Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU DI MIS

SUMATERA UTARA

Hilda Wahyuni, Nurul Ilmi Abstract


Syrath D, Fara Dilla Sari, dan
Rohimah Sari Hsb The purpose of this research is to describe the application of
PGMI/UIN Sumatera Utara Arabic-Malay learning in elementary schools which is rarely used
by elementary-level educational institutions. This study uses a
hildawahyuni2000@gmail,com
descriptive qualitative model with the type of interview, and data
collection through documentation. This research was conducted at
MIS Sabilal Muhtadin Plus Tebing Tinggi and MIS Bidayatul
Hidayah 4 Patumbak, North Sumatra. The informants of this
research are teachers. The results of this study are a description of
the learning situation and some of the difficulties encountered in the
application of learning Arabic-Malay script, especially in North
Sumatra.
Keywords : Teaching, Aksara Arab Melayu

PRELIMINARY
Beberapa tahun lalu, setiap sekolah wajib memberikan mata pelajaran
Arab Melayu. Namun belakangan, aksara Arab Melayu tersebut sudah hampir
tidak ada lagi. Tidak hanya itu, Arab Melayu juga disebut sebagai hal yang mulai
langka diketahui anak muda masa kini. Apakah benar Arab Melayu yang
merupakan bagian dari budaya Melayu sudah dihapus?.
Tulisan jawi telah lama ada dalam khasanah kebudayaan melayu yang
diperkirakan sekitar abad ke-10 masehi atau 3 Hijriah hingga kemasa kini dan ia
berasal dari pada tulisan arab. Tulisan inilah yang membangun kebudayaan
melayu dan tulisan ini jugalah yang kemudian mengantantarkan menuju Bahasa
Melayu yang kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia setelah di
kokohkan oleh para pemuda Indonesia dalam sumpah pemuda. Keberadaan
tulisan arab melayu di Nusantara identik dengan penyebaran agama Islam ke
daerah Melayu.
Aksara Arab Melayu memainkan peranan penting dalam penggalian
pelestarian karya ilmiah nusantara. Oleh karena itu pengajaran Aksara Arab
Melayu sebagai media penting untuk diajarkan disekolah-sekolah yang
|1
Vol.

merupakan sebagai bahasa khazanah Melayu yang berfungsi salah satunya


adalah alat untuk menyatakan kehendak, cipta dan rasa dalam meciptakan
kebudayaan.Salah satu bentuk huruf (aksara) itu ialah huruf (aksara) Arab
Melayu (Jawi). Dengan berkembangnya agama Islam di Indonesia maka sudah
tentu pula ajaran-ajaranya semakin berkembang pula dengan melalui tulisan
aksara arab melayu (Jawi), baik didunia pendidikan seperti di sekolah-sekolah
umum dan khususnya di sekolah-sekolah agama terutama di pondok-pondok
pesantren diseluruh Indonesia.
Namun kenyataannya, saat ini sudah sangat jarang adanya penerapan
pembelajaran arab melayu di sekolah tak hanya sekolah swasta bahkan sekolah
negeri pun jarang sekali. Padahal, Arab Melayu dalam Budaya Melayu juga
termasuk hal yang penting. Hal ini juga diperkuat dengan penerbitan peraturan
daerah dan peraturan Gubernur yang sudah ada sejak tahun 2013 yang lalu.
Namun begitu, Djunaedy sendiri tidak mengetahui apakah seluruh tingkatan
sekolah di sudah mengajarkan Budaya Melayu di sekolahnya. Pasalnya, tidak ada
ketentuan sangsi yang jelas dan peran serta Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi
untuk mengawasi penerpan ini. Selain itu, adanya kendala penerapan kurikulum
2013 juga menjadi salah satu hambatan sekolah menerapkan mata pelajaran yang
sudah di perdakan dan pergubkan tersebut. ‘’Harusnya memang seluruh sekolah
ada, karena sudah ada perdanya dan pergubnya. Kenyatanan dilapangan, masih
ada sekolah yang tidak mengajarkan itu. Apalagi sekolah yang menerapkan K13.
Sayangnya, sangsi khusus tidak ada dan itu yang harusnya ada penguatan. Apakah
ini akan menjadi pertimbangan nanti saya tidak tahu,’’ terangnya.
Melalui pengetahuan tulis baca Aksara Arab Melayu (Jawi) para murid
akan mampu membaca khasanah intelektual naskah Melayu Nusantara pada
zaman masuka nya dan berkembangnya islam di Indonesia. Program pengajaran
Aksara Arab Melayu yang telah di ajarkan di beberap sekolah islam dianggap
penting untuk melestarikan khasanah melayu melalui dunia pendidikan dengan
mengetahui dan memahami Aksara Arab Melayu yang merupakan pintu gerbang
dunia ilmu untuk menggali karya-karya yang terdapat pada naskah melayu
nusantara.
Mengingat sedikitnya pembelajaran arab melayu ini di terapkan di sekolah
dasar, maka peneliti mencari sekolah yang menerapkan pembelajaran arab melayu

