Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LPPM-UBK

Sebuah Proyek Promosi dan Preventif Kesehatan Berbasis Kolaborasi Antar Profesi
(Interprofessional Education)

JUDUL KEGIATAN :
Edukasi Keluarga dalam Penanganan dan Perawatan Hipertensi dan Diabetes Mellitus

TIM DOSEN
Antri Ariani., SST., M.Kes / NIDN : 0410098802
Apt. Kharina Septi Lestari., M.S.Farm / NIDN : 0412099302

TIM MAHASISWA
ANNYSA FADILLAH/ 191FI07017/ D3 KEBIDANAN INTAN NURAZIZAH/191FI01020/D3 KEBIDANAN
ASHYA EQTA AWALIYAH/ 191FF01017/ D3 FARMASI MUHAMAD DZUL K/ 191FK0601/ D3 KEPERAWATAN
BUNGA ANNASTYA F/ 191FK01022/ D3 NURUL AINI/ 191FI08016/ D3 KEBIDANAN
KEPERAWATAN
PUTRI INTAN P/ 191FK01089/ D3 KEPERAWATAN
ILHAM HAMDHANI/ 191FK06079/ D3 KEPERAWATAN
SRI IHSYANI A/ 191FF01074/ D3 FARMASI
INDAH PERMATA S/ 191FI06016/ D3 KEBIDANAN

