Anda di halaman 1dari 12

Menyelami Tradisi Keindahan Abad Pencerahan Melalui Estetika

Immanuel Kant
Nurul Hidayat/118104007

Pendahuluan

Estetika adalah salah satu hal dasar yang akan dialami dan dihadapi oleh manusia sehari-hari.
Sifatnya dalam keseharian sangat spontan, hanya dalam pikiran, nyaris berbarengan dengan
alam bawah sadar, sehingga terkadang membuat kita tidak begitu menghiraukannya. Memang
benar bahwa keindahan berada di mata pemandangnya dan keindahan adalah hal yang
subjektif, tidak usah diperdebatkan lagi. Namun, sebetulnya keindahan yang merupakan topik
utama estetika adalah salah satu faktor pertama yang akan diperhatikan dalam berbagai
interaksi kehidupan sosial.

Pada umumnya estetika adalah penilaian utama yang selalu dijatuhkan pada setiap karya seni.
Meskipun demikian, dalam perkembangannya, keindahan tidak selalu menjadi hal utama
dalam seni. Seni tidak melulu harus menjadi objek yang indah dan para ahli memilah bidang
studi alternatif dari estetika untuk membahasnya, yakni dalam filsafat seni. Keduanya, baik
estetika maupun filsafat seni menjadi salah salah satu pencarian yang tak pernah usai digali,
baik di dalam Filsafat maupun bidang seni secara umum. Oleh karena itu, penting bagi pegiat
seni untuk mempelajari estetika secara komprehensif untuk memperluas khazanah
pemahaman seni. Prof Abdul Hadi WM dalam artikelnya juga mengatakan bahwa sebagai
cabang ilmu dan falsafah, estetika sering disamakan dengan teori seni, kritik seni dan
falsafah keindahan.1

Estetika adalah ilmu yang membahas tentang keindahan ataupun selera dan rasa, termasuk
seni. Walaupun hari ini menilai seseorang dari penampilan dianggap kurang pantas dan tidak
adil, tetapi mau tidak mau hal tersebut akan selalu bersemayam dipikiran semua orang dalam
kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya, mengapa kita selalu memperhatikan penampilan diri
sendiri, sekecil apapun itu. Hal tersebut karena nyatanya, penampilan tetap berpengaruh pada
karir, kehidupan asmara, bahkan lingkungan pertemanan dan masyarakat secara umum.

Semakin baik pemahaman suatu masyarakat terhadap estetika, maka semakin dalam juga
apresiasinya terhadap keragaman paras wajah, penampilan, budaya, hingga pengaruh visual

1
Abdul Hadi W.M, Islam, Estetika, dan seni, Bagian I
lain pada umumnya. Apresiasi yang lebih baik terhadap estetika juga akan memicu sikap
toleransi positif pada keanekaragamannya; tidak berpatok pada satu pandangan ras, warna, dll
tentang keindahan/kecantikan. Cantik tidak selalu harus putih atau berhidung mancung.
Keindahan tidak hanya terletak pada mata yang melihatnya, tetapi beradasarkan konteks
tertentu (misalnya: aspek sosial) dari pemandang dan subjek yang dipandangnya itu sendiri.
Hal seperti itulah yang terus digali oleh estetika.

Secara etimologis estetika berasal dari kata Yunani: Aistetika yang berarti hal-hal yang dapat
dicerap dengan panca indra, Aisthesis yang berarti pencerapan panca indra/sense perception.
Namun pengertian estetika umumnya sendiri adalah cabang ilmu filsafat yang membahas
mengenai keindahan/hal yang indah, yang terdapat di alam dan seni. Estetika sebagai
pengetahuan tentang keindahan juga di dalam Al-Qur’an dan hadits. 2 Estetika sebagai ilmu
tentang seni dan keindahan pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten
(1714-1762), seorang filsuf Jerman. Walaupun pembahasan estetika sebagai ilmu baru
dimulai pada abad ke 17 namun pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada dari sejak
zaman Yunani Kuno.

Immanuel Kant adalah filsuf Jerman yang hidup di abad ke-18 dan memulai perubahan
drastis di bidang estetika dan teleologi, karena itulah, Kant adalah salah satu figur terpenting
untuk bidang estetika. Seperti pemikir ‘Era Pencerahan’ (Enlightment Age) yang lain, dia
memegang teguh kepercayaan bahwa pemikiran manusialah yang memenuhi dunia yang kita
alami ini dengan struktur-struktur tertentu. Dia berpendapat bahwa kemampuan penilaian
kitalah yang memungkinkan kita mengalami atau merasakan keindahan dan memahami
pengalaman itu sebagai bagian dari dunia yang terstruktur dan teratur dengan tujuan tertentu.

