Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan modul ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
modul ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan modul ini sebagai tugas dari mata
kuliah Optik dengan judul “Pembiasan dan Pemantulan Pada Bidang Datar
dan Asas Fermat".
Tidak lupa dalam menyusun modul ini penulis tidak luput dari kekurangan
maka dari itu, diharapakan para pembaca dapat serta memberikan saran
untuk modul ini, supaya modul ini nantinya dapat menjadi modul yang lebih
baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada modul ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen Pembimbing Mata Kuliah Optik dan teman-teman satu tim
penyusunan yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah
membimbing kami dalam menyusun modul ini.
Demikian, semoga modul ini semoga dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iv
Petunjuk Penggunaan Modul 1
Kompetensi Dasar 2
Indikator 2
Tujuan 2
Peta Konsep 2
Pemantulan Cahaya dan Pembiasan Cahaya 3
Pemantulan Cahaya3
Hukum Pemantulan Cahaya3
Dua Macam Pemantulan Cahaya Pada Benda Tidak Tembus Cahaya 4
Pemantulan Cahaya Sempurna 5
Pemantulan pada Cermin Datar 5
Pembiasan Cahaya 6
Hukum Snellius : 6
Asas Fermat Pada Pembiasan Cahaya 9
Eksperimen10
Diskusi 12
Contoh Soal dan Pembahasan 12
Rangkuman 14
Soal 15
Pembahasan 17
Daftar Pustaka 27
Gambar 1.Pemanantulan Cahaya pada cermin
datar................................................................3
Gambar 2. Percobaan Pemantulan Cahaya 3
Gambar 3. Pemantulan Cahaya Teratur 4
Gambar 4. Pemantulan Cahaya Baur 5
Gambar 5. Pemantulan Cahaya Sempurna 5
Gambar 6.Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar 6
Gambar 7. Percobaan Hukum Snellius 6
Gambar 8. Rambatan cahaya asas fermat 7
Gambar 9. Diagram indeks bias terhadap panjang lintasan 7
Gambar 10. Pemantulan cahaya 8
Gambar 11. Pembiasan cahaya 9
Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai pemantulan dan
pembiasan pada permukaan datar yang meliputi asas fermat dan kalkulus
serta untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan modul ini maka peserta didik perlu diperhatikan hal-
hal berikut:
1. Pelajari daftar isi, tujuan pembelajaran, dan peta konsep dari setiap
materi yang ada di dalam modul dengan cermat dan teliti untuk
membantu peserta didik mengetahui setiap materi-materi yang akan
dibahas dalam kegiatan pembelajaran.
2. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di
modul, buatlah catatan-catatan kecil jika diperlukan.
3. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila
mengalami kesulitan mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada
dikelas.
4. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
5. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal
tes yang telah tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan
pembelajaran. Apabila tingkat pemahaman terhadap materi sudah sesuai
dengan kriteria, kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar berikutnya.
Agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan
bisa mencapai hasil yang maksimal, maka pendidik/guru/dosen perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran pendidik perlu menjelaskan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik agar nantinya peserta didik
dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikuasai.
2. Arahkan peserta didik untuk selalu mengikuti rincian kegiatan yang
terdapat di modul.
3. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik pada setiap
kegiatan pembelajaran baik dalam bentuk contoh maupun latihan soal..
4. Lakukan review apabila telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui ketuntasan belajar dan tingkat pemahaman setiap
peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
5. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran berikan tes akhir untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dibahas.
3.11Menganalisi cara kerja optik menggunakan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya oleh cermin datar
Pemantulan Cahaya
Pemantutulan (refleksi) adalah beloknya cahaya karena mengenai
sebuahpermukaan. Peristiwa pemantulan merupakan salah satu sifat dari
cahaya. Cahaya merambat lurus akan memantul jika mengenai semua
permukaan benda tanpa terkecuali. Pemantulan terbagi menjadi dua jenis,
yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur (difus). Sudut antar sinar
datang dengan garis normal (garis tegak lurus permukaan) disebut sudut
datang, bidang yang dibatasi oleh dua garis ini disebut sudut datang. Sinar
ynag dipantulkan terletak di dalam bidnag datang tersebut dan membentuk
sudut dengan garis normal yang sam adengan sudut datang. Hasil ini di
kenal dengan hukum pemantulan. Hukum berlaku untuk semua jenis
gelombang (tipler,2001:442)
Hukum Pemantulan Cahaya
Cermin datar memantulkan cahaya yang datang padanya. Pada gambar
diabawah adalah gambar pemantulan sinar oleh cermin datar.
Gambar 1. Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar
Sinar dari kotak cahaya yang ditutup dengan celah tunggal diarahkan ke
cermin datar, sinar mengalami pemantulan seperti gambar di atas. Dengan
melakukan kegiatan menggunakan kotak cahaya, cermin datar dan busur
derajat didapat data sebagai berikut.
Selain itu ternyata sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada
satu bidang datar. Bunyi Hukum Pemantulan :
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu
bidangdatar.
2. Sudut datang, sama besar dengan sudutpantul.
Dua Macam Pemantulan Cahaya Pada Benda Tidak Tembus Cahaya
a) Pemantulan Cahaya Teratur
Mengapa ada benda yang jika disinari tampak menyilaukan dan ada yang
tidak? Apabila benda- benda seperti cermin datar, perak datar, air yang
tenang disinari dengan sinar matahari, maka sinar-sinar dipantulkan dalam
arah yang sama sehingga tampak berkilauan. Pemantulan demikian
dinamakan pemantulanteratur.
