

Bukan hanya asapnya, bahkan sering menghirup aroma

tembakau pun dapat menyebabkan kanker, dan

mengunyah/menghisapnya dapat menyebabkan kanker mulut.

16
c. Sinar Matahari; Sinar matahari pagi untuk kesehatan. Tetapi

sinar matahari siang, yang banyak mengandung ultraviolet, dapat

menyebabkan kanker kulit. Gunakan payung, topi lebar, dan

pakaian yang sebanyak mungkin menutup tubuh untuk

melindungi diri dari sinar ultraviolet. Kulit yang tidak

terlindungi, sebaiknya diolesi dengan sunscreen yang

mengadung sun protection factor (SPF). Sinar ultraviolet dapat

menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan oleh

pasir, air, salju, dan es. Lampu ultraviolet juga dapat

menyebabkan kanker.

d. Zat-zat Kimia;

Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan/minuman

modern yang dapat menjadi pemicu kanker, misalnya zat

pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, perasa bauatan.

Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi pabrik atau

yang dijual di warung/restoran mengandung zat-zat tambahan

tersebut. Tetapi makanan yang disiapkan di rumah pun belum

tentu bebas resiko kanker. Karena kebanyakan sayur-sayuran dan

buah-buahan ditanam dengan mengandalkan pupuk buatan dan

pertisida. Makanan yang dipanggang, dibakar, digoreng dengan

minyak jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker. Begitu

juga air yang terpolusi detergen maupun limbah-limbah kimiawi

17
lainnya, walapun telah dijernihkan. Zat-zat kimia lain penyebab

kanker dapat masuk ke tubuh manusia melalui udara, misalnya

bensin, asbes, kadmium, nikel, vinil klorida dan sebagainya.

e. Diet,

Kegemukan dan Kurang Gerak; terlalu banyak mengkonsumsi

daging merah dan garam diduga dapat meningkatkan resiko

kanker usus, rektum dan kanker lain di daerah perut. Sebaliknya,

banyak mengkonsumsi sayur dan buah dapat mengurangi resiko

kanker di sepanjang saluran pencernaan. Kegemukan dan kurang

gerak dapat memicu timbulnya kanker payudara, endometrium,

ginjal, usus besar dan kerongkongan. Untuk mencegahnya setiap

hari berolahragalah setidaknya selama 30 menit.

f. Alkohol;

Terlalu banyak hikmah yang dapat diperolah dengan haramnya

mengonsumsi alkohol. Sebuah tim peneliti internasional

melaporkan bahwa 3,6 % dari semua kasus kanker berkaitan

dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dan hal

ini membawa konsekwensi kematian akibat kanker sekitar 3,5 %.

g. Hormon;

Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat

meningkatkan kemungkinan terjangkitnya kanker rahim dan

kanker payudara. Sedangkan hormon progesteron dapat

18
mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapu meningkatkan

resiko kanker payudara. Kedua jenis hormon tersebut banyak

digunakan sebagai bahan pil KB maupun terapi sulih hormon

pada wanita menopause. Penggunaan jangka panjang dapat

mengurangi resiko kanker kandungan dan endometrium, tetapi

meningkatkan resiko kanker payudara dan kanker liver.

h. Seks Usia Muda Sebabkan Resiko Kanker

Hubungan seksual pada usia dibawah 17 tahun diketahui dapat

merangsang tumbuhnya sel kanker pada organ kandungan

perempuan, karena pada rentang usia 12 – 17 tahun, perubahan

sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali. Ketika sel sedang

membelah secara aktif (metaplasi), idealnya tidak terjadi kontaks

atau rangsangan apapun dari luar, termasuk injus (masukan)

benda asing dalam tubuh perempuan, karena akan

mengakibatkan perkembangan sel ke arah yang abnormal.

Apalagi kalau sampai terjadi luka yang mengakibatkan infeksi

dalam rahim. Sel abnormal dalam rahim itu dapat mengakibatkan

kanker mulut rahim (serviks).

i. Riwayat Keluarga;

Faktor-faktor pemicu diatas baru akan menimbulkan kanker

kalau berhasil membuat sebuah gen dalam inti sel berubah

(bermutasi). Jika sistem kekebalan tubuh tidak mampu

19
memperbaiki atau menghancurkan gen yang mengalami mutasi

ini, gen tersebut membuat sel normal berubah menjadi sel ganas,

yang seterusnya berkembang menjadi kanker. Adakalanya gen

pembawa sifat ini kemudian diturunkan kepada anak, yang

membuat anak tersebut memiliki gen yang tidak normal.