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


Universitas Bhakti Kencana
Desember/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Kemenkes 2015, Prevalensi penyakit DM di Indonesia
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,7% sedangkan prevalensi
Diabetes Melitus (D/G) sebesar 1,1%. Data ini menunjukkan cakupan diagnosis
Diabetes Melitus oleh tenaga kesehatan mencapai 63,6%, lebih tinggi
dibandingkan cakupan penyakit asma maupun penyakit jantung. Prevalensi
nasional Penyakit Diabetes Melitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dan gejala). Menurut konsensus Pengelolaan Diabetes melitus di
Indonesia penyuluhan dan perencanaan makan merupakan pilar utama
penatalaksanaan Diabetes Melitus. Adapun prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 34,11% dan Provinsi Lampung sebesar 29,94% (Riskesdas, 2018).
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari
140 / 90 mmHg (Andrea, 2013).
Hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular yang paling umum
ditemukan dalam praktik kedokteran primer. Komplikasi hipertensi dapat
mengenai berbagai organ target seperti jantung, otak, ginjal, mata, dan arteri
perifer. Dalam sebuah studi metaanalisis yang mencakup 61 studi obervasional
prospektif pada 1 juta pasien yang setara dengan 12 juta person-years ditemukan
bahwa penurunan rerata tekanan darah sistolik sebesar 2 mmHg dapat
menurunkan risiko mortalitas akibat penyakit jantung iskemik dan menurunkan
risiko mortalitas akibat stroke sebesar 10%. Tercapainya target penurunan tekanan
darah sangat penting untuk menurunkan kejadian kardiovaskuler pada pasien
hipertensi (Muhadi, 2018).
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan sebagai upaya pengurangan resiko
naiknya tekanan darah dan pengobatannya. Dalam penatalaksanaan hipertensi
upaya yang dilakukan berupa upaya nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup
melalui pendidikan kesehatan) dan farmokologis (obat-obatan). Beberapa pola
hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines (pedoman) adalah dengan
penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olah raga yang dilakukan
secara teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok (Damayantie,
dkk, 2018).
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolic yang ditandai
oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular dan neuropati. ( Yuliana elin, 2009)
Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
dari statistic kematian di dunia, 57 juta jiwa kematian terjadi setiap tahunnya
disebabkan oleh PTM dan diperkirakan bahwa sekitar 3,2 juta jiwa pertahun
penduduk dunia meninggal akibat Diabetes Melitus. Selanjutnya, pada tahun 2003
WHO memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1 % dari 3,8 miliar penduduk dunia
yang berusia 20-79 tahun menderita Diabetes Melitus dan pada 2025 akan
meningkat akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun 2030.
Hal ini akan menjadikan Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) dunia
setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes (Diabetes
Care, 2004)
Karena tingginya angka kejadian Diabetes Melitus, pemerintah Indonesia
melalui BPJS meluncurkan program untuk pengendalian penyakit Diabetes
Melitus dan diberi nama Program Pengendalian Penyakit Kronis (PROLANIS).
Hal ini atas dasar bahwa Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai
komplikasi ke berbagai organ termasuk jantung dan ginjal. Program ini
merupakan program kesehatan yang terinteragrasi antara komunitas pasien,
tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, dan BPJS. Program ini secara spesifik
didesain untuk dapat diterapkan di level faskes primer. Untuk dapat bergabung
dalam program ini, persayratan adalah peserta tersebut terdiagnosa dengan
penyakit Diabetes Melitus terdaftar dalam BPJS.
Kegiatan Inter Personal Education di kampus Bhakti Kencana Bandung di
kelompok 16 bekerjasama dengan salah satu mitra yang mempunyai Penyakit
Tidak menular Hipertensi dan Diabetes Melitus, yang berlokasi didaerah
arcamanik Kota Bandung.
Hipertensi yang dialami mitra yaitu hipertensi grade 1 dengan data
objektif yang diterima yaitu keluhan karena pola makan dan tidur yang tidak
teratur, sedangkan mitra ini memiliki tipe keluarga single parent. Setelah
dilakukan pengkajian didapatkan bahwa keluarga tersebut masih belum
memahami mengenai perawatan hipertensi dan Diabetes Melitus.
Dikutip dari penjelasan anggota keluarga bahwa belum pernah
diadakannya sosialisasi hipertensi dan sosialisasi Kesehatan lainnya. Oleh karena
itu, dari data tersebut kami memutuskan untuk melakukan sosialisasi mengenai
hipertensi dan Diabetes Melitus kepada keluarga tersebut sebagai salah satu
bentuk partisipasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Hipertensi dan Diabetes Melitus. Selain daripada itu, diharapkan dengan adanya
kegiatan yang dilakukan ini, dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan
kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Diharapkan pula adanya sosialisasi ini
mampu meningkatkan kesadaran keluarga tentang bahaya Hipertensi Dan
Diabetes Melitus. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes
Militus dan ketrampilan mengatur pola makan (Diet) untuk mencaga kadar gula
darah. Bentuk kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa penyuluhan tentang
Diabetes Militus.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dapat disampaikan pada sasaran kegiatan ini
adalah:
1. Apakah itu hipertensi dan Diabetes Melitus, jenis-jenisnya dan
bahayanya?
2. Pencegahan, dan penatalaksanannya secara nonfarmakologis atau
perubahan gaya hidup, serta penggunaan obat Hipertensi dan Diabetes
Melitus yang rasional masih rendah.
3. Rendahnya pengetahuan tentang pola makan atau pola aktivitas untuk
mengendalikan kadar gula darah dan tekanan darah..
1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah melakukan salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Walaupun
belum dapat dilakukan secara serentak dan keseluruhan, namun dengan
dimulainya dalam satu keluarga diharapkan dapat menjadi awal yang baik.
Kegiatan ini diharapkan dapat berkembang dan terlaksana secara
berkelanjutan sehingga manfaatnya dapat mencakup kepada masyarakat luas.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan meliputi penyuluhan hipertensi dan DM.
Penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi seputar hipertensi dan DM
beserta bahayanya. Setelah dilakukan kegiatan, evaluasi dilakukan guna
mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang hipertensidan DM telah ditangkap
oleh keluarga.
1.4 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penatalaksaan
Hipertensi dan DM secara nonfarmakologi atau perubahan gaya hidup, serta
penggunaan obat Hipertensi dan DM yang rasional. Meningkatkan
pengetahuan pola makan atau pola aktivitas untuk menurunkan resiko
terkena/pencegahan dan pengobatan penyakit Hipertensi dan DM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uraikan hal-hal yang berkaitan dengan kerangka konseptual (teori), dan kerangka pikir
yang melandasi kegiatan pengabdian masyarakat, dengan memanfaatkan berbagai
pustaka relevan.
2.1 KONSEP KELUARGA
2.1.1 Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau
ibunya dan anaknya (Menurut UU nomor 52 tahun, 2009). Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling kebergantungan.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Friedman, 1998).
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,
sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
interelasi social, peran dan tugas (Spredley, 1996 dalam Murwani, 2008).
Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (1989) dalam
Murwani (2008) menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing –
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah beberapa individu yang tinggal dalam sebuah keluarga yang
mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak famili,
maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga
tersebut.
2.1.2 Tipe-Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 1998
yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman literatur tentang
keluarga adalah :
1. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah,
sebagai orang tua atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri
dari suami, istri dan anak mereka (anak kandung, anak adopsi
atau keduanya).
2. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di
dalamnya seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota
keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti.
Sedangkan menurut Wahid Iqbal (2006) tipe keluarga ada 15
antara lain :
1. Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-
sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan lain sebagainya.
3. Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan suami / istri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4. Niddle age / aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-
duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan
rumah karena sekolah / perkawinan / meniti karier.
5. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak, keduanya / salah satu bekerja diluar
rumah.
6. Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian
pasangannya dan anakanaknya dapat tinggal di rumah / di
luar rumah.
7. Dual carrier
Suami istri / keduanya orang karier dan tanpa anak.
8. Commuter married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
9. Singgle adult
Wanita / pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk kawin.
10. Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institusional
Anak-anak / orang dewasa yang tinggal dalam suatu
panti.
12. Comunal
Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang
monogami dengan anakanaknyadan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.

