SUMATERA UTARA
PRELIMINARY
Beberapa tahun lalu, setiap sekolah wajib memberikan mata pelajaran
Arab Melayu. Namun belakangan, aksara Arab Melayu tersebut sudah hampir
tidak ada lagi. Tidak hanya itu, Arab Melayu juga disebut sebagai hal yang mulai
langka diketahui anak muda masa kini. Apakah benar Arab Melayu yang
merupakan bagian dari budaya Melayu sudah dihapus?.
Tulisan jawi telah lama ada dalam khasanah kebudayaan melayu yang
diperkirakan sekitar abad ke-10 masehi atau 3 Hijriah hingga kemasa kini dan ia
berasal dari pada tulisan arab. Tulisan inilah yang membangun kebudayaan
melayu dan tulisan ini jugalah yang kemudian mengantantarkan menuju Bahasa
Melayu yang kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia setelah di
kokohkan oleh para pemuda Indonesia dalam sumpah pemuda. Keberadaan
tulisan arab melayu di Nusantara identik dengan penyebaran agama Islam ke
daerah Melayu.
Aksara Arab Melayu memainkan peranan penting dalam penggalian
pelestarian karya ilmiah nusantara. Oleh karena itu pengajaran Aksara Arab
Melayu sebagai media penting untuk diajarkan disekolah-sekolah yang
|1
Vol.
RESEARCH METHOD
Penelitian ini dilakukan adalah jenis kualitatif deskriptif. Menurut Yusuf
(2014:338) jenis penelitian metode kualitatif pada prinsipnya ingin memberikan,
menerangkan, mendeskripsikan secara kritis atau menggambarkan suatu
fenomena, suatu kejadian atau suatu peristiwa interaksi sosial dalam masyarakat
untuk mencari dan menemukan makna (meaning) dalam konteks yang
sesungguhnya (natural setting). Peneliti melihat secara langsung bagaimana
penerapan dan pengaruh pembelajaran aksara melayu.
Penelitian ini menggunakan rancangan kegiatan tahapan penelitian
deskriptif kualitatif secara umum. Ada tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dilapangan, dan tahap pengolahan data. Pada tahap persiapan
dilakukan yaitu, membuat rancangan penelitian, menetapkan lokasi penelitian,
mengurus perizinan, menilai keadaan, memilih serta menetapkan informan, dan
menyiapkan instrumen penelitian. Selanjutnya, tahap lapangan ini dilakukan
pengumpulan data menggunakan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya.
Pada tahap pasca lapangan kegiatan yang dilakukan yaitu menganalisis data yang
diperoleh dari lapangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif sesuai dengan
data yang terkumpul sesuai dengan instrumen yang dilakukan. Data yang
diperoleh dari observasi awal sampai akhir penelitian dianalisis, sehingga
diperoleh suatu kesimpulan.
Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari obeservasi, wawancara dan
dokumentasi yang dilakukan di 2 sekolah yaitu MIS Sabilal Muhtadin Plus
Tebing Tinggi dan MIS Bidayatul Hidayah 4 Patumbak Sumatera Utara. Informan
penelitian ini adalah guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
yaitu wawancara guru mata pelajaran arab melayu dan dokumentasi. Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tentang implementasi
pembelajaran arab melayu yang berbentuk tertutup/terstruktur, yaitu guru
menjawab sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang ingin
diungkap. Kemudian guru memberikan setiap pernyataan sesuai dengan keadaan
yang diketahui dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara semi
terstruktur. Dalam melakukan wawancara peneliti sudah menyiapkan intrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh
responden. Wawancara ditujukan kepada guru yang mengajar mata pelajaran arab
melayu. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang penerapan dan
pengaruh pembelajara arab melayu guru dalam mengajar siswa. Teknik
pengumpulan data yang terakhir adalah dokumentasi.
Dokumentasi dalam penelitian ini berisi rekaman wawancara guru dalam
memberikan pernyataan mengenai pembelajaran aksara melayu. Teknik analisis
data dilakukan dengan wawancara, data yang telah diperoleh selama masa
pengumpulan data kemudian dianalisis dari awal hingga akhir untuk penyusunan
laporan sehingga diperoleh kesimpulan akhir. Secara khusus, data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kualitatif
membaca huruf Jawi sudah tentu lebih mudah baginya membaca dan menulis
Arab asli (Bahasa Arab) jika dibandingkan dengan yang tidak mengenal tulisan
Huruf Jawi.
