Anda di halaman 1dari 161

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan modul ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
modul ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan modul ini sebagai tugas dari mata
kuliah Optik dengan judul “Pembiasan dan Pemantulan Pada Bidang Datar
dan Asas Fermat".
Tidak lupa dalam menyusun modul ini penulis tidak luput dari kekurangan
maka dari itu, diharapakan para pembaca dapat serta memberikan saran
untuk modul ini, supaya modul ini nantinya dapat menjadi modul yang lebih
baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada modul ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen Pembimbing Mata Kuliah Optik dan teman-teman satu tim
penyusunan yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah
membimbing kami dalam menyusun modul ini.
Demikian, semoga modul ini semoga dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Palembang, Maret 2020

Penyusun
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iv
Petunjuk Penggunaan Modul 1
Kompetensi Dasar 2
Indikator 2
Tujuan 2
Peta Konsep 2
Pemantulan Cahaya dan Pembiasan Cahaya 3
Pemantulan Cahaya3
Hukum Pemantulan Cahaya3
Dua Macam Pemantulan Cahaya Pada Benda Tidak Tembus Cahaya 4
Pemantulan Cahaya Sempurna 5
Pemantulan pada Cermin Datar 5
Pembiasan Cahaya 6
Hukum Snellius : 6
Asas Fermat Pada Pembiasan Cahaya 9
Eksperimen10
Diskusi 12
Contoh Soal dan Pembahasan 12
Rangkuman 14
Soal 15
Pembahasan 17
Daftar Pustaka 27
Gambar 1.Pemanantulan Cahaya pada cermin
datar................................................................3
Gambar 2. Percobaan Pemantulan Cahaya 3
Gambar 3. Pemantulan Cahaya Teratur 4
Gambar 4. Pemantulan Cahaya Baur 5
Gambar 5. Pemantulan Cahaya Sempurna 5
Gambar 6.Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar 6
Gambar 7. Percobaan Hukum Snellius 6
Gambar 8. Rambatan cahaya asas fermat 7
Gambar 9. Diagram indeks bias terhadap panjang lintasan 7
Gambar 10. Pemantulan cahaya 8
Gambar 11. Pembiasan cahaya 9
Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai pemantulan dan
pembiasan pada permukaan datar yang meliputi asas fermat dan kalkulus
serta untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan modul ini maka peserta didik perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
1. Pelajari daftar isi, tujuan pembelajaran, dan peta konsep dari setiap
materi yang ada di dalam modul dengan cermat dan teliti untuk
membantu peserta didik mengetahui setiap materi-materi yang akan
dibahas dalam kegiatan pembelajaran.
2. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di
modul, buatlah catatan-catatan kecil jika diperlukan.
3. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila
mengalami kesulitan mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada
dikelas.
4. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
5. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal
tes yang telah tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan
pembelajaran. Apabila tingkat pemahaman terhadap materi sudah sesuai
dengan kriteria, kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar berikutnya.
Agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan
bisa mencapai hasil yang maksimal, maka pendidik/guru/dosen perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran pendidik perlu menjelaskan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik agar nantinya peserta didik
dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikuasai.
2. Arahkan peserta didik untuk selalu mengikuti rincian kegiatan yang
terdapat di modul.
3. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik pada setiap
kegiatan pembelajaran baik dalam bentuk contoh maupun latihan soal..
4. Lakukan review apabila telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui ketuntasan belajar dan tingkat pemahaman setiap
peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
5. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran berikan tes akhir untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dibahas.
3.11Menganalisi cara kerja optik menggunakan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya oleh cermin datar

1. Menganalisis konsep pemantulan cahaya pada kehidupan sehari-hari


melalui eksperimen.
2. Membunti\konsep pembiasan cahaya pada kehidupan sehari-hari melalui
eksperimen dan diskusi..

1. Mengetahui definisi dari pemantulan dan pembiasan cahaya melalaui


eksperimen.
2. Membuktikan hukum pembiasan dan hukum pemantulan melalui
eksperimen dan diskusi kelas.
3. Membuktikan sifat-sifat pembiasan pada permukaan datar melalui
eksperimen.
Materi

Pemantulan Cahaya
Pemantutulan (refleksi) adalah beloknya cahaya karena mengenai
sebuahpermukaan. Peristiwa pemantulan merupakan salah satu sifat dari
cahaya. Cahaya merambat lurus akan memantul jika mengenai semua
permukaan benda tanpa terkecuali. Pemantulan terbagi menjadi dua jenis,
yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur (difus). Sudut antar sinar
datang dengan garis normal (garis tegak lurus permukaan) disebut sudut
datang, bidang yang dibatasi oleh dua garis ini disebut sudut datang. Sinar
ynag dipantulkan terletak di dalam bidnag datang tersebut dan membentuk
sudut dengan garis normal yang sam adengan sudut datang. Hasil ini di
kenal dengan hukum pemantulan. Hukum berlaku untuk semua jenis
gelombang (tipler,2001:442)
Hukum Pemantulan Cahaya
Cermin datar memantulkan cahaya yang datang padanya. Pada gambar
diabawah adalah gambar pemantulan sinar oleh cermin datar.
Gambar 1. Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar

Sinar dari kotak cahaya yang ditutup dengan celah tunggal diarahkan ke
cermin datar, sinar mengalami pemantulan seperti gambar di atas. Dengan
melakukan kegiatan menggunakan kotak cahaya, cermin datar dan busur
derajat didapat data sebagai berikut.

Gambar 2. Percobaan Pemantulan Cahaya

Tanda x tempat jarum ditancapkan untuk menyatakan sinar datang dan


sinar pantul, kemudian dibuat normal sehingga sudut datang dan sudut
pantul dapat diukur. Bila sudut datang diubah dengan cara mengubah posisi
kotak cahaya, sudut pantul juga berubah.
Dari percobaan di atas, kita ketahui ada beberapa data yang sudut datang
dengan sudut pantulnya berbeda sangat kecil, ini dapat terjadi karena
kekurangsempurnaan alat dan pengamatan (kesalahan pengamat). Jika
kesalahan dapat kita perkecil serendah mungkin tentunya kita dapatkan :

Sudut datang (i) = Sudut Pantul (r)

Selain itu ternyata sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada
satu bidang datar. Bunyi Hukum Pemantulan :
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu
bidangdatar.
2. Sudut datang, sama besar dengan sudutpantul.
Dua Macam Pemantulan Cahaya Pada Benda Tidak Tembus Cahaya
a) Pemantulan Cahaya Teratur
Mengapa ada benda yang jika disinari tampak menyilaukan dan ada yang
tidak? Apabila benda- benda seperti cermin datar, perak datar, air yang
tenang disinari dengan sinar matahari, maka sinar-sinar dipantulkan dalam
arah yang sama sehingga tampak berkilauan. Pemantulan demikian
dinamakan pemantulanteratur.

Gambar 3. Pemantulan Cahaya Teratur

Pemantulan teratur umumnya terjadi pada permukaan yang rata seperti


pada cermin yang bersih. Pemantulan beraturan terjadi pada benda yang
permukaannya rata, seperti pada cermin datar. Berkas cahaya sejajar yang
datang menuju cermin datar dipantulkan secarasejajar.

b) Pemantulan Cahaya Baur


Ketika Anda menyinari kertas putih, apakah kertas tersebut tampak
berkilauan? Ternyata tidak, berarti tidak semua sinar pantul sama arahnya.
Pemantulan demikian disebut pemantulan baur atau difus (tidak teratur).

Gambar 4. Pemantulan Cahaya Baur


Pemantulan baur umumnya terjadi pada permukaan yang tidak rata seperti
pada cermin yang kotor. Pemantulan baur terjadi pada benda yang
permukaannya tidak rata. Berkas cahaya sejajar yang mengenai permukaan
tidak teratur akan dipantulkan baur.

Pemantulan Cahaya Sempurna

Pernahkah kita melihat berlian? Mengapa berlian tampak berkilauan jika


terkena cahaya? Hal ini berkaitan erat dengan pemantulan sempurna seperti
Gambar 5.

Gambar 5. Pemantulan Cahaya Sempurna

Pemantulan sempurna terjadi jika :


1. sinar datang dari medium rapat ke medium kurang rapat;
2. sudut datang lebih besar dibandingkan dengan sudut batas.

∠CON = sudut batas = sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar
90o

Pemantulan pada Cermin Datar

Cermin datar adalah cermin yang bentuk permukaannya datar. Pada


Gambar 8 diperlihatkan bagaimana bayangan sebuah lampu listrik
terbentuk pada sebuah cermin datar. Untuk memudahkan pembahasan,
hanya dua sinar yang diperlihatkan pada gambar tersebut.

Gambar6.Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar

PadagambardiatasmatamelihatlampulistrWikberadadiX,sebabsinar-
sinaryang datang ke mata berasal dari X. Tentu saja ini tidak benar. Sinar-
sinar matayang berasaldariXsebenarnyamerupakansinar-
sinaryangdipancarkanolehlampu listrik ke permukaan cermin datar di
depannya. Oleh cermin datar sinar-sinar ini
dipantulkankematasehinggaterkesanbagimataseolah-olahsinar-sinartersebut
datang dari X. Jadi yang dilihat oleh mata adalah bayangan lampu listrik di
X,
bukanlampulistrikyangsebenarnya.Bayangansepertiinidisebutbayanganmay
a.
Bayangan maya dapat dilihat oleh mata, namun tidak dapat ditangkap layar.
Kebalikandaribayanganmayaadalahbayangannyataataubayangansejati.

Pembiasan Cahaya
Peristiwa pembiasan merupakan pembelokan cahaya yang melewati dua
medium berbeda. Seorang ilmuwan bernama Willebrord Snellius (1591 –
1626) telah mengamati peristiwa ini dan merumuskan hukum . Berikut ini
hukum pembiasan atau hukum Snellius yang diperoleh dari percobaannya :
Gambar 7. Percobaan Hukum Snellius

Hukum Snellius :
a. Sinar datang, sinar pantul terletak pada suatu titik bidang yang sama
b. Sudut datang sama dengan sudut pantul

Untuk membuktikan hukum Snellius ini dapat kita buktikan melalui azas
Fermat. Azas Fermat berbunyi “Cahaya merambat dari suatu titik ke titik
yang lain dengan melalui jalan (lintasan) yang waktunya sangat singkat”

Gambar 8. Rambatan cahaya asas fermat


Keterangan :
n = indeks bias medium
d = panjang lintasan
Gambar 9. Diagram indeks bias terhadap panjang lintasan
Secara matematik panjang lintasan cahaya di tulis

k
|d|=∑ ni di
i=1

(1)
Gambar 10. Pemantulan cahaya
Asas Fermat membuktikan :
t AB=minimum ( singkat )
P = minimum (pendek)
E
s AO +OB
t AB= =
v v
a
cos α =
AO
AO = a cos−1 α
OB = bcos−1 β
1
∴ t= (a cos−1 α + b cos−1 β)
v
1
dt = (a tanα secα dα + b tan β sec β dβ)
v
karena waktunya minimum artinya dt = 0sehingga didapat :
(2) a tan α sec α dα + b tan β sec β dβ = 0
selanjutnya
x
tan α = x = a tan α
a
(P - x) = b tan β
P = a tan α + b tan β
dP = a sec 2 α dα + b sec 2 β dβ
dP = minimum
(3)
a sec 2 α dα + b sec 2 β dβ = 0

Pembagian Persamaan 2 dan 3 :

a tan α sec α dα −b tan β sec β dβ


=
(4) a sec 2 α dα −b sec 2 β dβ

tan α tan β
=
sec α sec β

sin α = sin β

Asas Fermat Pada Pembiasan Cahaya

n2 >n 1
Gambar 11. Pembiasan cahaya
Panjang lintasan |d|=n1 s AO +n2 s OB
t AOB=minimum (¿ 0)
s AOB=minimum(¿ 0)
1
s AO =( a2 + x 2 ) 2
1
sOB =( b2 +( p−x)2 ) 2
1 1
∴|d|=n1 [( a2 + x 2 ) 2 ]+n2 [ ( b 2+( p−x )2 ) 2 ]
−1 −1
¿ d∨ ¿ ¿ = 1 n ( a2 + x 2 ) 2 2x + 1 n ( b2 +( p−x )2 ) 2 2(p-x) -1
dx 2 1 2 2
¿
d minimum (¿ d∨ dx ¿ =0)

n1 x n2 ( p−x)

0= 1 1
2 2 2 2 2 2
(a + x ) ( b +( p−x) )
n1 x n2 (p−x )
1 = 1
2 2 2 2 2 2
(a + x ) ( b +( p−x) )
n1 sin ∝ = n2 sin β

IV. PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL

4.1 Pembiasan Pada Kaca Planparalel


Kaca planparalel adalah sekeping kaca yang kedua sisi panjangnya dibuat
sejajar. Kaca planparalel dapat digunakan untuk mengamati jalannya sinar yang
mengalami pembiasan dan untuk menentukan indeks bias kaca tersebut. Jika
sebuah berkas sinar datang menuju permukaan kaca planparalel, maka sinar
tersebut akan mengalami pembiasan sebanyak dua kali. Kaca planparalel adalah
sekeping kaca yang kedua sisi panjangnya dibuat sejajar. Kaca planparalel dapat
digunakan untuk mengamati jalannya sinar yang mengalami pembiasan dan untuk
menentukan indeks bias kaca tersebut. Jika sebuah berkas sinar datang menuju
permukaan kaca planparalel, maka sinar tersebut akan mengalami pembiasan
sebanyak dua kali.
Gambar 4.1 Pembiasan pada Kaca Planparalel
Berdasarkan gambar 4.1, cahaya yang mengenai kaca planparalel akan
mengalami dua pembiasan, yaitu pembiasan ketika memasuki kaca planparalel
dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel.
1) Pada saat sinar memasuki kaca : Sinar datang ( i 1) dari udara (medium
renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan (r 1) mendekati
garis normal (N).
2) Pada saat sinar keluar dari kaca Sinar datang (i 2) dari udara (medium
renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan (r 2) menjauhi
garis normal (N)
Sinar yang keluar dari kaca planparalel mengalami pergeseran sejauh d dari arah
semula. Karena permukaan kaca yang atas dan bawah paralel maka sudut bias di
permukaan atas r sama dengan sudut datang di permukaan bawah r

Udara → Kaca Kaca →Udara


Sudut datang i Sudut datang r
Sudut bias r Sudut bias θ3

Udara n1 =1 Kaca n2 =nk


Kaca n2 =nk Udara n2 =1

n1 sin i=n2 sin r n2 sin r=n3 sin θ3


1 ∙sin i=n k sin r n k sin r =1∙ sin θ3
sin i=n k sin r n k sin r =sin θ3
Dari kedua hasil perhitungan diatas didapatkan sin i = sin ө3 maka i= ө3
Ketebalan kaca d = BF dan pergeseran t = AD
i=θ3 = ∠DBF Karena bertolak belakang
∠ DBA = ∠ DBF - ∠ ABF
=i-r

Gamar 4.2 Pembiasan pada Kaca Planparalel


Lihat ∆AFB Lihat ∆AFB
Siku siku di F Siku siku di F
BF AD
cos ∠ ABF= sin ∠ DBA=¿ ¿
AB AB
d t
cos r = sin ( i−r ) =¿ ¿
AB AB
d t
AB= AB=
cos r sin(i−r )

AB= AB
d t
=
cos r sin(i−r )
d
× sin ( i−r )=t
cos r
d sin (i−r )
=t
cos r

Pergeseran bayangan oleh pembiasan pada kaca plan paralel adalah


d sin ( i−r )
=t
cos r
4.2 Letak Semu Benda di Bawah Kaca Planparalel

Gambar 4.3 Letak Semu Benda di Bawah Kaca Planparalel


d ' = kedalaman benda semu
Δ ABC
' AC
tanr = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …( 1)
d
Δ ADC
AC
tani ' = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2)
d'
dari persamaan 1 dan 2 didapat
' d tan r '
d= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(3)
tan i'
Sehingga persamaan 3 dapat diganti
' n1
d =d
n2
Untuk sudut – sudut yang kecil
n2 sin i=n1 sin r
sin i n1 tan i
= =
sin r n2 tan r

4.3 Pergeseran Horizontal di Bawah Kaca Planparalel


Gambar 4.4 Pergeseran Horizontal di Bawah Kaca Planparalel
∆BDC
CD
tanr =
BC
CD
tanr = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(1)
d
∆BCA
AC
tani= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2)
d
Dengan subtitusi persamaan 1 dan 2
tan r
CD= AC
tan i
tan r
CD− AC= AC − AC
tan i

∆ S=s 0 ( tantanir −1 )
n2
∆ S=s 0 ( )
n1
−1

4.4 Pergeseran Vertikal


n1
d ' =d
n2
n1
d−d ' =d−d
n2
n1
Δd =d (1− )
n2

Contoh soal pembiasan plan paralel :


Sebuah sinar diarahkan ke salah satu sisi kaca plan paralel yang mempunyai
ketebalan 4 cm. Jika sudut datang sinar tersebut 30° dan indeks bias kaca 2,
tentukanlah pergeseran sinar pada kaca.
Penyelesaian:
Diketahui:
d = 4 cm
nkaca = 2
i1 = 30°
Ditanyakan: t =...?
Jawab:
Untuk mencari t, terlebih dahulu kita mencari sudut bias (r1). Sesuai
dengan Hukum Pembiasan, kita mendapatkan:
nudara sin i 1=nkaca sin r 1
1 ∙sin i 1=n kaca sin r 1
sin i 1=nkaca sin r 1
sin 30 °=2 ∙sin r 1
1
=2∙ sin r 1
2
1 1
sin r 1= ∙
2 2
1
sin r 1=
4

r 1=sin−1 ( 14 )
r 1=14,48 °
Kemudian untuk besar pergeseran sinar dengan persamaan berikut.
d sin(i 1−r 1)
t=
cos r 1
( 4 ) sin (30° −14,48 °)
t=
cos 14,48°
( 4 ) sin (15,52° )
t=
cos 14,48 °
( 4 ) (0,268)
t=
0,968
1,072
t=
0,968
t=1,11cm
Jadi, pergeseran sinar tersebut adalah 1,11 cm.

V. PEMBIASAN PADA ZAT CAIR

5.1 Pembiasan cahaya pada zat cair


Ketika seberkas cahaya melintasi suatu medium tembus pandang ke
medium tembus pandang lainnya yang memiliki indeks bias yang berbeda,
sebagian cahaya yang datang dipantulkan pada perbatasan, sisanya menembus
melalui medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang memebentuk sudut
terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan.
Pembelokkan itu disebut dengan pembiasan.
Pembiasan bertanggung jawab untuk sejumlah ilusi optik yang umum. Sebagai
contoh pulpen atau pensil yang dimasukkan kedalam gelas yang berisi air terlihat
seperti patah (gambar 5.1), kemudian orang yang berdiri di air kemudian melihat
ikan, maka ikan tersebut akan terliah lebih dekat ke permukaan (gambar 5.2).