Menurut Kant, estetika memiliki pengertian yang luas, tidak saja mengenaikeindahan dan
keagungan tetapi juga kesenangan secara umum. Estetika berfokus pada kesenangan dalam
konteks karakteristik subjek yang mengalami kesenangan itu daripada karakter objeknya.
Penilaian keindahan menurut Kant bersifat stabil karena esensial dan universal, berbeda
dengan kesenangan lain yang bukan keindahan.Immanuel Kant membagi teori estetika
menjadi empat bagian, yaitu: teori disinterestedness atau teori tanpa pamrih dalam seni, teori
universalitas, teori esensialitas, dan terakhir teori bentuk dan tujuan

Biografi Immanuel Kant


2
Ibid bagian III
Immanuel Kant adalah seorang filsuf besar yang pernah tampil dalam Pentas pemikiran
filosofis zaman Aufklarung Jerman menjelang akhir abad Ke18. Immanuel Kant Lahir pada
tanggal 22 April 1724 di Konigsberg, Sebuah kota kecil di Prussia Timur (lahir di
Königsberg, Kerajaan Prusia, 22 April 1724 – meninggal di Königsberg, Kerajaan Prusia, 12
Februari 1804 Pada umur 79 tahun). Kota tersebut sekarang bernama Kaliningrat di Rusia.

Anak keempat dari seorang pembuat pelana kuda dan baju zirah ini,Tinggal di kota ini
sepanjang hidupnya hingga meninggal pada usia 80-an. Keluarganya penganut kristen yang
saleh. Keyakinan agamanya sekaligus Merupakan latar belakang yang cukup penting bagi
pemikiran filosofisnya, Terutama masalah etika.

Immanuel kant (1724-1804) umumnya dianggap sebagai filsuf terbesar Diantara filsuf
modern. Kant hidup pada saat pencerahan sedang mekar-mekarnya di Jerman. Pada abad ke-
18 Eropa Barat mengalami zaman baru Yang disebut dengan zaman pencerahan. Nama ini
diberikan pada zaman ini Karena manusia mulai mencari cahaya baru di dalam rasio nya
sendiri.

Sebagai seorang pribadi Kant tdak memiliki pengalaman yang penuh Gejolak dan tantangan
seperti yang di alami Socrates, Bruno, Spinoza, atau Rousseau. Berbeda dengan Descartes
atau Leibniz, Kant tidak pernah Melancong keluar negeri. Kant juga tidak aktif dalam politik,
seperti Machiavelli atau Hegel. Kant diasuh dengan nilai-nilai kerajinan, kejujuran, dan
kesalehan yang ketat. Pada usia tuanya, Kant teringat pada ibunya dan sangat berterima kasih
kepada ibunya yang mendidiknya untuk jujur dan menghindari segala bentuk dusta. Susana
pengasuahn pietistis ini ini besar pllengaruhnya dalam pemikiran kant yang menjunjung
tinggi kewajiban.

Sebagai filsuf yang hidup di zaman puncak pencerahan Jerman, Kant Tentu terpengaruh
dengan suasana Zamannya. Pengaruh itu nampak dalam Epistemologi, teologi, dan etikanya.
Kant selalu berusah mencari prinsipprinsip yang ada dalam tingkah laku dan kecenderungan
manusia. Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg dari Pasangan Johann
Georg Kant, seorang ahli pembuat baju zirah (baju besi), Dan Anna Regina Kant. Ayahnya
kemudian dikenal sebagai ahli perdagangan, Namun di tahun 1730-1740, perdagangan di
Königsberg mengalami Kemerosotan. Hal ini memengaruhi bisnis ayahnya dan membuat
keluarga Mereka hidup dalam kesulitan. Ibunya meninggal saat Kant berumur 13 Tahun,
sedangkan ayah Kant meninggal saat dia berumur hampir 22 tahun
Kant terpengaruh oleh aliran pietitisme dari ibunya, tetapi Kant hidup Pada zaman
Sceptisisme serta membaca karangan-karangan Voltaire dan Hume. Akibanya Kant
mempunyai problema : what can we know? (apa yang Dapat kita ketahui?), what is nature
adn what are the limits of human Knowledge? (apakah alam ini dan apakah ada batasan
pengetahua manusia Itu?). Sebagian besar hidupnya telah Kant pergunakan untuk
mempelajari Logical proces of thought (proses Penalaran logis), the external world (dunia)
dan the reallity of things (realita segala yang wujud).