Sekalipun demikian gen tidak normal ini belum tentu

berkembang menjadi kabker, karena masih tergantung pada ada-

tidaknya pemicu-pemicu lain dan kuat-tidaknya daya tahan

tubuhnya. Lagi pula, tidak semua jenis kanker diturunkan. Hanya

kanker jenis tertentu yang memiliki kecenderungan diturunkan,

yakni melanoma (kanker kulit), payudara, kandungan, prostat,

usus besar.

2.2. Kanker Payudara (Carcinoma Mammae)

Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker

paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker

payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 banding 1000.

Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu

dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi. (Astana.M, 2009)

2.2.1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker Payudara adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam

jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh kelenjar susu, jaringan

lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak

20
tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Kanker ini juga masuk dalam

catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam

International Classification of Diseases (ICD). (Suryaningsih dan

Sukaca, 2009).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan

payudara , merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita,

meskipun berdasaran penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena

kanker ini, walaupun masih sangat jarang terjadi. Prognosis kanker

payudara tergantung pada tingkat pertumbuhannya. Dari hasil

pengamatan, umumnya penderita kanker payudara sudah tidak dapat

ditolong karena terlambat diketahui dan diobati. Hasil penelitian di

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta yang dilakukan dalam

tahun 1988 – 1981 menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara

datang memeriksaan diri atau berobat ketika penyakit sudah pada

stadium lanjut.( Purwoastuti, 2009).

Ca. Mammae berdasarkan sifat serangannya, terbagi menjadi 2

yaitu Ca. Mammae Invasife dan Non – Invasife.( Chyntia, 2009).

1). Ca. Mammae Invasife

Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta

menyerang lemak dan jaringan konektif payudara di sekitarnya.

Kanker dapat bersifat invasif (menyerang) tanpa selalu menyebar

( metastatic ) ke simpul limfe atau organ lain dalam tubuh.

21
2). Ca. Mamme Non – Invasife

Sel Kanker terkunci dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak

dan jaringan konektif payudara di sekitarnya. Ductal Carcinoma in situ

(DCIS), merupakan bentuk kanker payudara non – invasif yang paling

umum terjadi (90%). Lobular carcinoma in situ (LCIS) meski lebih

jarang, justru perlu lebih diwaspadai karena merupakan tanda

meingkatnya risiko Ca. Mammae.

2.2.2. Gejala Klinis Kanker Payudara

Menurut Mahesa Astana (2009), Gejala klinis kanker payudara dapat

berupa :

a. Benjolan pada payudara;

Umumnya berupa benjolan yang tidak menyebabkan nyeri pada

payudara pada stadium awal. Benjolan itu mula-mula kecil, makin

lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan

perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

b. Erosi atau eksema puting susu kulit, atau puting susu tadi menjadi

tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau kecoklat-

coklatan sampai oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk

(peaud’orange), mengerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara.

Borok itu makin lama makin besar dan mendalam, sehingga dapat

22
mengahancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah

berdarah.

c. Pendarahan pada puting susu

d. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah

besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang

– tulang.

e. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,

bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker seluruh

tubuh.

Tanda dan gejala yang tampak pada penderita Ca. Mammae adalah

sebagai berikut :

1). Ada benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakkan dari

dasar/jaringan sekitar, pada awalnya tidak terasa sakit atau nyeri

sehingga kurang mendapat perhatian dari penderita.

2). Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara

3). Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.

4). Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai

timbul pembengkakan.

5). Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun

sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan

tertarik ke dalam.

23
6). Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d’ Orange)

7). Terkadang keluar cairan, darah merah kehitam – hitaman atau nanah

dari puting susu atau keluar air susu pada wanita yang tidak sedang

hamil atau sedang menyusui.

8). Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.

9). Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat

tubuh lain.

10. Keadaan umum penderita buruk.

Menurut Dewi ( 2009) Gejala Payudara bisa berupa : benjolan

padat dengan bentuk yang tidak teratur. Nyeri payudara yang sifatnya

menetap atau hilang – timbul payudara terasa penuh nyeri tumpul dan

berat pembengkakan dan nyeri bila ditekan sebelum menstruasi, nyeri

payudara berkurang setiap selesai menstruasi. Gejalanya bisa ringan atau

berat dan mencapai puncaknya sesaat sebelum menstruasi serta

menghilang segera setelah menstruasi.

2.2.3. Faktor- faktor Penyebab Kanker Payudara

Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara

masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:

(Astana, 2009)

a. Faktor reproduksi:

24
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya

kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda,

menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur

tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.

Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur

saat kehamilan pertama merupakan window of initiation

perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,

payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang

dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause

sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum

terjadinya perubahan klinis.

b. Penggunaan hormon:

Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.

Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa

terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para

pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis

menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara

pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini

untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami

kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap

rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi

jinak atau menjadi ganas.

25
c. Penyakit fibrokistik:

Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada

peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan

papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan

pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.

d. Obesitas:

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh

dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi

terhadap kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan

Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.

e. Konsumsi lemak:

Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya

kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8

tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan

risiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun

f.Radiasi:

Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas

meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa

penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi

berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya

eksposur.

26
g. Riwayat keluarga dan faktor genetik:

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat

penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.

Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang

keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik

ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu.

Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap

kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar

60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.

Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60% kanker payudara

terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.

Dadan Harjana (2014), menjelaskan beberapa hal yang dapat

menyebabkan kanker payudara :

a. Genetis : Kanker payudara bisa diturunkan secara genetik. Namun,

persentasenya relatif kecil, yaitu 5-10%. Ciri-ciri penderita

kanker payudara yang disebabkan karena genetik adalah:

1) Diderita di usia < 40 tahun

2) Diderita pada usia < 50 tahun, dan ada 1 atau lebih saudara

tingkat pertama (orang tua, saudara kandung atau anak) yang

menderita kanker payudara atau ovarium (indung telur),

3) Diderita di usia berapa pun, dan ada dua atau lebih saudara

di tingkat pertama yang menderita kanker payudara,

27
4) Penderita berjenis kelamin pria.

b. Faktor gaya hidup: Tidak bisa disangkal, gaya hidup sangat

berpengaruh terhadap kesehatan, termasuk kesehatan payudara.

Beberapa kondisi risiko tinggi yang dipengaruhi gaya hidup adalah:

1) Obesitas

2) Setelah masa menopause meningkatkan risiko kanker payudara

akibat efek estrogen dan progesteron yang lebih besar.

3) Merokok (asap rokok selain mempunyai efek langsung beracun

dan karsinogenik, juga dapat mempengaruhi risiko penyakit

kronis melalui mekanisme hormonal).

4) Alkohol (alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen

sehingga meningkatkan aktivitas tumor).

c. Risiko kanker payudara yang lain meliputi:

1) Faktor usia (>50 tahun)

2) Hormonal (terutama penggunaan kontrasepsi hormonal)

3) Lingkungan, misalnya polusi

4) Mutasi Genetis.

5) Riwayat ginekologi (menstruasi pertama < usia 12 tahun, usia

menopause lebih lambat yaitu > 55 tahun, dan melahirkan bayi

pertama > 35 tahun).

28
Sedangkan Menurut Depkes, (2009), Faktor-faktor terjadinya kanker

payudara sebagian besar berhubungan dengan faktor hormonal dan

genetik, yang berkaitan dengan :

1. Faktor yang berhubungan dengan diet yang berdampak negatif

seperti :

a. Peningkatan berat badan yang berlebihan terutama setelah

menopause;

b. Peningkatan tinggi badan yang cepat pada masa pubertas

c. Makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh dan

makan terlalu manis;

d. Minuman beralkohol

Beberapa faktor diet yang dapat mengurangi risiko terjadinya

kanker payudara seperti :

a. Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat

seperti sayur, buah sebanyak ½ kg per hari;

b. Peningkatan konsumsi makanan yang mengandung vitamin

seperti C, dan A.

2. Hormonal dan faktor reproduksi

a. Menarche atau haid pertama pada usia muda (kurang dari 12

tahun)

b. Melahirkan anak pertama pada usia lebih tua (diatas 35 tahun)

c. Menopause pada usia yang lebih tua (diatas 50 tahun)

29
d. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama (> 7 tahun)

e. Infertilitas atau mandul, tidak menikah, dan

f. Tidak menyusui anak.

3. Terpapar Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara

4. Adanya faktor genetik atau keturunan

5. Pernah menderita penyakit tumor jinak payudara atau pernah

menderita kanker payudara.

2.2.4. Menentukan Stadium Kanker Payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian

dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,

yakni sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke

organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ke tempat jauh. Stadium

hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor

jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan

penunjang lainnya yaitu histopatologi atai PA, rongten, USG, dan bila

memungkinkan dengan CT Scan, dam scintigrafi. Banyak sekali cara

untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini

adalah menentukan stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM

yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against

Cancer) atau AJCC (Amirican Joint Committee on Cancer yang

disponsori oleh Amirican Cancer Society dan American College of

Surgeons).

30
2.2.5. Pemeriksaan Diagnostik Ca. Mammae

Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan

cara pengambilan sampel jaringan sel payudara yang mengalami

pembenjolan (tindakan biopsi). Dengan cara ini akan diketahui jenis

pertumbuhan sel yang alami, apakah bersifat tumor jinak atau tumor

ganas (kanker) (Chyntia, 2009 ).