∠CON = sudut batas = sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar
90o
PadagambardiatasmatamelihatlampulistrWikberadadiX,sebabsinar-
sinaryang datang ke mata berasal dari X. Tentu saja ini tidak benar. Sinar-
sinar matayang berasaldariXsebenarnyamerupakansinar-
sinaryangdipancarkanolehlampu listrik ke permukaan cermin datar di
depannya. Oleh cermin datar sinar-sinar ini
dipantulkankematasehinggaterkesanbagimataseolah-olahsinar-sinartersebut
datang dari X. Jadi yang dilihat oleh mata adalah bayangan lampu listrik di
X,
bukanlampulistrikyangsebenarnya.Bayangansepertiinidisebutbayanganmay
a.
Bayangan maya dapat dilihat oleh mata, namun tidak dapat ditangkap layar.
Kebalikandaribayanganmayaadalahbayangannyataataubayangansejati.
Pembiasan Cahaya
Peristiwa pembiasan merupakan pembelokan cahaya yang melewati dua
medium berbeda. Seorang ilmuwan bernama Willebrord Snellius (1591 –
1626) telah mengamati peristiwa ini dan merumuskan hukum . Berikut ini
hukum pembiasan atau hukum Snellius yang diperoleh dari percobaannya :
Gambar 7. Percobaan Hukum Snellius
Hukum Snellius :
a. Sinar datang, sinar pantul terletak pada suatu titik bidang yang sama
b. Sudut datang sama dengan sudut pantul
Untuk membuktikan hukum Snellius ini dapat kita buktikan melalui azas
Fermat. Azas Fermat berbunyi “Cahaya merambat dari suatu titik ke titik
yang lain dengan melalui jalan (lintasan) yang waktunya sangat singkat”
k
|d|=∑ ni di
i=1
(1)
Gambar 10. Pemantulan cahaya
Asas Fermat membuktikan :
t AB=minimum ( singkat )
P = minimum (pendek)
E
s AO +OB
t AB= =
v v
a
cos α =
AO
AO = a cos−1 α
OB = bcos−1 β
1
∴ t= (a cos−1 α + b cos−1 β)
v
1
dt = (a tanα secα dα + b tan β sec β dβ)
v
karena waktunya minimum artinya dt = 0sehingga didapat :
(2) a tan α sec α dα + b tan β sec β dβ = 0
selanjutnya
x
tan α = x = a tan α
a
(P - x) = b tan β
P = a tan α + b tan β
dP = a sec 2 α dα + b sec 2 β dβ
dP = minimum
(3)
a sec 2 α dα + b sec 2 β dβ = 0
tan α tan β
=
sec α sec β
sin α = sin β
n2 >n 1
Gambar 11. Pembiasan cahaya
Panjang lintasan |d|=n1 s AO +n2 s OB
t AOB=minimum (¿ 0)
s AOB=minimum(¿ 0)
1
s AO =( a2 + x 2 ) 2
1
sOB =( b2 +( p−x)2 ) 2
1 1
∴|d|=n1 [( a2 + x 2 ) 2 ]+n2 [ ( b 2+( p−x )2 ) 2 ]
−1 −1
¿ d∨ ¿ ¿ = 1 n ( a2 + x 2 ) 2 2x + 1 n ( b2 +( p−x )2 ) 2 2(p-x) -1
dx 2 1 2 2
¿
d minimum (¿ d∨ dx ¿ =0)
n1 x n2 ( p−x)
−
0= 1 1
2 2 2 2 2 2
(a + x ) ( b +( p−x) )
n1 x n2 (p−x )
1 = 1
2 2 2 2 2 2
(a + x ) ( b +( p−x) )
n1 sin ∝ = n2 sin β
AB= AB
d t
=
cos r sin(i−r )
d
× sin ( i−r )=t
cos r
d sin (i−r )
=t
cos r
∆ S=s 0 ( tantanir −1 )
n2
∆ S=s 0 ( )
n1
−1
r 1=sin−1 ( 14 )
r 1=14,48 °
Kemudian untuk besar pergeseran sinar dengan persamaan berikut.
d sin(i 1−r 1)
t=
cos r 1
( 4 ) sin (30° −14,48 °)
t=
cos 14,48°
( 4 ) sin (15,52° )
t=
cos 14,48 °
( 4 ) (0,268)
t=
0,968
1,072
t=
0,968
t=1,11cm
Jadi, pergeseran sinar tersebut adalah 1,11 cm.
Gambar 5.1 gelas yang berisi air Gambar 5.2 orang yang berdiri
di air
Jadi, sudut deviasi yang dialami cahaya ketika melewati prisma kaca tersebut
sebesar:
δ =i 1 +r 2−β
δ =30 ° +78,5 °−60 °
δ =48,5°
Seberkas cahaya datang dari udara menuju bidang permukaan prisma akan
dibiaskan mendekati garis normal. Kemudian, ketika cahaya meninggalkan prisma
menuju udara, cahaya tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Setelah
melewati bidang prisma, cahaya tersebut mengalami deviasi (penyimpangan).
Besarnya penyimpangan tersebut dinyatakan dalam sudut deviasi yang
disimbolkan dengan δ (baca: delta). Besarnya sudut deviasi yang dialami cahaya
dapat ditentukan dengan cara berikut.
Jika suatu berkas sinar PQ datang pada salah satu sisi prisma yang sudut
pembiasnya β, maka oleh prisma sinar ini dibiaskan mendekati garis normal
menjadi sinar QR, kemudian sinar keluar lagi dari sisi prisma yang lain menjadi
sinar RS dibiaskan menjauhi garis normal. Dari lukisan jalannya sinar di atas,
ternyata sinar datang PQ dengan sinar keluar RS, perpotongan perpanjangan
kedua sinar tersebut membentuk sudut yang disebut sudut deviasi.
Berdasarkan lukisan di atas, kita dapat menurunkan rumus untuk
menghitung besar sudut pembias prisma (β) dan sudut deviasi (δ). Caranya adalah
sebagai berikut.
Menentukan Rumus Sudut Pembias Prisma
Perhatikan ∆QRT.
