Anda di halaman 1dari 16

MODUL PRAKTIKUM

APK DAN ERGONOMI

Oleh :

Annisa Purbasari

LABORATORIUM PKE
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Modul Praktikum Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi mahasiswa dalam
pelaksanaan praktikum Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi, baik dari segi pemahaman
konsep teori maupun proses pelaksanaan praktikum di laboratorium.
Kekurangan dalam isi modul ini masih ada, oleh karena itu sangat diharapkan adanya
kritik dan saran dari semua pihak berkenaan dengan modul ini. Kritik dan saran akan menjadi
masukan agar kualitas isi modul dapat meningkat sehingga perbaikan kualitas pelaksanaan
praktikum dapat tercapai secara berkesinambungan.
Semoga modul praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Batam, Desember 2020

Penyusun

2
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

3
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

MODUL 2

RESIKO ERGONOMI

DENGAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA “RULA dan REBA”

A. Tujuan
1. Mampu melakukan analisis postur kerja dengan beberapa tools ergonomika.
2. Mampu menggunakan beberapa tools ergonomika yang berkaitan dengan analisis postur.
3. Mampu membuat rekomendasi untuk meningkatkan produktivitas kerja.

B. Landasan Teori
B.1. Analisis Pengukuran Mekanika Tubuh Manusia dengan Metode Biomekanika
Biomekanika merupakan pengkajian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup
kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta
peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan
aktivitas kerja tersebut.
B.1.1. Konsep Biomekanika
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai
hukum- hukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik
dalam posisi diam maupun bergerak.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada
posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran
gerakan- gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan
gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik) (Tayyari, 1997).
2. Occupational Biomechanic.
Occupational Biomechanic merupakan bagian dari biomekanik terapan yang
mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan

4
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja
dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini dapat
dikategorikan dalam Occupational Biomechanic.

B.1.2. Analisis Mekanik


Risk assessment merupakan penilaian terhadap resiko yang terjadi di lapangan. Resiko
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut, postur dan pergerakan tubuh saat
bekerja, tugas yang dilakukan, faktor lingkungan dan faktor individual (Sisna,2012).
Analisis terhadap penaksiran resiko kerja menggunakan ergonomic assessment tools
yakni metode-metode untuk memfasilitasi tujuan evaluasi ergonomi dalam sistem kerja.
Metode-metode tersebut antara lain RULA, REBA, OWAS dan NIOSH.
1. RULA (Rapid Upper Limb Assessment).
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan metode ergonomi yang
digunakan untuk mengestimasi resiko kerja dari target postur tubuh untuk mengurangi
terjadinya resiko yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang pada tubuh bagian atas
(upper limb disorders). RULA ditemukan oleh Dr. Lynn Mc Atamney dan Profesor E. Nigel
Corlett pada tahun 1993 di Nothingham, Inggris. RULA dapat membantu untuk mengurangi
resiko cedera pada seorang pekerja.
Aplikasi penggunaan RULA, terdapat pada biomekanika dan digunakan untuk
menentukan prioritas pekerjaan berdasarkan faktor resiko cedera. Pendekatan biomekanika
menganalisa tubuh bagian atas saat melakukan proses kerja, seperti: saat seseorang
mengangkat beban. Penerapan analisa metode ini pada punggung, badan, tangan, leher dan
lain-lain. Aplikasi metode RULA dengan mengobservasi aktivitas pekerja selama beberapa
siklus kerja. Dari observasi tersebut, dipilih pekerjaan dan postur tubuh yang paling
signifikan.
Analisa RULA dapat dilakukan sebelum dan sesudah demonstrasi untuk mengetahui
apakah resiko cedera sudah berkurang. RULA digunakan dengan cara mengevaluasi postur
tubuh, kekuatan yang dibutuhkan dan gerakan otot pekerja pada saat sedang bekerja.
Ada 5 faktor eksternal yang dapat menjadi faktor resiko yang berhubungan dengan
terjadinya cedera pada tubuh bagian atas, yaitu:
- Jumlah gerakan
- Kerja otos statis
- Beban

5
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

- Dimensi peralatan
- Lama kerja tanpa istirahat.
Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada setiap individu pekerja antara lain:
- Postur tubuh
- Kecepatan gerakan
- Akurasi gerakan
- Frekuensi dan lamanya delay
- Umur dan pengalaman
- Faktor sosial
RULA didesain untuk membahas faktor- faktor resiko di atas terutama pada 4 faktor
eksternal pertama. Adapun tujuan dari metode ini adalah sebagai berikut:
- Sebagai metode yang dapat dengan cepat mengurangi resiko cedera pada
pekerja, khususnya yang berkaitan dengan tubuh bagian atas.
- Mengidentifikasikan bagian tubuh yang mengalami kelelahan dan kemungkinan terbesar
mengalami cedera.
- Memberikan hasil analisa dan perbaikan.
Cara penilaian untuk postur bagian tubuh yang dianalisis dengan The Rula Scoring
Sheet yaitu:

6
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

7
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

2. REBA (Rapid Entire Body Assessment)


REBA (Rapid Entire Body Assessment) yaitu salah satu metode yang digunakan
untuk menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh. Metode ini didesain untuk
mengevaluasi pekerjaan atau aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan
menimbulkan ketidaknyamanan seperti kelelahan pada leher, tulang punggung, lengan, dan
sebagainya. Metode ini untuk mengestimasi resiko kerja yang berkaitan dengan gangguan
yang dialami seluruh bagian tubuh. Metode ini tidak memiliki batasan dalam menganalisa,
seperti metode lainya. Contoh aplikasi penggunaan REBA : proses kerja khususnya pada
pengangkatan beban (Manual Material Handling). Analisa metode ini pada keadaan seluruh
tubuh orang yang melakukan proses kerja tersebut. Analisa dapat dilakukan contohnya pada
posisi tangan, punggung, leher, kepala, kaki dan lain-lain. Jadi analisa keseluruhan dapat
dilakukan menggunakan metode REBA.
Metode ini mengevaluasi pekerjaan dengan memberikan nilai (score) pada 5 aktivitas
level yang berbeda. Hasil nilai ini menunjukkan tingkatan atau level resiko yang dihadapi
oleh karyawan dalam melakukan pekerjaannya dan terhadap beban kerja yang
ditanggungnya. Resiko dari pekerjaan terkait dengan penyakit otot dan postur tubuh.
Analisa REBA dilakukan dengan membagi postur tubuh kedalam dua kategori,
kategori A dan B. Kategori A terdiri dari tubuh, leher dan kaki, sedangkan kategori B terdiri
dari lengan atas dan bawah serta pergelangan untuk gerakan ke kiri dan kanan. Masing-
masing kategori memiliki skala penilaian postur tubuh lengkap dengan catatan tambahan
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam desain perbaikan. Setelah penilaian
postur tubuh, yang dilakukan kemudian adalah pemberian nilai pada beban atau tenaga yang
digunakan serta faktor terkait dengan kopling (Hignett, S., McAtamney, L. 2000).
Nilai untuk masing-masing postur tubuh dapat diperoleh dari tabel penilaian yang
telah ada. Total nilai pada kategori A merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai
postur tubuh yang terdapat pada tabel A dengan nilai beban atau tenaga. Sedang total nilai
pada kategori B merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai postur tubuh yang
terdapat pada tabel B dengan nilai kopling untuk kedua tangan. Nilai REBA diperoleh dengan
melihat nilai dari kategori A dan B pada tabel C untuk memperoleh nilai C yang kemudian
dijumlahkan dengan nilai aktivitas. Dari nilai REBA dapat diketahui level resiko cedera.
Pengembangan REBA terdiri atas 3 tahapan, yaitu:
- Mengidentifikasikan kerja,
- Cara pemberian skor,

8
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

- Skala level tindakan yang menyediakan sebuah pedoman pada tingkat yang ada,
dibutuhkan untuk mendorong penilaian yang lebih detail berkaitan dengan analisis yang
didapat.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menerapkan metode REBA ini
antara lain:
− Mengambil data gambar posisi tubuh ketika bekerja.
− Menentukan bagian-bagian tubuh yang akan diamati, antara lain batang
tubuh, pergelangan tangan, leher, kaki, lengan atas, dan lengan bawah.
− Penentuan nilai untuk masing-masing postur tubuh dan penentuan activity
score.
− Penjumlahan nilai dari masing-masing kategori untuk memperoleh nilai
REBA.
− Penentuan level resiko dan pengambilan keputusan untuk perbaikan.
− Membuat desain metode, fasilitas dan lingkungan kerja.
− Implementasi dan evaluasi desain metode, fasilitas, dan lingkungan kerja.
− Penilaian ulang dengan menggunakan metode REBA untuk desain baru yang
telah diimplementasikan.
− Evaluasi perbandingan nilai REBA untuk kondisi sebelum dan setelah
implementasi desain perbaikan.
Setelah diperoleh skor REBA, yang bernilai 1 sampai 15 menunjukkan level tindakan
(action level) sebagai berikut:
Action level 0 : Skor 1 menunjukkan bahwa postur ini sangat diterima dan tidak perlu
tindakan.
Action level 1 : Skor 2 atau 3 menunjukkan bahwa mungkin diperlukan pemeriksaan lanjutan.
Action level 2 : Skor 4 sampai 7 menunjukkan bahwa perlu tindakan pemeriksaaan dan
perubahan perlu dilakukan.
Action level 3 : Skor 8 sampai 10 menunjukkan bahwa perlu pemeriksaan dan
perubahan diperlukan secepatnya.
Action level 4 : Skor 11 sampai 15 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka
pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
Keuntungan dari metode REBA yaitu:
− Metode ini dapat menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh dengan
cepat.
− Menganalisa faktor-faktor resiko yang ada dalam melakukan pekerjaan.