Menurut Purwoastuti (2009), Pemeriksaan diagnostik Ca.

Mammae dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1). Mammografi, Skrining dengan mammografi dianjurkan untuk wanita

sehat berusia diatas 35 tahun, wanita risiko tinggi terhadap ca.

Mammae, atau wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan

kanker. Pemeriksaan mammografi juga dilakukan untuk

mengkonfirmasi benjolan yang ditemukan saat pemeriksaan

SADARI, pembesaran kelenjar getah bening ketiak (aksila) yang

meragukan, follow up setelah operasi dengan kemungkinan kambuh

atau keganasan payudara kolateral.

2). Ultrasonografi (USG)

3). Pemeriksaan pertanda tumor untuk Ca. Mammae, seperti CA 15-3,

MCA (mucin – like carcinoma), dan CEA (Carcinoma Embryonic

Antigen)

31
2.1.5 Pengobatan dan Terapi

Pengobatan atau terapi yang dilakukan tergantung pada stadium

kanker yang akan diobati/diterapi, bisa dilakukan dengan cara operasi,

pemberian kemoterapi ( sitostatika ), radioterapi ( penyinaran) maupun

hormon. ( Purwoastuti, 2009 ).

Menurut Mahesa Astana (2009), ada beberapa pengobatan kanker

payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik

penyakit, yaitu :

a. Mastektomi :

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara.

b. Radiasi

Penyinaran/ radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang

terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang

bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara

setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah,

nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi

hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari

radiasi.

c. Kemoterapi :

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan antikanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan

membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi

32
juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien

mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh

obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

2.1.6 Strategi Pencegahan Kanker Payudara

Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga

kelompok besar, yaitu pencegahan pada lingkungan, pada penjamu, dan

milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang

paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi

kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara,

pencegahan yang dilakukan antara lain berupa :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu

bentuk promosi kesehatan karena pada orang yang “sehat” melalui

upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor

risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.

Pencegahan Kanker payudara dapat dilakukan dengan cara:

1. Hindari penggunaan BH yang terlalu ketat dalam waktu lama

2. HIndari banyak merokok dan mengkonsumsi alkohol

3. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri, setiap bulan

4. Hindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis-jenis radiasi

Lainnya

33
5. Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah-buahan dan

sayuran segar. Sebaiknya sering mengkonsumsi kedelai serta

produk olahannya, seperti tahu, tempe, dan susu kacang

kedelai, sebab kedelai mengandung phyto estrogen, yaitu

genistein, yang bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya

kanker payudara

6. Lakukan olahraga secara teratur

7. Hindari terlampau banyak makan makanan berlemak tinggi

8. Atasi stress dengan baik, misalnya lewat relaksasi dan meditasi

9. Makanlah lalap kunir puti (temu mangga) lebih kurang dua ruas

jari setiap hari.

b. Pencegahan Skunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki

risiko untuk terkena kanbker payudara. Setiap wanita yang normal

dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari

payudara. Pencegahan skunder dilakukan dengan melakukan deteksi

dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.

Skrining melalui mammografi dikalim memiliki akurasi 90% dari

semua kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada

wanita yang sehat merupakan salah satu faktor.

34
c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah

positif menderita kanker payudara. Penanganan pada penderita

kanker payudara yang disesuaikan dengan stadiumnya akan dapat

mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.

Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan

pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi, walaupun

tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila

kanker telah jauh bertastasis, dapat dilakukan tindakan kemoterapi

dengan sitostika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya

berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan

alternatif.

2.1 7. Deteksi Dini terhadap Kanker Payudara

Penderita kanker Payudara masih mempunyai keingkinan

besar untuk disembuhkan kalau ditemukan ketika pada tahap awal atau

dini. Dengan demikian, penemuan kanker Payudara sejak dini

sangatlah penting untuk sebuah kesembuhan. Tujuan utama detiksi

dini kanker Payudara adalah untuk menemukan kanker dalam stadium

dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Ternyata 75 – 85%

keganasan kanker Payudara ditemukan pada saat dilakukan

pemeriksaan payudara sendiri. ( Purwoastuti, 2009)

35
Deteksi dini dilakukan dengan melakukan “ pemeriksaan

payudara sendiri “ atau dikenal dengan istilah SADARI. Ini adalah

pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari

benjolan atau kelainan lainnya. Dengan posisi tegak menghadap kaca

dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara

sistematis. Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid,

sekitar 1 minggu setelah haid. Bila sudah menopause, lakukan pada

tanggal tertentu setiap bulannya. Jika ditemukan benjolan di payudara,

segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. ( Purwoastuti,

2009)

2.3 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

2.3.1 Pengertian SADARI;

SADARI adalah pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan

belajar melihat dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri secara

teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah alin sejak dini

walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk diobati.