Gambar 5.1 gelas yang berisi air Gambar 5.2 orang yang berdiri
di air

5.2 Indeks bias zat cair


Suatu sinar melewati dua medium yang berbeda, akan terjadi pembiasan.
Jika sinar dilewatkan dari udara melewati zat cair, maka sinar di dalam zat cair
ituakan dibelokkan. Seperti pada Gambar 1, sinar datang dengan arah tidak tegak
lurus sisi kotak yang berisi zat cair. Ketika memasuki zat cair arah sinar
dibelokkan, dan ketika keluar dari zat cair pada sisi lainnya arah sinar dibelokkan
kembali. Peristiwa pembiasan pada bidang batas antara dua medium memenuhi
hukum Snellius
n1 sin θ1=n 2 sin θ2
dengan,
n1 = indeks bias medium tempat cahaya datang
θ1= sudut datang
n2 = indeks bias medium tempat cahaya bias
θ2= sudut bias

Gambar 5.3 Sketsa lintasan sinar datang dan sinar bias


 Titik O adalah titik tempat sinar datang mengenai kotak
 Titik D adalah titik tempat sinar meninggalkan kotak
 Garis BOC adalah garis yang tegak lurus kotak dan melalui titik B
 Garis BA tegak lurus garis BOC
Berdasarkan Gambar 5.3, nilai sinus sudut datang dan sudut bias dapat
dihitung berdasarkan pengukuran lokasi jatuhnya sinar datang dan sinar bias.
Berdasarkan gambar tersebut didapatkan.
AB
sin θ1=
OA
CD
sin θ2=
OD
Dengan mengambil indeks bias udara n1 = 1 dan indeks bias zat cair n2, maka
indeks bias zat cair dapat ditentukan dari rumus
AB ×OD
n=
CD ×OA

Tabel 1. nilai indeks bias zat cair


No. Zat cair Indeks bias
1 Air 1,33
2 Gliserin 1,47
3 Etil alcohol 1,36
4 Bensin 1,50
5 Minyak goring 1,47
6 Larutan gula 30% 1,37
7 Larutan gula 50% 1,42

5.3 Mengukur kedalaman benda


Mengukur kedalaman kolam atau benda di dalam yang terlihat oleh mata
sebagai pengamat. Perhatikan gambar 5 di bawah ini:

Gambar 5.4 Pengamat Melihat Kedalaman Air


Berdasarkan diagram jalannya sinar pada gambar di atas, kita dapat
menurunkan rumus atau persmaan berikut.
x
tan θi h
=
tan θr x
h'
sin θi
cos θi h '
=
sin θ r h
cos θ r
sin θ i cos θr h '
× =
sin θr cos θ i h
n2 cos θ r h'
× =
n1 cos θi h
h ' n2 cos θ r
= ×
h n1 cos θi
Karena medium satu adalah air dan medium dua adalah udara, maka persamaan
diatas dapat ditulis dalam bentuk berikut.
h ' nu cos θ r
= × … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(1)
h na cos θi
Keterangan:
h = kedalaman sesungguhnya
h’ = kedalaman yang tampak
nu = n2 = indeks bias tempat medium pengamat berada
na = n1 = indeks bias tempat benda berada
Persamaan (1) di atas berlaku secara umum ketika pengamat melihat kolam
dari sudut tertentu. Jika pengamat melihat kolam tegak lurus permukaan kolam
(berarti θi = θr = 0), maka persamaan (1) menjadi seperti berikut.
h' nu
=
h na
' nu
h= ×h
na
setelah kita ketahui bahwasannya na > nu, sehingga h’ < h, mengartikan
bahwasanya kolam tampak dangkal dari kedalaman sesungguhnya.

Contoh soal pembiasan pada prisma


Sebuah prisma terbuat dari kaca (indeks bias kaca = 1,5) memiliki sudut pembias
60°. Jika seberkas sinar laser jatuh pada salah satu permukaan prisma dengan
sudut datang 30°, berapakah sudut deviasi yang dialami oleh sinar laser tersebut
setelah melewati prisma?
Penyelesaian:
Diketahui:
i1 = 30°
nudara = 1
nkaca = 1,5
β = 60°
Ditanyakan: sudut deviasi (δ) =...?
Jawab:
Sudut deviasi dicari dengan menggunakan persamaan:
δ =i 1 +r 2−β
Oleh karena i1 dan β sudah diketahui, nilai r2 (sudut bias kedua) perlu ditentukan
terlebih dahulu. Sebelum dapat menentukan r2, kita perlu mencari nilai dari r1 dan
i2 terlebih dahulu.
■ Menentukan r1
Pada permukaan pembiasan pertama, berlaku persamaan hukum Snellius
sebagai berikut.
n1 sin i1 =n2 sin r 1
sin i1 n 2
=
sin r 1 n1
Dengan n1= nudara dan n2 = nkaca
sin 30° 1,5
=
sin r 1 1
0,5
=1,5
sin r 1
0,5
sin r 1=
1,5
sin r 1=0,33
r 1=arc sin 0,33
r 1=19,47 °
■ Menentukan i2
Nilai i2 ditentukan dengan menggunakan rumus sudut pembias prisma
sebagai berikut.
β=r 1 +i 2
Sehingga:
i 2=β−r 1
i 2=60 °−19,47 °
i 2=40,53 °
■ Menentukan r2
Pada permukaan pembias kedua, berlaku persamaan hukumSnellius
sebagai berikut.
n1 sin i 2=n2 sin r 1
sin i 2 n 2
=
sin r 2 n 1
Dengan n1= nudara dan n2 = nkaca
sin 40,53 ° 1
=
sin r 2 1,5
0,65 1
=
sin r 2 1,5
sin r 1=1,5 × 0,65
sin r 1=0,98
r 1=arc sin 0,98
r 1=78,5 °

Jadi, sudut deviasi yang dialami cahaya ketika melewati prisma kaca tersebut
sebesar:
δ =i 1 +r 2−β
δ =30 ° +78,5 °−60 °
δ =48,5°

VI. PEMBIASAN PADA PRISMA


Gambar 6.1 Pembiasan pada Prisma

Prisma adalah benda yang terbuat dari gelas tembus cahaya (transparan)


yang kedua sisinya dibatasi bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu
satu sama lain. Karena membentuk sudut tertentu, maka dua bidang pembatas
tersebut saling berpotongan (tidak sejajar). Dengan demikian, Prisma merupakan
kebalikan dari kaca Planpararel. Kalau kaca planparalel dua bidang pembatasnya
sejajar sedangkan pada prisma dua bidang pembatasnya tidak sejajar.
Sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang saling berpotongan
tersebut dinamakan sudut pembias yang disimbolkan dengan β (baca: beta).
Bidang permukaan prisma berfungsi sebagai bidang pembias. Coba kalian
perhatikan lukisan jalannya sinar yang melewati sebuah prisma pada gambar
berikut.

Gambar 6.2 Skema Pembiasan pada Prisma

Seberkas cahaya datang dari udara menuju bidang permukaan prisma akan
dibiaskan mendekati garis normal. Kemudian, ketika cahaya meninggalkan prisma
menuju udara, cahaya tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Setelah
melewati bidang prisma, cahaya tersebut mengalami deviasi (penyimpangan).
Besarnya penyimpangan tersebut dinyatakan dalam sudut deviasi yang
disimbolkan dengan δ (baca: delta). Besarnya sudut deviasi yang dialami cahaya
dapat ditentukan dengan cara berikut.

Gambar 6.3 Skema Sudut Deviasi Pembiasan pada Prisma

Jika suatu berkas sinar PQ datang pada salah satu sisi prisma yang sudut
pembiasnya β, maka oleh prisma sinar ini dibiaskan mendekati garis normal
menjadi sinar QR, kemudian sinar keluar lagi dari sisi prisma yang lain menjadi
sinar RS dibiaskan menjauhi garis normal. Dari lukisan jalannya sinar di atas,
ternyata sinar datang PQ dengan sinar keluar RS, perpotongan perpanjangan
kedua sinar tersebut membentuk sudut yang disebut sudut deviasi.
Berdasarkan lukisan di atas, kita dapat menurunkan rumus untuk
menghitung besar sudut pembias prisma (β) dan sudut deviasi (δ). Caranya adalah
sebagai berikut.
Menentukan Rumus Sudut Pembias Prisma
Perhatikan ∆QRT.
∠TRQ = r2 – i2 dan ∠TQR = i1 – r1
∠QTR = 180° − ∠TQR − ∠TRQ
Perhatikan ∆BQR.
∠BQR = 90° − r1
∠BRQ = 90° − i2
∠QBR = 180° − ∠BQR − ∠BRQ
⇒ ∠QBR = 180° − (90° − r1) – (90° − i2)
⇒ ∠QBR = 180° − (90° − r1) – (90° − i2)
⇒ ∠QBR = r1 + i2
Karena ∠QBR = β, maka rumus untuk menentukan besar sudut pembias prisma
adalah sebagai berikut.
β = r1 + i2
Keterangan:
β = sudut pembias prisma
r1 = sudut bias dari sinar masuk
i2 = sudut datang sinar keluar

6.1 Dispersi Cahaya


Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih menjadi cahaya yang
berwarna-warni, seperti terjadinya pelangi. Pelangi merupakan peristiwa
terurainya cahaya matahari oleh butiran-butiranair hujan. Peristiwa peruraian
cahaya ini disebabkan oleh perbedaan indeks bias dari masing-masing cahaya, di
mana indeks bias cahaya merah paling kecil, sedangkan cahaya ungu memiliki
indeks bias paling besar.
Cahaya putih yang dapat terurai menjadi cahaya yang berwarna-warni
disebut cahaya polikromatik sedangkan cahaya tunggal yang tidak bisa diuraikan
lagi disebut cahaya monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas
cahaya putih, misalnya cahaya matahari dilewatkan pada suatu prisma.

Gambar 6.4 Dispersi Cahaya oleh Prisma

6.2 Prisma Akromatik


Prisma akromatik adalah susunan dua buah prisma yang terbuat dari
bahan yang berbeda, disusun secara terbalik yang berfungsi untuk meniadakan
sudut deviasi yang terjadi pada prisma tersebut.
Misalkan sebuah prisma terbuat dari kaca kerona yang mempunyai indeks
bias untuk sinar merah nm, sinar ungu nu dan sudut pembiasnya B disusun dengan
prisma yang terbuat dari kaca flinta yang memiliki indeks bias untuk sinar merah
nm, sinar ungu nu dan sudut pembiasnya B' maka pada prisma akromatik berlaku
bahwa besarnya sudut deviasi pada prisma flinta dan prisma kerona adalah sama.
Karena pemasangan yang terbalik, sehingga kedua sudut
deviasi saling meniadakan sehingga berkas sinar yang keluar dari susunan prisma
tersebut berupa  sinar yang sejajar dengan berkas sinar yang masuk ke prisma
tersebut.
Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan
semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang
cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada
saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong prisma itu menjadi
segitiga sama kaki, sehingga berlaku i1 = r2 = i (dengan i = sudut datang cahaya ke
prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias cahaya memasuki prisma). Karena β

1
= i2 + r1 = 2r atau r = β dengan demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat
2
dinyatakan:

D = i1 + r2 – β = 2i – β atau i = (Dm + β)

Menurut hukum Snellius tentang pembiasan berlaku


1 1
n1 sin ( Dm + β )=n 2 sin β
2 2

dengan :
n1  = indeks bias medium di sekitar prisma
n2 = indeks bias prisma

β = sudut pembias prisma


Dm = sudut deviasi minimum prisma
Untuk sudut pembias prisma kecil (β ≤ 15o), maka berlaku

sin ( 12 β + D )=( 12 β+ D )
m m

1 1
sin β= β
2 2
Sehingga besarnya sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan :
n 2 β−n 1 β n2
Dm =
n1
= −1 β
n1 ( )
Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1 dan indeks bias
prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku :

Dm = (n – 1) β

Contoh soal Pembiasan pada zat cair


Cahaya merambat dari udara ke air. Bila cepat rambat cahaya di udara adalah 3 ×

4
108 m/s dan indeks bias air , maka tentukanlah cepat rambat cahaya di air!
3
Penyelesaian:
Diketahui:
c = 3 × 108 m/s
4
nair =
3
Ditanyakan: vair = ...?
Jawab:
c
n air =
v air
Maka cepat rambat cahaya di air dirumuskan sebagai berikut.
c
v air =
n air
3 ×108 m/ s
v air =
4
3
v air =2,25× 108 m/s
Jadi, cepat rambat cahaya di dalam air adalah 2,25 × 108 m/s.
1. Alat dan Bahan
- Meja optik ( 1 )
- Kotak cahaya ( 1 )
- Cermin datar ( 1 )
- Cermin cembung ( 1 )
- Busur derajat ( 1 )
- Rhombus ( 1 )
- Diafragma ( 1 )
- Celah Tunggal ( 1 )
- Velas 5 ( 1 )
- Mistar ( 1 )
- Akat Tulis
Menulis(Secukupnya)
2. Identifikasi Operasional Variable
Kegiatan 1. Jarak focus cekung dan cembung
 jarak focus cermin cembung ( cm)
 jarak focus cermin cekung (cm)
Kegiatan 2. Sinar sinar istimewa, Sifat sinar yang di dapat
Kegiatan 3. Pembentukan bayangan pada cermin datar
Kegiatan 4. Pembiasan pada rhombus
 Sudut datang (°)
 Sudut bias (°)
Kegiatan 5. Pemantulan sempurna
 Sudut kritis(°)
Nb: sudur kritis adalah sudut yang di bentuk dari sinar datang yang
mengenai salah satu sisi rhombus di mana sudut datangnya ini di
ukur terhadap garis normal menggunankan busur derajat dengan
satuan (°) yang simbolkan dengan teta.
3. Prosedur Kerja
Kegiatan 1
 Memasang secara berturut turut sumber cahaya, lensa positif,
dan diafgragma pada rel optic, kemudian menempatkan meja
optic tepat didepan dia fragma.
 Memasang celas 5 pada diafragma
 Menyalakan sumber cahaya, dan mengatur posisi lensa positif
agar diperoleh garis –garis yang sejajar
 Meletakan kertas kerja dan cermin cekung di atas meja optic
tepat tegak lurus terhadap arah datang cahaya
 Membuat garis do sepanjang permukaan cermin dan
mengamati pola pemantulan cahaya dari cermin
 Memberikan tanda titik pada cahaya yang datang pada
cermin. Setiap garis minimal dua titik kemudian
menghubungkan titik-titik tersebut.
 Mengukur besar jarak focus cekung.
 Dengan cara yang sama, mengulangi kegiatan dengan
menggunakan cermin cekung.
Kegiatan 2
 Mengganti celah pada diafragma dengan celah tunggal
 Membuat gambar cermin cekung, sumbu utama , dan titik
fokuspada kertas kosong
 mengarahkan sinar dari celah ke cermin sesuai engan cermin
istimewa pada cermin. Kemudian melukis gambar tersebut
 Dengan cara yang sama, mengulangi kegiatan dengan
menggunakan cermin cembung
Kegiatan 3
 mengganti cermin cembung dengan cermin datar
 menggambar permukaan cermin datar dan tegak lurus dengan
arah datangnya cahaya. Menempatkan cermin tersebut sehingga
tepat pada garis yang telah di buat.
 Membuat objek garis di depan cermin datar
 Mengarahkan sinar dari celah tunggal ke objek dan gambar
bayangan yang terbentuk
 Menentukan sifat bayangan terbentuknya cermin datar
Kegiatan 4
 Mengganti cermin yang digunakan pada kegiatan 3 dengan
rhombus
 Menggambarkan rhombus dengan membuat garis pada setiap
permukaanya
 Mengarahkan sinar pada salah satu sisi rhombus yang tegak
lurus. Memberikan tanda titik tepat pada sinar
 Menghubungkan titik titik yang telah dibuat
 Membuat garis normal pada setiap batas bidang medium, dan
mengukur sudut datang dan sudut bias pada masing-masing
bidang telah dibuat
 Mengulangi kegiatan yang sama dengan arah sinar yang berbeda-
beda( sudut datang yang berbeda).
Kegiatan 5
 Meletakan rhombus di atas meja optic
 Memutar rhombus searah jarum jam sampai titik ada lagi sinar
bias keluar dari sisi rhombus atau cahaya menghilang
 Menggambarkan rhombus dengan mengikuti sisi-sisinya
 Mengukur besar sudut datang pada bidang batas permukaan.
Sudut datng merupakan sudut kritis.
4. Hasil Pengamatan
5. Analisis Data
6. Pembahasan
7. Simpulan Dan Diskusi

KEGIATAN DISKUSI DAN KEGIATAN EKSPERIMEN

A. Kegiatan Diskusi
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
memahami materi optik mengenai pemantulan dan pembiasan pada bidang datar
melalui diskusi antara sesama mahasiswa.
1. Gambarkanlah bagaimana jadinya lingkungan di sekitar kita jika semua
objek menyerap total cahaya. Sambil duduk-duduk dalam ruangan,
daptkah kita melihat sesuatu? Jika ada orang yang masuk ke dalam
ruangan tersebut dapatkah kita melihatnya?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

2. Lampu jalan, jika dilihat melalui refleksi oleh genangan air yang beriak,
namun lebih panjang. Jelaskan!
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

3. Dapatkah (a) peristiwa refleksi dan (b) peristiwa refraksi digunakan untuk
menentukan panjang gelombang cahaya?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

4. Dalam peristiwa refleksi dan refraksi, mengapa sinar refleksi dan refraksi
terletak pada bidang yang dibentuk oleh sinar datang dan normal
permukaan? Dapatkah anda mencari kekecualian?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

5. Apa yang menyebabkan fatamorgana? Adakah hubungannya dengan


kenyataan bahwa indeks refraksi udara tidak konstan, melainkan berubah
menurut kerapatannya?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

B. Kegiatan Eksperimen
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
bekerjasama dan memahami materi optik mengenai pemantulan dan pembiasan
pada bidang datar .
1. Pemantulan pada Cermin Datar
Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan menyelidiki bayangan benda dan hubungan
anatara jarak benda dan jarak bayangan pada cermin datar.
Peralatan dan Bahan
Nama Alat Jumlah
Kotak cahaya 1
Diafragma 1 dan 3 celah 1
Cermin kombinasi 1
Catu Daya 1
Kabel Penghubung 2
Pensil 1
Kertas A3 1

Teori Dasar
Cermin datar yaitu cermin yang memiliki bidang pemantul datar dan licin
yang dilapisi bahan mengkilap berupa amalgam (campuran perak dan raksa).
Sifat-sifat bayangan pada cermin datar sebagai berikut:
 Jarak benda ke cermin (s) = jarak bayangan ke cermin (s’).
 Tinggi benda (h) = tinggi bayangan (h’).
 Sifat bayangan tegak dan maya.
Keteraturan sinar-sinar pantul pada cermin datar dapat digunakan untuk
menggambarkan bayangan secara grafis dengan cara menggambarkan sinar
datang dan sinar pantulnya.

Gambar 1. Sinar Pantul pada Cermin Datar


Apabila seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, salah satu
kemungkinan yang akan terjadi adalah cahaya akan dipantulkan. ketika sinar
datang diarahkan tegak lurus cermin, ternyata sinar datang tersebut dipantulkan
kembali searah sumber sinar. Dari percobaan ini, menghasilkan suatu hukum yang
dikenal dengan Hukum Pemantulan Snellius.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukannya, Snellius merumuskan
Hukum Pemantulan Cah ya yang berbunyi sebagai berikut.
1) Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
2) Sudut datang sama dengan sudut pantul. Secara matematis, persamaan sudut
datang dan sudut pantul dituliskan dalam bentuk rumus berikut.
θi = θr
3) Sinar datang tegak lurus cermin akan dipantulkan kembali.

Gambar 2. Hukum Snellius Pada Pemantulan Cahaya

Cara Kerja
 Persiapan Percobaan
a. Buatlah garis lurus menyilang tengah kertas. Garis in digunakan sebagai
acuan kedudukan cermin.
b. Letakkan kertas tersebut di atas meja, kemudian letakkan juga kotak
cahaya dengan posisi sisi belakang cahaya (sinar menyebar) menghadap
garis acuan seperti pada gambar bawah.
c. Masukkan diafragma celah lebar ke dalam celah pemegang diafgrama
belakang kotak cahaya.
d. Letakkan cermin kombijasi di atas kertas, atur kedudukan cermin
sedemikian sehingga permukaan datar cermin tepat berada pada garis
acuan seperti padagambar di bawah ini.
e. Hubungkan kotak cahaya ke catu daya dengan kabel penghubung.
f. Pastikan catu daya dalam keadaan mati. Kemudian hubungkan catu daya
ke sumber tegangan PLN dan atur catu daya 12V arus DC.