13. Group marriage


Satu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunananya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap
individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
14. Unmarried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
15. Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
Menurut Murwani (2008) tipe keluarga dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami, istri dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,
missal kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah / ibu) dengan anak (kandung
/ angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian / kematian.
5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya
terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah
dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah).

2. Tipe keluarga non tradisional


1) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang
terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang
tua tiri.
3) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga
(dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan
anak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family yaitu
keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang
mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami istri (marital partners).
6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup
bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa
menggunakan alatalat rumah tangga bersama yang
saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk seksual dan membesarkan anak.
8) Group network family yaitu keluarga inti yang
dibatasi aturan atau nilainilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak
yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga aslinya.
10) Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan
tidak mendapatkan perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif
dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupan.
2.1.3 Perkembangan Keluarga
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi
keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tiap individu
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus mereka capai agar
mereka merasa puas selama tahap perkembangan dan agar mereka mampu
beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil. Setiap tahap perkembangan
keluarga pun punya tugas-tugas perkembangan yang spesifik.
1. Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5
tahun dan berakhir saat anak usia 5 tahun. Pada tahap ini,
keluarga tumbuh dengan baik dalam jumlah serta kompleksitas
fungsi dan permasalahan. Tugas perkembangan pada tahap
anak prasekolah yaitu:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti
kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
b) Membantu anak bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus dipenuhi.
d) Memepertahankan hubungan yang sehat baik didalam
maupun diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang
anak.
Penambahan jumlah anggota keluarga dapat memicu
timbulnya perubahan peran, ketegangan peran, serta konflik
peran antara suami dan istri akibat tugas sehingga dapat
mengancam stabilitas perkawinan. Orang tua mempunyai
peran untuk menstimulus perkembangan individu anak,
khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan
anak pada fase ini tercapai.
Permasalah yang dapat timbul pada tahap ini adalah :
a) Kecelakaan pada anak yang terjadi di dalam rumah
b) Frustasi atau konflik peran orang tua sehingga
timbul sikap proteksi dan disiplin yang berlebih
dapat menghambat kreativitas anak.
c) Frustasi terhadap prilaku anak atau permasalahan
laian dalam keluarga yang memicu tindakan
kekerasan pada anak (child abuse).
d) Terjadinya kegagalan peran sehingga menyebabkan
orang tua menolak berpartisipasi dalam peran
pengasuh anak sehingga terjadi penelantaran pada
anak.
e) Masalah kesulitan makan pada anak.
f) Masalah kecemburuan dan persaingan antar anak