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU DI MIS SUMATERA UTARA


P-ISSN 2477-5436 and E-ISSN 2549-6433
|2
Vol.

tersebut, serta melihat bagaimana system pembelajaran dan mengapa pihak


Lembaga sekolah mengambil mata pelajaran ini untuk diajarkan pada anak didik.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menemukan beberapa sekolah yang
menerapkan pembelajaran arab melayu diantaranya yaitu Sekolah MIS Sabilah
Muhtadin Plus Tebing Tinggi dan MIS Bidayatul Hidayah 4 Patumbak Sumatera
Utara. Kedua sekolah ini akan menjadi subjek penelitian untuk mengetahui proses
pembelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut.

RESEARCH METHOD
Penelitian ini dilakukan adalah jenis kualitatif deskriptif. Menurut Yusuf
(2014:338) jenis penelitian metode kualitatif pada prinsipnya ingin memberikan,
menerangkan, mendeskripsikan secara kritis atau menggambarkan suatu
fenomena, suatu kejadian atau suatu peristiwa interaksi sosial dalam masyarakat
untuk mencari dan menemukan makna (meaning) dalam konteks yang
sesungguhnya (natural setting). Peneliti melihat secara langsung bagaimana
penerapan dan pengaruh pembelajaran aksara melayu.
Penelitian ini menggunakan rancangan kegiatan tahapan penelitian
deskriptif kualitatif secara umum. Ada tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dilapangan, dan tahap pengolahan data. Pada tahap persiapan
dilakukan yaitu, membuat rancangan penelitian, menetapkan lokasi penelitian,
mengurus perizinan, menilai keadaan, memilih serta menetapkan informan, dan
menyiapkan instrumen penelitian. Selanjutnya, tahap lapangan ini dilakukan
pengumpulan data menggunakan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya.
Pada tahap pasca lapangan kegiatan yang dilakukan yaitu menganalisis data yang
diperoleh dari lapangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif sesuai dengan
data yang terkumpul sesuai dengan instrumen yang dilakukan. Data yang
diperoleh dari observasi awal sampai akhir penelitian dianalisis, sehingga
diperoleh suatu kesimpulan.
Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari obeservasi, wawancara dan
dokumentasi yang dilakukan di 2 sekolah yaitu MIS Sabilal Muhtadin Plus
Tebing Tinggi dan MIS Bidayatul Hidayah 4 Patumbak Sumatera Utara. Informan
penelitian ini adalah guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
yaitu wawancara guru mata pelajaran arab melayu dan dokumentasi. Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tentang implementasi
pembelajaran arab melayu yang berbentuk tertutup/terstruktur, yaitu guru
menjawab sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang ingin
diungkap. Kemudian guru memberikan setiap pernyataan sesuai dengan keadaan
yang diketahui dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara semi
terstruktur. Dalam melakukan wawancara peneliti sudah menyiapkan intrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh

Hilda Wahyuni, dkk. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU…


P-ISSN 2477-5436 and E-ISSN 2549-6433
|3
Vol.