Dan sudah semestinya ditumbuhkembangkan lagi ditengah-tengah
masyarakat Indonesia. Hilangnya tulisan huruf Jawi ini ditengah-tengah dunia
pendididkan maka hilanglah kemampuan untuk menela’ah naskah-naskah
Melayu yang merupakan peninggalan berharga dari nenek moyang kita dahulu.
Dalam rangka aktualisasi dirinya manusia selalu berusaha meningkatkan
kualitas hidupnya sebagai makhluk yang mempunyai dimensi kesejarahan
budaya; masa lalu, kini dan yang akan datang. Berbagai perubahan yang terjadi
dalam hubungan dengan perkembangan yang dimensional memberi tekanan
dan dorongan bagi terjadinya penyesuaian budaya kehidupan yang ideal, yang
dikategorikan sebagai isi dan substansi pendidikan berada dalam alur proses
pendidikan yang memungkinkan manusia lebih mengembangkan
kebudayaannya sebagai usaha peningkatan harkat, martabat dan kualitas
hidupnya.
Seperti yang diungkapkan oleh guru MIS 4 Patumbak yang menyatakan
bahwa manfaat penerapan pembelajaran arab melayu di jenjang Sekolah Dasar,
selain untuk mempelajari bahasa arab, namun juga untuk mengembangkan
kebudayaan arab melayu itu sendiri yang seutuhnya sangat banyak di Sumatera
Utara ini. Harapannya melalui pembelajaran arab melayu ini siswa/I dapat
mengembangkan pengetahuan dasarnya ini menjadi sebuah temuan dan mampu
melestarikan bacaan maupun tulisan arab melayu ini, bahkan mengajarkannya
dimasa yang akan dating.
CONCLUSION
Aksara arab Melayu masih digunakan dalam kurikulum sekolah-sekolah
Islam saja. Menghilangnya pelajaran tulisan huruf aksara arab melayu (Jawi) ini
dari dunia pendidikan di indonesia baik disekolah-sekolah umum dan agama
berarti kita telah kehilangan sejarah yang sangat berharga terutama sejarah
kesusasteraaan dan perkembangan bahasa dan sastera Indonesia. Belum seluruh
murid Islam di Sumatera Utara mempelajari dan mengetahui sejarah dan cara
penulisan dan membaca aksara arab Melayu dengan lancar. Dengan demikian,
keadaan ini diduga akan menimbulkan kesulitan bagi siswa untuk membaca
khazanah melayu nusantara yang ditulis dengan menggunakan aksara arab
Melayu. Oleh karena itu pengajaran aksara Arab Melayu sangat penting diajarkan
diseluruh sekolah yang punya tekad untuk mengajarkan murid-muridnya dalam
melestarikan khazanah intelektual Melayu nusantara.
Pentingnya memahami sejarah penulisan aksara arab melayu dan model
penulisan dan cara membaca yang efektif dalam proses pembelajaran aksara Arab
Melayu, sehingga pengajaran ini sangat dihargai dan diharapkan dapat dilakukan
secara berkesinambungan dan bermanfaat bagi pelajar/murid/siswa untuk
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penulisan dan cara baca aksara
Arab melayu yang digunakan untuk menggali dan membaca khazanah Melayu
nusantara seperti yang sudah diterapkan oleh MIS Sabilal Muhtadin Plus Tebing
Tinggi dan MIS 4 Patumbak.
REFERENCES
Ellya, Roza. (2017). Aksara Arab-Melayu di Nusantara dan
Sumbangsihnya dalam Pengembangan Khazanah Intelektual. Jurnal Tsaqafah,
13(1), 177-204.
Iskandar, Teuku. (1969) kesusateraan Klasik Melayu Sepanjang Abad.
Jakarta: Libra Yatim.
Mahdini (2003). Islam dan Kebudayaan Melayu. Pekanbaru: Daulat Riau.
Noeng, Muhadjir. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta :
Rake Sarasin.
Osman, Muhammad Taib. (1974). Asas dan Pertumbuhan Kebudayaan
Malaysia. Kuala Lumpur : Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan.
Pratiwi, Yurike. (2017). Pola Pembelajaran Aksara Arab Melayu.
Medan:UINSU
Risdiawati, Dian, Wahyudi Siswanto, dan Nurhadi. (2016).Pengembangan
Bahan Ajar Tulisan Arab-Melayu. Jurnal Pendidikan, 1(6), 1002-1007.
Yusuf, Muri. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan”. Jakarta : prenadamedia group.
Zulkhairi, Teuku. Pembelajaran Kitab Arab-Melayu di Aceh Besar
Sebagai Proses Transfer Ilmu Agama Islam dan Upaya Menjaga Budaya. Jurnal
Mudarrisuna, 9(2), 374-397.