∠TRQ = r2 – i2 dan ∠TQR = i1 – r1
∠QTR = 180° − ∠TQR − ∠TRQ
Perhatikan ∆BQR.
∠BQR = 90° − r1
∠BRQ = 90° − i2
∠QBR = 180° − ∠BQR − ∠BRQ
⇒ ∠QBR = 180° − (90° − r1) – (90° − i2)
⇒ ∠QBR = 180° − (90° − r1) – (90° − i2)
⇒ ∠QBR = r1 + i2
Karena ∠QBR = β, maka rumus untuk menentukan besar sudut pembias prisma
adalah sebagai berikut.
β = r1 + i2
Keterangan:
β = sudut pembias prisma
r1 = sudut bias dari sinar masuk
i2 = sudut datang sinar keluar
1
= i2 + r1 = 2r atau r = β dengan demikian besarnya sudut deviasi minimum dapat
2
dinyatakan:
dengan :
n1 = indeks bias medium di sekitar prisma
n2 = indeks bias prisma
sin ( 12 β + D )=( 12 β+ D )
m m
1 1
sin β= β
2 2
Sehingga besarnya sudut deviasi minimumnya dapat dinyatakan :
n 2 β−n 1 β n2
Dm =
n1
= −1 β
n1 ( )
Apabila medium di sekitar prisma berupa udara maka n1 = 1 dan indeks bias
prisma dinyatakan dengan n, maka berlaku :
Dm = (n – 1) β
4
108 m/s dan indeks bias air , maka tentukanlah cepat rambat cahaya di air!
3
Penyelesaian:
Diketahui:
c = 3 × 108 m/s
4
nair =
3
Ditanyakan: vair = ...?
Jawab:
c
n air =
v air
Maka cepat rambat cahaya di air dirumuskan sebagai berikut.
c
v air =
n air
3 ×108 m/ s
v air =
4
3
v air =2,25× 108 m/s
Jadi, cepat rambat cahaya di dalam air adalah 2,25 × 108 m/s.
1. Alat dan Bahan
- Meja optik ( 1 )
- Kotak cahaya ( 1 )
- Cermin datar ( 1 )
- Cermin cembung ( 1 )
- Busur derajat ( 1 )
- Rhombus ( 1 )
- Diafragma ( 1 )
- Celah Tunggal ( 1 )
- Velas 5 ( 1 )
- Mistar ( 1 )
- Akat Tulis
Menulis(Secukupnya)
2. Identifikasi Operasional Variable
Kegiatan 1. Jarak focus cekung dan cembung
jarak focus cermin cembung ( cm)
jarak focus cermin cekung (cm)
Kegiatan 2. Sinar sinar istimewa, Sifat sinar yang di dapat
Kegiatan 3. Pembentukan bayangan pada cermin datar
Kegiatan 4. Pembiasan pada rhombus
Sudut datang (°)
Sudut bias (°)
Kegiatan 5. Pemantulan sempurna
Sudut kritis(°)
Nb: sudur kritis adalah sudut yang di bentuk dari sinar datang yang
mengenai salah satu sisi rhombus di mana sudut datangnya ini di
ukur terhadap garis normal menggunankan busur derajat dengan
satuan (°) yang simbolkan dengan teta.
3. Prosedur Kerja
Kegiatan 1
Memasang secara berturut turut sumber cahaya, lensa positif,
dan diafgragma pada rel optic, kemudian menempatkan meja
optic tepat didepan dia fragma.
Memasang celas 5 pada diafragma
Menyalakan sumber cahaya, dan mengatur posisi lensa positif
agar diperoleh garis –garis yang sejajar
Meletakan kertas kerja dan cermin cekung di atas meja optic
tepat tegak lurus terhadap arah datang cahaya
Membuat garis do sepanjang permukaan cermin dan
mengamati pola pemantulan cahaya dari cermin
Memberikan tanda titik pada cahaya yang datang pada
cermin. Setiap garis minimal dua titik kemudian
menghubungkan titik-titik tersebut.
Mengukur besar jarak focus cekung.
Dengan cara yang sama, mengulangi kegiatan dengan
menggunakan cermin cekung.
Kegiatan 2
Mengganti celah pada diafragma dengan celah tunggal
Membuat gambar cermin cekung, sumbu utama , dan titik
fokuspada kertas kosong
mengarahkan sinar dari celah ke cermin sesuai engan cermin
istimewa pada cermin. Kemudian melukis gambar tersebut
Dengan cara yang sama, mengulangi kegiatan dengan
menggunakan cermin cembung
Kegiatan 3
mengganti cermin cembung dengan cermin datar
menggambar permukaan cermin datar dan tegak lurus dengan
arah datangnya cahaya. Menempatkan cermin tersebut sehingga
tepat pada garis yang telah di buat.
Membuat objek garis di depan cermin datar
Mengarahkan sinar dari celah tunggal ke objek dan gambar
bayangan yang terbentuk
Menentukan sifat bayangan terbentuknya cermin datar
Kegiatan 4
Mengganti cermin yang digunakan pada kegiatan 3 dengan
rhombus
Menggambarkan rhombus dengan membuat garis pada setiap
permukaanya
Mengarahkan sinar pada salah satu sisi rhombus yang tegak
lurus. Memberikan tanda titik tepat pada sinar
Menghubungkan titik titik yang telah dibuat
Membuat garis normal pada setiap batas bidang medium, dan
mengukur sudut datang dan sudut bias pada masing-masing
bidang telah dibuat
Mengulangi kegiatan yang sama dengan arah sinar yang berbeda-
beda( sudut datang yang berbeda).
Kegiatan 5
Meletakan rhombus di atas meja optic
Memutar rhombus searah jarum jam sampai titik ada lagi sinar
bias keluar dari sisi rhombus atau cahaya menghilang
Menggambarkan rhombus dengan mengikuti sisi-sisinya
Mengukur besar sudut datang pada bidang batas permukaan.