(Depkes, 2009)

2.3.2 Waktu melakukan pemeriksaan payudara sendiri

Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan pada hari ke tujuh

sampai denga hari ke sepuluh yang dihitung sejak hari ke 1 mulai haid

(saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi yang telah

36
menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal yang sama

setiap bulannya.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan

oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada usia 20 tahun atau sejak

menikah. Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan terlatih sebaiknya

dilakukan pada perempuan beruasia 30-50 tahun setiap 3 tahun sekali,

kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko, pemeriksaan

mammografi dilakukan 1 tahun sekali setelah berusia di atas 40 tahun

dan dilakukan pemeriksaan USG 1 tahun sekali dibawah 40 tahun.

2.3.3 Cara – cara melaksanakan Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI)

Kesehatan payudara tentu menjadi perhatian semua wanita. Di samping

untuk estetika, kesehatan payudara juga berguna untuk kesehatan tubuh

secara keseluruhan. Wanita mempunyai risiko yang besar untuk terkena

tumor atau keganasan di organ kecantikannya ini. Oleh karenanya para

wanita disarankan agar bisa melakukan pemeriksaan payudara sendiri

agar dapat deteksi dini. Pemeriksaan payudara sendiri (sadari) dapat

dilakukan oleh wanita siapa pun setelah berusia 20 tahun. Para wanita

disarankan untuk melakukannya sendiri, karena mereka pasti mengenal

struktur payudara normalnya. Oleh karenanya, jika ada benjolan atau hal

tidak normal yang lain, maka mereka akan langsung menyadarinya. Saat

yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah pada hari ke

37
5-7 setelah menstruasi, saat payudara tidak mengeras, membesar, atau

nyeri lagi. Untuk wanita yang telah menopause, atau tidak menstruasi

lagi, mereka dapat melakukannya kapan saja, dan disarankan untuk

memeriksanya sendiri setiap awal atau akhir bulan.

(TanyaDok.com,2015)

Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker

payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis

sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita

menjalani ‘sadari’ (periksa payudara sendiri – saat menstruasi – pada

hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah

secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan

untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara

sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia

lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri

maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya. (YKI, 2004)

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di

hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara

berbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat

perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara

dengan cara berbaring.

Ada 6 (enam) Langkah SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara

menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI) sebagai berikut :

38
1. Berdiri tegak didepan cermin. Cermati bila ada perubahan pada

bentuk dan permukaan kulit payudara, pembengkakan dan/atau

perubahan pada puting. Jangan khawatir bila bentuk payudara

kanan dan kiri tidak simetris.

2. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di

belakang kepala. dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan

dorong siku ke belakang dan cermati bentuk maupun ukuran

payudara. Otot dada Anda dengan sendirinya berkontraksi saat

Anda melakukan gerakan ini.

3. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan

sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan,

lalu kencangkan (kontraksikan) otot dada Anda.

4. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri

memegang bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari

tangan kanan, raba dan tekan area payudara, serta cermati seluruh

bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atas-

bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara

ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada

payudara kanan Anda.

5. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting.

Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.

39
6. Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat

lengan ke atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola

gerakan seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari,

tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak. Ulangi

langkah ini pada sisi berlawanan, untuk mencermati payudara

sebelah kiri.

2.3.4 Tanda – tanda yang harus di waspadai

Beberapa hal yang harus diwaspadai ketika menemukan tanda-tanda

yang terlihat saat SADARI antara lain:

1. Penambahan ukuran/ besar yang tidak biasa pada payudara

2. Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya

3. Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara

4. Cekungan atau lipatan pada puting

5. Perubahan penampilan puting payudara

6. Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu puting

7. Adanya benjolan pada payudara

8. Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak / leher

9. Pembengkakan pada lengan bagian atas

Jika ada tanda-tanda seperti di atas, maka segera periksakan diri ke

petugas kesehatan. (Depkes, 2009)

40
2.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI)

2.4.1 Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan masyarakat/mahasiswi tentang kanker

payudara dan kesadaran melakukan deteksi dini terhadap kanker

payudara kanker membuat sebagian besar kanker ditemukan dalam

stadium lanjut dan sulit ditanggulangi. (Wardani, 2010) . Pemeriksaan

payudara secara dini perlu dilakukan oleh wanita usia subur (WUS)

karena 10% Wanita usia subur berpotensi terkena kanker payudara,

namun angka kematiannya hanya 3,5% bila ditemukan secara dini.