2.1.4 Struktur Keluarga


Struktur keluarga menurut Mubarak (2009) antara lain :
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur,
terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan,
komunikasi keluarga bagi pengirim : memberikan pesan, memberikan
umpan balik dan valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak
berfungsi apabila: tertutup, adanya issu atau gosip negatif, tidak
berfokus pada satu hal dan selalu mengulang issu dan pendapat
sendiri, komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental exspresi dan komunikasi tidak
sesuai. Penerima gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat
negatif), terjadi miskomunikasi dan kurang atau tidak valid.
2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa
bersifat formal atau informal.
3. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk,
mengontrol, mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.
4. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
2.1.5 Fungsi dan tugas keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) dalam Murwani (2007)
sebagai berikut:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,
keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak
atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam
keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan
belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986).
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak
yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang
yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan disekitar meskipun demikian
keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi keebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
memnuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan
penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahn yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
(Friedman, 1998 dalam Murwani, 2007)
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan
masyarakat

2.2 KONSEP KELUARGA BINAAN


Keluarga binaan merupakan keluarga yang salah satu anggotanya memiliki
masalah kesehatan (terutama ibu dan anak)
2.3 KONSEP TEORI HIPERTENSI
2.3.1 Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal
dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari
140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012). Menurut Price
(dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011),
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang
bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes
(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat
bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit
lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk.
Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.
2.3.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M., 2012) :
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi
yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
diantaranya :
1) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki
potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah
menopause berisiko tinggi mengalami penyakit
hipertensi.
3) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi
makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara
langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit
hipertensi.
4) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup
merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan
konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat
yang terkandung dalam keduanya.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital
yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta
toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta
tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini
merupakan penyakit utama penyebab hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi
arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan
oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal
terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
3) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan
esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume
expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan
kembali normal setelah beberapa bulan penghentian
oral kontrasepsi.
4) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau
korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
5) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
6) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan
tekanan darah untuk sementara waktu.
7) Kehamilan
8) Luka bakar
9) Peningkatan tekanan vaskuler
10) Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan
katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan
iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta
menyebabkan vasokortison yang kemudian
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
2.3.3 Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A.
2016) klasifikasi hipertensi adalah :
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149
mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan
95 mmHg.
2.3.4 Manifestasi Klinis Hipertensi
Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut Tambayong (dalam Nurarif
A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan
menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak
teratur.

2) Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
2.3.5 Faktor-Faktor Hipertensi
Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Menurut Aulia, R. (2017), faktor
risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1) Faktor yang tidak dapat diubah Faktor yang tidak dapat berubaha
adalah :
a) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah,
ibu, kakak kandung/saudara kandung, kakek dan nenek
dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena
hipertensi.
b) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia
lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat
pada usia lebih dari 55 tahun.
c) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria
daripada wanita.
d) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di
luar negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika
Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2) Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan
hipertensi antara lain yaitu :
a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab
hipertensi karena dalam rokok terdapat kandungan
nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan ke otak.
Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah
dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena
tekanan darah yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea,
G.Y., 2013).
b) Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan
pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik
merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat
menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S.,
2017).
c) Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan
karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan
keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan
jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar
darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K.,
Suba, B., Wongkar, D., 2013). Maka dapat
disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah.
d) Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung
koroner, termasuk peningkatan tekanan darah dan
kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai
kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu
zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah
kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan
cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal
dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh
dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30
menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam
Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung
garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa
digunakan untuk memasak. Konsumsi garam secara
berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut
Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R.
(2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga
keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu
A.J.M., Punuh M.I, 2016), lemak didalam makanan
atau hidangan memberikan kecenderungan
meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak
hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol
yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi
penyakit hipertensi.
2.3.6 Komplikasi Hipertensi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
1) Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di
dalam otak atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah
sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri
yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan
meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner
mengalami arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup
oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang
dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel
maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark.
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya
tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya
glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla
ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein
keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid
plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita
hipertensi kronik.
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada
hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami kenaikan
darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya
terjadi koma dan kematian.
2.4 KONSEP DIABETES MELLITUS
2.4.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing
manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara
tepat, DM lebih merupakan kumpulan gejala yang timbul pada diri
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan lukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2005).
Diabetes adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak yang menyebabkan ketidakseimbangan antara penggunaan insulin
dan penghasilan insulin. Ketiadaan insulin boleh disebabkan gangguan
pengeluaran insulin di sel beta pada pankreas, reseptor insulin terganggu
atau tidak mencukupi, atau produksi insulin tidak aktif atau penghancuran
insulin sebelum bekerja. Seseorang dengan diabetes tidak terkontrol tidak
mampu mentransportasi glukosa menjadi lemak dan sel otot sehingga
menyebabkan sel-sel menjadi kekurangan tenaga dan ini menyebabkan
peningkatan metabolisme lemak dan protein sebagai sumber tenaga
(Porth, 2006).
Diabetes mellitus menurut definisi medis dari Oxford Concise
Medical Dictionary, merupakan gangguan metabolisme karbohidrat di
mana glukosa di dalam tubuh tidak dioksidasi untuk memproduksi tenaga,
akibat kekurangan hormon insulin (Martin, 2007). Sehingga kadar gula
pada aliran darah tinggi akibat glukosa tidak dapat diserap oleh sel.
Penyerapan glukosa ke dalam sel memerlukan bantuan dari insulin, yang
mana fungsi insulin sebagai pintu masuk glukosa ke dalam sel. Akibatnya