Gambar 3. Rangkaian Alat

 Langkah-langkah Percobaan
a. Nyalakan catu daya dan tempatkan kotak cahaya sedemikian, sehingga
sinar divergen yanng keluar jatuh dalam posisi miring pada permukaan
cermin.
b. Amati sinar datang dan sinar pantul. Gunakan pensil untuk memberi tanda
tepi-tepi sinar datang dan sinar pantul sehingga memungkinkan anda
menggambar batas sinar datang dan sinar pantul.
c. Kemudian amati bayangan lampu (filamen lampu) pada cermin dari posisi
yang sesuai.
d. Tempatkan seakurat yang anda dapat posisi bayangan berada. Beri tanda
silang (x) dengan menggunakan pensil.
e. Matikan kotak cahaya. Buatlah garis dari sinar yang telah diberi tanda,
kemudian perpanjang kedua garis tersebut melewati perpotongan titik
kedua garis. Berilah label pada titik tersebut dengan huruf I.
f. Gambarkan kedua garis yang membatasi sinar datang kemudian
perpanjangan garis tersebut samapia kedua garis bertemu pada satu titil,
beri tannda pada titing tersebut dengan huruf O (objek).
g. Sekarang ukur panjang si, jarak antara bayangan I dan garis acuan dan
panjang so , jarak anatara objek O dan garis acuan si disebut jarak
bayangan dan so disebut jarak benda.
h. Bandingkan si dan so .

Gambar 4. Skema Pengamatan

Hasil Pengamatan
 Bayangan titik dapat digambarkan sebagai titik perpotongan sinar pantul /
sinar datang yang berasal dari benda titik. (Coretlah kata yang tidak
sesuai!)
 Benda titik adalah perpotongan sinar pantul / sinar datang.(Coretlah kata
yang tidak sesuai!)

Pembahasan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................................................................................................
Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

2. Pembiasan Cahaya pada Kaca Planparalel


Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat:
a. Memahami sifat-sifat pembiasan pada planparalel dan prisma
b. Menentukan besarnya indeks bias bahan dan peergeseran sinar
c. Menentukan besarnya sudut deviasi (penyimpangan) sudut deviasi
minimum
d. Menentukan indeks bias prisma
Peralatan dan Bahan
Nama Alat Jumlah
Sumber cahaya (cahaya laser) 1
Benda Planparalel 1
Prisma 1
Busur derajat 1
Penggaris 1
Pensil 1
Kertas A4 1

Teori Dasar
Berkas cahaya akan berubah arahnnya pada saat melewati bidang batas
anatara 2 (dua) medium berbeda, jika sudut datang tidak nol. Perubahan arah
cahaya ini disebut pembiasan atau refraksi.
Hukum Snellius
Hubungan antara besarnya sudut datang dan besarnya sudut bias ditemukan
oleh ilmuwan asal Belanda yaitu Willebrord Snell (1591-1626) yang disebut
dengan hukum snellius yang menyatakan
Dalam peristiwa pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut datang dan
sinus sudut bias adalah konstan.
Untuk cahaya yang datang dari ruang hampa (vakum) ke medium tertentu,
konstanta tersebut dinamakan indeks bias (n) untuk medium tersebut. Hukum
snellius tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
sin i
n= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(1)
sinr
Dengan : i = sudut datang
r = sudut bias
n = indeks bias

Gambar 1. Pembiasan Sinar Planparalel

Pergeseran Sinar
Jika berkas sinar melewati keping kaca planparalel, sinar yang keluar dari sisi
yang lain atau dalam artian sinar terrsebut menembus kaca planparalel tersebut
tetap berarah sejajar tetapi bergeser dari arah semula. Hal ini karena dalam keping
kaca planparalel tersebut sinarnya mengalami pembiasan 2 kali seperti pada
gambar 1. Besarnya pergeseran dapat dicari dengan menggunakan hubungan
berikut :
d sin(i−r )
t= … … … … … … … .. … … … … … … … … … … … … … … … … … (2)
cos i
Dengan :
t = pergeseran sinar (cm)
d = tebal kaca planparalel (cm)
i = sudut datang (dari udara) (º)
r = sudut bias (di dalam kaca) (º)
Sudut Deviasi Prisma
Jika sinar jatuh pada salah satu sisi prisma, maka sinar akan keluar melalui
sisi lain yang ternyata mengalami pembelokan arah. Besarnya sudut pembelokan
arah tersebut dinamakan sudut deviasi (δ).

Gambar 2. Deviasi pada Prisma

Dari gambar 2 dapat dibuktikan pada rumus berikut bahwa


δ =i+r− β … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(3)
Dengan :
δ = sudut deviasi
i = sudut sinar datang pada prisma
r = sudut sinar bias pada prisma
β = sudut pembias prisma (sudut puncak)

jika i = r, maka deviasi mencapai minimum (δ m ¿ yang besarnya dapat dicari


dengan hubungan berikut:
1 1
n1 sin ( β+ δ m ) =n2 sin β … … … … … … … … … … … … … …...( 4)
2 2
Dengan :
n1 = indeks bias medium sekeliling prisma
n2 = indeks bias prisma
Jika berada di udara maka n1= 1 dan n2 = n, sehingga :
δ m=( n−1 ) β … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(5)

Cara Kerja
Gambar 3. Pembiasan Sinar Plan Paralel

Gambar 4. Pembiasan pada Prisma

Menentukan Pergeseran Sinar


a. Menggaris tepi kaca palan paralel di atas kertas, kemudian membuat garis
normal.
b. Membuat sinar yang masuk ke kaca dengan sudut i terhadap n.
c. Meletakkan kaca, kemudian membuat garis A dan garis B pada sinar yang
dibuat.
d. Membuat sinar C dan sinar D di sisi yang lain, sehingga bila dilihat dari
sisi tersebut garis A,B, C dan D tampak segaris.
e. Mengambil kaca dari posisinya.
f. Menghubungkan C dan D dengan cara memperpanjang garis AB dan DC.\
g. Selanjutnya, mengukur besarnya sudut datang (i), sudut bias (r), tebal kaca
(d) dan pergeseran sinar (t).
h. Mengulangi langkah-langkah di atas untuk sudut datang (i) yang berbeda-
beda
i. Dari data yang diperoleh tersebut, selanjutnya dapat ditentukan pergeseran
sinar (i) dengan menggunakan rumus-rumus dan hasilnya dibandingkan
dengan melakukan pengukuran secara langsung.
Menentukan Indeks Bias dan Sudut Deviasi pada Prisma
a. Menggaris tepi prisma, kemudian garis normal dan sudut datang (i)
terhadap garis normal.
b. Meletakkan prisma di atas kertas putih, kemudian membuat garis A dan
garis B pada sinar datang (i) yang dibuat.
c. Selanjutnya, di sisi yang lain. Buatlah garis Cdan garis D sedemikian
sehingga antara garis A, B, C dan D tersebut taampak segaris.
d. Menghubungkan titik C dan D.
e. Memperpanjang garis AB dan DC sehingga saling berpotongan.
f. Mengukur besarnnya i, r, dan δ.
g. Mengulangi langkah di atas dengan sudut datang (i) yang berbeda-beda.
h. Dari data tersebut, selanjutnya dapat ditentukan indeks bias prisma dan
sudut deviasi minimumnya.
Data Pengamatan dan Analisis
Nomor i (º) r (º) d (cm) t (cm)
Percobaan
1
2
3
4
5

Nomor i (º) r (º) β Δ


Percobaan
1
2
3
4
5

Turunkan persamaan 2, 3, 4 dan 5.


Pembahasan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..................................................................................................................................
Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

3. Pembiasan pada Bidang Batas Udara ke Air


Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan menghitung indeks bias air.
Peralatan dan Bahan
Nama Alat Jumlah
Kotak cahaya 1
Diafragma 1 dan 2 celah 1
Tangki Plastik 1
Catu Daya 1
Kabel penghubung 2
Busur Derajat 1
Penggaris 1
Kertas A4 1

Teori Dasar
Cahaya datang dari medium renggang ke medium rapat yang kemudian akan
dibiaskan mendekati garis normal, terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Sinar Bias yang Mendekati Garis Normal

Cahaya datang dari medium rapat ke medium renggang yang kemudian akan
dibiaskan menjauhi garis normal, terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Sinar Bias yang Menjauhi Garis Normal

Indeks bias juga dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara cepat rambat
cahaya dalam medium dengan cepat rambat cahaya dalam medium. Contohnya
yakni jika cahaya merambat dari udara ke air, maka indeks bias air adalah
C udara
n air = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . …(1)
C air
Dengan :
n air = indeks bias air
C udara= cepat rambat cahaya pada medium udara
C air = cepat rambat cahaya pada medium air
Sudut batas adalah besarnya sudut datang yang menyebabkan sudut biasnya
90º (sinar biasnya berhimpit dengan bidang batas). Sudut batas terjadi jika cahaya
merambat dari medium rapat ke medium renggan. Jika cahaya datang dengan
sudut yang lebih besar dari sudut batas, maka cahaya tidak dibiaskan, melainkan
akan dipantulkan sempurna (memenuhi hukum pemantulan). Dalam hal ini,
bidang batas antara dua medium yang berbeda kerapatannya berfungsi sebagai
bidang pantul.
Fenomena pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-hari antara lain: (1)
pada sianng hari yang panas, jalan beraspal kelihatan berair, dan (2) di padang
pasir yang tandus kelihatan ada sumber mata air. Kedua fenomena tersebut disebut
dengan fatamorgana (bayang-bayang semu).

Terjadi Pemantulan Sempurna


Saat cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium renggang
denga sudut datang tertentu maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sianr bias akan sejajar dengan
bidang yang berarti besar sudut biasnya 90º. Sekali lagi apabila sudut datang
diperbesar, maka tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, sebab seluruhnya akan
dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90º ini disebut
dengan sudut kritis yakni saat sin r = sin 90º =1. Persamaan sudut kritis :

Gambar 3. Skema Sinar Datang dan Sinar Bias

n2
sin i k = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..… … … … … …(2)
n1
Syarat terjadinya pemantulan sempurna antara lain :
1. Cahaya datang dari medium renggang ke medium rapat, dan
2. Sudut datang lebih besar dari sudut batas.

Pembiasan pada Kaca Plan Paralel


Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang
kedua sisinya dibua sejajar, pembiasan yang terjadi pada plan paralel memenuhi
hukum pembiasan.
Persamaan pergeseran sinar pada balok kaca :
d sin(i−r )
t= … … … … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3)
cos r
Dengan :
t = pergeseran sinar (cm)
d = tebal kaca planparalel (cm)
i = sudut datang (dari udara) (º)
r = sudut bias (di dalam kaca) (º)

Gambar 4. Pergeseran Sinar pada Balok Kaca

 Sinar datang dari udara ke kaca berarti dari medium renggang ke medium
rapat. Dalam hal ini sinar akan dibiaskan mendekati garis normal.
 Sinar bias berfungsi sebagai sinar datang pada bidang datas kaca dengan
udara. Dlam hal ini sinar datang dari medium rapat ke medium renggang,
sehingga sinar dibiaskan menjauhi garis normal. Arah sinar datang dengan
sinar yang keluar dari kaca planparalel merupakan sinar sejajar.

Cara Kerja
 Persiapan Percobaan
a. Siapkan peralatan sesuai dengan daftar.
b. Susunlah peralatan seperti pada gambar berikut.

Gambar 5. Rangkaian Alat

c. Siapkan selembar kertas A4, kemudia buatlah dua garis tegak lurus di
tengah-tengah kertas tersebut.
d. Buatlah garis-garis 20º, 30º dan seterusnya sampai sudut 60º dengan garis
sumbu PQ pada kertas tersebut seperti yang terlihat padaa gambar di atas.
e. Letakkan tangki plastik seperti pada gambar di atas, kemudian buatlah titik
tengah permukaan depan tangki.
f. Isilah tangki plastik tersebut dengan air sampai penuh.
g. Gunakan bagaian depan kotak cahaya untuk menghasilkan sinar sejajar.
h. Masukkan diafragma 1 celah pada celah pemegang diafragma depan kotak
cahaya.
i. Hubungkan kabel penghubung dari catu daya ke kotak cahaya
j. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan PLN. Pastikan bahwa catu daya
dalam keadaan mati.
k. Pilih tegangan keluaran catu daya 12V.
l. Kemudian hidupkan catu daya.

 Langkah-langkah Percobaan
a. Ubahlah kedudukan kotak cahaya dengan memutarnya sampai sinar
datang berimpit dengan garis yang memilih kemiringan sudut 20º terhadap
PO, sehingga membuat sudut datang sama dengan 20º sesuai dengan
gambar berikut.

Gambar 6. Skema Percobaan

b. Buatlah garis normal pada titik sinar datang ke dua (permukaan belakang
tangki). Kemudian beri tanda dengan huruf n. Setelah itu buatlah dua buah
tanda pada sinar bias di luar tangki untuk menunjukan sinar bias.
c. Gambarlah garis luas tangki kemudian buatlah tangki.
d. Gambarlah garis bias di belakang tangki menggunakan tanda yang telah
dibuat.

Gambar 6. Skema Hasil Pengamatan

e. Ukurlah sudut bias r 1, sudut datang pada permukaan kedua i 2dan sudut
bias pada permukaan luar r 2tulislah hasilnya pada tabel.
f. Ulangi langkahh a sampai f sehingga didapatkan 4 data i 1 sesuai tabel.

Hasil Pengamatan dan Analisis


1. Isikanlah data hasil pengamatan pada tabel berikut
No i 1 (º) r 1(º) i 2(º) r 2(º) sin i 1 sin r 1 sin i 2 sin r 2 sin i1 sin i 2
sin r 1 sin r 2
1 20
2 30
3 40
4 50
5 60

2. Lengakapilah tabel dengan nilai yang didapat dari perhitungan


menggunakan persamaan seperti yang terdapat pada kolom judul tabel di

sin i1
atas. disebut dengan indeks bias medium di mana sinar dibiaskan
sin r 1
relatif terhadap medium sumber sinar berasal. Bagaimana menurut
pendapat anda mengenai nilai tersebut? Apakah nilainya tetap atau hampir
tetap atau bahkan tidak tetap ?
3. Bagaimana menurut pendapat anda tentang arah sinar datang dan sinar
bias yang meninggalkan air?
Pembahasan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................................................................................................ ...
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

LATIHAN SOAL
Latihan Soal Refleksi dan Refraksi
1. Pada gambar dibawah ini diperlihatkan suatu sinar datang i jatuh pada
cermin datar MM’ dengan sudut datang . Telusurilah jalannya sinar ini.

Gambar 1
2. Suatu sinar datang diudara jatuh pada permukaan datar balok kuarsa
dengan sudut 30 dengan normal. Berkas ini memiliki dua Panjang
gelombang, yaitu 400 dan 500 nm. Indeks refraksi kuarsa terhadap udara
(nqa) untuk Panjang gelombang ini adalah1,4702 dan 1,4624. Berapakah
sudut antara kedua sinar yang di refraksikan itu?

3. Suatu berkas datang jatuh pada salah satu permukaan prisma kaca diudara
seperti pada Gambar 2. Sudut  dipilih supaya berkas yang keluar pada sisi
lain juga membentuk sudut  dengan normal pada sisi tersebut.
Turunkanlah pernyataan untuk indeks refraksi bahan prisma terhadap
udara.
Gambar 2
Latihan Soal Refleksi dan Refraksi pada Prisma
1. Pada Gambar 3 adalah gambar prisma kaca segitiga. Sinar yang datang
tegak lurus pada salah satu sisinya direfleksikan secara total. Jika 1 adalah
45, kesimpulan apa yang dapat ditarik tentang indeks refraksi n dari kaca?

Gambar 3

2. Apa yang terjadi jika prisma dalam Gambar 3 (anggap n = 1,5)


dibenamkan dalam air (n = 1,33) ? Lihat gambar 3 b

Latihan Soal Refleksi dan Refraksi pada Zat Cair dan Kaca

1. Pada Gambar 4, material a adalah air dan material b adalah kaca dengan
indeks refraksi 1,52. Jika sinar masuk membuat sudut 60dengan normal,
carilah arah sinar yang direfleksikan dan arah sinar yang direfraksikan.
Gambar 4

Latihan Soal untuk Konvergen dan Patulan Internal Sempurna

1. Lensa meniscus cembung (gambar 5) terbuat dari kaca dengan n =


1,50. Radius kelengkungan permkaan cembung adalah 22 cm (gambar
5). Permukaan sisi kanannya cekung dengan radius kelengkungan 46
cm.Berapa panjang fokusnya?
Gambar 5

2. Deskripsikan apa yang dilihat orang yang memandang dunia dari


bawah permukaan danau atau kolam renangyang sangat tenang?

3. Bagaimana anda mengatur posisi dua cermin sedemikian sehingga

berapapun sudut datangnya, sinar datang ke salah satu cermin sejajar


dengan sinar yang dipantulkan dari cermin yang lain.
Gambar 6

4. Seberkas sinar laser jatuh pada permukaan kaca plan paralel dapat
membentuk sudut datang sebesar 45 °. Jika tebal kaca planparalel 15
cm dan sudut bias yang dihasilkan adalah 20 °. Tentukan besar
pergeseran yang dialami oleh sinar laser tersebut.

KUNCI JAWABAN

Latihan Soal Refleksi dan Refraksi

1. Sinar yang direfleksikan membentuk sudut  dengan garis norma di b


dan menjadi sinar datang bagi cermin M’M’’. Sudut datang ’ pada
cermin ini adalah /2 - . Sinar refleksi kedua, r’,membentuk sudut ’
dengan normal yang didirikan di b’. Sinar i dan r’ selalu sejajar dan
berlawanan arah berapapun harga . Untuk melihat ini, kita perhatikan
bahwa
 = - 2’ = - 2 ¿
Dua garis akan sejajar jika sudut dalam berseberangannya ( dan 2)
sama. Ulangi soal tersebut jika cermin tidak saling tegak lurus, tetapi
membentuk sudut 120. Cukup sama 90.

2. Untuk 400 nm
Sin 1 = nqa sin 2,
Sin 30 = (1,4702) sin 2
2 = 19,99
Untuk 500 nm
Sin 30 = (1,4624) sin 2’
2’ = 19,99
Sudut antara  antara kedua berkas adalah 0,11, komponen dengan
Panjang gelombang yang lebih pendek dibelokkan lebih banyak, jadi
sudut refraksinya lebih kecil.

3. Perhatikan bahwa  ABC = , sisi-sisi kedua sudut saling tegak lurus.


Karena itu,
1
 =  dengan  adalah susut prisma
2
Sudut deviasi  adalah jumlah kedua sudut yang berhadapan dalam
segitiga aed,atau
 = 2( - )
1
Gantikan  dengan  dan hitung ,maka diperoleh
2
1
 = ( +)
2
pada titik a,  adalah sudut datang dan  adalah sudut refraksi.Menurut
hukum refraksi sin  = nga sin  dengan nga adalah indeks refraksi kaca
terhadap udara menghasilkan
+¿ 1
sin 2 ¿ = nga sin  atau nga = sin ¿ ¿
2

Latihan Soal Refleksi dan Refraksi pada Prisma


1. Untuk kebutuhan praktis , biasanya indeks refraksi udara (n=n2 ¿
di ambil sama dengan satu. Andaikan indeks refraksi kaca adalah
sedemikian rupa sehingga pada keadaan ini tepat baru terjadi
refleksi internal total , jadi c = 45º.Hal ini berarti
1
n= = 1,41
sin 45 °

2. sudut kritis yang baru ,dapat diperoleh dari persamaan


n 2 1,33
c = = = 0,88
n 1 1,50
yang bersesuaian dengan c = 62,5º. sudut datang sebenarnya (θc =
45º) lebih kecil dari c sudut kritis yang abru,sehingga tidak terjadi
refleksi internal total.

Latihan Soal untuk Konvergen dan Patulan Internal Sempurna

1. R1=22 cm dan R2= - 46 cm (pemukaan cekung). Kemudian


1 1 1
= (n-1)( + )
f R1 R2
1 1 1
= (1,50-1)( − )
f 0,22 m 0,46 m
= 1,19 m-1
1
f=
1,19m−1
= 0,84 m

2. Untuk batas udara-air sudut kritis dinyatakan dengan


n1 n1
Sin c = sin 90o =
n2 n2
1,00
Sin c = sin 90o =0,750
1,33
Dengan demikian c = 49o, Berarti orang tersebut akan melihat
dunia luar diperkecil menjadi satu lingkaran yang sisinya membuat
sudut 49o terhadap vertikal. Diluar sudut ini orang tersebut akan
melihat pantulan dari sisi-sisi dan dasar kolam atau danau itu.