(Riyanto, 2011) . Lingkungan dan teman-teman kuliah/kerja dapat

dijadikan sarana dan sumber memperoleh pengetahuan. Cara

memperoleh pengetahuan di tempat kuliah/kerja salah satunya bisa

melalui share antar teman, sosial budaya dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

(Notoadmotjo, 2007)

Hasil penelitian Nur Afifah Dewi. Dkk (2013) tentang

Hubungan tingkat Pengetahuan tentang kanker payudara dengan minat

melakukan SADARI pada WUS di Kampung Jetis RT. 29 RW. 08

Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta Tahun 2013, menunjukkan ada

hubungan pengetahuan tentang kanker payudara dengan pelaksanaan

pemeriksaan payudara sendiri. Tingkat pengetahuan WUS bisa

41
disebabkan karena beberapa faktor, misalnya tingkat pendidikan,

pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun yang didapat dari orang

lain dan lingkungan sosial sosial budaya, baik dirumah ataupun

dilingkungan kerjanya, serta media informasi baik cetak maupun

elektronik, hal ini didukung teori yang menyebutkan bahwa

pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan

sosial budaya.

Penelitian Dwi Sri Handayani, 2008, mengenai hubungan

antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan Perilaku para wanita

dewasa awal dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri di

kelurahan kalangan kecamatan pedan klaten diperoleh hasil tingkat

pengetahuan responden tentang pemeriksaan payudara sendiri terbanyak

pada taraf cukup yaitu 75 (83,3%) responden serta terendah adalah pada

taraf pengetahuan kurang yaitu 3 (3,3%) responden.

2.4.2 Sikap

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah sangat penting sebagai

langkah awal untuk mengetahui apakah menderita kanker payudara atau

tidak. Adanya informasi tentang SADARI serta kanker payudara

memberikan motivasi kepada para wanita untuk menambah

pengetahuan tentang area payudara. Hal ini menjadi dasar utama untuk

menambah pengetahuan tentang pemeriksaan payudara. Semakin

42
meningkatnya tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara

sendiri maka akan mempengaruhi sikap para wanita untuk menyadari

pentingnya pemeriksaan payudara sendiri guna mencegah resiko kanker

payudara. Hal tersebut meningkatkan kesadaran para wanita khususnya

usia dewasa awal untuk memotivasi diri sendiri mempraktekkan secara

langsung pemeriksaan payudara sendiri sehingga dapat mengetahui

kondisi payudaranya.

Penelitian Dwi Sri Handayani, 2008, mengenai hubungan antara

tingkat pengetahuan dan sikap dengan Perilaku para wanita dewasa awal

dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri di kelurahan kalangan

kecamatan pedan klaten diperoleh hasil, Sikap responden terhadap

pemeriksaan payudara sendiri memiliki sikap tidak mendukung terhadap

pemeriksaan payudara sendiri sebesar 43 (47,8%) responden dan

responden mempunyai sikap mendukung sebesar 47 (52,2%) responden.

2.4.3 Usia saat memperoleh haid pertama

Wanita yang mendapat haid pertama/menarche terlalu muda (kurang

dari 12 tahun), wanita berusia di atas 30 tahun, dan wanita yang

mengalami menopause (mati haid) setelah usia 50 tahun, Wanita yang

melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun mempunyai

kemungkinan lebih besar mendapatkan kanker payudara.

(Purwoastuti,2009). Wanita yang mempunyai ciri-ciri diatas mengalami

kekawatiran akan menderita penyakit kanker payudara sehingga mereka

43
terdorong untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri agar dapat

mengetahui lebih dini apabila ternyata menderita kanker payudara.

Dari hasil penelitian usia menarche kurang dari 11 tahun

ditemukan 42 responden 51.2% ada riwayat keturunan terjadinya kanker

payu-dara. dan dari 21 responden dengan usia men-arche >11 tahun

tidak ada riwayat keturunan sebesar 17 responden (20.7%). Terdapat

hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan riwayat

keturunan terjadinya kanker payudara (p<0,05).

Usia menarche dini dapat meningkatkan resiko terjadinya

kanker payudara, karena pada keadaan-keadaan tersebut terdapat

paparan hormon estrogen yang terus-menerus pada sel-sel kelenjar atau

saluran kelenjar pada payu-dara yang akan menyebabkan pertumbuhan

tidak normal pada sel-sel tersebut (Sentot, 2008). Wanita yang

mengalami menarche pada usia kurang dari 12 tahun resikonya 1,7

hingga 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche yang

datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun (Hawari, 2004).