Sebagai filsuf yang hidup di zaman puncak pencerahan Jerman, Kant tentu terpengaruh
dengan suasana Zamannya. Pengaruh itu nampak dalam epistemologi, teologi, dan etikanya.
Kant selalu berusah mencari prinsipprinsip yang ada dalam tingkah laku dan kecenderungan
manusia. Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg dari Pasangan Johann
Georg Kant, seorang ahli pembuat baju zirah (baju besi), Dan Anna Regina Kant. Ayahnya
kemudian dikenal sebagai ahli perdagangan, Namun di tahun 1730-1740, perdagangan di
Königsberg mengalami Kemerosotan. Hal ini memengaruhi bisnis ayahnya dan membuat
keluarga Mereka hidup dalam kesulitan. Ibunya meninggal saat Kant berumur 13 Tahun,
sedangkan ayah Kant meninggal saat dia berumur hampir 22 tahun.

Pendidikan dasarnya ditempuh Kant di Saint George's Hospital School pada usia delapan
tahun Immanuel Kant memulai pendidikan formalnya di Collegium Fredericanum sekolah
yang berlandaskan semangat Pietisme. Di sekolah ini Kant mendalami bahasa Latin, bahasa
yang sering dipakai oleh kalangan terpelajar dan para ilmuwan saat itu untuk mengungkapkan
pemikiran mereka.7 Keluarga Kant memang penganut agama Pietist, yaitu agama di Jerman
yang mendasarkan keyakinannya pada pengalaman religius dan studi kitab suci.

Tahun 1755, Immanuel Kant memulai karirnya sebagai dosen swasta di Universitas
koningsberg. Pada tahun yang sama Kant memperoleh gelar “Doktor” dengan disertasi
berjudul “Penggambaran Singkat dari Sejumlah Pemikiran Mengenai Api” (Meditationum
Quarundum de Igne Succinta Delineatio), sebuah karya di bidang ilmu alam. Immanuel Kant
bekerja sebagai privatdozent di Konigsberg dengan mengajarkan mata kuliah: metafisika,
geografi, pedagogi, fisika dan matematika, logika, filsafat, teologi, ilmu falak, dan
mineralogi.12 Kant dijuluki dengan “Sang Guru yang Cakap” (Der Schone Magister) karena
cara mengajarnya hidup dengan kepandaian seorang orator. Immanuel Kantmampu
menggerakkan pikiran dan perasaan para pendengarnya, dan dengan ketajaman pikirannya.
Immanuel Kant merupakan salah satu filsuf tulen. Ia berfikir terlebih Dulu sebelum
bertindak. Hal inilah yang membuat Kant membujang seumur Hidupnya. Dua kali ia
mencoba mendekati perempuan. Pertama ia Merenungkan terlalu lama, karena tidak sabar
menunggu, perempuan itu Menikah dengan pemuda lain. Kedua juga tidak sabar menunggu
Kant Mengambil keputusan kawin atau tidak, akhirnya perempuan tersebut pindah Dari kota
Koningsberg. Mungkin Kant berpikir seperti Nietsche yang Berpandangan bahwa kawin akan
merintangi pencapaian kebenaran, atau Telleyrand yang berpendapat bahwa orang yang
kawin akan melakukan apa Saja demi uang.

Kehidupan Kant berlangsung menurut aturan yang tegas, bangun, minum kopi, menulis,
memberi kuliah, makan, jalan-jalan, masing-masing mempunyai waktunya sendiri. Lalu Kant
muncul dari pintu rumahnya, berjalan menuju jalan kecil di bawah pepohonan yang rindang
yang sering disebut Tempat Jalan-jalan Sang Filosof.

Karya-karya Immanuel Kant

Dalam hal karya-karyanya, Immanuel Kant sangat berjasa dalam Perkembangan bidang ilmu
pengetahuan. Karya-karyanya penuh dengan Berbagai dilema dan paradoks yang sangat
abstrak, yang mula-mula terkesan Jauh dari masalah-masalah manusia sehari-hari. Karya-
karya itu ditulis dalam Gaya yang sangat akademis, yang akan sangat mengejutkan siapapun
yang Membaca karya itu.

