Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS STATUS GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA

DI INDONESIA BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2018

Disusun Oleh:

Ananda Daffa Prawira

50420164

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-

Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Analisis Status

Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia Berdasarkan Data Riskesdas

2018" dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Informatika

Kesehatan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang

perkembangan kondisi gizi balita di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi

penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Octarini Prasetyowati selaku

dosen Mata Kuliah Informatika Kesehatan. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah

ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab

itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 3 Januari 2022

Ananda Daffa Prawira


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 5

A. Latar Belakang ........................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

BAB II HASIL PENELITIAN .................................................................................... 7

A. Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2010. .................................................................................................................... 7

B. Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2013. .................................................................................................................... 7

C. Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2018. .................................................................................................................... 8

D. Analisis Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita

Pada Tahun 2010-2018. ..................................................................................... 8

E. Analisis Provinsi Tertinggi dan Terendah Proporsi Status Gizi Buruk

dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun 2018. ........................................... 9

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................... 11

A. Analisis Status Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia

Pada Tahun 2010 – 2018 ................................................................................. 11


B. Analisis Status Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia

Berdasarkan Provinsi Pada Tahun 2018....................................................... 12

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................... 14

B. Saran ......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita merupakan kelompok umur yang rentan dengan masalah

kesehatan dan gizi. Status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya asupan gizi dan penyakit infeksi. Masalah gizi pada balita

menjadi masalah yang sangat diperhatikan dibeberapa negara, salah satunya

Negara Indonesia.

World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyampaikan 50%

dari kematian anak dan bayi diakibatkan karena gizi buruk (Harcida, Habilu

& Lestari, 2018). Indonesia menjadi salah satu dari lima besar negara yang

mengalami gizi buruk di dunia. Satu dari tiga anak setara 37,2% anak di

Indonesia mengalami gizi buruk, sehingga terdapat 9,5 juta anak dibawah

lima tahun mengalami kurang gizi (Harcidar, Sabilu & Lestari, 2018).

Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian

Kesehatan Tahun 2018 menunjukan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun

masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita sebesar

3,9% dan yang menderita gizi kurang dan buruk sebesar 13,8% (Safrudin &

Hutasoit, 2020). Status gizi balita dapat berakibat fatal terhadap beberapa

aspek. Gizi kurang pada balita akan berdampak tidak baik terhadap

pertumbuhan badan maupun otak.

Data riskesdas merupakan kumpulan survei data yang dilakukan

pada 300.000 sampel rumah tangga atau 1,2 juta jiwa yang telah

menghasilkan beragam data dan informasi yang memperlihatkan kesehatan


di Indonesia. Studi data dilakukan dari data Riskesdas 2018 yang

menunjukan bahwa gizi balita buruk dan kurang di Indonesia sebesar 3,9%

dan 13,8% dari total jumlah balita pada pada tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Analisis Status Gizi Kurang dan Gizi

Buruk Pada Balita di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis hasil status gizi kurang dan gizi buruk pada balita di

Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, 2013, dan 2018.

2. Menganalisis hasil status gizi kurang dan gizi buruk pada balita di

Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 berdasarkan provinsi

tertinggi dan terendah.

D. Manfaat Penelitian

Menambah wawasan dan memperluas riset keperawatan medikal

anak khususnya tentang status gizi kurang dan gizi buruk pada balita di

Indonesia.
BAB II

HASIL PENELITIAN

A. Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2010

Tabel 2.1

Prevalensi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2010

Status Gizi Persentase

Gizi Kurang 13%

Gizi Buruk 4,9%

Sumber: Riskesdas 2010

Berdasarkan tabel 2.1 menunjukan bahwa proporsi status gizi

kurang dan gizi buruk pada balita di indonesia pada tahun 2010 menunjukan

angka prevalensi gizi kurang sebesar 13% dan gizi buruk sebesar 4,9%.

B. Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2013

Tabel 2.2

Prevalensi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2013

Status Gizi Persentase

Gizi Kurang 13,9%

Gizi Buruk 5,7%

Sumber: Riskesdas 2013


Berdasarkan tabel 2.2 menunjukan bahwa proporsi status gizi

kurang dan gizi buruk pada balita di indonesia pada tahun 2013 menunjukan

angka prevalensi gizi kurang sebesar 13,9 % dan gizi buruk sebesar 5,7%.

C. Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2018

Tabel 2.3

Prevalensi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun

2018

Status Gizi Persentase

Gizi Kurang 13,8%

Gizi Buruk 3,9%

Sumber: Riskesdas 2018

Berdasarkan tabel 2.3 menunjukan bahwa proporsi status gizi

kurang dan gizi buruk pada balita di indonesia pada tahun 2018 menunjukan

angka prevalensi gizi kurang sebesar 13,9 % dan gizi buruk sebesar 3,9%.

D. Analisis Proporsi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita

Pada Tahun 2010-2018


Grafik 2.1

Prevalensi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Pada

Tahun 2010, 2013, dan 2018

13,90% 13,80%
13%

5,70%
4,90%
3,90%

Gizi Buruk Gizi Kurang

Riskesdas 2010 Riskesdas 2013 Riskesdas 2018

Sumber: Riskesdas 2010, Riskesdas 2013, Riskesdas 2018

Berdasarkan grafik 2.1 menunjukan bahwa proporsi status gizi

buruk dan gizi kurang balita di indonesia pada rentang waktu 2010-2018

tiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan yaitu prevalensi status

gizi buruk sebesar 4,9% pada tahun 2010, 5,7% pada tahun 2013 dan terjadi

penurunan pada tahun 2018 sebesar 3,9%, sedangkan prevalensi status gizi

kurang pada tahun 2010 sebanyak 13,0%, tahun 2013 sebanyak 13,9% dan

terjadi penurunan pada tahun 2018 sebesar 13,8% dari total populasi yang

ada.

E. Analisis Provinsi Tertinggi dan Terendah Proporsi Status Gizi Buruk

dan Gizi Kurang Pada Balita Pada Tahun 2018


Gambar 2.1

Prevalensi Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Balita Menurut

Provinsi Pada Tahun 2018

Sumber: Riskesdas 2018

Berdasarkan gambar 2.1 menggambarkan bahwa masalah gizi buruk

dan gizi kurang pada tahun 2018 tertinggi terjadi di provinsi Nusa Tenggara

Timur dengan angka prevalensi gizi buruk sebesar 7,3% dan gizi kurang

sebesar 22,2%, sedangkan masalah gizi buruk dan gizi kurang pada tahun

2018 terendah terjadi di kepulauan Riau dengan angka prevalensi gizi buruk

sebesar 3,2% dan gizi kurang sebesar 9,8%.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Status Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia

Pada Tahun 2010 – 2018

Dari hasil penelitian didapat bahwa prevalensi status gizi buruk di

indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan yaitu

dimulai pada angka 4,9% pada tahun 2010, naik menjadi 5,7% pada tahun

2013 dan turun menjadi 3,9% pada tahun 2018, sedangkan proporsi status

gizi kurang pada tahun 2010 sebesar 13,0%, tahun 2013 naik sebesar 13,9%

dan turun 13,8% pada tahun 2018. Hasil penelitian terakhir pada tahun 2018

menunjukkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia rata-rata

17,7% angka tersebut belum mencapai target standar nasional dalam

penanganan gizi sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) tahun 2019 yaitu 17% dari total balita di Indonesia. Kenaikan dan

penurunan status gizi buruk dan gizi kurang yang terjadi setiap tahun dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti asupan pangan, gizi, kesehatan, dan

lingkungan (Safrudin & Hutasoit, 2020).

Status gizi balita dapat berakibat fatal terhadap beberapa aspek. Gizi

kurang pada balita akan berdampak tidak baik terhadap pertumbuhan badan

maupun otak (Sari, Simbolon & Wahyu, 2021). Gizi kurang adalah keadaan

dimana balita mengalami kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi karbohidrat dan protein. Gizi buruk merupakan suatu

keadaan abnormal dalam tubuh terkait dengan rendahnya asupan makanan


maupun protein dalam tubuh. Gizi buruk dapat terjadi apabila kondisi gizi

kurang yang terjadi secara terus menerus (Safrudin & Hutasoit, 2020).

Masalah gizi merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas

SDM, jika tidak segera diatasi maka akan memberikan dampak buruk

terhadap kualitas SDM di Indonesia. Dampak dari adanya gizi buruk akan

meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian serta menurunkan

produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan

kebodohan, gangguan pertumbuhan fisik serta gangguan pembentukan saraf

dan simpul-simpul saraf sehingga mengakibatkan retardasi mental yang

tidak dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut sesuai dengan data World Health

Organization (WHO) tahun 2017 yang menyampaikan 50% dari kematian

anak dan bayi diakibatkan karena gizi buruk (Harcida, Habilu & Lestari,

2019).