Dari hasil penelitian Elisabet Surbakti, 2012 di RSUP HAM

Medan diperolah bahwa kesesuaian dengan teori di atas. Wanita yang

mendapat menstruasi pada usia 11 tahun atau kurang maka memiliki

risiko terjadinya kanker payudara. Semakin cepat seorang wanita

mendapatkan menstruasi maka semakin lama masa terpaparnya dengan

hormon estrogen. Pada usia ini juga, remaja memiliki jaringan payudara

44
yang belum berkembang sempurna yang menyebabkan jar-ingan itu

lebih mudah terkena efek-efek dari hormon estrogen. Hormon estrogen

inilah yang menjadi pemicu terjadinya kanker payudara.

2.4.4 Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat

penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.

Terdapat peningkatan resiko keganasan ini pada wanita yang

keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan

bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Riwayat

keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita

yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat

peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita

kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara

berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu

gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi

kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85%

pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh ± sekitar 60%

kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.

(Depkes, 2009)

Faktor genetik memiliki andil yang besar. Seseorang yang

keluarganya pernah menderita penyakit kanker, ada kemungkinan

penyakit tersebut juga dialami oleh keturunannya (Andriyani, 2006).

45
Wanita dengan riwayat ke-luarga yang menderita kanker payudara pada

ibu, saudara perempuan ibu, saudara perem-puan, adik/kakak, resikonya

2 hingga 3 kali lebih tinggi (Hawari, 2004). Apabila dilakukan

pemeriksaan genetik terhadap darah dan hasil-nya positif, maka dapat

meningkatkan peluang terkena kanker payudara pada keturunannya, 2

hingga 3 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat

keturunan.

Penyakit biasanya menurun mengikuti garis ibu. Seseorang

yang memiliki anggota ke-luarga terkena kanker payudara, maka

memiliki risiko yang sama. Untuk mengetahui lebih dini walaupun ada

riwayat keturunan maka dianjurkan untuk melakukan pemerik-saan

SADARI setiap bulan dan mammografi, khususnya pada usia 40 tahun

keatas sesuai dengan anjuran. (Sutjipto, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Elisabet Surbakti dari 82 responden

dengan kanker payudara di RSUP HAM Medan Tahun 2009

berdasarkan riwayat keturunan, ditemukan 41 responden (54.7%) dan

tidak memiliki riwayat keturunan sebanyak 34 responden (45.3%). Dari

data tersebut diatas bahwa proporsi kasus kanker payudara lebih tinggi

pada responden yang ada riwayat keturunan. Hal ini sejalan dengan

beberapa penelitian yang menyatakan bahwa ibu yang menderita kanker

payudara mempunyai risiko terjadinya kanker payudara lebih tinggi

dibandingkan dengan ibu tanpa riwayat keluarga dengan kanker

46
payudara. Hal ini terjadi karena kelainan gen pada ibu yang diwariskan

atau diturunkan pada anaknya perempuan.

2.4.5 Konsumsi Makanan cepat saji (fast food)

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam

waktu cepat dan siap disantap. Mudahnya memperoleh makanan siap

saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai

selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih

mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang tidak memiliki waktu untuk

memasak makanan sendiri. Makanan siap saji yang dimaksud adalah

jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah

dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh

industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan

berbagai zat adiktif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi

produk tersebut. Makanan siap saji biasanya berupa lauk pauk dalam

kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan

untuk sarapan. Munculnya makanan cepat saji di dalam indsutri

makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi berubahnya pola makan

masyarakat. Khususnya para remaja yang biasanya menggunakan gerai-

gerai dan restoran makanan siap saji sebagai tempat bersantai dan

berkumpul dengan teman-temannya. Selain itu, makanan di restoran

cepat saji tersebut harga yang ditawarkan dengan harga yang sangat

terjangkau, pelayanannya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera.

47
Keberadaan gerai-gerai dan resoran makanan cepat saji semakin

menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai

makanan cepat saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia

(seperti Restoran Padang) dan makanan yang berasal dari negara asing

atau makanan barat (misalnya : Kentucky Fried Chicken) yang sangat

terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak

kalah popular seperti Spaghetti, Burger, Pizza, dan sebagainya.

Manajemen penjualan makanan cepat saji ini banyak melakukan

inovasi-inovasi yang baru misalnya pelayanan yang praktis, desain

interior restoran tersebut dibuat modern, menarik, dan bersih sehingga

para konsumen sangat nyaman dengan pelayanan ditambah fasilitas

yang menarik.