Karya-karya yang monumental dan sangat berharga telah tercipta dari buah pemikirannya.
Karya-karyanya memberi suatu perubahan dan bentuk baru dalam cara berfikir yang
dituangkan dalam bentuk filsafat kritis (Kritisisme).

Beberapa karya Kant yang telah menegakkan popularitasnya antara Lain:

 Kritik der Reiner Vernunf / Critique of Pure Reason, 1781 M (Kritik Atas Rasio
Murni)
 Prolegomena zu Einer Jeden Kunftigen Metaphysik / Prolegomena To Any Future
Metaphisics, 1783 (Pengantar Metafisika Masa Depan)
 Idea for Universal History, 1784 M
 Grundlegung zur Metaphysik der Sitten/Groundwork of The Metaphysic of Morals,
1785 (Pendasaran Metafisika Kesusilaan)
 Metaphysical Faundations of Normal Science, 1786 M. (Pendasaran Metafisika
Pengetahuan Alam)
 Kritik der Praktischen Vernunft/Critique of Practical Reason, 1787 M (Kritik Atas
Rasio Praktis)

Di antara karya-karya Kant tersebut, beberapa karya terbesar sehingga Filsafatnya disebut
dengan Kritisisme.

Analisa Keindahan Versi Immanuel Kant

Gagasan Estetika Kant juga dapat ditelusuri dalam bukunya Kritik atas Daya Pertimbangan
(Kritik der Urtheilskraft). Dalam buku ini Kant lebih banyak menyoroti persoalan apa itu
keindahan.3Immanuel Kant meninjau keindahan dari dua segi, yaitu sebagai berikut.

Pertama, segi Subyektif. Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa
disangkut pautkan dengan kegunaan praktis yang dapat mendatangkan rasa senang terhadap
subjek. Pengalaman akan keindahan semacam ini tidak pernah bisa diantisipasi atau
dipikirkan terlebih dahulu. Ia datang secara spontan dan tidak bergantung pada situasi di luar
yang turut mempengaruhi lahirnya pengalaman keindahan tersebut, misalnya kita melihat
suatu hal itu indah karena berguna bagi kita, dan seterusnya.

Yang kedua, segi obyektif. Keindahan adalah keserasian suatu obyek dengan tujuan yang
dikandungnya, sejauh objek tersebut tidak ditinjau dari segi fungsi. Pengalaman akan
keindahan semacam ini kebalikan dari keindahan subjektif tadi. Pada tahap ini, pengalaman
akan keindahan sudah dapat diantisipasi dan dirasakan oleh manusia bahkan sebelum dia
mengalami pengalaman tersebut. Misalnya pengalaman mendapatkan nilai ujian yang baik,
pengalaman mendapatkan undian berhadiah, dan seterusnya.

Bagian awal dari Critique of Judgement berjudul “Analytic of the Beautiful “, yang syarat
yang harus ada (apa yang dibutuhkan) agar kita bisa menyebut sesuatu sebagai yang indah.
Menurut Kant ada empat empat hal yang harus ada sebagai syarat yang harus ada dalam
sebuah objek, sehingga dapat dikatakan sebagai yang indah, yakni:kualitas, kuantitas,
3
A.A.M, Djelantik, Estetika: Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat pertunjukan seni Indonesia, 1999, 136.
hubungan, dan modalitas. Pertama Kualitas. Keindahan dirumuskan sebagai objek rasa puas
yang bersesuaian Dengan selera.Ciri rasa puas adalah tanpa pamrih. Selera adalah
Kemampuan untuk mempertimbangkan suatu objek atau bentuk Representasi berdasarkan
rasa senang atau tidak senang secara tanpa Pamrih (subjektif). Objek rasa senang demikian
disebut indah. Cita rasa Berperan sebagai pelengkap jiwa manusia dalam mengenal dan
menikmati Keindahan. Di dalam cita rasa terdapat struktur yang berfungsi menikmati
Keindahan dan ia bekerja menurut hukum-hukumnya sendiri, yang Berbeda dengan hukum-
hukum yang berlaku dalam pemikiran rasional. Dengan cara demikian, Kant menempatkan
estetika sejajar dengan logika. Ia telah mengangkat rasa sesuai dengan perannya sebagai
kelengkapan Jiwa yang tidak kalah penting dari akal budi. Selera adalah kemampuan Untuk
memberikan putusan senang atau tidak senang atas suatu objek Atau perbuatan tertentu
dengan syarat bahwa putusan itu bebas dari Tujuan.4