3. Anggap sudut antara dua cermin adalah α , sudut antara sinar


pantul dan sinar datang adalah :
δ =180−(i 1 +r 1)+180−(i 2 +r 2 )
δ =180−(i 1 +i1 )+180−(i 2+i 2 )
(i 1=r 1 ),( i2 =r 2)
δ =360−2(i 1+i 2 )
Karena sinar pantul harus sejajar dengan sinar datang maka
δ =180 °, sehingga diperoleh :
180=360−2(i 1 +i 2)
360−180=360−2(i 1+i 2 )
90=i 1+i 2
Berdasarkan gambar diatas, kita peroleh bahwa ¿ i 1+i 2 , sehingga
kita peroleh α =90 °.
Jadi, agar sinar datang dan sinar pantul sejajar, kedua cermin harus
saling tegak lurus.

4. Diketahui :
i 1 = 45 °
d = 15 cm
r 1 = 20 °
Ditanya : t?
Jawab ;
(d )sin(i 1−r 1 )
t=
cos r 1
(15) sin(45 °−20° )
t=
cos 20 °

(15)(0,42)
t=
0,94

6,3
t=
0,94

t=6,7 cm
Jadi, ketika melewati kaca plan paralel, sinar laser mengalami
pergeseran sejauh 6,7 cm dari arah semula.

Pembahasan dari Kegiatan Diskusi


1. Karena zat menyerap cahaya hanya dari panjang gelombang atau panjang
gelombang kisaran tertentu. Spektrum absorpsi atom adalah spektrum
yang diperoleh ketika atom-atom bebas (umumnya gas) menyerap panjang
gelombang cahaya. Spektrum penyerapan molekul di sisi lain adalahs
pektrum yang terlihat ketika molekul suatu zat menyerap panjang
gelombang cahaya (umumnya ultraviolet atau sinar tampak). Sambil
duduk-duduk dalam ruangan, dapatkah kita melihat sesuatu? Tidak karena
semuanya gelap. Jika ada orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut
dapatkah kita melihatnya? Tidak karena semuanya gelap.
2. Sebenarnya sinar yang direflesikan tidak dapat memperpanjang cahaya
gelombang mendekati garis normal. Cahaya dibiaskan mendekati garis
normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium
optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
3. (a) Pemantulan (Refleksi) adalah peristiwa pengembalian seluruh atau
sebagian dari suatu berkas partikel atau gelombang bila berkas tersebut
bertemu dengan bidang batas antara dua medium. Suatu garis
ataupermukaan dalam medium dua atau tiga dimensi yang dilewati
gelombang disebut muka gelombang. Muka gelombang ini merupakan
tempat kedudukan titik-titik yang mengalami gangguan dengan fase yang
sama, biasanya tegak lurus arah gelombang dan dapat mempunyai bentuk,
misalnya muka gelombang melingkar dan muka gelombang lurus, seperti
yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Muka Gelombang Melingkar dan Gelombang Datar


Pada jarak yang sangat jauh dari suatu sumber dalam medium yang
seragam, muka gelombang merupakan bagian-bagian kecil dari bola
dengan jari-jari yang sangat besar, sehingga dapat dianggap sebagai bidang
datar. Misalnya, muka gelombang sinar matahari, yang tiba di Bumi
merupakan bidang datar. Pada peristiwa pemantulan, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah, berlaku suatu hukum yang berbunyi

Gambar 2.Pemantulan Gelombang oleh Bidang

Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terhadap bidang batas
pemantul pada titik jatuh, semuanya berada dalam satu bidang, Sudut
datang ( θi ) sama dengan sudut pantul ( θr ). Hukum tersebut dinamakan
“Hukum Pemantulan”.
(b) Dapat, karena pembiasan (Refraksi) merupakan perubahan arah
gelombang saat gelombang masuk ke medium baru yang mengakibatkan
gelombang bergerak dengan kelajuan yang berbeda. Pada pembiasan
terjadi perubahan laju perambatan. Panjang gelombangnya bertambah atau
berkurang sesuai dengan perubahan kelajuannya, tetapi tidak ada
perubahan frekuensi. Dalam peristiwa refraksi tumbukan antara
gelombang cahaya dengan antar muka dua medium menyebabkan
kecepatan fase gelombang cahaya berubah. Panjang gelombang akan
bertambah atau berkurang dengan frekuensi yang sama, karena sifat
gelombang cahaya yang transversal (bukan longitudinal). Peristiwa ini
ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 3. Pembiasan Gelombang.

Pada gambar tersebut kecepatan gelombang pada medium 2 lebih kecil


daripada medium 1. Dalam hal ini, arah gelombang membelok sehingga
perambatannya lebih hampir tegak lurus terhadap batas. Jadi, sudut
pembiasan (θ2), lebih kecil daripada sudut datang (θ 1). Dengan adanya
perbedaan indeks bias antara udara (1,0003) dan air (1,33) di dalam
sebuah mangkok, sebuah benda lurus seperti pensil atau sedotan akan
tampak seperti patah dengan kedalaman air yang tampak lebih dangkal.
Refraksi (pembiasan) gelombang-gelombang cahaya di air. Persegi gelap
menunjukkan posisi sebenarnya sebatang pensil yang diletakkan dalam
semangkuk air. Persegi terang menunjukkan posisi tampak dari pensil itu.
Perhatikan bahwa ujungnya (X) seakan-akan terlihat di Y, posisi yang jelas
lebih dangkal.
Gambar 4. Pensil yang diletakkan di dalam Mangkuk Air

4. Karena sinar yang direflesikan dan sinar yang direfraksikan dan normal
terhadap permukaan semuanya terletak pada bidang yang sama. Bidang
dari ketiga sinar itu tegak lurus terhadap bidang permukaan batas diantara
kedua material tersebut. Kita selalu menggambarkan diagram sinar
sehingga sinar masuk, sinar yang direflesikan dan sinar yang direfraksikan
berada dalam bidang diagram.
5. Fenomena Fatamorgana dapat terjadi karena adanya pembiasan cahaya
yang menyebabkan terjadinya ilusi optik. Pada umumnya fatamorgana ini
terjadi di wilayah yang luas dengan cuaca sangat panas seperti gurun.
Fatamogana hanya akan terlihat pada jarak yang jauh dari posisi kita
berada, itu karena bentuk struktur bumi yang bulat sesuai dengan konsep
geografi. Terkecuali jika bumi kita datar, maka cahaya yang dibelokkan
akan mencapai lapisan tanah yang sangat dekat dengan tempat dimana
cahaya tidak dibelokkan, dan fatamorgana bisa kita lihat pada jarak yang
sangat dekat. Ya, ada hubungannya. Pada proses terbentuknya
fatamorgana, terdapat perbedaan kerapatan udara pada medium udara
dengan suhu yang panas dan medium udara dengan suhu yang dingin
sehingga membuat indeks bias kedua medium tersebut juga berbeda.
Indeks bias merupakan suatu kemampuan medium membiaskan arah
rambat cahaya. Dengan demikian, indeks bias pada medium udara dengan
suhu yang dingin akan lebih besar daripada indeks bias medium udara
dengan suhu yang panas.
Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai
pemantulan dan pembiasan pada permukaan lengkung yang menggunakan
formula descartes dan formula gauss serta untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul ini
maka peserta didik perlu diperhatikan hal-hal berikut:

6. Tujuan pembelajaran, dan peta konsep dari setiap materi yang ada di dalam
modul dengan cermat dan teliti untuk membantu peserta didik mengetahui
setiap materi-materi yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran.
7. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di modul,
buatlah catatan-catatan kecil jika diperlukan.
8. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila mengalami
kesulitan mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada dikelas.
9. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
10. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal tes
yang telah tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
Apabila tingkat pemahaman terhadap materi sudah sesuai dengan kriteria,
kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar berikutnya.

Agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan


baik dan bisa mencapai hasil yang maksimal, maka pendidik/guru/dosen
perlu memperhatikan hal-hal berikut:

6. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran pendidik perlu menjelaskan tujuan


pembelajaran kepada peserta didik agar nantinya peserta didik dapat
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikuasai.
7. Arahkan peserta didik untuk selalu mengikuti rincian kegiatan yang terdapat
di modul.
8. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik pada setiap kegiatan
pembelajaran baik dalam bentuk contoh maupun latihan soal..
9. Lakukan review apabila telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran untuk
mengetahui ketuntasan belajar dan tingkat pemahaman setiap peserta didik
terhadap materi yang telah dipelajari.
10. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran berikan tes akhir untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dibahas.

Kompetensi Dasar :

Menganalisis cara kerja optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan


cahaya pada permukaan lengkung

Indikator Pembelajaran:

1. Menganalisis konsep persamaan pemantulan dan pembiasan cahaya pada


permukaan lengkung menggunakan formula Descartes
2. Menganalisis konsep persamaan pemantulan dan pembiasan cahaya pada
permukaan lengkung menggunakan formula Gauss
Tujuan Pembelajaran:

1. Melalui diskusi, dan tanya jawab, mahasiswa dapat menguasai konsep


optika geometris pada konsep pemantulan dan pembiasan cahaya pada
permukaan lengkung.
2. Mahasiswa dapat menganalisis dan membuktikan persamaan pemantulan
dan pembiasan cahaya padda permukaan lengkung melalui latihan soal
maupun diskusi

Peta Konsep:
Pemantulan Pembiasan
pada bidang lengkung

Pemantulan cahaya Pembiasan cahaya


pada permukaan pada permukaan
lengkung lengkung

Formula descartes

Formula gauss

Titik api permukaan


lengkung

Persamaan linier
Materi

PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA


PADA PERMUKAAN LENGKUNG

PEMANTULAN CAHAYA

Pemantulan pada Cermin Sferik (Lengkung)


Cermin sferik adalah cermin lengkung seperti permukaan lengkung
sebuah boladengan jari-jari kelengkungan cermin ini dibedakan
atas cermin cekung (konkaf) dancermin cembung (konveks). Setiap
cermin sferik baik itu cermin cekung ataupun cermin c e m b u n g
memiliki fokus f yang besarnya setengah jari-jari
k e l e n g k u n g a n c e r m i n tersebut.
R
f = , dengan : f : jarak fokus
2

R : jari-jari kelengkungan

Bagian-bagian cermin lengkung antara lain adalah sumbu utama (C-O) ,


titik  pusat kelengkungan cermin (C), titik pusat bidang cermin (O), jari-jari
kelengkungan cermin (R), titik fokus / titik api (F), jarak fokus (f) dan bidang
fokus.

Gambar 1.1. (a) cermin cekung, (b) cermin cembung

Garis pada cermin sferik yang menghubungkan antara pusat kelengkungan


C. Titik fokus f dan titik tengah cermin O disebut sumbu utama. Menurut dalil
Esbach jarak antara dua titik tertentu pada cermin cekung dapat d i b e r i
nomor-nomor ruang. Jarak sepanjang OF diberi nomor ruang I,
sepanjang FC diberi nomor ruang II, lebih jauh dari C diberi
n o m o r r u a n g I I I d a n d a r i O m a s u k k e dalam cermin diberi nomor
ruang IV. Ruang I sampai III ada di depan cermin cekung (daerah nyata)
dan ruang IV ada di belakang cermin cekung (daerah maya).
Gambar 1.2. penomoran ruang pada cermin cekung. Daerah di depan cermin
disebut daerah nyata, dan daerah di belakang cermin disebut daerah maya.
Pada cermin cekung semua cahaya yang datang sejajar sumbu utama akan
difokuskan sesuai dengan sifatnya yaitu mengumpulkan cahaya. Titik
berkumpulnya sinar-sinar pantul disebut titik fokus atau titik api yang terletak di
sumbu utama. Cara melukis sinar-sinar pantulnya tetap menggunakan hukum
pemantulan cahaya.

PEMBIASAN CAHAYA
Di udara, cahaya merambat dengan kecepatan 300.000 km/s.
Ketika berkas cahaya melalui kaca, kecepatan berkurang menjadi 200.000
km/s. Pada saat kecepatannya berkurang atau bertambah, berkas cahaya
akan membelok. Pembelokan atau perubahan arah cahaya ketika
memasuki kaca atau benda bening lainnya disebut pembiasan (refraksi).
Pembiasan cahaya terjadi karena dalam zat antara (medium) yang berbeda,
besarnya cepat rambat cahaya juga berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat
di medium yang kurang rapat. Cahaya yang datang dengan sudut datang
900 , namun (tegak lurus) melalui medium yang berbeda tidak dibiaskan.

Gambar 1.3 Peristiwa Pembiasan untuk Sinar dari Udara ke Air


Pembiasan cahaya (refraksi) adalah pembelokan cahaya ketika
berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks
biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan
cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks
bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda.
Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah
perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias
medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan
pemantulan sempurna.
Hukum Pembiasan Cahaya
Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium, cahaya
akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya ketika cahaya mengenai
bidang batas antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya.
Hukum Snellius, menurut Giancoli dituliskan:
n1 sin θ1=n 2 sin θ2
 Hukum I Snellius berbunyi: sinar datang, sinar bias, dan garis normal
terletak pada satu bidang datar.
 Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium kurang rapat
ke medium lebih rapat, sinar dibelokkan mendekati garis normal. Jika
kebalikannya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang
rapat, sinar dibelokkan menjauhi garis normal.
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Mendekati garis normal. Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika
cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih
rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
2) Menjauhi garis normal. Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika
cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang
rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Ada dua syarat terjadinya proses pembiasan cahaya, yaitu: Cahaya merambat
melalui dua medium yang memiliki perbedaan kerapatan optik, misalnya udara
dengan air, udara dengan kaca, air dengan kaca, dan sebagainya.
1) Cahaya yang datang harus miring pada batas dua medium, karena jika
tegak lurus maka tidak akan mengalami proses pembiasan.
2) Cahaya yang datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat
(ex. kaca ke udara) harus menghasilkan sudut bias lebih kecil dari 90°. Hal
ini karena jika sinar bias sama dengan 90° maka cahaya tidak akan
memasuki medium kedua. Sedangkan jika sudut bias lebih besar dari 90°
maka akan terjadi peristiwa pemantulan sempurna
Yang dimaksud dengan kerapatan optik di sini adalah sifat dari
medium tembus cahaya (zat optik dalam melewatkan cahaya). Kerapatan
optik yang berbeda pada dua medium akan menyebabkan cepat rambat
cahaya pada kedua medium tersebut berbeda. Perbadingan antara cepat
rambat cahaya pada medium 1 dan medium 2 disebut indeks bias.
Jika medium 1 adalah ruang hampa, maka perbandingan antara
cepat rambat cahaya di ruang hampa dan di sebuah medium disebut indeks
bias mutlak medium tersebut. Secara matematis, rumus indeks bias mutlak
dituliskan sebagai berikut.
c
n=
v
Dengan:
n = indeks bias mutlak medium
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 × 108 m/s)
v = cepat rambat cahaya pada medium.
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari diantaranya:
 Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
 Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat
jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya
pembiasan.
 Terjadinya pelangi setelah turun hujan.

Pemantulan pada permukaan lengkung dengan menggunakan Formula Descartes


Gambar 1.4. Pemantulan permukaan lengkung Formula Descartes

P' : Pusat kelengkungan


V : Vertex
P : Titik Cahaya
C : Titik Bayangan
R : Jarak Bayangan
Akan ditinjau hubungan antara p, q dan R :

Dalam segitiga S A P : a + i= b ...............(1)


'

Dalam segitiga SC P : b + i =c ..............(2)


'

Dari persamaan (1) dan (2) :


2 b = a + c ............. (3)

Untuk a , b dan csangat kecil (lebih kecil dari 100) :


h
a = tg a = ......................
p
h
c = tg c = ......................(4)
R
h
b = tg b = ......................
q
Persamaan – persamaan (3) dan (4) :
2h h h
= +
q p R
Atau :
1 1 2
+ =
p R q
n
Bentuk persamaan ini disebut formula Descartes untuk pemantulan pada
permukaan lengkung n.
Pembentukkan bayangan pada cermin cekung 
Pemantulan sinar-sinar istimewa: 
1. Sinar datang sejajar sumbu SU dipantulkan melalui fokus F.

Gambar 1.5

2. Sinar datang melalui titik fokus F dipantulkan sejajar SU.

Gambar 1.6

3. Sinar datang melalui titik pusat lengkung P dipantulkan kembali ke titik


pusat lengkung tersebut
Gambar 1.7
4. Sinar datang dengan arah sembarang dipantulkan sehingga sudut datang =
sudut pantul

Gambar 1.8

Pembentukan bayangan pada cermin cembung


Sinar-sinar Istimewa pada cermin cembung 
1.   Sinar datang sejajar SU cermin dipantulkan seakan-akan datang dari titik
focus F.  

Gambar 1.9

2. Sinar datang menuju titik focus F dipantulkan sejajar SU

Gambar 1.10
3. Sinar datang menuju ke titik pusat lengkung M dipantulkan kembali
seakan-akan datang dari titik pusat lengkung tersebut
Gambar 1.11

4. Sinar datang dengan arah sembarang dipantulkan hingga sudut datang =


sudut pantul

Gambar 1.12
Ketentuan Sifat-sifat Bayangan oleh Cermin Lengkung
Selain dengan cara melukis secara cepat dapat menentukan sifat-sifat bayangan
yang dibentuk oleh cermin-cermin sferik dengan menggunakan ketentuan-
ketentuan berikut :
-        Jumlah nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan selalu sama dengan
lima
-     Benda yang terletak di ruang II dan III selalu menghasilkan bayangan yang
terbalik terhadap bendanya. Sedangkan benda-benda yang berada di ruang I dan
IV akan selalu menghasilkan bayangan yang sama tegak dengan bendanya.
-        Jika nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda,
bayangan selalu lebih besar dari pada bendanya (diperbesar).
-        Jika nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang benda,
bayangan selalu lebih kecil dari pada bendanya (diperkecil).
 

Pembiasan pada Permukaan Lengkung


Gambar 1.13 . Pembiasan pada Permukaan Lengkung

p = jarak benda
q = jarak bayangan

Akan ditinjau hubungan antara p , qdan R :

Dalam segitiga PAC 1a+i=c.............................(1)

Dalam segtiga P' AC 1b+i ' =c.............................(2)

Dari persamaan (1) dan(2)t


a+i=b+i'.............(3)

Hukum snellius t n sin i=n' sin i' ..........................(4)

Untuk sudut-sudut kecil t¿=n' sini ' .....................(5)

Dari persamaan (5), (1) dan (2)

n ( c−a )=n ' ( c−b)

Atau : n(tg c−tg a) = n' (tg c−tg b)

h h h h
n( - ) = n' ( - )
q p q R

n n n' n'
- = -
q p q R
n n' n−n'
Atau - =
p R q
Bentuk persamaan ini disebut “formula dencartes untuk pembiasan pada
permukaan lengkung”

A. FORMULA GAUSS

Gambar 1.14 Formula Gauss

C = pusat permukaan lengkung


O = vertex
S = titik cahaya pada sumbu utama
B = titik bayangan
S0 = jarak benda
S1 = jarak bayangan

Akan ditinjau hubungan antara S0 dan S1 dan R :


sin φ SC S +R
Dalam segitiga SAC : = = 0 ............(1)
sin ∝ SA SA

sin φ ' BC S −R
Dalam segitiga BAC : = = 1 .............(2)
sin ∝ AB AB

Dari persamaan (1) dan (2) :

sin φ S0+ R AB
= x
sin φ ' S 1−R SA
n' S0+ R AB
Atau : = x
n S 1−R SA
Untuk sinar-sinar parsial : SA = S0 = S0
: AB = OB = S1

n' S0+ R S1
Maka : = x
n S 1−R S0
Atau : n ' S0 S 1- n' S 0 R = n S0 S 1 + n S1 R
n' S 0 S 1– n S0 S 1 = n' S 0 R + n S1 R

n' n n' n
- = +
R n S1 S 0

n n' n' −n
Atau : + =
S0 S1 R

Bentuk persamaan ini dinamakan”Formula Gauss” untuk permukaan lengkung.