responden. Wawancara ditujukan kepada guru yang mengajar mata pelajaran arab
melayu. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang penerapan dan
pengaruh pembelajara arab melayu guru dalam mengajar siswa. Teknik
pengumpulan data yang terakhir adalah dokumentasi.
Dokumentasi dalam penelitian ini berisi rekaman wawancara guru dalam
memberikan pernyataan mengenai pembelajaran aksara melayu. Teknik analisis
data dilakukan dengan wawancara, data yang telah diperoleh selama masa
pengumpulan data kemudian dianalisis dari awal hingga akhir untuk penyusunan
laporan sehingga diperoleh kesimpulan akhir. Secara khusus, data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kualitatif

RESEARCH RESULTS AND DISCUSSION


A. Pembelajaran Arab Melayu
Salah satu tulisan yang banyak memberi informasi dan pengetahuan bagi
masyarakat Nusantara adalah aksara Arab-Melayu. Dalam tradisi masyarakat
Nusantara, aksara Arab-Melayu digunakan untuk menuliskan berbagai hal
fenomena kehidupannya sehingga menghasilkan karya nyata yang menjadi ciri
khas kepada penulisan tradisional masyarakat di Alam Melayu. Hasil karya
masyarakat Melayu pada masa lalu dalam bentuk tulisan Arab-Melayu yang
menggunakan bahasa Melayu disebut dengan naskah Melayu (Roza, 2017:
179). Arab-Melayu termasuk salah satu khazanah budaya Nusantara. Tulisan
Arab-Melayu disebut sebagai tulisan Jawi dalam bahasa Melayu modern.
Alasan penamaan Jawi belum menemukan titik jelas karena banyak perbedaan
pendapat (Risdiawati, 2016: 1002).
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti di dua sekolah yaitu MIS Sabilal
Muhtadi Plus Kota Tebing Tinggi dan MIS Bidayatul Hidayah 4 Patumbak.
Sejak berdirinya sekolah, pembelajaran Arab-Melayu sudah diterapkan di
sekolah tersebut. Pembelajaran Arab-Melayu sudah menjadi mata pelajaran
sejak kelas 1 Sekolah Dasar. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran Arab-
Melayu dilaksanakan 1-2 jam perminggunya. Dalam pemahaman mengenai
Arab-Melayu ini, peserta didik rata-rata dapat memahami pembelajaran Arab-
Melayu dengan baik.
Menurut Zulkhairi (2019: 385) Pembelajaran Arab-Melayu atau disebut
juga dengan Jawi memiliki sejumlah metode yang cukup bervariasi. Saat
pembelajaran Arab-Melayu, guru di sekolah MIS Sabilal Muhtadin Plus
menggunakan metode ceramah serta menggunakan papan tulis sebagai media
pembelajaran sedangkan di sekolah MIS Bidayatul Hidayah 4 guru
menggunakan metode classical dan face to face.
Aksara Arab Melayu berasal berasal dari huruf Arab yang dimodifikasi
secara inovatif oleh orang Indonesia sendiri. Huruf Arab masuk ke Indonesia

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU DI MIS SUMATERA UTARA


P-ISSN 2477-5436 and E-ISSN 2549-6433
|4
Vol.

sejalan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Agama Islam sebagai agama


samawi yang dipeluk oleh seluruh orang Melayu, bukan kebudayaan, namun
merupakan pedoman dan petunjuk hidup yang mampu membudayakan hidup
manusia, tidak saja dari suku-suku bangsa Melayu, melainkan juga secara
universal. Oleh karena itu kebudayaan materil dan non materil yang
bersumberkan pengaruh agama Islam sangat kuat dalam masyarakat Melayu.
Sehubungan dengan itu harus diakui bahwa sangat sulit untuk memisahkan
budaya Melayu dengan ajaran Islam yang telah menyatu, sebagaimana telah
dikatakan terdahulu bahwa justru ajaran agama Islam itulah yang membuat
orang Melayu dan banyak suku dan bangsa lain menjadi menjadi makhluk
berbudaya. Oleh karena itu agama Islam telah menjadi ciri orang Melayu,
konsekuensinya sikap dan perilaku dan perilaku orang Melayu didasarkan
kepada ajaran dan kaidah Islam yaitu Alquran dan Hadist (Osman, 1974).