Konsumsi makanan cepat saji/instan Perilaku mengkonsumsi

makanan fast food yang tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol,

tinggi garam dan rendah serta ditinjau dari pandangan gizi merupakan

peluang terjadinya masalah (Baliwati, 2004), salah satunya

meningkatkan risiko kanker terutama kanker payudara dan kanker usus

(Daryanto,2013). Keadaan tersebut dipakai sebagai cermin dalam

tatanan masyarakat Indonesia, bahwa rentang usia tersebut adalah

golongan pelajar dan pekerja muda. Di beberapa kota besar saat ini

sudah banyak gerai atau kedai yang menyajikan makanan cepat saji di

beberapa kawasan kampus, mulai produksi lokal bahkan hingga yang

48
bertaraf internasional. Padatnya, aktivitas yang dijalani mahasiswa

secara tidak langsung juga akan berdampak pada pembentukan pola

perilaku budaya makan yang mementingkan efisiensi waktu dan

makanan cepat saji merupakan salah satu alternatifnya.(Tim Unriyo,

2013)

Fast food memiliki kelebihan serta kelemahan, Kelebihan fast

food antara lain : Memiliki berbagai macam rasa dan merk, Rasanya

enak dan lebih praktis, Kemasannya menarik, Mudah dijumpai dimana

saja, Banyak dicari oleh para konsumen; sedangkan Kelemahan junk

food antara lain : Terdapat berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi

tubuh kita, Tidak baik bagi kesehatan, Tidak baik apabila dikonsumsi

dalam jangka waktu yang lama, Dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit.

Maraknya fast food selain memberikan keuntungan juga

memberikan banyak kerugian untuk kesehatan. Dengan banyak

mengkonsumsi mi instan, maka lambat laun akan terjadi masalah dalam

bagian pencernaan kita. Hal ini dibuktikan oleh para ilmuwan dari

Universitas Glasgow yang melakukan percobaan pada sejenis unggas

yang dibagi menjadi dua kelompok. Pertama diberi makanan yang

kualitasnya tidak layak makan, semacam junk food. Sementara

kelompok lainnya diberi makanan dengan takaran sesuai yang

dibutuhkan. Dari studi tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa

49
unggas yang diberi makanan sejenis junk food pada usia dua minggu

pertama dalam hidupnya lebih cepat mati. Hal ini karena zat anti

penuaan dan antioksidan yang diproduksi tubuhnya hanya bertambah

sedikit. (Yuliarti, 2013)

Faktor lain yang mempengaruhi terjad-inya kanker payudara

adalah gaya hidup. Ban-yak wanita mengkonsumsi makanan berlemak

tinggi tetapi rendah serat yang menyebabkan produksi hormon estrogen

meningkat. Banyak mengkonsumsi makanan fast food atau makanan

siap saji yang memakai bahan pen-gawet, hal ini juga dapat memicu

munculnya kanker payudara. Jadi perilaku pemberian ASI dan faktor

gaya hidup turut mempengaruhi munculnya kanker payudara.

Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting

yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena risiko kanker payudara.

Pola makan dan makanan juga merupakan faktor penting yang dapat

memicu terkena kanker payudara. Dalam hal ini budaya makan

makanan di Indonesia sangat mempengaruhi resiko remaja Indonesia

terkena kanker payudara, misalnya saja: gorengan (semua jenis

gorengan), yang merupakan makanan favoritnya masyarakat Indonesia.

Selain itu efek negatif yang didapat dari globalisasi yaitu masuknya tren

makan makanan cepat saji seperti buger, kentang goreng, dll (fast food,

junk food) yang kian merebak tidak hanya pada remaja tapi masyarakat

Indonesia secara keseluruhan (Kusminarto, 2005).

50
2.4.6 Merokok

Merokok ternyata secara signifikan meningkatkan resiko

berkembangnya kanker payudara. Apalagi bagi perempuan yang

memiliki riwayat keluarga mengidap kanker payudara Oleh sebab itu

jika anda merasa ada salah satu keluarga yang mengidap penyakit ini,

anda harus hindari merokok, karena kesehatan lebih penting dari

segalanya. (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).

2.4.7 Obesitas

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk

tubuh dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi

terhadap kekerapan kanker ini dinegara – negara barat dan bukan Barat

serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan. (Chyntia, 2009).

2.4.8 Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko

terjadinya kanker payudara . Willet, dkk., melakukan studi prospektif

selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya

dengan resiko kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun..

( Chyntia, 2009)

2.4.9 Penggunaan Hormon

51
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.

Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa

terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para

pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan

bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna

kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang

lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara

sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan

hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau

menjadi ganas. (Astana, 2009)

52

Anda mungkin juga menyukai