sel-sel mengalami kekurangan energy atau tenaga dan menyebabkan
peningkatan metabolism lemak dan protein sebagai sumber tenaga.
2.4.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan menjadi, diabetes mellitus
tipe I, diabetes mellitus tipe II, diabetes gestasional dan diabetes dengan
tipe spesifik lain. Diabetes tipe I adalah disebabkan sel beta pankreas yang
tergganggu atau rusak secara permanen akibat proses autoimun. Diabetes
mellitus tipe II mempunyai prevalensi yang lebih tinggi dan merupakan
akibat dari resistensi insulin. Diabetes gestasional pula merupakan
diabetes yang didapat sewaktu mengandung dan yang terakhir adalah
diabetes dengan tipe spesifik yang lain. Diabetes ini terjadi akibat
sekunder dari penyakit-penyakit lain, contohnya sindrom Cushing’s,
pankreatitis dan akromegali (NIH, 2008)
2.4.3 . Komplikasi
Diabetes adalah penyakit yang dapat menyerang semua organ
tubuh dan menimbulkan beberapa keluhan, maka diabetes bisa menjadi
penyebab terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis.
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seorang
meningkat atau menurun tajam dalam waktu relatif singkat.
Kadar glukosa darah bisa menurun drastis jika penderita
menjalani diet terlalu ketat. Komplikasi akut meliputi
hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmoler non ketotik,
dan koma lakto asidosis.
2) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh
darah yang menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi
ginjal dan saraf.
2.4.4 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Penatalaksanaa diabetes melitus ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Peningkatan kualitas hidup pasien diabetes melitus
perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan,
dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
Penataklaksanaan diabetes melitus melalui empat pilar yaitu
1) Edukasi
Edukasi pada pasien diabetes melitus bertujuan promosi
hidup sehat, upaya pencegahan dan pengelolaan diabetes
melitus. Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes
Melitus adalah memenuhi anjuran:
a) Mengikuti pola makan sehat.
b) Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani
yang teratur
c) Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan
khusus secara aman dan teratur.
d) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
(PGDM) dan memanfaatkan hasil pemantauan untuk
menilai keberhasilan pengobatan.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM
adalah:
a) Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta
hindari terjadinya kecemasan.
b) Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan
hal-hal yang sederhana dan dengan cara yang mudah
dimengerti.
c) Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah
dengan melakukan simulasi.
d) Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka,
perhatikan keinginan pasien. Berikan penjelasan secara
sederhana dan lengkap tentang program pengobatan
yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil
pemeriksaan laboratorium.
e) Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan
f) Pengobatan dapat diterima.
g) Memberikan motivasi dengan memberikan
penghargaan.
h) Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses
edukasi.
i) Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat
pendidikan pasien dan keluarganya.
j) Gunakan alat bantu audio visual.
2) Terapi Nutrisi
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir
sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
dan zat gizi masingmasing individu. Penyandang DM perlu
diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada
mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin itu sendiri.
Perhitungan kebutuhan kalori merupakan bagian dari
penatalaksanakan diabetes melitus dikontrol berdasarkan
kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Pelaksanaan
diet diabetes sehari-hari sebaiknya mengikuti pedoman 3J
(jumlah, jenis, jadwal).
a) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan
dikurangi atau ditambah
b) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
c) Jenis makanan yang manis harus dihindar
2.5 Permasalahan Mitra
Berdasarkan prevalensi penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi di Indonesia
cukup tinggi, akibatnya komplikasi antara hipertensi serta Diabetes Melitus ini sering
terjadi. Tercapainya target penurunan tekanan darah sangat penting untuk
menurunkan kejadian yang menyebabkan masalah pada system kardiovakuler
terutama pada pasien hipertensi, sehingga jiga terjadi penurunan otomatis komplikasi
juga akan sedikit terjadi.
Berdasarkan penalatalaksanaan hipertensi upaya yang dapat dilakukan yaitu
upaya nonfarmakologis (Memodifikasi gaya hidup melalui pendidikan kesehatan) dan
farmakologis (Obat-obatan), begitu juga dengan diabetes mellitus dapat dilakukan
upaya-upaya untuk dilakukannya penatalaksanaan yang sederhana baik secara
nonfarmakologi atau farmakologi.
Dari kasus yang ditemukan dilapang yaitu dengan salah satu keluarga yang
mempunyai masalah dengan hipertensi dan juga Diabetes Melitus, setelah dilakukan
pengkajian didapatkan bahwa anggota keluarga belum pernah mendapatkan
sosialisasi atau penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi dan Diabetes Melitus.
Oleh karena itu kami memutuskan untuk melakukan sosialisasi atau penyuluhan
kesehatan sebagai bentuk partisipasi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular Hipertensi dan Diabetes Melitus ini.
Setelah melewati pengkajian dilanjutkan merumuskan intervensi yaitu dengan
dilakukannya penyuluhan kesehatan mengenai Hipertensi dan Diabetes mellitus
dimana kami harapkan mitra atau keluarga dapat mengetahui mengenai jenis-jenis
serta bahayanya hipertensi dan Diabetes meatus, mengetahui pencegahan dan
penatalaksanaan Hipertensi dan Diabetes Melitus serta menambah pengetahuan
mengetaui pola makan, pola aktivitas untuk pengidap hipertensi dan Diabetes
mellitus.