B. Manfaat pembelajaran Arab Melayu bagi siswa


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa manfaat
yang didapat dalam mempelajari arab melayu, terutama pada siswa jenjang
sekolah dasar, diantaranya yaitu agar siswa mengetahui bagaimana penulisan
arab melayu, cara membaca arab melayu, dan dapat terampil dalam menuliskan
arab melayu. Selain itu agar tidak hilangnya ilmu arab melayu tersebut, terlebih
lokasi sekolah yang berada di sumatera utara yang awal mulanya berpenduduk
melayu. Sehingga banyaknya muslim-muslim melayu terdahulu yang
meninggalkan kisah melalui penulisan bahasa jawi atau arab melayu.
Tujuan pengajaran aksara Arab Melayu disekolah adalah untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dalam menguasai bahasa tulisan
aksara Arab Melayu. Pelajaran tentang struktur aksara bahasa arab Melayu
misalnya ditujukan bagi pemahaman atas struktur itu dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa. Tujuan seperti ini dapat dicapai jika guru memberikan
porsi latihan yang cukup di kelas agar siswa tahu penggunaan bahasa yang
benar dan tepat. Lebih jelasnya, siswa perlu sering dilatih berdiskusi tentang
berbagai hal untuk meningkatkan kefahaman penguasaan membaca dan
menulis aksara Arab Melayu (Osman : 1974).
Mengingat pelajaran tulis baca huruf Melayu di sekolah tersebut telah
dipelajari, maka sudah selayaknyalah pelajaran tulis baca huruf Jawi itu dibuat
kembali di SD. Hal ini disebabkan, semakin bertambah banyaknya anak-anak
yang tidak mengerti akan tulisan huruf Jawi.
Manfaat penulisan dan baca tulis huruf arab melayu khususnya untuk kota
Medan, yang terkenal dengan daerah Deli (Melayu), maka sudah
sepantasnyalah menghidup suburkan tulis-baca huruf Jawi yang sudah dimulai
semenjak SD ini. Karena tulisan huruf Jawi ini erat kaitannya dengan pelajaran
Bahasa Arab yaitu terletak pada hurufnya. Orang yang sudah biasa menulis dan

Hilda Wahyuni, dkk. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU…


P-ISSN 2477-5436 and E-ISSN 2549-6433
|5
Vol.

membaca huruf Jawi sudah tentu lebih mudah baginya membaca dan menulis
Arab asli (Bahasa Arab) jika dibandingkan dengan yang tidak mengenal tulisan
Huruf Jawi.
Dan sudah semestinya ditumbuhkembangkan lagi ditengah-tengah
masyarakat Indonesia. Hilangnya tulisan huruf Jawi ini ditengah-tengah dunia
pendididkan maka hilanglah kemampuan untuk menela’ah naskah-naskah
Melayu yang merupakan peninggalan berharga dari nenek moyang kita dahulu.
Dalam rangka aktualisasi dirinya manusia selalu berusaha meningkatkan
kualitas hidupnya sebagai makhluk yang mempunyai dimensi kesejarahan
budaya; masa lalu, kini dan yang akan datang. Berbagai perubahan yang terjadi
dalam hubungan dengan perkembangan yang dimensional memberi tekanan
dan dorongan bagi terjadinya penyesuaian budaya kehidupan yang ideal, yang
dikategorikan sebagai isi dan substansi pendidikan berada dalam alur proses
pendidikan yang memungkinkan manusia lebih mengembangkan
kebudayaannya sebagai usaha peningkatan harkat, martabat dan kualitas
hidupnya.
Seperti yang diungkapkan oleh guru MIS 4 Patumbak yang menyatakan
bahwa manfaat penerapan pembelajaran arab melayu di jenjang Sekolah Dasar,
selain untuk mempelajari bahasa arab, namun juga untuk mengembangkan
kebudayaan arab melayu itu sendiri yang seutuhnya sangat banyak di Sumatera
Utara ini. Harapannya melalui pembelajaran arab melayu ini siswa/I dapat
mengembangkan pengetahuan dasarnya ini menjadi sebuah temuan dan mampu
melestarikan bacaan maupun tulisan arab melayu ini, bahkan mengajarkannya
dimasa yang akan dating.