Sudut datng merupakan sudut kritis.
4. Hasil Pengamatan
5. Analisis Data
6. Pembahasan
7. Simpulan Dan Diskusi
A. Kegiatan Diskusi
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
memahami materi optik mengenai pemantulan dan pembiasan pada bidang datar
melalui diskusi antara sesama mahasiswa.
1. Gambarkanlah bagaimana jadinya lingkungan di sekitar kita jika semua
objek menyerap total cahaya. Sambil duduk-duduk dalam ruangan,
daptkah kita melihat sesuatu? Jika ada orang yang masuk ke dalam
ruangan tersebut dapatkah kita melihatnya?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Lampu jalan, jika dilihat melalui refleksi oleh genangan air yang beriak,
namun lebih panjang. Jelaskan!
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
3. Dapatkah (a) peristiwa refleksi dan (b) peristiwa refraksi digunakan untuk
menentukan panjang gelombang cahaya?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Dalam peristiwa refleksi dan refraksi, mengapa sinar refleksi dan refraksi
terletak pada bidang yang dibentuk oleh sinar datang dan normal
permukaan? Dapatkah anda mencari kekecualian?
Jawab:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
B. Kegiatan Eksperimen
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
bekerjasama dan memahami materi optik mengenai pemantulan dan pembiasan
pada bidang datar .
1. Pemantulan pada Cermin Datar
Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami dan menyelidiki bayangan benda dan hubungan
anatara jarak benda dan jarak bayangan pada cermin datar.
Peralatan dan Bahan
Nama Alat Jumlah
Kotak cahaya 1
Diafragma 1 dan 3 celah 1
Cermin kombinasi 1
Catu Daya 1
Kabel Penghubung 2
Pensil 1
Kertas A3 1
Teori Dasar
Cermin datar yaitu cermin yang memiliki bidang pemantul datar dan licin
yang dilapisi bahan mengkilap berupa amalgam (campuran perak dan raksa).
Sifat-sifat bayangan pada cermin datar sebagai berikut:
Jarak benda ke cermin (s) = jarak bayangan ke cermin (s’).
Tinggi benda (h) = tinggi bayangan (h’).
Sifat bayangan tegak dan maya.
Keteraturan sinar-sinar pantul pada cermin datar dapat digunakan untuk
menggambarkan bayangan secara grafis dengan cara menggambarkan sinar
datang dan sinar pantulnya.
Cara Kerja
Persiapan Percobaan
a. Buatlah garis lurus menyilang tengah kertas. Garis in digunakan sebagai
acuan kedudukan cermin.
b. Letakkan kertas tersebut di atas meja, kemudian letakkan juga kotak
cahaya dengan posisi sisi belakang cahaya (sinar menyebar) menghadap
garis acuan seperti pada gambar bawah.
c. Masukkan diafragma celah lebar ke dalam celah pemegang diafgrama
belakang kotak cahaya.
d. Letakkan cermin kombijasi di atas kertas, atur kedudukan cermin
sedemikian sehingga permukaan datar cermin tepat berada pada garis
acuan seperti padagambar di bawah ini.
e. Hubungkan kotak cahaya ke catu daya dengan kabel penghubung.
f. Pastikan catu daya dalam keadaan mati. Kemudian hubungkan catu daya
ke sumber tegangan PLN dan atur catu daya 12V arus DC.
Langkah-langkah Percobaan
a. Nyalakan catu daya dan tempatkan kotak cahaya sedemikian, sehingga
sinar divergen yanng keluar jatuh dalam posisi miring pada permukaan
cermin.
b. Amati sinar datang dan sinar pantul. Gunakan pensil untuk memberi tanda
tepi-tepi sinar datang dan sinar pantul sehingga memungkinkan anda
menggambar batas sinar datang dan sinar pantul.
c. Kemudian amati bayangan lampu (filamen lampu) pada cermin dari posisi
yang sesuai.
d. Tempatkan seakurat yang anda dapat posisi bayangan berada. Beri tanda
silang (x) dengan menggunakan pensil.
e. Matikan kotak cahaya. Buatlah garis dari sinar yang telah diberi tanda,
kemudian perpanjang kedua garis tersebut melewati perpotongan titik
kedua garis. Berilah label pada titik tersebut dengan huruf I.
f. Gambarkan kedua garis yang membatasi sinar datang kemudian
perpanjangan garis tersebut samapia kedua garis bertemu pada satu titil,
beri tannda pada titing tersebut dengan huruf O (objek).
g. Sekarang ukur panjang si, jarak antara bayangan I dan garis acuan dan
panjang so , jarak anatara objek O dan garis acuan si disebut jarak
bayangan dan so disebut jarak benda.
h. Bandingkan si dan so .
Hasil Pengamatan
Bayangan titik dapat digambarkan sebagai titik perpotongan sinar pantul /
sinar datang yang berasal dari benda titik. (Coretlah kata yang tidak
sesuai!)
Benda titik adalah perpotongan sinar pantul / sinar datang.(Coretlah kata
yang tidak sesuai!)
Pembahasan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................................................................................................
Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Teori Dasar
Berkas cahaya akan berubah arahnnya pada saat melewati bidang batas
anatara 2 (dua) medium berbeda, jika sudut datang tidak nol. Perubahan arah
cahaya ini disebut pembiasan atau refraksi.
Hukum Snellius
Hubungan antara besarnya sudut datang dan besarnya sudut bias ditemukan
oleh ilmuwan asal Belanda yaitu Willebrord Snell (1591-1626) yang disebut
dengan hukum snellius yang menyatakan
Dalam peristiwa pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut datang dan
sinus sudut bias adalah konstan.