Perjanjian tanda untuk Formula Gaus :
1. Sinar selalu dilukiskan dari kiri ke kanan
2. Benda mempunyai jarak positif ( S0 >0 ¿ jika benda berada dikiri vertex
3. Bayangan bda mempunyai jarak positif ( S1 >0 ¿ jika bayangan berada di
kanan waktu
4. Jari-jari permukaan lengkung positif jika berada diatas sumbu utama
5. Tinggi benda atau bayangan positif jika berada diatas sumbu utama
6. Sudut bertanda positif jika arah sinar dari sumbu utama (jari-jari)
berlawanan dengan arah putaran jarum jam.

B. TITIK API PERMUKAAN LENGKUNG

Gambar 1.15. Titik Api Permukaan Lengkung


Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus pertama (f1) adalah suatu titik
asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya bayangan akan terbentuk di
jauh tak terhingga
(s’ = ~ ) dan jarak benda s sama dengan jarak fokus pertama f1.
Fokus kedua (f2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apa bila sinar-sinar
yang datang pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Artinya benda berada jauh di tak
terhingga (s = ~ )
Keterangan :

f1 : Fokus Pertama

f2 : Fokus kedua

n1 : Indeks Bias Pertama

n2 : Indeks Bias Kedua

4. Cerming Cembung

Gambar 1.16. Cermin Cembung

Hukum snellius :

n sin φ = n’ sin φ '

dengan memperhatikan tanda sesuai dengan perjanjian :

Atau: φ = -φ '

n = - n'

selanjutnya

n' X R
f' =
n' −R

−n R R
f' = =
2n 2
Formula Gauss :

n n' n'
+ =
s0 s1 f '

n n ' −2 n
- =
s0 s1 R

1 1 −2 −1
Atau : + = =
s0 s1 R f'

5. Cermin Cekung

Gambar 1.17. Cermin Cekung

Hukum Snelius : n sin φ = n’ sin φ '

Dengan memperhatikan tanda sesuai dengan perjanjian :

φ = -φ '

Atau n = - n'

nR
Selanjutnya : f =
n' −n

−n R
f = (R = negatif sesuai dengan perjanjian)
−2 n

1
atau f = R
2

formula Gauss:
n n ' n' −n
+ =
s0 s1 R

n n ' −n−n
- =
s0 s1 −R

1 1 2 1
Atau : + = =
s0 s1 R f

6. Sinar-sinar Utama

1 1 1
+ =
s0 s1 f

a. Jika sinar datang sejajar sumbu utama


s0= .

1 1
=
s1 f

s1=f
Titik bayangan terbentuk di titik api

Jadi : Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan/dibiaskan melalui


fokus.

`
b. Jika sinar datang melalui titik api
s0=f

1 1 1
+ =
f s1 f

1
=0
s1

s1=
Titik bayangan terbentuk di tiitk jauh tak terhingga

Jadi: Sinar datang melalui fokus dipantulkan/dibiaskan sejajar dengan


sumbu utama
c. Jika sinar datang melalui titik pusat kelengkungan:
s0=R

1 1 2
+ =
R s1 R

1 1
=
s1 R

s1=R
Titik baynagan terbentuk dititik pusat juga.

Jadi : Sinar datang melalui pusat kelengkungan dipantulkan/dibiaskan


melalui pusat kelengkungan itu juga.

D. PERSAMAAN LINIER
Persamaan Linier = perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi benda.

1. Aturan sinus dari Abbe

Gambar 1.18. Aturan sinus dari Abbe

sin φ
SC = R .........................(1)
sin ∝

sin φ ' BC BC
= =
sin ∝' AC R

sin φ '
BC = -R .............................(2)
sin ∝'
Dalam segitiga SDC dan segitiga EBC :

−y' BC −R sin φ ' sin ∝


= = x
y SC sin φ R sin φ
−y' −sin φ ' sin ∝
= x
y sin φ sin ∝'
−y' n sin ∝
= - x
y n' sin ∝'
Atau : n y sin ∝ = n' y ' sin∝ '
Bentuk persamaan ini dinamakan “ Aturan sinus dari Abe”
Selanjutnya untuk ∝ kecil (∝<100 ¿:
sin ∝ tg ∝ h /¿ S S
= = ¿ = i
0

sin ∝' tg ∝' h/¿ S ¿ 1


S0

sin ∝ n' y ' n1


Sehingga : = =
sin ∝' ny n0

y' n n1
Atau : M = | | = '
y n n0

2. Formula Lagrange

Aturan Sinus dari Abbe :

n y sin ∝ = n' y ' sin∝ ,

sin ∝ n' y '


= ........................(1)
sin ∝' ny

Untuk sudut-sudut kecil :

sin ∝ tg ∝ ∝
= = ....................(2)
sin ∝' tg ∝' ∝'

Dari persamaan (1) dan (2) :

n' y ' = ∝
ny ∝'

Atau : ny ∝ = n' y ' ∝ '


Bentuk persamaan ini dinamakan “Formula Lagrange” .

y' n∝
Selanjutnya : M = | | =
y n ' ∝'
I. Alat dan Bahan
1)      Cermin cekung dengan penumpu : 1 buah
2)      Lilin dengan penumpu : 1 buah
3)      Papan lintasan : 1 buah
4)      Papan : 1 buah
II. Variabel dan Definisi Operasional
1.      Variabel kontrol : Jenis cermin
Definisi operasional :
Dalam percobaan ini yang dibuat sama yaitu jenis cermin. Cermin yang
digunakan adalah cermin cekung. Cermin cekung adalah cermin yang
bentuknya lengkung, di mana permukaan cermin yang memantulkan
cahaya, melengkung ke belakang.
2.      Variabel manipulasi : Jarak benda (P1)
Definisi operasional :
Dalam percobaan ini, jarak benda dimanipulasi. Jarak benda ini merupakan
jarak antara benda dengan cermin cekung. Jarak benda dimanipulasi
sebesar (P1) sebesar 5 cm; 5,5 cm; 6 cm; 6,5 cm; 7 cm; 7,5 cm; 8 cm;
8,5 cm; 9 cm; dan 9,5 cm.
3.      Variabel respon : Jarak bayangan dan jarak fokus
Definisi operasional :
Setelah melakukan percobaan ini maka akan diperoleh jarak bayangan dan
jarak fokus. Jarak bayangan diketahui dengan mengujur jarak antara
cermin dengan bayangan. Jarak fokus diketahui dengan menghitung
melalui persamaan  1/F = 1/s + 1/s’
III. Rancangan Percobaan
IV. Alur Percobaan

Cermin Cekung

 Disiapkan diatas tumpu


 Diletakkan di ujung papan lintasan

Lilin

 Diletakkan didepan cermin cekung


dengan jarak tertentu yakni 5 cm

Papan

 Diletakkan di depan lilin untuk menagkap bayangan


yang terbentuk
 Diukur jaraknya terhadap cermin jika bayangan telah
terbentuk

Jarak papan terhadap


cermin cekung

 Dihitung jarak fokusnya


 Diulangi percobaan dengan jarak lilin terhadap cermin
cekung yang berbeda sebanyak 10 kali
Jarak fokus

V. Langkah kerja
1.      Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
2.      Meletakkan cermin cekung dengan penumpunya pada ujung papan
lintasan
3.      Meletakkan lilin dengan penumpunya pada papan lintasan dengan jarak
tertentu yaitu 5 cm dari cermin cekung
4.      Menangkap bayangan lilin dengan cara meletakkan papan di depan lilin
5.      Mengukur jarak antara cermin cekung dengan papan penangkap
bayangan lilin
6.      Menghitung jarak fokus (f)
7.      Mengulangi percobaan dengan jarak cermin cekung ke lilin sebesar ; 5,5
cm; 6 cm; 6,5 cm; 7 cm; 7,5 cm; 8 cm; 8,5 cm; 9 cm; dan 9,5 cm.
VI. Data
Tabel 1. Hasil Percobaan Pada Cermin Cekung
Percobaan ke- (s ± 0,1 ) cm (s’ ± 0,1) cm F (cm)
1 5,0 24,4 4,15
2 5,5 24,0 4,47
3 6,0 20,5 4,64
4 6,5 18,5 4,81
5 7,0 18,2 5,06
6 7,5 17,0 5,20
7 8,0 16,5 5,38
8 8,5 14,5 5,35
9 9,0 13,5 5,40
10` 9,5 12,7 5,43
Keterangan :
Fokus cermin cekung = 5 cm
VII. Analisis
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka dapat diperoleh
data seperti diatas. Dari percobaan tersebut maka data yang kita peroleh
yaitu jarak bayangan berdasarkan jarak benda yang telah kami tentukan.
Setelah jarak bayangan diperoleh maka dapat ditentukan fokus benda
dengan menggunakan rumus 1/F = 1/s + 1/s’ maka diperoleh data yang
telah kami sajikan diatas. Fokus rata-rata dari percobaan 1- 10 diperoleh
fokus sebesar 4,99 cm. Sedangkan fokus teori sebesar 5 cm. Sehingga
fokus rata-rata dari percobaan dengan fokus teori tidak berbeda terlalu
jauh. Perbedaannya antara fokus rata-rata dengan fokus teori hanya 0,1
cm.
Pada percobaan yang telah kami lakukan dengan jarak benda 5,0 cm
dan jarak bayangan sebesar 24,4 cm maka fokus yang kami peroleh
sebesar 4,15. Pada jarak benda 6,0 cm dan jarak bayangan sebesar 20,5 cm
maka fokusnya sebesar 4,64 cm. Pada jarak benda 9,0 cm dan jarak
bayangan sebesar 13,5 cm maka fokusnya sebesar 15,40 cm. Pada jarak
benda 9,5 cm dan jarak bayangan 12,7 cm maka fokusnya sebesar 5,43
cm. Dari percobaan yang telah kami lakukan 4 data tersebut memiliki
fokus yang perbedaannya sangat jauh dengan fokus teori. Perbedaan data
antara fokus teori dengan fokus perhitungan dari ke empat data secara
berurutan yaitu sebesar 0,83 cm, 0,34 cm, 0,06 cm, dan 0,45 cm. Dari data
tersebut kami dapat menghitung ketidakpastian dan juga taraf ketelitian
dari rata-rata fokus perhitungan dibandingkan dengan fokus teori.
Ketidakpastian dari percobaan ini yaitu sebesar 36,54 % dan taraf
ketelitiannya 63,46 %.
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka jarak bayangan
yang kami peroleh yaitu semakin kecil ketika jarak benda yang kita
tentukan semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis kami yaitu,
ketika jarak benda yang telah kita tentukan semakin besar atau semakin
jauh maka jarak bayangan yang diperolah semakin kecil. Dari tabel 1
diatas maka dapat dibuat grafik hubungan pengaruh jarak benda terhadap
jarak bayangan sebagi berikut :

Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar jarak benda yang


ditentukan maka jarak bayangan yang dihasilkan semakin kecil.
VIII. Pembahasan
IX. Simpulan Dan Diskusi
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Petunjuk :

1. Pelajarilah Handout tentang materi “Pemantulan Cahaya pada


Cermin Datar, Cekung dan Cembung” sebelum mengerjakan LKS.
Masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab terhadap
nomor soal yang menjadi bagiannya.
2. Diskusikanlah dan bahaslah bersama dengan temanmu. Jika
menemukan kesulitan dalam mengerjakan LKS, tanyakan kepada
guru tetapi berusahalah semaksimal mungkin terlebih dahulu.

1. Sebutkan sifat-sifat bayangan dari pemantulan cahaya pada cermin datar !

2. Dua buah cermin disusun hingga membentuk sudut 60°.

Tentukan jumlah bayangan benda yang terbentuk oleh susunan cermin tersebut!

3. Sebuah benda berada 200 cm di depan sebuah cermin datar. Tentukan: a) jarak
bayangan b) jarak benda dengan bayangan c) perbesaran bayangan d) sifat
bayangan

4. Letak bayangan yang dibentuk cermin cekung adalah 30 cm di depan cermin.


Apabila jari-jari cermin 20 cm, maka tentukan jarak benda terhadap cermin,
perbesaran bayangan, dan sifat-sifat bayangan!
5. Sebuah cermin cembung memiliki jari-jari kelengkungan 16 cm. Jika jarak
bayangan ke cermin 6 cm dan tingginya 4 cm, maka tentukan jarak benda ke
cermin, perbesaran bayangan, dan tinggi benda!
LATIHAN SOAL

1. Jelaskan cara melukis bayangan pada cermin datar !


2. Sebutkan sifat-sifat bayangan dari pemantulan cahaya pada cermin datar !
3. Jelaskan definisi dari cermin cekung!
4. Letak bayangan yang dibentuk cermin cekung adalah 40 cm di depan
cermin. Apabila jari-jari cermin 30 cm, maka tentukan jarak benda
terhadap cermin!
5. Sebuah bayangan berada 25 cm di belakang cermin cekung yang
mempunyai jari-jari kelengkungan 200 cm. Tentukan perbesarannya!
6. Sebuah benda setinggi 9 cm diletakkan 25 cm di depan sebuah cermin
cembung yang jarak fokusnya 10 cm. Tentukan tinggi bayangan benda!
7. Buktikanlah bahwa sinar yang dipantullkan oleh cermin datar berputar
sebesar sudut 2 θ jika cermin diputar sebesar θ terhadap sumbu tegak lurus
8. Diketahui sebuah cermin cekung dengan jari-jari kelengkungan 50 cm.
a) Carilah dua tempat benda yang oleh cermin diperbsar 4 kali.
b) Dimanakah letak bayangan (dua kemungkinan)?
c) Selidiki apakah bayangan itu?
9. Dua buah cermin cekung (kokaf) M1dan M2 diletakkan berhadap-hadapan
pada jarak 2 m. jari-jari kelengkungan M1= 0,5 m dan jari-jari
kelengkungan M2 = 2 m. sebuah titik cahaya S pada sumbu utama yang
3
menghubungkan M1dan M2 berada m dari titik M1. Tentukan letak
4
bayangan yang dibentuk oleh :
a) Cermin M1
b) Cermin M1dan M2
c) Cermin M1. M2dan M1 lagi.
10. sebuah bola (benda bening) jari-jari R. setengah permukaan bola itu
dilapisi dengan perak (memantulkan cahaya)

n=1
n=1,5
S 0 C
R
2R
11. Cari letak bayangan terakhir yang dibentuk oleh permukaan refraksi dan
refleksi.

n=1

n’=1,5
S 0 C
2R R

Cari letak bayangan terakhir.

11.

n’
n
Y
0 C
S0
R

n=1 ; n’=1,5 ; R=20mm ; S0=80

cari perbesaran 1 linier.


12.

n=1

O1 R1= 10cm n , = 1,5 O2

C1 C2

25cm R2= 20cm

50cm

Tentukan letak bayangan terakhir.


Indikator
1. Mendesripsikan tentang titik api dan titik utama pada lensa.
2. Membedakan lensa tipis,lensa tebal, dan lensa gabungan.
3. Menghitung rumus yang ada pada lensa tipis, lensa tebal dan lensa gabungan.
4. Menentukan jarak focus pada lensa tebal.
5. Menentukan jarak focus pada lensa gabungan.

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian lensa
2. Menjelaskan perbedaan antara lensa tipis,lensa tebal dan lensa gabungan.
3. Menjelaskan titik api dan titik utama pada lensa
4. Menerapkan rumus lensa tipis pada soal yang diberikan
5. Menyebutkan perbedaan lensa tipis,lensa tebal dan lensa gabungan
6. Menjelaskan syarat-syarat untuk lensa gabungan
7. Menerapkan rumus newton untuk lensa diudara pada soal
8. Menjelaskan sinar-sinar utama untuk lensa tebal
9. Menghitung jarak focus pada lensa tebal dan lensa gabungan.

Petunjuk penggunaan
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam menggunakan modul ini,
maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain :
1. Bacalah dengan cermat setiap bagian modul hingga anda memahami setiap
konsep yang disajikan!
2. Pelajari setiap materi yang diberikan , bila perlu garis bawahi hal-hal yang
menurut anda penting.
3. Setelah anda siap membaca setiap aspek dari modul ini , jawablah pertanyaan-
pertanyaan atau soal-soal yang tersedia didalamnya!
4. Kemudian diskusikan jawaban yang dibuat dengan teman untuk mempertajam
jawaban anda!
PETA KONSEP

Titik api dan Lensa tipis


titik utama
lensa

LENSA

Lensa tebal Lensa


gabungan
BAB IV

LENSA

Lensa adalah suatu medium pembias yanag dibatasi oleh dua permukaan lengkung
atau oleh suatu permukaan lengkung dan satu permukaan datar.

Gambar 1

Lensa konveks terdiri dari :

1. Lensa bikonveks (Cembung Ganda)

2. Plankonfeks ( Cembung Datar)

3. Cembung Cekung (konfeks konkaf)

Lensa Konkaf terdiri dari :

4. Bikonkaf (cekung Ganda)

5. Plankonkaf (Cembung Datar)

6. Cekung Cembung (konkaf konveks)

 Lensa Konveks : Lebih tebal di tengah dari pada di tepi.


 Lensa Konkaf : Lebih tebal di tepi dari pada di tengah.
 Ekwikonveks dan ekwikonkaf : Jari –jari kelengkungan kedua permukaan
sama.

A. TITIK API DAN TITIK UTAMA LENSA


1. Titik api pertama

Gambar 2
Titik api pertama : “titik cahaya” pada sumbu utama lens yang oleh ensa
digambarkan di titik jauh tak terhingga.

Bidang api pertama ( bidang focus pertama ) : bidang yang melalui garis tegak
lurus pada sumbu utama lensa di titik api pertama.

2. Titik api kedua

Gambar 3

Titik api kedua : “titik bayangan “ pada sumbu utama lensa yang digambarkan
oleh sinar-sinar datang dari jauh tak terhingga .

Bidang focus kedua : bidang yang melalui garis tegak lurus pada sumbu lensa di
titik api kedua.

3. Titik utama pertama

Gambar 4

D : Deviadi sinar bias terhadap sinar dating.

Titik utama pertama : titik potong garis tegak lurus terhadap sumbu lensa melalui
titik deviasi sinar bias yang sejajar sumbu utama lensa.

Bidang utama pertama : bidang yang melalui garis tegak lurus terhadap sumbu
utama lensa di titik utama pertama.
4. Titik utama kedua

Titik utama kedua : titik potong garis tegak lurus terhadap sumbu lensa melalui
sudut deviasi sinar bias yang melalui titik api kedua.

Gambar 5

Bidang utama kedua : bidang yang melakukan garis tegak lurus terhadap lensa di
titik api kedua.

Gambar 6

F1 : Titik api pertama

H1 : Titik utama pertama

F2 : Titik api kedua

H2 : Titik utama kedua

t : Tebal lensa

jika tebal lensa diabaikan (t=0) maka H1 dan H2 akan berimpit.

Lensa Tipis : Lensavyang kedua titik utama permukaaan lengkungnya berimpit


(tebal lensa dapat diabaikan)

Lensa Tebal : Lensa tebal yang kedua titik utama permukaan lengkungnya tidak
berimpit ( tebal lensa tidak dapat diabaikan).
B. Lensa Tipis
1. Rumus Lensa Tipis (di udara)

Gambar 7

Akan ditinjau hubungan antara f, n dan R.

Untuk permukaan lengkung pertama (kiri) :

n0 n n−n0
+ =
so si R1

1 n n−n 0
+ =
si R1

n
si= R
n−1

Untuk permukaan lengkung kedua (kanan)

S}0 = - {S} rsub {i} rsup {'} = {-n} over {n-1} {R} rsub {1 ¿

n0 n−n0
=
S }} + {n} over {{S} rsub {i} rsup {
0
R2

n−1 1 1−n
- + =
R1 f R2

n−1 n−1 −1
- + =
R1 R2 f

Atau

1 1 1
= ( n−1 ) ( − )
f R1 R 2

Bentuk persamaan ini dinamakan “formula Descartes untuk lensa tipis”


Perhatikan : Dalam menggunakan rumus lensa ti[is ini perjanjiian pada
permukaan lengkung ( pemakaina Formula Gauss) tetap berlaku.

2. Rumus Newton (Di Udara)

Gambar 31

Akan ditinjau hubungan antara f x0 dan x1.