C. Belajar Mengajar Pembelajarab Arab Melayu


Pengajaran bahasa pada dasarnya mengandung tiga aspek. Pertama, aspek
kognitif, yaitu siswa menggunakan pikirannya untuk dapat memahami
penjelasan guru tentang penyusunan kata dan kalimat yang menggunakan
bahan tulisan dan bacaan Aksa Arab Melayu. Kedua, aspek affektif yaitu
kemampuan guru menimbulkan rasa ketertarikan dan bangga dalam diri siswa
untuk menguasai bahasa Arab Melayu. Ketiga, aspek psikomotorik, yakni
kemampuan siswa dalam menerapkan materi yang dipelajari. Misalnya, secara
lisan dan tulisan siswa mampu membaca dan menulis aksara Arab Melayu
dengan tepat dan benar.
Ketidakmampuan guru memenuhi ketiga aspek tersebut sering disebabkan
guru hanya sering mengandalkan buku paket pelajaran tanpa menggunakan
bahan-bahan lain yang digunakan sesuai dengan kondisi siswa di kelas.
Memang benar guru mengajar berdasarkan kurikulum dan Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP). Namun, adalah fakta bahawa kualitas buku
pelajaran bahasa Aksara Arab Melayu masih rendah jika dibandingkan dengan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU DI MIS SUMATERA UTARA


P-ISSN 2477-5436 and E-ISSN 2549-6433
|6
Vol.

buku pelajaran bahasa Inggeris dan bahasa Indonesia.


Dengan situasi yang digambarkan diatas, tidak mengherankan apabila
siswa belum terampil menguasai aksara arab Melayu baik dalam membaca dan
menulisnya dengan baik. Siswa belum mampu mengaktualisasikan gagasannya
secara mahir dalam menerapkan kaidah bahasa tersebut.

D. Kesulitan Penerapan Pembelajaran Arab Melayu


Untuk saat ini, masih sedikit sekolah yang menerapkan pembelajaran
Arab-Melayu dikarenakan pemahaman huruf yang kurang dikuasai. Menurut
Roza (2017: 185) Aksara Arab-Melayu adalah aksara Arab yang berkolaborasi
dengan bahasa Melayu dengan beberapa penyesuaian dan tambahan huruf.
Artinya aksara Arab-Melayu merupakan campuran aksara Arab yang terdiri
dari 29 aksara yang dimulai dari “alif” sampai “ya” dan ditambah dengan lima
aksara yang bukan aksara Arab, melainkan aksara yang diciptakan oleh orang
Melayu sendiri. Penambahan aksara tersebut digunakan untuk variasi
menjawab keperluan fonem Melayu yang lebih banyak dibandingkan fonem
Arab itu sendiri. Aksara tambahan itu ialah “ca”, “nga”, “pa”, “ga”, dan “nya”.
Dari hasil wawancara oleh Ibu Putri Prihatini Nasa, S. Pd selaku guru di
sekolah MIS Sabilal Muhtadin mengatakan bahwa” kalau di Arab-Melayu itu
ada huruf-huruf special, beda dari Bahasa Arab. Jadi harus lebih banyak
dipelajari lagi. Contohnya seperti huruf ca, nga, nya, dan ga.” Dan Ibu Kiki
Amalia, S. Pd selaku guru di MIS Bidayatul Hidayah 4 mengatakan bahwa”
ada beberapa, tetapi masih dapat ditangani dengan baik. Terutama pada
penulisan huruf ca, nga, dan nya”.
Dapat disimpulkan bahwa kesulitan dari pembelajaran Arab-Melayu bagi
peserta didik adalah terdapatnya huruf-huruf khusus yang membedakan huruf
Arab-Melayu dengan huruf Arab, seperti huruf ca, nga, nya, pa dan ga.
Menurut Risdiawati (2016:1002) banyak yang menganggap Arab-Melayu
sebagai tulisan asing, tidak pernah diajarkan secara spesifik mengenal tulisan
Arab-Melayu, dan tulisan Arab-Melayu hanya sebagai peminatan.
Berdasarkan wawancara kepada guru, adapun kesulitan yang dihadapi guru
dalam pembelajaran Arab-Melayu yaitu ketika peserta didik belum
mengetahui huruf-huruf Arab-Melayu dan belum dapat memahami cara
membacanya, disini guru harus dapat membuat peserta didik fokus dengan
pembelajaran agar materi yang disampaikan menjadi lebih mudah diserap dan
dipahami oleh peserta didik.