Untuk cahaya yang datang dari ruang hampa (vakum) ke medium tertentu,
konstanta tersebut dinamakan indeks bias (n) untuk medium tersebut. Hukum
snellius tersebut dapat dituliskan sebagai berikut
sin i
n= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(1)
sinr
Dengan : i = sudut datang
r = sudut bias
n = indeks bias
Pergeseran Sinar
Jika berkas sinar melewati keping kaca planparalel, sinar yang keluar dari sisi
yang lain atau dalam artian sinar terrsebut menembus kaca planparalel tersebut
tetap berarah sejajar tetapi bergeser dari arah semula. Hal ini karena dalam keping
kaca planparalel tersebut sinarnya mengalami pembiasan 2 kali seperti pada
gambar 1. Besarnya pergeseran dapat dicari dengan menggunakan hubungan
berikut :
d sin(i−r )
t= … … … … … … … .. … … … … … … … … … … … … … … … … … (2)
cos i
Dengan :
t = pergeseran sinar (cm)
d = tebal kaca planparalel (cm)
i = sudut datang (dari udara) (º)
r = sudut bias (di dalam kaca) (º)
Sudut Deviasi Prisma
Jika sinar jatuh pada salah satu sisi prisma, maka sinar akan keluar melalui
sisi lain yang ternyata mengalami pembelokan arah. Besarnya sudut pembelokan
arah tersebut dinamakan sudut deviasi (δ).
Cara Kerja
Gambar 3. Pembiasan Sinar Plan Paralel
Teori Dasar
Cahaya datang dari medium renggang ke medium rapat yang kemudian akan
dibiaskan mendekati garis normal, terlihat pada gambar berikut.
Cahaya datang dari medium rapat ke medium renggang yang kemudian akan
dibiaskan menjauhi garis normal, terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Sinar Bias yang Menjauhi Garis Normal
Indeks bias juga dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara cepat rambat
cahaya dalam medium dengan cepat rambat cahaya dalam medium. Contohnya
yakni jika cahaya merambat dari udara ke air, maka indeks bias air adalah
C udara
n air = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . …(1)
C air
Dengan :
n air = indeks bias air
C udara= cepat rambat cahaya pada medium udara
C air = cepat rambat cahaya pada medium air
Sudut batas adalah besarnya sudut datang yang menyebabkan sudut biasnya
90º (sinar biasnya berhimpit dengan bidang batas). Sudut batas terjadi jika cahaya
merambat dari medium rapat ke medium renggan. Jika cahaya datang dengan
sudut yang lebih besar dari sudut batas, maka cahaya tidak dibiaskan, melainkan
akan dipantulkan sempurna (memenuhi hukum pemantulan). Dalam hal ini,
bidang batas antara dua medium yang berbeda kerapatannya berfungsi sebagai
bidang pantul.
Fenomena pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-hari antara lain: (1)
pada sianng hari yang panas, jalan beraspal kelihatan berair, dan (2) di padang
pasir yang tandus kelihatan ada sumber mata air. Kedua fenomena tersebut disebut
dengan fatamorgana (bayang-bayang semu).
n2
sin i k = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..… … … … … …(2)
n1
Syarat terjadinya pemantulan sempurna antara lain :
1. Cahaya datang dari medium renggang ke medium rapat, dan
2. Sudut datang lebih besar dari sudut batas.
Sinar datang dari udara ke kaca berarti dari medium renggang ke medium
rapat. Dalam hal ini sinar akan dibiaskan mendekati garis normal.
Sinar bias berfungsi sebagai sinar datang pada bidang datas kaca dengan
udara. Dlam hal ini sinar datang dari medium rapat ke medium renggang,
sehingga sinar dibiaskan menjauhi garis normal. Arah sinar datang dengan
sinar yang keluar dari kaca planparalel merupakan sinar sejajar.
Cara Kerja
Persiapan Percobaan
a. Siapkan peralatan sesuai dengan daftar.
b. Susunlah peralatan seperti pada gambar berikut.
c. Siapkan selembar kertas A4, kemudia buatlah dua garis tegak lurus di
tengah-tengah kertas tersebut.
d. Buatlah garis-garis 20º, 30º dan seterusnya sampai sudut 60º dengan garis
sumbu PQ pada kertas tersebut seperti yang terlihat padaa gambar di atas.
e. Letakkan tangki plastik seperti pada gambar di atas, kemudian buatlah titik
tengah permukaan depan tangki.
f. Isilah tangki plastik tersebut dengan air sampai penuh.
g. Gunakan bagaian depan kotak cahaya untuk menghasilkan sinar sejajar.
h. Masukkan diafragma 1 celah pada celah pemegang diafragma depan kotak
cahaya.
i. Hubungkan kabel penghubung dari catu daya ke kotak cahaya
j. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan PLN. Pastikan bahwa catu daya
dalam keadaan mati.
k. Pilih tegangan keluaran catu daya 12V.
l. Kemudian hidupkan catu daya.
Langkah-langkah Percobaan
a. Ubahlah kedudukan kotak cahaya dengan memutarnya sampai sinar
datang berimpit dengan garis yang memilih kemiringan sudut 20º terhadap
PO, sehingga membuat sudut datang sama dengan 20º sesuai dengan
gambar berikut.
b. Buatlah garis normal pada titik sinar datang ke dua (permukaan belakang
tangki). Kemudian beri tanda dengan huruf n. Setelah itu buatlah dua buah
tanda pada sinar bias di luar tangki untuk menunjukan sinar bias.
c. Gambarlah garis luas tangki kemudian buatlah tangki.
d. Gambarlah garis bias di belakang tangki menggunakan tanda yang telah
dibuat.
e. Ukurlah sudut bias r 1, sudut datang pada permukaan kedua i 2dan sudut
bias pada permukaan luar r 2tulislah hasilnya pada tabel.
f. Ulangi langkahh a sampai f sehingga didapatkan 4 data i 1 sesuai tabel.
sin i1
atas. disebut dengan indeks bias medium di mana sinar dibiaskan
sin r 1
relatif terhadap medium sumber sinar berasal. Bagaimana menurut
pendapat anda mengenai nilai tersebut? Apakah nilainya tetap atau hampir
tetap atau bahkan tidak tetap ?
