Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA PASIEN HIPERTENSI


RUANG GADING SATU RSUD RAA SOEWONDO PATI

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas individu Profesi Ners Stase GERONTIK”

Disusun Oleh :

ENDANG SRI KUSRINI, S.Kep

N520184134

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TINJAUAN TEORI

1
I. TEORI LANSIA
A. Definisi dan Batasan Lansia
1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
(Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. BatasanLansia
Klasifikasi Lanjut Usia (Maryam dkk, 2008) :
a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia 45 – 59 tahun.
b. Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Karakteristik lanjut usia menurut Budi Anna Keliat (1999 ):


a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

B. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada Lansia

2
1. Perubahan Fisik :
a. Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar , TBW (jumlah cairan
tubuh berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi
protein di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap
individuberkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat,
atropi saraf panca indra (berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium &
perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin), kurang sensitif terhadapsentuhan.
c. Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara
yg tidak jelas, sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi
membran tympani, menyebabkan otosklerosis (kekakuan pada tulang
bagian dalam), terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras
karena peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun pada lansia
yang mengalami ketegangan jiwa/stress.
d. Sistem Penglihatan : Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) menjadi katarak,
kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil), respon terhadap sinar menurun,
daya adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya akomodasi mata,
lapang pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan hijau pada skala.
e. Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi
dan volume jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi
tidak adekuat, mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah cenderung
tinggi karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
f. Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan
menjadi kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang,
kapasitas residu meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas
menurun  O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg;  CO2 arteri tidak
berganti kemampuan untuk batuk berkurang, kemampuandinding, dada &
kekuatan otot pernafasan menurun sejalan dengan tambah usia.
g. Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria
(+1), otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun
200ml sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria
lansia, vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya meningkatkan retensi

3
urin. Prostat membesar (dialami 75% pria usia 65 tahun keatas), atropi vulva,
selaput lendir kering, elastisitas menurun, permukaan lebih licin,
perubahan warna.Seksual intercourse masih.
h. Sistem  Reproduksi : Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada
laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada penurunan
secara berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih
halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan- perubahan warna,
dorongan Seksual masih.
i. Sistem  Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk atau
gizi buruk, indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra
pengecap, hilangnya sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis,
asin, dan pahit, dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, waktu pengosongan juga menurun, peristaltik lemah sehingga biasa
timbul konstipasi, daya absorbsi terganggu.
j. Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid,
aldosteron, kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya
aktivitas tiroid, menurunnya BMR= basal metabolic rate, fungsi paratiroid &
sekresinya tidak berubah.
k. Sistem  Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras),
karena kehilangan proses keratinisasi, perubahan ukuran dan bentuk -
bentuk sel epidermis, menurunnya respon terhadaptrauma, mekanisme
proteksi kulit menurun : Produksi serum menurun, gangguan pigmentasi
kulit. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya
cairan & vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar dan
kurang bercahaya, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh
secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsi.
l. Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh,
kifosis, pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus
intervertebralismenipis, menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian
membesar dan kaku, tendon mengerut danmengalami sklerosis, atropi serabut
otot bergerak menjadi lambat, otot- otot kram dan tremor, otot polos
tidak begitu terpengaruh.
2. Perubahan Psikososial
a. Pensiun : Produkdivitas dan identitas – peranan(kehilangan financial,
kehilangan status, kehilangan relasi),
b. Sadar akan kematian,

4
c. Perubahan dalam cara hidup
d. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
e. Hilanganya kekuatan danketegapan fisik, perubahan terhadap body image,
perubahan konsep diri.