Kedua, Kuantitas. Dalam perspektif kedua ini, Kant merumuskan keindahan sebagai Suatu
hal yang tanpa konsep tertentu, yang dapat memberikan rasa Senang secara universal.
Keindahan ialah apa yang mendatangkan Kesenangan secara menyeluruh dan tidak
berkonsepsi.5 Keindahan tetap Tidak berurusan dengan konsep dan tidak bisa diukur dengan
nalar. Keindahan tidak memberi kesenangan pada perorangan, melainkan Secara a priori
berlaku bagi semua orang (subjektif universal). Bagi Kant Keindahan bukan merupakan hasil
deduksi pengalaman perorangan (aPosteriori), melainkan sebagai sesuatu yang diandaikan
sebagai kondisi Pertimbangan estetis dalam budi (vernunft). Dalam perspektif ini Keindahan
adalah isi dari kemampuan atau daya pertimbangan budi.

Ketiga, relasi/hubungan. Keindahan adalah forma finalitas suatu objek. Finalitas adalah
maksud atau tujuan tertentu dari keberadaan objek, sesuatu yang memberikan rasa senang.
Sifat-sifat pada objek yang membangkitka rasa indah itu mempunyai bentuk tujuan (form of
purpose) seolah-olah dalam ukuran, proporsi, aneka warna yang tersusun jelas, pembagian
ruang dan bentuk, terdapat kaitan atau hubungan yang terarah pada tujuan tertentu.

Di sini tidak ada proses penalaran, karena tidak mengikuti hukum kausalitas, karena
pertimbangan estetis tidak berkaitan dengan tujuan suatu objek, melainkan berkaitan dengan
finalitas subjektif dalam representasi objek, lepas dari tujuan apapun. Putusan selera
bersandar pada prinsip-prinsip dasar yang bebas dari daya Tarik dan emosi da juga bebas dari
konsep kesempurnaan. Jadi, rasa senang tidak bersifat praktis.
4
Dharsono, Estetika, Rekayasa sains, Bandung. 2007. 26.
5
Ibid, 27
Terakhir, Keindahan adalah apa yang lepas dari konsep dan ditangkap sebagai objek yang
memberikan rasa senang secara niscaya. Keindahan itu memberikan rasa senang bukan
karena kita memahaminya secara nalar, tetapi karena objek seni itu memang merupakan
sumber yang memberikan kesenangan.Berbeda dari perspektif ketiga yang berkaitan dengan
finalitas objek seni, perspektif keempat melihat sebagai sumber yang menggerakkan rasa
senang.

Kant membedakan antara rasa potensial dan rasa aktual. Misalnya seseorang membayangkan
akan lulus ujian. Rasa senang ini akan masuk akal dan dapat diantisipasi secara nalar, maka
disebut rasa senang potensial. Rasa senang aktual yang langsung kita terima karena
mengalami suatu kenikmatan, seperti orang lapar yang mendapat makanan. Rasa senang
memiliki ciri keniscayaan dari persetujuan semua orang atas pertimbangan estetisnya.

Menurut Kant, dalam penikmatan estetis, yang terpenting bukan hanya rasa indah, tetapi juga
rasa tergugah. Rasa tergugah merupakan syarat penting bagi terpenuhinya keindahan karya
seni. Rasa tergugah, sebagai rasa senang dan cinta yang diperoleh dari penikmatan estetis,
tidak terdapat dalam benda yang dinikmati, tetapi berada dalam jiwa pribadi si pengamat.

Seni Rupa Bernilai Estetik

Kant mengemukakan tiga karakter dari keindahan. Pertama, menurut Kant, keindahan alam
membawa serta tujuan dalam bentuknya di mana benda itu tampak seolah-olah hadir dalam
penilaian kita, dan dengan demikian merupakan objek kepuasan. Disini Kant tampaknya
berbicara mengenai keindahan alam ketika ia berbicara mengenai bentuk sebagai dasar
kesenangan yang mendasari penilaian subjek.