3. Bagaimana menurut pendapat anda tentang arah sinar datang dan sinar
bias yang meninggalkan air?
Pembahasan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
................................................................................................................................ ...
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
LATIHAN SOAL
Latihan Soal Refleksi dan Refraksi
1. Pada gambar dibawah ini diperlihatkan suatu sinar datang i jatuh pada
cermin datar MM’ dengan sudut datang . Telusurilah jalannya sinar ini.
Gambar 1
2. Suatu sinar datang diudara jatuh pada permukaan datar balok kuarsa
dengan sudut 30 dengan normal. Berkas ini memiliki dua Panjang
gelombang, yaitu 400 dan 500 nm. Indeks refraksi kuarsa terhadap udara
(nqa) untuk Panjang gelombang ini adalah1,4702 dan 1,4624. Berapakah
sudut antara kedua sinar yang di refraksikan itu?
3. Suatu berkas datang jatuh pada salah satu permukaan prisma kaca diudara
seperti pada Gambar 2. Sudut dipilih supaya berkas yang keluar pada sisi
lain juga membentuk sudut dengan normal pada sisi tersebut.
Turunkanlah pernyataan untuk indeks refraksi bahan prisma terhadap
udara.
Gambar 2
Latihan Soal Refleksi dan Refraksi pada Prisma
1. Pada Gambar 3 adalah gambar prisma kaca segitiga. Sinar yang datang
tegak lurus pada salah satu sisinya direfleksikan secara total. Jika 1 adalah
45, kesimpulan apa yang dapat ditarik tentang indeks refraksi n dari kaca?
Gambar 3
Latihan Soal Refleksi dan Refraksi pada Zat Cair dan Kaca
1. Pada Gambar 4, material a adalah air dan material b adalah kaca dengan
indeks refraksi 1,52. Jika sinar masuk membuat sudut 60dengan normal,
carilah arah sinar yang direfleksikan dan arah sinar yang direfraksikan.
Gambar 4
4. Seberkas sinar laser jatuh pada permukaan kaca plan paralel dapat
membentuk sudut datang sebesar 45 °. Jika tebal kaca planparalel 15
cm dan sudut bias yang dihasilkan adalah 20 °. Tentukan besar
pergeseran yang dialami oleh sinar laser tersebut.
KUNCI JAWABAN
2. Untuk 400 nm
Sin 1 = nqa sin 2,
Sin 30 = (1,4702) sin 2
2 = 19,99
Untuk 500 nm
Sin 30 = (1,4624) sin 2’
2’ = 19,99
Sudut antara antara kedua berkas adalah 0,11, komponen dengan
Panjang gelombang yang lebih pendek dibelokkan lebih banyak, jadi
sudut refraksinya lebih kecil.
4. Diketahui :
i 1 = 45 °
d = 15 cm
r 1 = 20 °
Ditanya : t?
Jawab ;
(d )sin(i 1−r 1 )
t=
cos r 1
(15) sin(45 °−20° )
t=
cos 20 °
(15)(0,42)
t=
0,94
6,3
t=
0,94
t=6,7 cm
Jadi, ketika melewati kaca plan paralel, sinar laser mengalami
pergeseran sejauh 6,7 cm dari arah semula.
Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terhadap bidang batas
pemantul pada titik jatuh, semuanya berada dalam satu bidang, Sudut
datang ( θi ) sama dengan sudut pantul ( θr ). Hukum tersebut dinamakan
“Hukum Pemantulan”.
(b) Dapat, karena pembiasan (Refraksi) merupakan perubahan arah
gelombang saat gelombang masuk ke medium baru yang mengakibatkan
gelombang bergerak dengan kelajuan yang berbeda. Pada pembiasan
terjadi perubahan laju perambatan. Panjang gelombangnya bertambah atau
berkurang sesuai dengan perubahan kelajuannya, tetapi tidak ada
perubahan frekuensi. Dalam peristiwa refraksi tumbukan antara
gelombang cahaya dengan antar muka dua medium menyebabkan
kecepatan fase gelombang cahaya berubah. Panjang gelombang akan
bertambah atau berkurang dengan frekuensi yang sama, karena sifat
gelombang cahaya yang transversal (bukan longitudinal). Peristiwa ini
ditunjukkan pada gambar berikut
4. Karena sinar yang direflesikan dan sinar yang direfraksikan dan normal
terhadap permukaan semuanya terletak pada bidang yang sama. Bidang
dari ketiga sinar itu tegak lurus terhadap bidang permukaan batas diantara
kedua material tersebut. Kita selalu menggambarkan diagram sinar
sehingga sinar masuk, sinar yang direflesikan dan sinar yang direfraksikan
berada dalam bidang diagram.
5. Fenomena Fatamorgana dapat terjadi karena adanya pembiasan cahaya
yang menyebabkan terjadinya ilusi optik. Pada umumnya fatamorgana ini
terjadi di wilayah yang luas dengan cuaca sangat panas seperti gurun.
Fatamogana hanya akan terlihat pada jarak yang jauh dari posisi kita
berada, itu karena bentuk struktur bumi yang bulat sesuai dengan konsep
geografi. Terkecuali jika bumi kita datar, maka cahaya yang dibelokkan
akan mencapai lapisan tanah yang sangat dekat dengan tempat dimana
cahaya tidak dibelokkan, dan fatamorgana bisa kita lihat pada jarak yang
sangat dekat. Ya, ada hubungannya. Pada proses terbentuknya
fatamorgana, terdapat perbedaan kerapatan udara pada medium udara
dengan suhu yang panas dan medium udara dengan suhu yang dingin
sehingga membuat indeks bias kedua medium tersebut juga berbeda.