CONCLUSION
Aksara arab Melayu masih digunakan dalam kurikulum sekolah-sekolah
Islam saja. Menghilangnya pelajaran tulisan huruf aksara arab melayu (Jawi) ini
dari dunia pendidikan di indonesia baik disekolah-sekolah umum dan agama
berarti kita telah kehilangan sejarah yang sangat berharga terutama sejarah
kesusasteraaan dan perkembangan bahasa dan sastera Indonesia. Belum seluruh
murid Islam di Sumatera Utara mempelajari dan mengetahui sejarah dan cara

Hilda Wahyuni, dkk. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU…


P-ISSN 2477-5436 and E-ISSN 2549-6433
|7
Vol.

penulisan dan membaca aksara arab Melayu dengan lancar. Dengan demikian,
keadaan ini diduga akan menimbulkan kesulitan bagi siswa untuk membaca
khazanah melayu nusantara yang ditulis dengan menggunakan aksara arab
Melayu. Oleh karena itu pengajaran aksara Arab Melayu sangat penting diajarkan
diseluruh sekolah yang punya tekad untuk mengajarkan murid-muridnya dalam
melestarikan khazanah intelektual Melayu nusantara.
Pentingnya memahami sejarah penulisan aksara arab melayu dan model
penulisan dan cara membaca yang efektif dalam proses pembelajaran aksara Arab
Melayu, sehingga pengajaran ini sangat dihargai dan diharapkan dapat dilakukan
secara berkesinambungan dan bermanfaat bagi pelajar/murid/siswa untuk
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penulisan dan cara baca aksara
Arab melayu yang digunakan untuk menggali dan membaca khazanah Melayu
nusantara seperti yang sudah diterapkan oleh MIS Sabilal Muhtadin Plus Tebing
Tinggi dan MIS 4 Patumbak.

REFERENCES
Ellya, Roza. (2017). Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan
Sumbangsihnya dalam Pengembangan Khazanah Intelektual. Jurnal Tsaqafah,
13(1), 177-204.
Iskandar, Teuku. (1969) kesusateraan Klasik Melayu Sepanjang Abad.
Jakarta: Libra Yatim.
Mahdini (2003). Islam dan Kebudayaan Melayu. Pekanbaru: Daulat Riau.
Noeng, Muhadjir. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :
Rake Sarasin.
Osman, Muhammad Taib. (1974).  Asas dan Pertumbuhan Kebudayaan
Malaysia. Kuala Lumpur : Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan.
Pratiwi, Yurike. (2017). Pola Pembelajaran Aksara Arab Melayu.
Medan:UINSU
Risdiawati, Dian, Wahyudi Siswanto, dan Nurhadi. (2016).Pengembangan
Bahan Ajar Tulisan Arab-Melayu. Jurnal Pendidikan, 1(6), 1002-1007.
Yusuf, Muri. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan”. Jakarta : prenadamedia group.
Zulkhairi, Teuku. Pembelajaran Kitab Arab-Melayu di Aceh Besar
Sebagai Proses Transfer Ilmu Agama Islam dan Upaya Menjaga Budaya. Jurnal
Mudarrisuna, 9(2), 374-397.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU DI MIS SUMATERA UTARA


P-ISSN 2477-5436 and E-ISSN 2549-6433

Anda mungkin juga menyukai