Kedua, Kant juga menekankan bahwa keindahan itu bebas dan independen. Sebagai contoh,
Kant mengatakan bahwa bunga itu keindahan bebas dan independen ketika kita tidak
mempertimbangkan tujuan keberadaannya. Hal ini menjadi berbeda ketika kita menilai
sebuah objek dari konsep kesempurnaannya. Pada tahap ini kita menilai sebuah objek
berdasarkan tujuan mengapa objek itu dibuat atau ada.

Ketiga, keindahan alam mengedepankan bahwa ketergantungan universal terhadap perasaan


harus memuat juga minat kita terhadap hal tersebut. Namun Kant menolak hal ini dalam
hubungannya dengan seni, namun jika bentuk alam yang indah menarik perhatian kita, kita
memiliki alasan untuk menghubungkannya setidaknya sebagai dasar dispososi moral yang
baik.

Alam itu indah karena terlihat seperti seni, dan seni hanya bisa disebut Indah jika kita
menyadarinya sebagai seni namun tetap terlihat seperti Alam. Alam yang indah tampak
seolah dirancang, dibuat di dalamnya Sesuai dengan aturan main seni. Seni rupa berbeda dari
alam sejauh itu Adalah produk kebebasan manusia; seni harus tampil spontan meski
Aturannya bisa diikuti justru dalam memproduksinya. Seni berbeda dari Sains yang
membutuhkan keterampilan selain pengetahuan.

Seni rupa adalah seni jenius artistik, yang memiliki bakat untuk Memproduksi seni yang tidak
ada aturan pasti yang bisa menjadi Pedoman dan patokan. Hal ini dapat dikatakan sebagai
sesuatu yang Asli dan teladan yang berfungsi sebagai model bagi orang lain. Genius Adalah
bakat bawaan yang tidak bisa diajar, dan proses kreatif itu tak Terbayangkan, bahkan bagi
sang seniman

Prinsip pikiran dibalik aktivitas kreatif seperti itu adalah semangat, Yang disebut Kant
sebagai “fakultas yang menyajikan gagasan estetis” Ide estetika adalah isi karya seni, ide
terkait dengan konsep. Dalam seni mereka adalah presentasi simbolis rasional ide (seperti
cinta, kematian, iri hati) melalui intuisi yang masuk akal (seperti gambar di lukisan
representasional atau puisi). Kesuksesan menghadirkan ide estetis bagaimanapun juga
membutuhkan lebih banyak imajinasi kreatif. Sedangkan kejeniusan seseorang mesti ditempa
melalui latihan-latihan dalam proses pendidikannya.

Keindahan Adalah Kesenangan

Penilaian terhadap rasa merupakan juga penilaian bahwa ada Sesuatu yang indah dan tidak
indah. Dalam poin pertama mengenai Analitik tentang Keindahan dikatakan bahwa untuk
mengatakan suatu hal/benda itu indah, seseorang harus menilai hal tersebut sebagai objek
yang secara mendasar tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan Kemudian, ketika
hal/benda tersebut diterima sebagai yang indah, maka harus ditambahkan konten berikutnya,
yakni kemampuan objek tersebut untuk memberikan kepuasan kepada orang yang menilainya
secara tidak langsung. Jadi, apabila suatu hal atau benda dikatakan indah, maka harus ada
tambahan, yakni isi yang membuat benda atau suatu hal itu pantas disebut sebagai indah.
Bagaimana Kant sampai pada kesimpulan ini? Dia memulai dengan pengamatan bahwa
penilaian terhadap rasa adalah penilaian estetik, yang berbeda dengan pertimbangan kognitif.
Dalam membuat penilaian kognitif, kita merujuk pengalaman eksperimental kita terhadap
sebuah objek dengan konsep. Sebaliknya, dalam menilai sesuatu yang indah saya merujuk
pada isi pengalaman kepada keadaan subjektif saya sendiri. Dalam membuat penilaian
terhadap yang indah, apa yang disadari seseorang (lukisan, bangunan, bunga) dirujuk
“Kembali ke subjek dan perasaan hidupnya, yakni yang disebut kesenangan atau
ketidaksenangan. Jadi, secara umum, penilaian akan selera adalah bagian dari jenis penilaian
yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang menyenangkan ditangkap oleh seseorang. Oleh
karena itu penilaian semacam ini subjektif dan bukan objektif.