Indeks bias merupakan suatu kemampuan medium membiaskan arah
rambat cahaya. Dengan demikian, indeks bias pada medium udara dengan
suhu yang dingin akan lebih besar daripada indeks bias medium udara
dengan suhu yang panas.
Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai
pemantulan dan pembiasan pada permukaan lengkung yang menggunakan
formula descartes dan formula gauss serta untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul ini
maka peserta didik perlu diperhatikan hal-hal berikut:
6. Tujuan pembelajaran, dan peta konsep dari setiap materi yang ada di dalam
modul dengan cermat dan teliti untuk membantu peserta didik mengetahui
setiap materi-materi yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran.
7. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di modul,
buatlah catatan-catatan kecil jika diperlukan.
8. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila mengalami
kesulitan mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada dikelas.
9. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
10. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal tes
yang telah tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
Apabila tingkat pemahaman terhadap materi sudah sesuai dengan kriteria,
kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar berikutnya.
Kompetensi Dasar :
Indikator Pembelajaran:
Peta Konsep:
Pemantulan Pembiasan
pada bidang lengkung
Formula descartes
Formula gauss
Persamaan linier
Materi
PEMANTULAN CAHAYA
R : jari-jari kelengkungan
PEMBIASAN CAHAYA
Di udara, cahaya merambat dengan kecepatan 300.000 km/s.
Ketika berkas cahaya melalui kaca, kecepatan berkurang menjadi 200.000
km/s. Pada saat kecepatannya berkurang atau bertambah, berkas cahaya
akan membelok. Pembelokan atau perubahan arah cahaya ketika
memasuki kaca atau benda bening lainnya disebut pembiasan (refraksi).
Pembiasan cahaya terjadi karena dalam zat antara (medium) yang berbeda,
besarnya cepat rambat cahaya juga berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat
di medium yang kurang rapat. Cahaya yang datang dengan sudut datang
900 , namun (tegak lurus) melalui medium yang berbeda tidak dibiaskan.
Gambar 1.5
Gambar 1.6
Gambar 1.8
Gambar 1.9
Gambar 1.10
3. Sinar datang menuju ke titik pusat lengkung M dipantulkan kembali
seakan-akan datang dari titik pusat lengkung tersebut
Gambar 1.11
Gambar 1.12
Ketentuan Sifat-sifat Bayangan oleh Cermin Lengkung
Selain dengan cara melukis secara cepat dapat menentukan sifat-sifat bayangan
yang dibentuk oleh cermin-cermin sferik dengan menggunakan ketentuan-
ketentuan berikut :
- Jumlah nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan selalu sama dengan
lima
- Benda yang terletak di ruang II dan III selalu menghasilkan bayangan yang
terbalik terhadap bendanya. Sedangkan benda-benda yang berada di ruang I dan
IV akan selalu menghasilkan bayangan yang sama tegak dengan bendanya.
- Jika nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang benda,
bayangan selalu lebih besar dari pada bendanya (diperbesar).
- Jika nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang benda,
bayangan selalu lebih kecil dari pada bendanya (diperkecil).
p = jarak benda
q = jarak bayangan
h h h h
n( - ) = n' ( - )
q p q R
n n n' n'
- = -
q p q R
n n' n−n'
Atau - =
p R q
Bentuk persamaan ini disebut “formula dencartes untuk pembiasan pada
permukaan lengkung”
A. FORMULA GAUSS
sin φ ' BC S −R
Dalam segitiga BAC : = = 1 .............(2)
sin ∝ AB AB
sin φ S0+ R AB
= x
sin φ ' S 1−R SA
n' S0+ R AB
Atau : = x
n S 1−R SA
Untuk sinar-sinar parsial : SA = S0 = S0
: AB = OB = S1
n' S0+ R S1
Maka : = x
n S 1−R S0
Atau : n ' S0 S 1- n' S 0 R = n S0 S 1 + n S1 R
n' S 0 S 1– n S0 S 1 = n' S 0 R + n S1 R
n' n n' n
- = +
R n S1 S 0
n n' n' −n
Atau : + =
S0 S1 R
f1 : Fokus Pertama
f2 : Fokus kedua
4. Cerming Cembung
Hukum snellius :
Atau: φ = -φ '
n = - n'
selanjutnya
n' X R
f' =
n' −R
−n R R
f' = =
2n 2
Formula Gauss :
n n' n'
+ =
s0 s1 f '
n n ' −2 n
- =
s0 s1 R
1 1 −2 −1
Atau : + = =
s0 s1 R f'
5. Cermin Cekung
φ = -φ '
Atau n = - n'
nR
Selanjutnya : f =
n' −n
−n R
f = (R = negatif sesuai dengan perjanjian)
−2 n
1
atau f = R
2
formula Gauss:
n n ' n' −n
+ =
s0 s1 R
n n ' −n−n
- =
s0 s1 −R
1 1 2 1
Atau : + = =
s0 s1 R f
6. Sinar-sinar Utama
1 1 1
+ =
s0 s1 f
1 1
=
s1 f
s1=f
Titik bayangan terbentuk di titik api
`
b. Jika sinar datang melalui titik api
s0=f
1 1 1
+ =
f s1 f
1
=0
s1
s1=
Titik bayangan terbentuk di tiitk jauh tak terhingga
1 1 2
+ =
R s1 R
1 1
=
s1 R
s1=R
Titik baynagan terbentuk dititik pusat juga.