Perhatikan :
ΔODF2 ∞ ΔBCF2

OD : BC = OF2 : DF2

y : - y’= f : xi

Atau :

-y' xi
M=y = f
............................................................ (1)

Perhatikan :

ΔASF1 ∞ ΔEOF1

AS : OE = SF1 : OF

y : -y’ = xo : f
Atau :

-y' f
M = y = xo .............................................................(2)

Dari persamaan (1) dan (2) :

f xi
xo = f

Atau :

f2 = x0

xiNewton untuk lensa di udara.


Bentuk persamaan ini dinamakan rumus

3. Lensa Tipis Diantara Dua Medium Yang Berbeda

Gambar 32

Untuk permukaan lengkung pertama (kiri)


n1 n n- n1
s1
+ s1 ' = R1
.....................................................(1)

Untuk permukaan lengkung kedua (kanan)

n n2 n2 -n
s2 + s 2 ''
= R2

n n2
s2=s1’ s 1+ s ..........................................(2)
2 ''

Persamaan (1) dan (2) dijumlahkan :

n1 n2 n- n1 n2 -n
s1
+ s 2 ''
= R1
+ R2

Atau :
n1 n2 n1 n2
s1
+ s 2 ''
= f1
+ f2

Rumus Newton dalam hal ini :

f 1 f 2 = x1
x2

4. Perbesaran Longitudinal

Perbesaran longitudinal = perbandinganbesar bayangan (kesamping) dengan besar

benda.
Gambar 33

dx i
L= | | dx 0

Dari rumus Newton :

f2 = x0 x1

xi = f2 x0-1

dxi = -f2 x0-2 dx0

dx i f2 f
dx 0
= - x02
= - ( x0 )2

Atau :

dx i
|L| = | | = |M |
dx 0
2

Perbesaran longitudinal = pangkat dua dari perbesaran linier.

C. LENSA TEBAL
1. Sinar – sinar utama untuk lensa tebal

Perhatikan :

a. Jarak fokus diukur dari titik utama.

b. Jarak benda dan jarak bayangan diukur dari vertex.

c. 0 = pusat optik lensa.

d. Formula Gauss dan rumus Newton untuk tiap

permukaan tetap berlaku.

e. Rumus :

1 1 1
f
= ( n – 1 ) ( -
R1 R2

)
Untuk lensa tebal tidak berlaku

Gambar 34

2. Mencari jarak fokus lensa tebal


Gambar 35

Perhatikan :

ΔAGB1 ∞ ΔBEB1

AG : BE = GB1 : EB1

h:h = GB1 : EB1 .................................(1)

Perhatikan :

ΔDH2F2 ∞ ΔBEF2

DH2 : BE = H2F2 : EF2

h : h’ = H2F2 EF2...............................(2)

Dari persamaan (1) dan (2)

Untuk sinar paraxial (tidak jauh dari sumbu lensa).


GB 1=O1 B1=S ' 1

EB 1=O2 B1 =−S ' 1

EF 2 =O2 F 2=S ' 2

Persamaan (3) menjadi : S ' 1 :−S ' 1 = f : S ' 2

S '2
f = S '1 ( )
−S2

(Tanda pada S2 sesuai pada perjanjian pada formula Gauas).

D. LENSA GABUNGAN

Lensa gabungan = lensa yang terdiri dari dua buah lensa atau lebih yang
disusun sedemikian rupa sehingga merupakan sebuah lensa yang baru. Mungkin
yang disusun itu keduanya lensa tipis, mungkin keduanya lensa tebal dan
mungkinsatu lensa tipis dan satu lensa tebal.

Lensa gabungan ini mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

a. Hanya mempunyai satu sumbu utama (sumbu utama masing-masing


berimpit).
b. Hanya satu bidang utama pertama dan satu bidang utama kedua).
c. Hanya satu harga f yang merupakan gabungan dari f lensa- lensa yang
digabung.
d. Formula Gauas dan rumus Newton tetap berlaku.

1. Mencari jarak fokus lensa gabungan :


Lensa gabungan yang terdiri yang terdiri dari lensa – lensa tipis.
Untuk lensa (I) :
1 1 1
SO = + = ....................................................(1)
S1 S ' 1 f 1
S '1 = f 1 S '1 = f 1

Gambar 36

Untuk lensa kedua (II) :


S2=t−S '1=t−f 1

Karena di belakang lensa II

−S2=S ' 1−t


Atau
S2=t−S ' 1
1 1 1
+ =
S 2 S ' 2 f II
1 1 1 1 1
= - = +
S ' 2 f II t−f I f II f I−t
f II ( f I −t)
S ' 2=
f I + f II −t

Jika gabungan kedua lensa tipis ini merupakan sebuah lensa tebal, maka:
S '2
f gas =S ' 1 ( )
−S2
f II ( f I −t ) 1
f gas =f 1 × ×
f I + f II −t f I −t
f I f II
f gas =
f I +f II −t

Atau :
1 1 1
= + -
f gab fI f II

Untuk t = 0 kedua lensa tipis diimpit (dirapatkan),


Maka :
1 1 1
= +
f gab f I f II

Atau : P = P I + P II
P = daya lensa gabungan (dalam meter)

2. Lensa gabungan yang terdiri dari lensa – lensa tebal

Gambar 37

Dengan menggunakan formula Gauss pada setiap permukaan lengkung akan


diperoleh :

S '2 S '3 S 'n


f = S '1 ( )( ) ( )
−S2 −S3
…….
−Sn

Soal – soal :
13. tentukanlah jarak fokus, letak H 1 dan H 2 sebuah lensa tebal yang indeks
biasnya 1,50 ;

R1 = 22 mm ; R2 = 16 mm ; t = 25 mm.

14.

L = lensa tipis ; C = cermin datar

3
R1=R 2; n = ; f = 30cm.
2

Ditanya :

a. Jarak bayangan terakhir dari lensa


b. Sifat – sifat bayangan tersebut.

15. Lensa gabungan terdiri dari lensa positif tipis dengan jarak fokus 20 cm dan
lensa negatif

tipis dengan jarak fokus -20cm, dipasang pada jarak 10 cm.

Ditanya :

a. Jarak fokus lensa gabungan.


b. Letak H 1 dan H 2
16. jarak fokus susunan lensa pada gambar di bawah 10 cm . Sebuah titik cahaya
yang

terletak pada sumbu utama, oleh susunan lensa ini dibentuk bayangannya
pada jarak 7

cm di kanan V 2 . jika titik cahaya tersebut diletakkan di kanan lensa terbentuk


bayangan 8

cm di kiri V 1 .

Ditanya : Tentukan bayagan jika titik – titik cahaya itu diletakkan di kiri V 1 .

EVALUASI

1. Suatu benda diletakkan di depan sebuah lensa cembung yang memiliki


jarak titik fokus 8 cm. Tentukan jarak benda dari lensa jika diinginkan:
a) bayangan yang terbentuk terletak 16 cm di belakang lensa
b) bayangan yang terbentuk terletak 16 cm di depan lensa.

2. Untuk mendapatkan bayangan yang terletak pada jarak 15 cm di belakang


lensa positip yang jarak titik apinya 7,5 cm maka benda harus diletakkan
di depan lensa tersebut pada jarak...

3. Sebuah benda berada 36 cm dari sebuah lensa cembung. Sebuah layar


ditempatkan di belakang lensa cembung yang jarak fokusnya 9 cm.
Bayangan yang dihasilkan nyata dan tepat pada layar. Tentukan jarak
antara lensa dengan layar!
4. Dua buah lensa positif masing-masing memiliki fokus 3 cm dan 6 cm
diletakkan sejauh 20 cm. Sebuah benda diletakkan sejauh 4 cm di depan
lensa pertama. 

Dengan pembiasan cahaya terjadi lebih dahulu pada lensa pertama,


tentukan berturut-turut:
a) Letak bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama.
b) Letak bayangan yang dibentuk oleh lensa kedua. 

5. Sebuah lensa membentuk bayangan nyata dan diperbesar 3 kali dari benda
yang diletakkan di depannya. Jika jarak benda adalah 12 cm, tentukan
jarak titik fokus lensa tersebut!

PEMBAHASAN

1. Data:
f = 8 cm
S =....

a) untuk bayangan yang terbentuk terletak 16 cm di belakang lensa, artinya


bayangannya bersifat nyata, sehingga tanda untuk s ' adalah positif.
s ' = 16 cm
s =.....

Dengan rumus lensa diperoleh jarak bendanya 

b) untuk bayangan yang terbentuk terletak 16 cm di depan lensa, artinya


bayangannya bersifat maya, sehingga tanda untuk s ' adalah negatif s ' = − 16 cm
Dengan rumus lensa diperoleh jarak bendanya 

2. Data:
f = 7,5 cm
s ' = 15 cm
s = .....

Seperti nomor 1 juga:

3. Data:
s = 36 cm
f = 9 cm

Jarak antara lensa dengan layar artinya mencari jarak bayangan atau s '.
S’ =.....
4. a) Letak bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama.
s = 4 cm
f=3
s ' =....

Letak bayangan adalah 12 cm di belakang lensa pertama.

b) Letak bayangan yang dibentuk oleh lensa kedua. Bayangan yang dibentuk oleh
lensa pertama, menjadi benda untuk lensa kedua.

 
Letak benda untuk lensa kedua adalah 20 cm dikurangi 12 cm = 8 cm. Letak
bayangan dengan demikian adalah

 
5. Data:
s = 12 cm
M = 3 kali
s ' = −3 s = −3(12) = − 36 cm (Tanda negatif karena bayangannya maya, 3s karena
tiga kali perbesarannya)

a) jarak titik fokus lensa

b) jari-jari kelengkungan lensa


Jari-jari kelengkungan lensa sebesar adalah 
R = 2f
R = 2(18) = 36 cm
c) kuat lensa dan jenisnya.
P = 100/f
P = 100/18 = 5,56 dioptri

Jenis lensa cembung atau lensa positif 

LEMBAR PERCOBAAN

1. Alat dan bahan


a. lensa cembung
b. bangku optik
c.  mistar
d.  lilin
e.  layar

2. Langkah Percobaan
Untuk mengetahui jarak lensa cembung dan mengetahui sifat-sifat bayangannya,
maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memasang lensa cembung pada bangku optik, dan meletakkan lensa diantara
dua mistar yang disambungkan, sehungga jaraknya seimbang.
2. Memasang layar penangkap bayangan dibelakang lensa cembung, dan mencari
bentuk gambar yang paling jelas dan jatam.
3.  Mengukur antara jarak cahaya dengan lensa, serta jarak antara lensa dengan
bayangan
4. Menulis sifat-sifat banyangan yang dihasilkan.
5. Mengulangi percobaan sebanyak tiga kali dengan jarak lilin yang berbeda-
beda.

3. Hasil Pengamatan
4.
No Percobaan S S’ f Sifat bayangan
ke-

3
PETUNJUK
PENGGUNAAN MODUL

Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai aberasi pada lensa dan
cermin serta untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan modul ini maka peserta didik perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Tujuan pembelajaran, dan peta konsep dari setiap materi yang ada di
dalam modul dengan cermat dan teliti untuk membantu peserta didik
mengetahui setiap materi-materi yang akan dibahas dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di
modul, buatlah catatan-catatan kecil jika diperlukan.
3. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila
mengalami kesulitan mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada
dikelas.
4. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
5. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal tes
yang telah tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan
pembelajaran. Apabila tingkat pemahaman terhadap materi sudah sesuai
dengan kriteria, kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar berikutnya.
Agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan bisa
mencapai hasil yang maksimal, maka pendidik/guru/dosen perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
1. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran pendidik perlu menjelaskan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik agar nantinya peserta didik dapat
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikuasai.
2. Arahkan peserta didik untuk selalu mengikuti rincian kegiatan yang
terdapat di modul.
3. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik pada setiap kegiatan
pembelajaran baik dalam bentuk contoh maupun latihan soal..
4. Lakukan review apabila telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui ketuntasan belajar dan tingkat pemahaman setiap
peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
5. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran berikan tes akhir untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dibahas.

KOMPETENSI DASAR
Menganalisis cara kerja aberasi lensa

INDIKATOR PEMBELAJARAN
1. mendeskripsikan aberasi sferis pada cermin cekung,
2. mendeskripsikan aberasi sferis dan kromatis pada lensa
3. membedakan aberasi sferis dan aberasi kromatis, dan
4. menjelaskan cara mengatasi aberasi sferis dan aberasi kromatis.

PETA KONSEP

ABERASI PADA
LENSA DAN CERMIN
Pengertian Aberasi
Aberasi disebut juga kesesatan atau kecacatan lensa. Aberasi adalah kelainan
bentuk bayangan yang dihasilkan oleh lensa atau cermin. Suatu kesalahan dalam
system optis sehingga bayangan yang terjadi tidak sama dengan bendanya. Pada
lensa atau cermin, kadang-kadang terbentuk bayangan yang tidak dikehendaki.
Misalnya timbulnya jumbai-jumbai berwarna di sekitar bayangan. Hal ini terjadi
jika semua sinar dari sebuah objek titik tidak difokuskan pada sebuah titik
bayangan tunggal,sehingga muncul bayangan yang tidak hanya satu atau
munculnya bayangan buram yang dihasilkan inilah yang disebut aberasi.
Aberasi optik adalah degradasi kinerja suatu sistem optik dari standar
pendekatan paraksialoptika geometris. Degradasi yang terjadi dapat disebabkan
sifat-sifat optik dari cahaya maupun dari sifat-sifat optik sistem kanta sebagai
medium terakhir yang dilalui sinar sebelum mencapai mata pengamatnya.
Jenis- jenis aberasi
1. Aberasi Monokhromatis
Aberasi monokromatik sering juga disebut aberasi tingkat ketiga adalah aberasi
yang terjadi walaupun sistem optik mempunyai lensa dengan bidang speris yang
telah sempurna dan tidak terjadi dispersi cahaya. Muka gelombang sinar yang
datar, setelah melewati kanta akan berinterferensi dengan muka gelombang sinar
di sekitarnya dan menjadi muka gelombang aberasi yang berbentuk speris.
A. Aberasi Sferis
Aberasi sferis adalah gejala kesalahan terbentuknya bayangan yang diakibatkan
pengaruh kelengkungan lensa atau cermin. Aberasi semacam ini akan
menghasilkan bayangan yang tidak memenuhi hukum-hukum pemantulan atau
pembiasan. Pembentukan bayangan pada lensa tipis sejauh ini adalah
pembentukan bayangan oleh sinar-sinar paraksial atau sinar-sinar yang dekat
dengan sumbu utama lensa sehingga bayangan yang terbentuk terkesan sangat
jelas dan tajam. Pada kenyataannya, bayangan yang dibentuk oleh lensa tidak
selalu tajam, bahkan bisa saja terlihat kabur (buram). Cacat bayangan seperti ini
disebabkan oleh berkas sinar yang jauh dari sumbu utama tidak dibiaskan
sebagaimana yang diharapkan. Berkas sinar sejajar yang jauh dari sumbu utama
dibiaskan lensa tidak tepat di fokus utama, tetapi cenderung untuk mendekati
pusat optik (Gambar). Semakin jauh dari sumbu utama, berkas sinar sejajar ini
akan semakin mendekati pusat optik lensa. Cacat inilah yang disebut aberasi
sferis. Aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang
diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari
dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
Aberasi Sferis Disebabkan :
a. Sinar yang sejajar sumbu lensa berjarak cukup jauh dari sumbu tersebut
(sinar-sinar datang nonparaxial = sudut buka sinar datarng lebih besar
10 ° )
b. Tebal lensa tidak sama tiap bagian lensa.
Akibatnya : sinar-sinar bias tidak benar – benar terpusat di satu titik.
1. Aberasi Sfreis pada lensa

Gambar 1. Aberasi sferis pada lensa


Sinar datang makin dipinggir mengalami deviasi yang makin kecil.Titik potong
sinar-sinar bias dengan sumbu lensa makin jauh dari lensa.Pada bidang fokus akan
terbentuk lingkaran -lingkaran yang disebut ‘circles of least confusion’’.
Memperkecil kesalahan :
a. menahan sinar – sinar pinggir dengan memasang diagfragma
b. mengatur letak benda atau permukaan lengkung lensa.
Lihat gambar 2

Gambar 2.

Gambar (a) : Sinar datang hanya satu kali mengalami deviasi


Gambar (b) : Sinar datang mengalami dua kali pembiasan
Gambar (c) : Memakai ‘’lensa aplanatis ‘’ yakni gabungan lensa bikonveks
dengan bikonkaf . gambar 3

Gambar 3.
2. Aberasi sfreis pada cermin
Sinar-sinar pinggir memotong cermin pada titik -titik diantara f dan 0. Titik
titik potong sinar-sinar pantul ini membentuk garis g yang disebut “ garis kaustik

Gambar 4. Aberasi sferis pada cermin

Memperkecil kesalahan :
a. Menahan sinar sinar dipinggir dengan memantulkan diaframa
b. Memasang lensa koraktor di muka cermin

Gambar 5. Lensa korektor schmidt

Gambar 6. Lensa korektor maksuktor

B. Aberasi Koma
Aberasi Koma adalah aberasi yang terjadi saat bayangan suatu objek terproyeksi
keluar dari sumbu utama lensa. Cahaya yang merambat menuju lensa dengan
sudut datang θ (tidak sejajar sumbu utama) akan terproyeksi ke titik fokus yang
berbeda dan membentuk bayangan yang disebut lingkaran kromatik yang
menjauhi sumbu utama lensa (koma positif) dan yang mendekati sumbu utama
lensa (koma negatif). Lingkaran kromatik terbentuk karena perbedaan rasio
perbesaran lensa terhadap panjang gelombang sinar yang merambat melaluinya.
Aberasi koma disebabkan :
a. sinar sinar nin paraxial ( sudut buka lebih besar dari 10°)
b. benda (sumber cahaya ) jauh letaknya dari sumbu utama )

Gambar 7. Aberasi Koma


Memperkecil kesalahan :
a. memasang diafragma
b. mengatur permukaan lengkung lensa
c. mengatur letak benda pada suatu posisi yang tepat

C. Abrasi Astigmatis
Aberasi Astigmatisme adalah kelainan pembentukan bayangan dari suatu benda
titik yang jauh dari sumbu utama. Bayangan dari benda titik tidak berupa titik,
tetapi dapat berupa elips, lingkaran atau garis.Hampir sama dengan abrasi koma,
pada abrasi astigmatis penyebaran bayangannya horizontal bukan vertikal.

Gambar 8. Aberasi Astigmatis


Sehingga bayangan yang terjadi tidak pada suatu bidang datar. memperkecil
kesalahan :
a. Memasang diafragma
b. Mengatur letak benda pada suatu posisi yang tepat

D. Abrasi Distorsi
Abrasi distorsi adalah abrasi yang terjadi akibat pemasangan diafragma pada
abrasi astigmatis. Distorsi atau kelengkungan medan terjadi bila bayangan dari
suatu benda yang datar (pipih) yang jauh dan tidak terletak pada sumbu utama
lensa tampak melengkung. Distorsi dibedakan menjadi dua yaitu distorsi barrel
dan distorsi pincushion.

Gambar 8
Barrel abrasi (abrasi pencekungan terjadi jika diafragma dipasang didepan lensa)

Gambar 9
Distorsi pencembungan terjadi jika diafragma dipasang di belakang lensa.
gambar dibawah ini jika diafragma di pasang di depan dan di belakag lensa

Gambar 10
Gambar 11

2. Abrasi khromatik
Abrasi kromatik terjadi bila berkas sinar polikromatik yang melewati lensa
tidak hanya dibiaskan, tapi juga diuraikan warna-warni seperti warna pelangi.
Setiap warna akan mempunyai titik fokus yang berbeda-beda dimana warna
merah mempunyai fokus paling jauh dan warna ungu mempunyai fokus paling
dekat ke pusat optik.
Aberasi khromatik Disebabkan perbedaan panjang-panjang gelombang
dari sinar cahaya yang digunakan. Akibatnya :
a. Ada perbedaan jarak-jarak bayangan
b. Ada perbedaan ukuran bayangan

Gambar 12. Aberasi Khromatik

Menghilangnya aberasi khoromatik :


Mengusahakan agar titik-titik api masing-masing sinar cahaya berimpitan.
Hal ini dapat diusahakan dengan menggabungkan dua buah lensa atau lebih (lensa
gabungan). Lensa-lensa dirapatkan atau dipasang pada suatu jarak tertentu satu
sama lain.
1. Dua lensa tipis dirapatkan (lensa akhronamatik)
Gambar 1
Untuk lensa bikonveks :
1 1 1
f
= ( n−1 ) − (
R1 R 2 )
Untuk lensa konveks-konkaf :
1 1 1
f '
'
=( n −1 ) ' − '
R 1 R2 ( )
Untuk lensa gabungan :
1 1 1
= +
f g f f'
1 1 1 1 1
fg
=( n−1 ) −
R1 R 2( )
+ ( n' −1 ) ' − '
R 1 R2 ( )
Atau :
1
=( n−1 ) K + ( n ' −1 ) K '
fg
Dimana :

K= ( R1 − R1 )dan K =( R1 − R1 )
1 2
'
'
1
'
2

Akhromatis berarti : fmerah total = fungu total.