3. Perubahan Mental
a. Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental :Perubahan fisik, organ
perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, herediter, lingkungan.
b. Perubahan kepribadian yang drastic.
c. Ungkapan tulus perasaan individu.
d. Tidak senang pada perubahan.
e. Berkurangnya ambisi dan kegiatan.
f. Kecenderungan egosentris, perhatian menurun.
g. Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru.
h. Berkurangnya kemampuan nyatakan sopan santun.
i. Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan.
j. Cenderung menyendiri, bermusuhan.
k. Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan.
l. Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan.
m. Kegiatan seksual berlebihan atau perilaku tidak senonoh.
n. Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat.
o. Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri.
p. Gelisah, delirium pada malam hari.
q. Disorientasi waktu.
r. Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari).
s. Mengumpulkan barang yang tidak berharga.
4. Perubahan Memori
a. Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari.
b. Kenangan jangka pendek  atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.
5. IQ (Intellgentia Quotion)
a. Tidak berubah degan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor,
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan dari
faktor waktu
6. Perkembangan Spiritual
a. Maslow, 1970: Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.
b. Murray & Zenner, 1970: Lansia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak di kehidupan
sehari-hari.
5
c. Folwer,1970: lansia 70 tahun àUniversalizing, pada tingkat ini
adalah berfikir danbertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
dan keadilan.
d. Penyakit yang umum terjadi pada lansia.
C.  Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia
1. Mudah jatuh
2.  Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan organis, Pengaruh
obat.
3. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit
metabolisme, dehidrasi, dsb.
4. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb.
5. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung,
gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia.
6. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis.
7. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang
vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb.
8. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis,
batu ginjal, dsb.
9.  Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit.
10.  Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna,
faktor sosio-ekonomi.
11. Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih,
kelainan syaraf, faktor psikologis.
12. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan
rektum.
13. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang,
katarak, glaukoma, infeksi mata.
14. Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan
mental.
15. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik
(depresi, irritabilitas).
16. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb.
17. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ganguan sirkulasi
darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal
18. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis
kronis, alergi2.
D. Karakteristik Penyakit Lansia di Indonesia :
1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis.

6
2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum.
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia.
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas.
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru.
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker.
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dan
sebagainya.

II. TEORI HIPERTENSI


A. DEFINISI HIPERTENSI
1. Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg
2. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg.
3. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik
>90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
4. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
5. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
6. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik.

B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Hipertensi Primer ( esensial )

7
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor – faktor
yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /
atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolisasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal < 120 < 80
2 Normal 120 - 129 80 - 84
3 High Normal 130 - 139 85 - 89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) > 210 >120

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim

8
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual
Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :     

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.


b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

D. PATHOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
9
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan


fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer .

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel


jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantun

E. PATHOFLOW

10
Sumber : Smeltzer, 2001

F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

1. Pemeriksaan yang segera seperti :

11
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k.  Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

G.PENATALAKSANAAN MEDIS

12
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat 

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

b. Penurunan berat badan


c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

f. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada


subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik


seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.

2)  Tehnik relaksasi

13
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien


tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.

Pengobatan standar menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis


kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :

a. Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

1) Dosis obat pertama dinaikkan


2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 digant
2)  Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi

14
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

H.PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :Kenaikan TD, nadi : denyutan jelas, Frekuensi / irama : takikardia,
berbagai disritmia, bunyi jantung : murmur, distensi vena jugularis
c. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian kapiler
mungkin lambat
d. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :Letupan suasana hati, Gelisah, Penyempitan kontinue perhatian, tangisan
yang meledak, otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ), peningkatan pola
bicara
e. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat
penyakit ginjal )
f. Makanan / Cairan
Gejala :Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik
Tanda :BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,
glikosuria
g. Neurosensori
Gejala :Keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ), episode
epistaksis
Tanda :Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan ), respon motorik : penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal
optik
h. Nyeri/ketidaknyamanan

15
Gejala :nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen
i. Pernapasan
Gejala :Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda :Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan ( krekles, mengi ), sianosis
j. Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien
k. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal, faktor resiko etnik, penggunaan pil KB
atau hormon lain, penggunaan obat / alkohol

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipertensi
b.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
c.  Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologis, lingkungan, fisiologis
e.  Resiko injury berhubungan dengan kelemahan, gangguan sensasi [akibat cidera
medula spinalis, diabetes melit

16
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DiagnosaKeperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o
1 Resiko ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan otak 1. Circulation Status Peripheral Sensation
berhubungan dengan 2. Tissue perfusion: perifer Management (Manajemen
hipertensi Setelah dilakukan asuhan sensasi perifer)
selama 1 x 24 jam penurunan 1. Monitor adanya daerah
kardiak output klien teratasi tertentu yang hanya
dengan kriteria hasil: peka terhadap
1. Mendemonstrasikan status panas/dingin/tajam/tum
sirkulasi yang ditandai pul
dengan : 2. Monitor adanya
a. Tekanan systole dan paretese
diastole dalam rentang 3. Instruksikan keluarga
yang diharapkan untuk mengobservasi
b. Tidak ada kulit jika ada lesi atau
ortostatikhipertensi laserasi
c. Tidak ada tanda-tanda 4. Gunakan sarung tangan
peningkatan tekanan untuk proteksi
intrakranial (tidak lebih 5. Batasi gerakan pada
dari 15 mmHg) kepala, leher dan
2. Mendemonstrasikan punggung
kemampuan kognitif yang 6. Monitor kemampuan
ditandai dengan : BAB
a. Berkomunikasi dengan 7. Kolaborasi pemberian
jelas dan sesuai dengan analgetik
kemampuan 8. Monitor adanya
b. Menunjukkan tromboplebitis
perhatian, konsentrasi 9. Diskusikan mengenai
dan orientasi penyebab perubahan
c. Memperoleh informasi sensasi
d. Membuat keputusan
dengan benar
e. Menunjukkan fungsi