Kant lalu membedakan kesenangan akan yang indah dengan kesenangan akan hal-hal lain.
Menurutnya kesenangan akan yang indah tidak bergantung pada kepentingan manusia,
misalnya: suatu hal menyenangkan karena hal tersebut baik, atau suatu hal itu menyenangkan
karena memuaskan panca indera kita. Menurut Kant kesenangan akan yang indah tidaklah
demikian. Ia melampaui itu. Kant menyebut, kesenangan akan yang indah itu berada pada
tataran kontemplasi. Kontemplasi ini memungkinkan manusia untuk melampaui apa yang
fisik dan sampai pada keindahan sejati.

Poin kedua dalam analitik tentang yang indah Kant mengemukakan satu kesimpulan, yakni
yang indah ialah apa yang menyenangkan secara universal tanpa memerlukan konsep.
Kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang salah karena hal yang indah tidak
menyenangkan semua orang.6 Pada tahap ini Kant memang meyakini bahwa penilaian
terhadap rasa itu subjektif, tapi tidak sepenuhnya subjektif, orang lain juga akan menemukan
suatu objek yang membuat dia merasa senang. Tetapi tidak bisa dikatakan juga bahwa
penilaian kita itu berlaku secara universal untuk semua. Kant menyebut penilaian semacam
ini adalah keuniversalan subjektif. Kesimpulan tambahan dari hal adalah bahwa universalitas
tersirat ini “tidak bergantung pada konsep objek (bahkan tidak pada teori empiris)”, dan
karenanya tidak objektif tapi hanya subjektif universalitas. Kant berangkat dari kenyataan
bahwa penilaian terhadap rasa tidak dapat dibuktikan: “Tidak ada peraturan yang harus
dikenali siapapun mengenai sesuatu yang indah. Kant juga menekankan bahwa tidak ada
silogisme yang bisa memaksakan persetujuan seseorang untuk menilai selera/rasa.

6
Ibid, 52
Penutup

Estetika Immanuel Kant merupakan estetika yang bisa dikatakan cukup komprehensif
pembahasannya. Kant berusaha menjembatani ekstrimisme rasionalitas dan pengalaman
inderawi yang keduanya cenderung kuat pada posisinya masing-masing. Kant di satu sisi
meyakini bahwa keindahan bukanlah persoalan kesenangan inderawi, namun di sisi lain ia
juga mengakui adanya dimensi subjektivitas pengalaman akan keindahan.

Kant membahas hubungan estetika dan moralitas pada tiga tempat yang berbeda. Pertama,
baik yang indah dan agung yang memiliki tujuan mengacu pada moral. Apa yang indah
mempersiapkan kita untk menyukai apa yang tidak menarik sama sekali, bahkan alam. Apa
yang agung mempersiapkan kita untuk mencintai dan menyukai sesuatu yang bahkan sangat
bertentangan dengan keinginan kita sendiri. Diskusi terakhir Kant tentang hubungan antara
kecantikan dan moralitas terjadi dalam “Keindahan sebagai Simbol Moralitas” dan “Metode
Rasa”. Kesenangan dalam menangkap dan menilai (dan mungkin yang agung juga) pada
akhirnya didasarkan pada kesadaran (dan kesenangan dalam) kemampuan penilaian kita
sendiri menjalankan fakultas Sensibilitas, yang dibutuhkan juga dalam moral.

Kant lalu merumuskan keindahan itu dengan istilah momen. Ada empat momen, yakni
kualitas, kuantitas, hubungan, dan modalitas. Bisa dikatakan, pada bagian inilah inti dari
gagasan Kant mengenai Keindahan. Selain itu ia juga mengemukakan keindahan sebagai
yang sublim. Keindahan yang sublim ini terjadi dalam pikiran manusia, ia tidak mewujud
secara langsung dalam obyek-obyek yang kelihatan sehari-hari. Akhirnya, Kant membawa
para pembaca karyanya untuk melihat dimensi moral etika dari keindahan. Keindahan bukan
hanya tentang keindahan yang ditangkap indera, tetap juga mengangkat jiwa dan budi
Manusia sampai kepada penemuan moral dan etika dalam kehidupan Sehari-hari.

Rujukan

Abdul Hadi W.M, Islam, Estetika, dan seni.

Dharsono, Estetika, Rekayasa sains, Bandung. 2007

A.A.M, Djelantik, Estetika: Sebuah Pengantar, Bandung, Masyarakat pertunjukan seni


Indonesia, 1999,

Anda mungkin juga menyukai