Untuk merah :
1 1 1
= +
f mtot f m f 'm
1
=( nm−1 ) K + ( n'm−1 ) K '
f mtot
Untuk ungu :
1 1 1
= +
f utot f u f 'u
1
=( n u−1 ) K + ( n 'u−1 ) K '
f utot
Maka :
( n m−1 ) K + ( n'm−1 ) K ' =( nu−1 ) K + ( n'u−1 ) K '
( n m−1 ) K−( nu−1 ) K=( n'u −1 ) K ' −( n 'm−1 ) K '
−( n u−nm ) K =( n 'u−n'm ) K '
Atau :
' '
K −n u−nm
=
K ' nu −nm
Berarti aberasi khromatis dapat dihilangkan dengan memakai suatu lensa
akhromatis yang jari-jari kelengkungannya dibuat dengan perbandingan tertentu.
Tanda negatif (-) pada persamaan menyatakan bahwa lensa yang digabung
haruslah yang bersifat konveks dengan yang bersifat konkav.
Selanjutnya untuk kuning :
1 1
=( nk −1 ) K → K =
fk f k ( n k −1 )
1 1
'
=( n'k ) K ' → K ' = ' '
fk f k ( nk −1 )
Atau :
f 'k ( n'k −1 ) K
=
f k ( nk −1 ) K '
Atau :
f 'k ( n'k −1 ) −n 'u−n'm
=
f k ( nk −1 ) n u−nm

fk −( n'k −1 ) ( nu−n m )
=
f 'k ( n k −1 ) (n'u −n'm )
fk −( n u−nm ) ( n'k −1 )
=
f 'k ( n k −1 ) (n'u −n'm )
fk 1
'
=−w
f k w'
Atau :
fk −w
'
=
f k w'
W = daya dispersif lensa.

1. Menghilangkan Aberasi khromatis dengan memakai lensa gabungan yang


dipasang sejauh t satu sama lain : t = ..........
I II

Gambar 1

Dalam hal ini harus diusahakan agar harga fp tidak bergantung kepada harga λ.

( dfdλ =0)
g

1 1 1 t
= + −
f ρ f I f II f I f II
1
=( n−1 ) K + ( n' −1 ) K ' −t ( n−1 ) K ( n' −1 ) K '

Untuk n’ dan n :
1
=( n−1 ) F+ ( n−1 ) K ' −t ( n−1 )2 KK '
fg
d 1 dn dn
( )
= ( K−K ' ) −2t KK ' ( n−1 )
dλ f g dλ dλ
Karena :
d 1 dn
dλ f g ( )
=0 dan ≠ 0 , maka

K + K ' −2 t KK ' ( n−1 )=0


2 t KK ' ( n−1 )=K + K '
K +K'
2 t=
KK ' ( n−1 )
K K'
2 t= +
KK ' ( n−1 ) KK ' ( n−1 )
1 1
2 t= '
+
( n−1 ) KK ( n−1 ) K
2 t=f II + f I
Atau :
t=3 ( f I −f II )
Aberasi khromatis dapat dihilangkan dengan memasang dua buah lensa tipis
berjarak seperdua dari jumlah jarak fokus kedua lensa tipis tersebut.
LATIHAN SOAL

1. Lensa gabungan untuk menghilangkan aborasi khromatis dari merah dan


ungu terdiri dari lensa kerona dan lensa flinta
Untuk kerona diketahui :
nm = 1,504
nk = 1,508
nu = 1,513
Untuk flinta :
n1m = 1,613
n1k = 1,620
n1u = 1,632
Lensa korona adalah lensa plankonveks dan lensa flinta adalah lensa
konkafkonveks. Jarak titik api lensa gabungan ini 100 cm. Carilah jari-jari
kelengkungan lensa-lensa yang digunakan !
2. Seberkas sinar yang sampai pada lensa L di pusatkan dititik P. Berapakah
tebal pelat gelas t pada gambar dibah ini agar pemusatan sinar terjadi
dititik P’ ?
3. Suatu prisma gelas flint dengan sudut puncak 50 , disusun dengan prisma
gelas crown dengan sudut puncak P yang merupakan susunan yang
akrometik . Tentukan P dan deviasi raya-rata yang dihasilkanoleh susunan
prisma tersebut. Gunakan tabel dibawah ini:
C D F

Flint 1,6224 1,6272 1,6385

Crown 1,5146 1,5171 1,5233

4. Aberasi mana yang ada pada lensa sederhana yang tidak ada (atau sangat
diperkecil) pada mata manusia ?
5. Aberasi sferis pada lensa tipis diminimalkan jika berkas dibelokka sama
oleh kedua permukaan. Jika lensa planokonveks digunakan untuk
membentuk bayangan nyata benda yang berada pada jarak tak terhingga,
permukaan mana yang harus menghadap benda? Gunakan diagram berkas
untuk menunjukkan sebabnya.
6. Jelaskan mengapa aberasi kromatik terjadi untuk lensa tipis tetapi tidak
untuk cermin !
7. Coba kita lihat aberasi sferis pada situasi khusus. Sebuah lensa
planokonveks dengan indeks bias 1,50 dan radius kelengkungan R= 12,0
cm

8. Cahaya monokrommatik dari suatu sumber bunyi mengenai suatu celah


kembar dan menghasilkan pola interferensi dengan jarak antara dua pola
terdekat 0,25cm letak layar 100 cm dari celah . Jika celah 0,2 mm berapa
panjang gelombang dari cahaya monokromatik tersebut?

9. Dirancang sebuah lensa gabungan untuk menghilangkan efek aberasi


kromatis seperti gambar dibawah ini. Jika lensa cembung-cembung
mempunyai indek bias nbiru = 1,510 dan nmerah = 1,505, sedangkan lensa
cekung–datar mempunyai indeks bias nbiru = 1,630 dan nmerah = 1,615.
Tentukan spesifikasi lensa akromatis tersebut jika diingingkan
mempunnyai titik aapi (jarak fokus) 100 cm !

10. Sebuah lensa cembung-cembung terbuat dari kaca crown mempunyai


radius kurvatur R cm. Jika lensa di udara maka bayangan untuk cahaya
kuning dibentuk pada 30 cm dari lensa. Jika indeks bias cahaya biru dan
merah masing-masing adalah 1,510 dan 1,505 serta jarak pisah linear
antara bayangan merah dan biru adalah 1,5 cm. Berapakah radius kurvatur
R lensa ?

11. Buatlah skema yang menggambarkan gejala aberasi mulai dari jenis, cara
reduksi efek aberasi dan kaitannya dengan cermin dan lensa!

12. Sebuah lensa cembung dari kaca crown mempunyai radius kurvatur 20
cm. Jika lensa di udara maka bayangan untuk cahaya kuning dibentuk
pada 40 cm dari lensa. Jika indeks bias cahaya biru dan merah
masingmasing adalah nB = 1,501 dan nM = 1,509 maka carilah jarak
linear antara bayangan merah dan biru?
13. Sebuah cermin cekung mempunyai radius kurvatur R = 12a cm. Jika tinggi
obyek di depan cermin adalah h = 5a cm berapakah selisih letak bayangan
(x) antara keadaan normal dan karena aberasi?
14. Lensa gabungan untuk menghilangkan aborasi khromatis dari merah dan
ungu terdiri dari lensa kerona dan lensa flinta
Untuk kerona diketahui :
nm = 1,504
nk = 1,508
nu = 1,513
Untuk flinta :
n1m = 1,613
n1k = 1,620
n1u = 1,632
Lensa korona adalah lensa plankonveks dan lensa flinta adalah lensa
konkafkonveks. Jarak titik api lensa gabungan ini 100 cm. Carilah jari-jari
kelengkungan lensa-lensa yang digunakan !

15. Seberkas sinar yang sampai pada lensa L di pusatkan dititik P. Berapakah
tebal pelat gelas t pada gambar dibah ini agar pemusatan sinar terjadi
dititik P’ ?
16. Suatu prisma gelas flint dengan sudut puncak 5 0 , disusun dengan prisma gelas
crown dengan sudut puncak P yang merupakan susunan yang akrometik .
Tentukan P dan deviasi raya-rata yang dihasilkanoleh susunan prisma tersebut.
Gunakan tabel dibawah ini:

C D F

Flint 1,6224 1,6272 1,6385

Crown 1,5146 1,5171 1,5233

17. Aberasi mana yang ada pada lensa sederhana yang tidak ada (atau sangat
diperkecil) pada mata manusia ?

18. Aberasi sferis pada lensa tipis diminimalkan jika berkas dibelokka sama oleh
kedua permukaan. Jika lensa planokonveks digunakan untuk membentuk
bayangan nyata benda yang berada pada jarak tak terhingga, permukaan mana
yang harus menghadap benda? Gunakan diagram berkas untuk menunjukkan
sebabnya.

19. Jelaskan mengapa aberasi kromatik terjadi untuk lensa tipis tetapi tidak untuk
cermin !
20. Coba kita lihat aberasi sferis pada situasi khusus. Sebuah lensa planokonveks
dengan indeks bias 1,50 dan radius kelengkungan R= 12,0 cm

21. Cahaya monokrommatik dari suatu sumber bunyi mengenai suatu celah
kembar dan menghasilkan pola interferensi dengan jarak antara dua pola terdekat
0,25cm letak layar 100 cm dari celah . Jika celah 0,2 mm berapa panjang
gelombang dari cahaya monokromatik tersebut?

22. Dirancang sebuah lensa gabungan untuk menghilangkan efek aberasi kromatis
seperti gambar dibawah ini. Jika lensa cembung-cembung mempunyai indek bias
nbiru = 1,510 dan nmerah = 1,505, sedangkan lensa cekung–datar mempunyai indeks
bias nbiru = 1,630 dan nmerah = 1,615. Tentukan spesifikasi lensa akromatis tersebut
jika diingingkan mempunnyai titik aapi (jarak fokus) 100 cm !
23. Sebuah lensa cembung-cembung terbuat dari kaca crown mempunyai radius
kurvatur R cm. Jika lensa di udara maka bayangan untuk cahaya kuning dibentuk
pada 30 cm dari lensa. Jika indeks bias cahaya biru dan merah masing-masing
adalah 1,510 dan 1,505 serta jarak pisah linear antara bayangan merah dan biru
adalah 1,5 cm. Berapakah radius kurvatur R lensa ?

24.Buatlah skema yang menggambarkan gejala aberasi mulai dari jenis, cara
reduksi efek aberasi dan kaitannya dengan cermin dan lensa!

25. Sebuah lensa cembung dari kaca crown mempunyai radius kurvatur 20 cm.
Jika lensa di udara maka bayangan untuk cahaya kuning dibentuk pada 40 cm dari
lensa. Jika indeks bias cahaya biru dan merah masingmasing adalah nB = 1,501
dan nM = 1,509 maka carilah jarak linear antara bayangan merah dan biru?
26. Sebuah cermin cekung mempunyai radius kurvatur R = 12a cm. Jika tinggi
obyek di depan cermin adalah h = 5a cm berapakah selisih letak bayangan (x)
antara keadaan normal dan karena aberasi?

PETUNJUK
PENGGUNAAN

Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai alat-alat optik pada


mata, loop, mikroskop, dan teleskop serta untuk mencapai hasil yang maksimal
dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul ini maka peserta didik
perlu diperhatikan hal-hal berikut:
11. Pelajari daftar isi, tujuan pembelajaran, dan peta konsep dari setiap materi
yang ada di dalam modul dengan cermat dan teliti untuk membantu peserta
didik mengetahui setiap materi-materi yang akan dibahas dalam kegiatan
pembelajaran.
12. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di modul,
buatlah catatan-catatan kecil jika diperlukan.
13. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila mengalami
kesulitan mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada dikelas.
14. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
15. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal tes
yang telah tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
Apabila tingkat pemahaman terhadap materi sudah sesuai dengan kriteria,
kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar berikutnya.
Agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan bias
mencapai hasil yang maksimal, maka pendidik/guru/dosen perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
11. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran pendidik perlu menjelaskan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik agar nantinya peserta didik dapat
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikuasai.
12. Arahkan peserta didik untuk selalu mengikuti rincian kegiatan yang terdapat
di modul.
13. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik pada setiap kegiatan
pembelajaran baik dalam bentuk contoh maupun latihan soal..
14. Lakukan review apabila telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran untuk
mengetahui ketuntasan belajar dan tingkat pemahaman setiap peserta didik
terhadap materi yang telah dipelajari.
15. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran berikan tes akhir untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dibahas.

KOMPETENSI
DASAR

3.11. Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.

3.12. Menganalisis ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerpakan prinsip


pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa.

INDIKATOR

1. Menjelaskan anatomi mata dan fungsinya dalam pembentukan bayangan pada


mata.
2. Menjelaskan perbedaan pembentukan bayangan pada penderita cacat mata.
3. Menganalisis pembentukan bayangan oleh loop pada mata.
4. Menganalisis perbedaan pembentukan bayangan oleh mikroskop pada
mikroskop.
5. Menganalisis perbedaan pembentukan bayangan oleh mikroskop pada
teleskop.

KOMPETENSI
DASAR
1. Mengidentifikasi berbagai macam cacat mata.
2. Menentukan pembesaran anguler pada loop baik mata tidak berakomodasi
maupun berakomodasi.
3. Menemukan perbesaran anguler pada mikroskop.
4. Menentukan panjang mikroskop.
5. Menentukan perbesaran anguler pada teleskop.

PETA KONSEP

Alat-alat optik
MATA LOOP MIKROSK TELESK
OP
Mata tua Perbesaran Teropong Bintang
Maksimum
Mata cacat Teropong Bumi
Perbesaran
Normal Teropong Prisma
Mata normal
Materi

ALAT-ALAT OPTIK
Alat-alat optik adalah alat-alat yang memakai lensa, cermin atau prisma. Selain
dari mata kita, alat-alat optic digunakan bersamaan dengan mata, bias juga untuk
membantu kita melihat ataupun membutuhkan mata kita untuk menggunakannya.
Beberapa diantaranya akan kita bicarakan :
A. Mata
B. Loop
C. Mikroskop
D. Teleskop
A. Mata
Mata adalah salah satu alat indra yang merupakan alat optic pada manusia. Jarak
titik api lensa mata dapat diubah-ubah sesuai dengan jarak benda yang akan
diamati. Daya mata untuk dapat menyesuaikan jarak titik api lensa mata dengan
jarak benda yang akan diamati disebut “daya akomodasi mata”. Bertindak sebagai
layar yang dapat menangkap bayangan benda adalah bintik kuning” atau retina
yang meneruskan kesan ini melalui urat-urat saraf mata ke pusat susunan saraf
sehingga kita melihat benda itu. Mata berfungsi dengan cara menerima,
memfokuskan, dan mentrasmisikan cahaya melalui lensa mata yang menghasilkan
bayangan objek yang kemudian ditangkap oleh retina mata. Bayangan objek yang
ditangkap retina tersebut kemudian dikirimkan ke otak melalui saraf optic untuk
kemudian di olah menjadi gambar yang mampu kita lihat secara nyata.

Gambar 53
Untuk mengamati suatu benda, lensa mata dapat menyesuaikan kedudukan lensa
mata dalam tiga sikap :
 Sikap tanpa akomodasi
 Sikap dengan akomodasi maksimum
 Sikap dengan akomodasi pada jarak tertentu.
1) Mata normal (mata emetrop)
Mata yang dapat melihat benda dititik jauh tak terhingga tanpa berakomodasi
(mata tanpa berakomodasi = mata relaks). Hal ini berarti juga sinar-sinar sejajar
sumbu mata oleh lensa mata dipusatkan di bintik kuning. Mata normal
mempunyai “titik dekat” sekitar 25-30cm, artinya titik terdekat yang dapat diamati
dengana komodasi maksimum berkisa rantara 25cm sampai 30cm. Dengan
demikian “titik jauh” mata normal berada di titik tak terhingga.
2) Mata Cacat (mata metrop)
 Mata dekat (mata miopi)
Sinar-sinar sejajar sumbu mata oleh lensa mata dipusatkan di muka bintik kuning.
Dalam hal ini titik jauh mata dekat tidak terletak lagi di titik jauh tak terhingga
tetapi pada suatu jarak tertentu Si (Si = -N = titik jauh mata dekat). Sehingga orang
matadekat harus memakai kacamata lensa konkaf dengan :
So = ∞
Si = N
1 1 1 1 −1
= + − = atauf =−N
f so s i f N

 Mata jauh (mata hipermiopi)


Sinar-sinar sejajar sumbu mata oleh lensa mata dipusatkan di belakang bintik
kuning. Dalam hal ini titik dekat mata jauh tidak terletak lagi sekitar 25-30 cm,
tetapi pada suatu jarak yang lebih besar dari 25-30cm. Untuk membaca dengan
jarak normal (25-30cm) orang mata jauh harus memakai kaca mata konveks
dengan :

S0 = N = titik dekat mata normal


Si = −N ' = titik dekat mata jauh
1 1 1
= -
F N N'
1 N ' −N
=
F N N'
Atau :
N N'
f=
N −N '
3) Mata tua (mata presbiopi)
Daya akomodasi lensa mata orang yang sudah tua tidak dapat lagi bekerja sebagai
mana mestinya. Oleh karena itu mata tua harus memakai kaca mata lensa rangkap,
yaitu lensa untuk melihat jauh yang bersifat sebagai lensa pembesar (lensa
konkaf) dan lensa untuk membaca (melihat dekat= lensa konveks).
B. Loop (lensa pembesar biasa = Mikroskop sederhana)
Mata kita tidak dapat mempunyai kemampuan untuk melihat benda-benda yang
sangat kecil dan yang sangat jauh serta tidak mampu merekam suatu peristiwa
untuk waktu yang lama. Karena itu kita memerlukan alat bantu yang disebut alat
optik. Alat-alat optik adalah alat-alat yang terbuat dari lensa atau cermin, atau
lensa cermin. Pada dasarnya prinsip kerja alat optik adalah memperbesar
bayangan benda atau mempertajam bayangan supaya tampak jelas. Sehingga alat
optik banyak menggunakan lensa positif untuk membentuk bayangan benda yang
lebih besar. Lup merupakan alat optik yang menggunakan sebuah lensa positif dan
merupakan alat optik yang paling sederhana. Jika benda objek diletakkan pada
jarak antara titik fokus lensa dengan pusat kelengkungan (s<f), akan terbentuk
bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar. Lup berguna untuk
mengamati benda-benda kecil agar tampak besar dan jelas.
Penggunaan Lup
Mata Tidak Berakomodasi
Menggunakan lup dengan mata tidak berakomodasi, benda yang diamati harus
diletakkan di titik fokus lup tersebut (s = f)
Mata Berakomodasi Maksimum
Untuk mata yang menggunakan lup dengan berakomodasi maksimum, sifat
bayangannya adalah maya, tegak, lebih besar dan terletak pada titik dekat mata.
Sehingga s’ = sn, dengan syarat benda yang diamati harus diletakkan pada jarak
kurang dari jarak titik api lup (s<f).
Benda yang akan diamati benda pada jarak yang sangat dekat (dekat titik api lensa
loop). Bayangan yang diperoleh : maya, diperbesar, tegak

(gambar 54)
N = jarak titik dekat pengamat
∝ = sudut melihat tanpa loop
ᵦ = sudut melihat dengan loop
1. Perbesaran Normal (tanpa akomodasi)
β
γ = : perbesaran sudut (perbesaran anguler)

Atau
tg β
γ=
tg ∝
Atau
N
γ=
f
2. Perbesaran maksimum (akomodasi maksimum) :
Si = - N
1 1 1
= +
f S 0 Si
1 1 1
= -
f S0 N
1 1 1
= +
S0 F N
1 N −f
=
S0 Nf
Si
γ =M ||
S0
N +f
γ =N x
Nf
N
atau :γ =¿ +1 ¿
f

C. Mikroskop
Mikroskop : alat untuk melihat benda jarak dekat. Terdiri dari lensa benda (lensa
objektif) dan lensa mata (lensa okuler). Benda yang akan diamati berada pada
jarak : f ob< so <2 f ob = ruang kedua lensa objektif.

d
Gambar 55.
Pembentukan bayangan lensa mikroskop
d = Panjang mikroskop
d = s'i + sno
atausno =d−s'1
sno = jarak benda untuk lensa okuler

Perbesaran mikroskop
γ mik =γ ob +γ ok
Perbesaran normal (tanpa akomodasi)
n
γ mik = + M ob
f ok
Perbesaran maksimum
( Nf + 1) M
γ mik =
ok
ob

Perbesaran normal suatu alat yang menggunakan dua lensa (lensa ob dan lensa ok)
adalah dalam suatu kedudukan dimana seluruh sinar yang masuk ke lensa objektif,
masuk juga ke semuanya kemata. Berarti ukuran bayangan lensa objektif akibat
pembiasan lensa okuler sesuai dengan ukuran diameter pupil mata (lensa mata).