17
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter
2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan : 1. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
1. Tirah Baring atau 2. Toleransi aktivitas pembatasan klien
imobilisasi 3. Konservasi eneergi dalam melakukan
2. Kelemahan Setelah dilakukan tindakan aktivitas
menyeluruh keperawatan selama 2 x 24 2. Kaji adanya faktor
3. Ketidakseimbangan jam Pasien bertoleransi yang menyebabkan
antara suplei terhadap aktivitas dengan kelelahan
oksigen dengan Kriteria Hasil : 3. Monitor nutrisi dan
kebutuhan 1. Berpartisipasi dalam sumber energi yang
aktivitas fisik tanpa disertai adekuat
peningkatan tekanan darah, 4. Monitor pasien akan
nadi dan RR adanya kelelahan fisik
2. Mampu melakukan dan emosi secara
aktivitas sehari hari berlebihan
(ADLs) secara mandiri 5. Monitor respon
3. Keseimbangan aktivitas kardivaskuler terhadap
dan istirahat aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan
hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran

18
terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
19
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: 1. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian
Agen injuri (biologi, 2. pain control, nyeri secara
kimia, fisik, psikologis), 3. comfort level komprehensif termasuk
kerusakan jaringan Setelah dilakukan tinfakan lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 1 x 24 jam durasi, frekuensi,
Pasien tidak mengalami nyeri, kualitas dan faktor
dengan kriteria hasil: presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi
(tahu penyebab nyeri, nonverbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi 3. Bantu pasien dan
untuk mengurangi nyeri, keluarga untuk mencari
mencari bantuan) dan menemukan
2. Melaporkan bahwa nyeri dukungan
berkurang dengan 4. Kontrol lingkungan
menggunakan manajemen yang dapat
nyeri mempengaruhi nyeri
3. Mampu mengenali nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, frekuensi pencahayaan dan
dan tanda nyeri) kebisingan
4. Menyatakan rasa nyaman 5. Kurangi faktor
setelah nyeri berkurang presipitasi nyeri
5. Tanda vital dalam rentang 6. Kaji tipe dan sumber
normal nyeri untuk
6. Tidak mengalami gangguan menentukan intervensi
tidur 7. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas

20
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
8. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ……...
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4. Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan: 1. Anxiety Control Sleep Enhancement
1. Psikologis : usia 2. Comfort Level 1. Determinasi efek-
tua, kecemasan, 3. Pain Level efek medikasi
agen biokimia, 4. Rest : Extent and terhadap pola tidur
suhu tubuh, pola Pattern 2. Jelaskan
aktivitas, depresi, 5. Sleep : Extent ang pentingnya tidur
kelelahan, takut, Pattern yang adekuat
kesendirian. Setelah dilakukan tindakan 3. Fasilitasi untuk
2. Lingkungan : keperawatan selama 2 x 24 mempertahankan
kelembaban, Jam gangguan pola tidur aktivitas sebelum
kurangnya pasien teratasi dengan kriteria tidur (membaca)
privacy/kontrol hasil: 4. Ciptakan
tidur, 1. Jumlah jam tidur dalam lingkungan yang
pencahayaan, batas normal nyaman
medikasi 2. Pola tidur,kualitas 5. Kolaburasi
(depresan, dalam batas normal pemberian obat
stimulan),kebisin 3. Perasaan fresh sesudah tidur
gan. tidur/istirahat
Fisiologis : Demam, 4. Mampu
mual, posisi, urgensi mengidentifikasi hal-
urin. hal yang meningkatkan