9
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

− Metode ini cukup peka untuk menganalisa pekerjaan dan beban kerja
berdasarkan posisi tubuh ketika bekerja.
− Teknik penilaian membagi tubuh kedalam bagian-bagian tertentu yang
kemudian diberi kode-kode secara individual berdasarkan bidang-bidang
geraknya untuk kemudian diberikan nilai.

Cara penilaian untuk postur bagian tubuh yang dianalisis dengan The Reba Scoring
Sheet yaitu:

10
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

11
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

C. Alat dan Bahan


1. Lembar pengamatan
2. Box dengan beban
3. Kamera (foto)
4. Tabel pengamatan
5. Alat Tulis
6. Kalkulator

D. Prosedur Praktikum Percobaan


Praktikum modul 2 ini merujuk pada praktikum modul 1

Daftar Pustaka:
Anonim. 2013. Modul Praktikum Ergonomi. UGM. Yogyakarata.
Anonim. 2013. Postur Kerja. Diakses online tanggal 10 September 2013. [URL]:
http://apk.lab.uii.ac.id/PSKE/Modul/Modul%20Postur%20PSKE%202013_.pdf
Dadari, S. 2012. Penaksiran Resiko Ergonomi dengan Pendekatan Fuzzy Logic pada Industri
Kapal (Studi Kasus : PT PAL INDONESIA). Diakses online tanggal 9 Maret 2012,
[URL]: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16378-2506100017-
paperpdf.pdf
Sutrio dan Firdaus, O.M., 2013, Pengukuran RULA dan REBA Petugas pada Pengangkatan
Barang di Gudang dengan Menggunakan Software Ergolntelligence (Studi kasus:
Petugas Pembawa Barang di Toko Dewi Bandung), Prosiding Seminar Nasional
Ritektra 2011. Diakses online tanggal 10 September 2013.
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2081/KIN.HC.0
66.pdf?sequence=1

12
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

Contoh:
PENILAIAN RESIKO POSTUR KERJA PADA PEKERJA PEMBUATAN KERAMIK
DENGAN METODE RULA DAN REBA

Keramik adalah produk yang dibuat dari tanah liat dibentuk menggunakan lima tahapan
proses, yaitu :
(1) proses mencampur bahan baku melalui penggilingan,
(2) proses pembentukan melalui tiga cara, yaitu teknik putar, cetak, dan teknik pin spilin
(pada proses ini hampir 60-70% pekerjaan yang mengerahkan tenaga manusia)
(3) proses pembakaran,
(4) proses finishing melalui pengecatan,
(5) proses pengepakan.
Identifikasi tingkat resiko postur pekerja pada pekerjaan pembuatan Keramik berdasarkan
metode penilaian postur kerja RULA dan REBA?
Dengan tujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja untuk meminimalkan cidera
otot pada tulang belakang pekerja pembuat keramik.

Penilaian Postur Kerja berdasarkan gambar 1 berikut:

Gambar 1. Postur Kerja Proses Pembentukan Keramik

13
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

2
4

1
1

4 5

1
1

3 3

8 7 9

14
MODUL PRAKTIKUM APK DAN ERGONOMI LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
TEKNIK INDUSTRI

2
4

1 2

3
1

2
7
5
8 1

15
Modul APK dan Ergonomi UNRIKA LABORATORIUM PERANCANGAN
KERJA & ERGONOMI
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUA

Pembahasan:
 Dari hasil identifikasi postur pekerja pada pekerjaan pembuatan Keramik berdasarkan
metode penilaian postur kerja RULA dan REBA maka diperoleh nilai skor dari metode
RULA sebesar 7 dan nilai skor dari metode REBA sebesar 9.
 Hasil skor dari metode RULA menunjukkan nilai 7 berarti perlu investigasi lebih lanjut
dan perlu perubahan atau perbaikan segera pada postur pekerja karena bisa berpotensi
timbulnya penyakit akibat kerja seperti cidera otot pada tulang belakang.
 Hasil skor dari metode REBA menunjukkan nilai 9 berarti beresiko tinggi, perlu
investigasi lebih lanjut dan perlu perubahan atau perbaikan segera pada postur pekerja
karena bisa menimbulkan tingkat resiko cedera yang tinggi dan berpotensi timbulnya
penyakit akibat kerja seperti cidera otot pada tulang belakang.
 Saran perbaikan yaitu melakukan perbaikan metode kerja dan perancangan alat bantu
sehingga ada perbaikan pada postur pekerja dan bisa menurunkan tingkat resiko cedera
dan menghindari terjadinya penyakit akibat kerja seperti cidera otot pada tulang belakang.

16

Anda mungkin juga menyukai