D = Diameter lensa objektif


d = Diameter bayangan lensa objektif (diameter pupil mata)
Dengan demikian dapat juga ditulis perbesaran normal mikroskop
D
γ m 1 k=
d
atau
D N
γ m 1 k= = x M ob
d f ok
D. Teleskop
Teleskop adalah alat optik untuk melihat benda yang berada pada jarak jauh.
Yang termasuk Teleskop:
1) Teropong Bintang
Terdiri dari lensa objektif dan lensa okuler. Bayangan akhir yang diamati
dengan mata tanpa akomidasi adalah dalam keadaan terbalik.Karenanya teropong
bintang tidak dapat digunakan untuk mengamati benda-benda jauh dipermukaan
bumi.

α =¿sudut melihat tanpa teropong


β=¿ sudut melihat dengan teropong
Perbesaran normal teropong :
β
γ=
α
Atau
tgβ
γ=
tgα

F ob
Atau : Ɣ =
F ok

2) Teropong Bumi :
Terdiri dari lensa objektip, lensa pembalik dan lensa okuler. Lensa pembalik
(lensa konveks ) yang dipasang antara lensa objektip dan lensa okuler berfungsi
hanya untuk menegakkan bayangan terbalik oleh lensa objektip.
Karenannya : Fob = 2 F1P
F ob
Ɣ=
F ok
3) Teropong Prisma
Untuk memperpendek sumbu teropong bumi yang kurang praktis, maka pada
teropong prisma dipasang dua buah prisma siku-siku (prisma pantulan total)
diantara lensa objektip dan lensa okuler.
Fungsi kedua prisma ini :
a. Memperpanjang jalannya sinar sebelum masuk okuler.
b. Membalik bayangan sebelum masuk okuler.
c. Mengubah kembali kiri menjadi kanan pada pemantulan sebelumnnya.
d. Lensa okuler pada alat optik.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinnya aberasi pada alat-alat optik, maka
lensa okuler pada alat-alat optik dibuat dengan sistem lensa gabungan .
Lensa okuler dengam sistem lensa gabungan yang biasa digunakan :
1. Lensa okuler ramsden(okuler positif)
Terdiri dari dua buah lensa plankonveksi dengan jarak fokus yang sama dan
dipasang pada
2
jarak t = f
3
2. Lensa okuler buy gens (okuler negatif).
Terdiri dari dua buah lensa plankonveks dengan jarak fokus yang berbeda dan

1
dipasang pada jarak t = (f - f )
2 I II

ok ok II

Gambar 59

Contoh Soal dan


Pembahasan
1. Berapa pembesaran mikroskop jika lensa okulernya memiliki pembesaran 10x,
dan lensa objektifnya memiliki pembesaran 4x?
a) 14x
b) 24x
c) 40x
d) 44x
Pembahasan:
Jawaban yang benar adalah C.
Pembesaran pada mikroskop merupakan perkalian kedua lensanya, maka:
M = M ob x M ok
M = 10 x 4
M = 40
2. Setelah pengukuran di dokter mata, kamu menderita rabun dekat dan hanya
dapat melihat dengan jelas dari jarak 40 cm dimana normalnya adalah 25 cm.
Berapa kekuatan lensa yang harus kamu pakai agar fungsi mata kembali
normal?
a) 1
b) 1,5
c) 2
d) 2,5
Pembahasan:
S = 25 cm
s’ = -40 cm (tanda negative menunjukkan bayangan bersifat maya di depan lensa).
Untuk menghitung titik fokusnya, kita dapat mencarinya dengan:

,
1,5 f = 100
f = 66,67 cm = 0.667m
Maka, kita dapat mengetahui kekuatan lensa yang dibutuhkan sebesar:

P = 1,5
Jadi, kamu perlu memakai kacamata dengan kekuatan 1,5 (plus 1,5).
Jawaban yang benar adalah B
Cermin Cekung
3. Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h
yang ditempatkan pada jarak lebih kecil dari f (f = jarak focus cermin)
bersifat …

a) maya, tegak, diperkecil


b) maya, tegak, diperbesar
c) nyata, tegak, diperkecil
d) nyataterbalik, diperbesar
e) nyata, terbalik, diperkecil
Pembahasan :
Berikut ini contoh pembentukan bayangan seusia dengan soal di atas. Berdasarkan
gambar ini, sifat bayangan adalah maya, tegak dan diperbesar. Jawaban yang
benar adalah B.
4. Jika benda diletakkan pada pertengahan di antara titik api dan permukaan
cermin cekung, maka bayangan yang terbentuk :
(1) diperbesar dua kali
(2) tegak
(3) mempunyai jarak bayangan = jarak fokus
(4) maya
Pernyataan yang benar adalah …
A. 1, 2 dan 3
B. 1 dan 3
C. 1 dan 4
D. hanya 4
E. semua benar
Pembahasan
Andaikan jarak titik api atau panjang fokus (f) = 20 cm dan jarak benda (s) = 10
cm, seperti gambar di bawah.

a) Jarak bayangan
1/f = 1/s + 1/s’
1/20 = 1/10 + 1/s’
1/20 – 1/10 = 1/s’
1/20 – 2/20 = 1/s’
-1/20 = 1/s’
s’ = -20 cm
Jarak bayangan bertanda negatef artinya bayangan bersifat maya. Bayangan maya
karena tidak dilewati cahaya. Pada gambar ditandai dengan garis putus-putus.
b) Perbesaran bayangan
M = -s’/s = -(-20)/10 = 20/10 = 2 kali
Perbesaran bayangan bertanda positif artinya bayangan tegak. Bayangan
diperbesar 2 kali.
Sifat bayangan berdasarkan gambar dan hasil perhitungan di atas adalah :
1. Diperbesar 2 kali
2. Tegak
3. Jarak bayangan = jarak fokus = 20 cm
4. Bersifat maya
Jawaban yang benar adalah E.

CerminCembung
5. Sebuah cermin cembung ditempatkan di tikungan jalan.Ketika terdapat benda
yang jaraknya 2 m dari cermin, tinggi bayangan yang terbentuk 1/16 kali
tinggi benda. Jarak focus cermin adalah…
A. 2/15 m
B. 2/17 m
C. 5/8 m
D. 15/2 m
E. 17/2 m
Pembahasan
Diketahui :
Jarak benda (s) = 2 meter
Perbesaran bayangan (M) = 1/16 kali
Ditanya : Jarak focus cermin cembung
Jawab :
Terlebih dahulu hitung jarak bayangan (s’) :
Jarak bayangan adalah – 1/8 meter. Tanda negative artinya bayangan tersebut
bersifat maya. Jarak focus cermin cembung (f) :

Tanda negative artinya focus cermin cembung bersifat maya.


Jawaban yang benar adalah A.

6. Bayangan yang terbentuk oleh cermin cembung dan sebuah benda yang
tingginya h yang ditempatkan di depan cermin bersifat …
A. nyata, tegak, diperbesar
B. maya, tegak, diperbesar
C. nyata, tegak, diperkecil
D. nyata, terbalik, diperbesar
E. maya, tegak, diperkecil
Pembahasan

Berdasarkan gambar di samping, sifat bayangan adalah maya, tegak, diperkecil.


Jawaban yang benar adalah E.
Lensa Cembung
5. Dari grafik lensa cembung di atas, perbesaran bayangan pada 1/s = 3 adalah …
A. 1,5 kali

B. 2 kali
C. 3 kali
D. 4 kali
E. 6 kali
Pembahasan
Diketahui :
1/s = 3 cm-1, s = 1/3 cm
1/s’ = 1 cm-1, s’ = 1/1 cm = 1 cm
Ditanya : Perbesaran bayangan (M)
Jawab :
Perbesaran bayangan :
M = s’ : s
M = 1 cm : 1/3 cm
M = 1 cm x 3/1 cm
M = 3 kali
Jawaban yang benar adalah C.

Lensa Cekung
7. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan pada sebuah lensa cekung. Pada lensa
berkas cahaya tersebut mengalami…
A. pembiasan sehingga sinar menyebar
B. pemantulan sehingga sinar menyebar
C. pembiasan sehingga sinar mengumpul
D. pemantulan sehingga sinar mengumpul
E. pembiasan tetapi sinarnya tetap sejajar
Pembahasan

Cermin dapat memantulkan cahaya sedangkan lensa dapat membiaskan cahaya.


Lensa cekung bersifat menyebarkan cahaya sehingga disebut juga sebagai lensa
divergen.
Jawaban yang benar adalah A.

Loop
8. Sebuah lensa berjarak fokus 5 cm digunakan sebagai loop. Jika mata normal
menggunakan loop tersebut dengan berakomodas imaksimum, maka
perbesaran anguler loop adalah …
A. 3 kali
B. 4 kali
C. 5 kali
D. 6 kali
E. 8 kali
Pembahasan
Diketahui :
Panjang focus lensa (f) = 5 cm
Titik dekat mata normal (N) = 25 cm
Ditanya : Perbesaran anguler loop
Jawab :
Jika mata berakomodasi maksimum maka jarak bayangan yang dihasilkan oleh
loop sama dengan titik dekat mata normal. Rumus perbesaran sudut loop ketika
mata berakomodasi maksimum :
Jawaban yang benar adalah D.

Cacat Mata
9. Seseorang bermata hipermetropi supaya dapat melihat dengan normal harus
menggunakan kacamata yang kuat lensanya +2 dioptri. Maka jarak terdekat
yang dapat dilihat orang tersebut tanpa kacamata adalah …
A. 2,5 cm
B. 15 cm
C. 50 cm
D. 60 cm
E. 100 cm
Pembahasan
Diketahui :
Kuat lensa (P) = +2 dioptri
Ditanya : Jarak terdekat yang dapat dilihat orang tersebut tanpa kacamata
Jawab :
Lensa cekung atau cembung ?
Kekuatan lensa bertanda positif karenany alensa yang digunakan adalah lensa
positif alias lensa cembung alias lensa konvergen. Berapa panjang focus lensa
tersebut ?
P = 1/f
2 = 1/f
f = 1/ 2 = 0,5 meter = 50 cm
Panjang focus lensa cembung adalah 50 cm.
Rabun jauh atau rabun dekat ?
Jika lensa yang digunakan adalah lensa cembung maka rabun dekat.Berapa jarak
terdekat yang dapat dilihat oleh mata tanpa kacamata ?
Titik dekat mata normal adalah 25 cm. Agar mata dapat melihat benda pada jarak
25 cm sebagaimana mata normal, lensa harus membentuk bayangan pada jarak x
cm di depan lensa. Bayangan berada di depan lensa cembung sehingga bayangan
tegak dan maya. Bayangan bersifat maya karenanya jarak bayangan (s’) bertanda
negatif.
-1/s’ = 1/f – 1/s
-1/s’ = 1/50 – 1/25 = 1/50-2/50 = -1/50
-s’ = -50/1 = -50 cm = -0,50 meter
s’ = 50 cm = 0,5 meter
Jarak terdekat yang dapat dilihat oleh mata penderita rabun dekat adalah 50 cm.
Jarak terdekat untuk mata normal adalah 25 cm.
Jawaban yang benar adalah C.
Kacamata
10. Seorang penderita presbiopi memiliki titik dekat 50 cm, hendak membaca
pada jarak baca normal, maka ia memerlukan kacamata berkekuatan …
A. -2 dioptri
B. -1/2 dioptri
C. + 1/2 dioptri
D. +2 dioptri
E. +4 dioptri
Pembahasan :
Titik dekat mata normal adalah 25 cm dan penderita memiliki titik dekat 50 cm.
Jadi orang itu sulit melihat titik dekat alias rabun dekat. Rabun dekat dapat diatas
menggunakan lensa cembung, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah.
Agar benda yang diamati berjarak 25 cm di depan mata, lensa harus membentuk
bayangan pada jarak 50 cm di depan mata dan lensa. Bayangan harus berada di
depan mata agar bias dilihat sehingga bayangan tegak dan bersifat maya.
Diketahui :
Jarak benda (s) = 25 cm
Jarak bayangan (s’) = -50 cm (negative karena bersifat maya)
Ditanya :Panjang fokus (f) kacamata dan kekuatan lensa (P)
Jawab :
1/f = 1/s + 1/s’
1/f = 1/25 + 1/-50
1/f = 2/50 – 1/50
1/f = 1/50
f = 50/1 = 50 cm = 0,5 meter
Panjang focus bertanda positif artinya lensa yang digunakan adalah lensa
cembung.
P = 1/f = 1/0,5 = +2 Dioptri
Kekuatan atau daya lensa adalah +2 D. Tanda positif artinya lensa yang
digunakan adalah lensa cembung.
Jawaban yang benar adalah D

Latihan Soal
1. Lensa okuler dan lensa objektif sebuah teropong bintang yaitu 50 cm & 120
cm tentukanlah :
a) Panjang teropong
b) Perbesaran total teropong
2. Perbesaran teleskop dengan mata tak berakomodasi adalah 35 kali dan jarak
focus objektifnya 60 cm, tentukan :
a) Jarak focus lensa okuler
b) Panjang teleskop
3. Sebuah teleskop bumi dengan mata tak berakomodasi mempunyai lensa
objektif dengan panjang fokus 46 cm, lensa okuler dengan panjang fokus 10
cm, dan lensa pembalik dengan fokus 4 cm. Tentukan;
a) Perbesaran bayangan
b) Panjang teleskop
4. Dengan tak berakomodasi jarak lensa mata ke retina adalah 1,5 cm, berapa
kuat tersebut?
5. Sebuah jeruk terletak 15 cm didepan cermin cekung tinggi benda 3 cm titik
focus cermin cekung 10 cm. Hitunglah:
a) Jarak bayangan
b) Perbesaran bayangan
c) Tinggi bayangan
6. Dengan mata berakomodasi maksimum sebuah loop mempunyai panjang
fokus 8 cm. Berapa perbesaran bayangan?
7. Sebuah loop berkekuatan 28D. Berapa jarak focus loop?
8. Sebuah pensil terletak 10 cm didepan cermin cembung tinggibenda 15 cm,
titik focus cekung 22 cm. Hitunglah:
a) Jarak bayangan
b) Perbesaran bayangan
c) Tinggi bayangan
9. Sebuah telur terletak 20 cm didepan lensa bikonveks dengan jari-jari
kelengkungan 10cm jika tinggi benda 5 cm. Tentukan:
a) Perbesaran
b) Tinggi bayangan
10.  Sebuah batu terletak 15 cm didepan bikonkaf dengan jari-jari kelengkungan
8 cm jika tinggi benda 4 cm. Tentukan:
a) Perbesaran
b) Tinggi bayangan
11. Mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum jika benda diletakan 15
cm di depan lensa objektif dengan titik focus objektif 13 cm, titik focus
okuler 20 cm dan panjang teropong 35 cm tentukan:
a) Perbesaran lensa objektif
b) Perbesaran lensa okuler
c) perbesaran total
12. Sebuah teleskop menghasilkan perbesaran 36 kali dan jarak fokus 85 cm
tentukan panjang teleskop!
13. Teleskop mempunyai perbesaran 15 kali, jarak focus objektif 36 cm, tentukan
panjang teleskop!
14. Dengan mata berakomodasi maksimum loop mempunyai jarak fokus 7 cm,
berapa perbesaran loop?
15. Sebuah teropong memiliki perbesaran 19 kali, jarak focus lensa objektif
37cm. Berapa panjang teropong?
16. Kekuatan lensa objektif dan okuler adalah 90D dan 30D perbesaran total 45
kali. Berapa perbesaran lensa okuler?
17. Sebuah teleskop mempunyai jarak focus lensa objektif 35 cm dan jarak focus
lensa okuler 40 cm. Berapa panjang teleskop?
18. Sebuah teleskop mempunyai focus lensa objektif 16 cm dan focus lensa
okuler 8 cm. Berapa perbesaran teleskop?
19. Doni tidak dapat melihat dengan jelas dengan jarak 5 m atau lebih. Berapa
kekuatan kacamata yang harus di pakai Doni?
20. Sebuah loop berkekuatan 15D dengan mata tak berakomodasi. Tentukan
perbesaran loop!
21. Lensa okuler suatu alat optik terdiri dari 2 lensa konvergen yang identik
dengan jarak fokus 5cm dipasang pada jarak 2,5 cm satu sama lain. Tentukan
letak titik api dari susunan!
22. Lensa objektif suatu mikroskop mempunyai jarak titik api 4 mm. Bayangan
benda yang dibentuk lensa objektif ini berada 180 mm dari titik api ke dua
lensa tersebut. Jarak titik api lensa okulernya 31,25 mm. Berapakah
perbesaran mikroskop?
23. Diameter bulan 3,5 ×103 km dan jaraknya dari bumi 3,8 ×105 km. Berapakah
diameter bayangan bulan jika diamati dengan sebuah teleskop yang jarak titik
api lensa objektifnya 4 m dan lensa okulernya 10 cm?

DAFTAR PUSTAKA

Adine, Icca Tem. 2007. Prinsip Fermat Makalah. Diakses pada laman
https://kupdf.net/download/prinsip-fermat-
makalah_58beb517e12e89dc58add376_pdf pada tanggal 21 Januari 2019
Egon. 2017. Pemantulan Pada Cermin Datar. Diakses pada laman
http://diskusibersamabangegon.blogspot.comz pada tanggal 19 januari
2019
Egon. 2017. Pembiasan pada Bidang Batas Udara ke Air. Diakses pada laman
http://diskusibersamabangegon.blogspot.comz diakses pada tanggal 19
januari 2019
Frederick J.Bueche.1989. Theory and problem of college Physics 8th
edition/Frederick Bueche Schaum Series. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, Douglas. C. 2014. Fisika Prinsip dan Aplikasi jilid 2. Indonesia:
Erlangga
Halliday, David. 1984. Fisika Edisi ke 3 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Kanginan, Marthen. 1996. Fisika SMA kelas X Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Purwoko.2007.Fisika.Jakarta:Ghalia Indonesia.

Resnick, Halliday.1984. Fisika Jilid 1(Taerjemahan). Jakarta: Erlangga.

Weston, Francis dkk.1972.Fisika Untuk Universitas Jilid III. Jakarta :

Binatjipa.

Sarojo,G.2011.Gelombang dan Optika.Jakarta:Salemba Teknika.

Suwana, Iwan Pertama. 2010. Optik 1984. Jakarta: Duta Grafika Bogor.
Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2016. Panduan Praktikum Fisika Dasar II.
Indralaya: Universitas Sriwijaya
Weston, Francis dkk.1972.Fisika Untuk Universitas Jilid III. Jakarta : Binatjipa.

Anda mungkin juga menyukai