21
tidur

5. Resiko Injury NOC : Risk Kontrol NIC : 

Faktor resiko : Kriteria Hasil : Environment Management


(Manajemen lingkungan)
Eksternal 1. Klien terbebas dari
cedera 1. Sediakan
1. Mode transpor 2. Klien mampu lingkungan yang
atau cara menjelaskan aman untuk pasien
perpindahan cara/metode 2. Identifikasi
2. Manusia atau untukmencegah kebutuhan
penyedia injury/cedera keamanan pasien,
pelayanan 3. Klien mampu sesuai dengan
kesehatan menjelaskan factor kondisi fisik dan
(contoh : agen resiko dari fungsi kognitif 
nosokomial) lingkungan/perilaku pasien dan riwayat
3. Pola personal penyakit terdahulu
kepegawaian : 4. Mampumemodifikasi pasien
kognitif, afektif, gaya hidup untuk 3. Menghindarkan
dan faktor mencegah injury lingkungan yang
psikomotor 5. Menggunakan fasilitas berbahaya
4. Fisik (contoh : kesehatan yang ada (misalnya
rancangan 6. Mampu mengenali memindahkan
struktur dan perubahan status perabotan)
arahan kesehatan 4. Memasang side rail
masyarakat, tempat tidur
bangunan dan 5. Menyediakan
atau tempat tidur yang
perlengkapan) nyaman dan bersih
5. Nutrisi (contoh : 6. Menempatkan
vitamin dan tipe saklar lampu
makanan) ditempat yang
6. Biologikal mudah dijangkau
( contoh : tingkat pasien.
imunisasi dalam 7. Membatasi
masyarakat, pengunjung
mikroorganisme) 8. Memberikan
7. Kimia (polutan, penerangan yang
racun, obat, agen cukup
farmasi, alkohol, 9. Menganjurkan
kafein nikotin, keluarga untuk
bahan pengawet, menemani pasien.
kosmetik, 10. Mengontrol
celupan (zat lingkungan dari
warna kain)) kebisingan
11. Memindahkan
Internal barang-barang yang

22
dapat
1. Psikolgik membahayakan
(orientasi afektif) 12. Berikan penjelasan
2. Mal nutrisi pada pasien dan
3. Bentuk darah keluarga atau
abnormal, contoh pengunjung adanya
: perubahan status
leukositosis/leuk kesehatan dan
openia, penyebab penyakit.
perubahan faktor
pembekuan,
trombositopeni,
sickle cell,
thalassemia,
penurunan Hb,
Imun-autoimum
tidak berfungsi.
4. Biokimia, fungsi
regulasi (contoh :
tidak
berfungsinya
sensoris)
5. Disfugsi
gabungan
6. Disfungsi efektor
7. Hipoksia
jaringan
8. Perkembangan
usia (fisiologik,
psikososial)
9. Fisik (contoh :
kerusakan
kulit/tidak utuh,
berhubungan
dengan
mobilitas)

6. Perfusi jaringan serebral NOC : NIC :


tidak efektif
1. Circulation status Intrakranial Pressure (ICP)
2. Tissue Prefusion : Monitoring (Monitor
cerebral tekanan intrakranial)

Kriteria Hasil : 1. Berikan informasi


1. Mendemonstrasikan kepada keluarga
status sirkulasi yang 2. Set alarm
ditandai dengan : 3. Monitor tekanan
a. Tekanan systole perfusi serebral
dandiastole 4. Catat respon pasien

23
dalam rentang terhadap stimuli
yang 5. Monitor tekanan
diharapkan intrakranial pasien
b. Tidak ada dan respon
ortostatikhiperte neurology terhadap
nsi aktivitas
c. Tidk ada tanda 6. Monitor jumlah
tanda drainage cairan
peningkatan serebrospinal
tekanan 7. Monitor intake dan
intrakranial output cairan
(tidak lebih dari 8. Restrain pasien jika
15 mmHg) perlu
2. Mendemonstrasikan 9. Monitor suhu dan
kemampuan kognitif angka WBC
yang ditandai dengan: 10. Kolaborasi
a. Berkomunikasi pemberian
dengan jelas dan antibiotik
sesuai dengan 11. Posisikan pasien
kemampuan pada posisi
b. Menunjukkan semifowler
perhatian, 12. Minimalkan stimuli
konsentrasi dan dari lingkungan
orientasi
c. Memproses Peripheral Sensation
informasi Management (Manajemen
d. Membuat sensasi perifer)
keputusan dengan
benar 1. Monitor adanya
daerah tertentu
3. Menunjukkan fungsi yang hanya peka
sensori motori cranial terhadap
yang utuh : tingkat panas/dingin/tajam/
kesadaran mambaik, tumpul
tidak ada gerakan 2. Monitor adanya
gerakan involunter paretese
3. Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi
kulit jika ada lsi
atau laserasi
4. Gunakan sarun
tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
6. Monitor
kemampuan BAB
7. Kolaborasi

24
pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan
mengenai penyebab
perubahan sensasi

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima


Medika

Soeparman dkk,2007. Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2,Jakarta, FKUI

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,Jakarta, EGC

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Malang, Buntara Media

26

Anda mungkin juga menyukai