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Rencana Kegiatan

Dengan mempertimbangkan berbagai latar belakang bidang ilmu serta


kemampuan dari anggota kelompok, maka program utama yang akan dilakukan oleh TIM
IPE sebagai berikut:

1. Bidang Kesehatan

a. Penyuluhan Penegahan dan Perawatan Hipertensi dan Diabetes Mellitus


1) Bentuk Kegiatan : Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan
kepada keluarga Ny. Kuswin Suparmi.
2) Tujuan : Setelah mengikuti program penyuluhan ini keluarga dapat
memahami Penanganan dan Perawatan Hipertensi dan Diabetes Mellitus dan
dapat mengaplikasikan di kehidupan.
3) Sasaran : Keluarga Ny.Kuswin Suparmi
4) Waktu : Sabtu, 1 Januari 2022
5) Penanggung jawab :
6) Pelaksana :Tim IPE kelompok 19 UBK

3.2 Realisasi Kegiatan

1. Nama Kegiatan : Webinar

a. Status Kegiatan : Program Terencana


b. Penanggung Jawab :
c. Pelaksana Kegiatan : IPE Kelompok 16
d. Sasaran Kegiatan : Keluarga Ny. Kuswin Suparmi.
e. Target
1) Pelaksanaan : Sabtu, 1 Januari 2022
2) Personil : TIM IPE UBK 2022
3) Peserta : Keluarga Ny. Kuswin Suparmi.
f. Pelaksana kegiatan
1) Hari/Tanggal : Sabtu, 1 Januari 2022
2) Waktu : pukul 13.30 – 14.30
3) Peserta : Keluarga Ny. Kuswin Suparmi.
4) Tempat : Platform Online Zoom
3.3 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran kegiatan IPE 2021 Universitas Bhakti Kencana yaitu Keluarga
Ny. Kuswin Suparmi. Kegiatan diselenggarakan berbentuk penyuluhan dengan metode
ceramah dengan judul “Edukasi Keluarga dalam Penanganan dan Perawatan Hipertensi
dan Diabetes Mellitus” dilakukan secara luring dan daring melalui Google Meet. Adapun
yang menjadi narasumber dalam kegiatan ini adalah anggota TIM IPE.

3.4 Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang digunakan adalah dengan metode daring dan luring yang
dilakukan oleh dosen dan mahasiwa/I yang terdiri dari program studi ilmu Farmasi, ilmu
Keperawatan, dan ilmu kebidanan. Untuk menunjang kegiatan ini, maka rincian metode
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan yaitu:

1) Metode Pengumpulan Data


Digunakan untuk mengumpulkan data-data mengenai permasalahan penyakit Tidak
Menular Hipertensi dan Diabetes Mellitus, dengan melalui wawancara langsung
kepada keluarga yang bersangkutan.

2) Menentukan Tema
Berdasarkan atas apa yang telah dilakukan dalam survei lapangan yang diuraikan
secara rinci pada latar belakang sehingga kami mengangkat tema yang bertajuk
“Edukasi Keluarga dalam Penanganan dan Perawatan Hipertensi dan Diabetes
Mellitus” dalam kegiatan IPE ini.

3) Mencari Studi Pustaka


Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data referensi dari berbagai sumber
keilmuan yang menunjang permasalahan yang sedang dicarikan solusinya, serta
berbagai teori dan implementasi tentang tema ini.
4) Membuat Materi Kegiatan
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan maka dibuatlah materi kegiatan,
berupa penyuluhan secara tatap muka dan daring dengan melalui aplikasi Google
Meet.

5) Melakukan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan hasil
dari pelaksanaan penyuluhan kepada Keluarga Ibu Kuswin Suparmi dengan
memberikan daily activity yang harus diisi oleh mitra selama 5 hari.

3.5 Pihak-pihak Yang Terlibat

1. Keluarga Ibu Kuswin Suparmi

3.6 Faktor Penghambat dan Solusi Pemecahan Masalah

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat diidentifikasi adanya beberapa
kendala dalam pelaksanaan kegiatan ini dan solusi pemecahan masalahnya. Secara garis
besar kendala nya adalah sebagai berikut:

1. Banyak anggota TIM IPE yang tidak bisa hadir penyuluhan secara tatap muka, solusi
dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan menambahkan sistem pelaksanaan
penyuluhan secara daring melalui google meet.
2. Keterlambatan anggota dalam melaksanakan kegiatan. Solusi dalam mengatasi
masalah tersebut adalah dengan penambahan waktu selama 5 menit sebelum acara
dimulai.

3.7 Penilaian Hasil Kegiatan

Kegiatan IPE yang dilaksanakan dengan luring dan daring tidak mengurangi
semangat para dosen pembimbing, mahasiswa/I, dan mitra sehingga kegiatan berjalan
dengan baik dan lancar. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 Januari dari
pukul 13.30 – 14.30 WIB dengan Mitra keluarga Ibu Kuswin Suparmi yang berjumlah 4
orang. Materi dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang disampaikan adalah
Penanganan dan Perawatan Hipertensi dan Diabetes Mellitus.

Program penyuluhan dengan metode ceramah “Edukasi Keluarga dalam


Penanganan dan Perawatan Hipertensi dan Diabetes Mellitus” yang sudah dilaksanakan
diharapkan dapat menambah pengetahuan, serta mengaplikasikan ilmu yang telah
didapatkan dari penyuluhan kesehatan yang telah dilakukan, dengan tingginya angka
pemahaman keluarga dan masyarakat, maka sangat diharapkan bahwa angka penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus akan menurun. Hasil kegiatan webinar didokumentasikan
melalui publikasi media massa.

Anda mungkin juga menyukai