B. Analisis Status Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Balita Di Indonesia

Berdasarkan Provinsi Pada Tahun 2018

Dari hasil penelitian didapat bahwa proporsi tertinggi status gizi

buruk dan gizi kurang di Indonesia pada tahun 2018 terdapat di provinsi

Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 7,3% dan 22,2%. Tingginya status gizi

buruk dan gizi kurang di Nusa Tenggara Timur terjadi karena kurangnya

asupan gizi pada balita yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

kurangnya pendapatan keluarga dan tingginya frekuensi sakit anak dalam 6

bulan terakhir (Ariesthi, 2019).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masalah gizi terendah

pada tahun 2018 terdapat di provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 3,2%
dan gizi kurang sebesar 9,8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara

umum penanganan masalah gizi di Kepulauan Riau sudah dilaksanakan

sesuai dengan upaya pemerintah dalam menangani permasalahan gizi yang

diatur dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007, nomor 36 tahun 2009,

dan nomor 18 tahun 2012 yang menyebutkan pembanguan pangan dan

perbaikan gizi dilakukan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan,

distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup,

seimbang, serta terjamin keamanannya sampai ke masyarakat secara merata

(Safrudin & Hutasoit, 2020). Selain itu, Rendahnya status gizi di Kepulauan

Riau juga dikarenakan adanya perbedaan karakteristik yaitu pemberian ASI

selama 2 tahun sehingga kebutuhan gizi balita lebih terpenuhi dan lebih

sedikitnya ibu yang berkerja, sehingga ibu banyak memiliki waktu dalam

memberikan dan mendampingi balita dalam memberikan asupan yang lebih

baik (Trisnawati & Sulistyowati, 2021).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengalami beberapa

keterbatasan dalam melakukan penelitian. Diantaranya, variabel yang

penulis teliti merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas

pada tingkat gambaran status gizi balita di Indonesia.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Status gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia pada tahun 2010, 2013,

hingga tahun 2018 berdasarkan data Riskesdas mengalami kenaikan

17,9% pada tahun 2010 menjadi 19,6% pada tahun 2013, dan

mengalami penurunan menjadi 17,7% pada tahun 2018 dari total

populasi yang ada.

2. Proporsi status gizi pada balita di Indonesia berdasarkan data Riskesdas

pada tahun 2018 menujukan angka 3,9% untuk gizi buruk dengan

provinsi tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur sebesar 7,3% dan

terendah terjadi Kepulauan Riau sebesar 3,2%, sedangkan gizi kurang

pada tahun 2018 sebesar 13,8% dengan provinsi tertinggi terjadi di Nusa

Tenggara Timur sebesar 22,2% dan terendah di provinsi Kepulauan

Riau sebesar 9,8% dari total populasi yang ada.

B. Saran

Pemerintah diharapkan dapat menurunkan permasalah gizi di

Indonesia dengan melakukan atau menambahkan segala upaya yang dapat

dilakukan dan diharapkan masyarakat dapat menerima dan melaksanakan

segala kebijakan pemerintah khususnya dalam hal menurunkan

permasalahan gizi di Indonesia supaya dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia

kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ariesthi, K. D. (2019). Faktor risiko gizi kurang pada balita di Nusa Tenggara

Timur. CHMK Health Journal, 3(1), 13-17.

Harcidar, D., Sabilu, Y & Lestari, H. (2019). Gambaran Determinan Yang

Mempengaruhi Status Gizi Balita. Jurnal Imiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.

Vol 4 No 1. ISSN: 2502-731.

Safrudin, I., & Hutasoit, M. (2020). ANALISIS STATUS NUTRISI PADA

BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI INDONESIA

BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2018 (Doctoral dissertation, Universitas

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta).

Sari, A. m., Simbolon, D., & Wahyu, T. (2021). HUBUNGAN CAKUPAN

IMUNISASI DASAR DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA

DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2018). Journal of Nutrition

College, 10(4), 335-342.

Trisnawati, Y., & Sulistyowati, N. (2021, February). STATUS GIZI DAN

KARAKTERISTIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN MALNUTRISI PADA

BALITA DI POSYANDU SALIARA KOTA TANJUNGPINANG. In Prosiding

Seminar Nasional Stikes Syedza Saintika (Vol. 1, No. 1).

Anda mungkin juga menyukai