D. PERSAMAAN LINIER
Persamaan Linier = perbandingan tinggi bayangan dengan tinggi benda.
sin φ
SC = R .........................(1)
sin ∝
sin φ ' BC BC
= =
sin ∝' AC R
sin φ '
BC = -R .............................(2)
sin ∝'
Dalam segitiga SDC dan segitiga EBC :
y' n n1
Atau : M = | | = '
y n n0
2. Formula Lagrange
sin ∝ tg ∝ ∝
= = ....................(2)
sin ∝' tg ∝' ∝'
n' y ' = ∝
ny ∝'
y' n∝
Selanjutnya : M = | | =
y n ' ∝'
I. Alat dan Bahan
1) Cermin cekung dengan penumpu : 1 buah
2) Lilin dengan penumpu : 1 buah
3) Papan lintasan : 1 buah
4) Papan : 1 buah
II. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel kontrol : Jenis cermin
Definisi operasional :
Dalam percobaan ini yang dibuat sama yaitu jenis cermin. Cermin yang
digunakan adalah cermin cekung. Cermin cekung adalah cermin yang
bentuknya lengkung, di mana permukaan cermin yang memantulkan
cahaya, melengkung ke belakang.
2. Variabel manipulasi : Jarak benda (P1)
Definisi operasional :
Dalam percobaan ini, jarak benda dimanipulasi. Jarak benda ini merupakan
jarak antara benda dengan cermin cekung. Jarak benda dimanipulasi
sebesar (P1) sebesar 5 cm; 5,5 cm; 6 cm; 6,5 cm; 7 cm; 7,5 cm; 8 cm;
8,5 cm; 9 cm; dan 9,5 cm.
3. Variabel respon : Jarak bayangan dan jarak fokus
Definisi operasional :
Setelah melakukan percobaan ini maka akan diperoleh jarak bayangan dan
jarak fokus. Jarak bayangan diketahui dengan mengujur jarak antara
cermin dengan bayangan. Jarak fokus diketahui dengan menghitung
melalui persamaan 1/F = 1/s + 1/s’
III. Rancangan Percobaan
IV. Alur Percobaan
Cermin Cekung
Lilin
Papan
V. Langkah kerja
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
2. Meletakkan cermin cekung dengan penumpunya pada ujung papan
lintasan
3. Meletakkan lilin dengan penumpunya pada papan lintasan dengan jarak
tertentu yaitu 5 cm dari cermin cekung
4. Menangkap bayangan lilin dengan cara meletakkan papan di depan lilin
5. Mengukur jarak antara cermin cekung dengan papan penangkap
bayangan lilin
6. Menghitung jarak fokus (f)
7. Mengulangi percobaan dengan jarak cermin cekung ke lilin sebesar ; 5,5
cm; 6 cm; 6,5 cm; 7 cm; 7,5 cm; 8 cm; 8,5 cm; 9 cm; dan 9,5 cm.
VI. Data
Tabel 1. Hasil Percobaan Pada Cermin Cekung
Percobaan ke- (s ± 0,1 ) cm (s’ ± 0,1) cm F (cm)
1 5,0 24,4 4,15
2 5,5 24,0 4,47
3 6,0 20,5 4,64
4 6,5 18,5 4,81
5 7,0 18,2 5,06
6 7,5 17,0 5,20
7 8,0 16,5 5,38
8 8,5 14,5 5,35
9 9,0 13,5 5,40
10` 9,5 12,7 5,43
Keterangan :
Fokus cermin cekung = 5 cm
VII. Analisis
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka dapat diperoleh
data seperti diatas. Dari percobaan tersebut maka data yang kita peroleh
yaitu jarak bayangan berdasarkan jarak benda yang telah kami tentukan.
Setelah jarak bayangan diperoleh maka dapat ditentukan fokus benda
dengan menggunakan rumus 1/F = 1/s + 1/s’ maka diperoleh data yang
telah kami sajikan diatas. Fokus rata-rata dari percobaan 1- 10 diperoleh
fokus sebesar 4,99 cm. Sedangkan fokus teori sebesar 5 cm. Sehingga
fokus rata-rata dari percobaan dengan fokus teori tidak berbeda terlalu
jauh. Perbedaannya antara fokus rata-rata dengan fokus teori hanya 0,1
cm.
Pada percobaan yang telah kami lakukan dengan jarak benda 5,0 cm
dan jarak bayangan sebesar 24,4 cm maka fokus yang kami peroleh
sebesar 4,15. Pada jarak benda 6,0 cm dan jarak bayangan sebesar 20,5 cm
maka fokusnya sebesar 4,64 cm. Pada jarak benda 9,0 cm dan jarak
bayangan sebesar 13,5 cm maka fokusnya sebesar 15,40 cm. Pada jarak
benda 9,5 cm dan jarak bayangan 12,7 cm maka fokusnya sebesar 5,43
cm. Dari percobaan yang telah kami lakukan 4 data tersebut memiliki
fokus yang perbedaannya sangat jauh dengan fokus teori. Perbedaan data
antara fokus teori dengan fokus perhitungan dari ke empat data secara
berurutan yaitu sebesar 0,83 cm, 0,34 cm, 0,06 cm, dan 0,45 cm. Dari data
tersebut kami dapat menghitung ketidakpastian dan juga taraf ketelitian
dari rata-rata fokus perhitungan dibandingkan dengan fokus teori.
Ketidakpastian dari percobaan ini yaitu sebesar 36,54 % dan taraf
ketelitiannya 63,46 %.
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka jarak bayangan
yang kami peroleh yaitu semakin kecil ketika jarak benda yang kita
tentukan semakin besar. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis kami yaitu,
ketika jarak benda yang telah kita tentukan semakin besar atau semakin
jauh maka jarak bayangan yang diperolah semakin kecil. Dari tabel 1
diatas maka dapat dibuat grafik hubungan pengaruh jarak benda terhadap
jarak bayangan sebagi berikut :
Petunjuk :
Tentukan jumlah bayangan benda yang terbentuk oleh susunan cermin tersebut!
3. Sebuah benda berada 200 cm di depan sebuah cermin datar. Tentukan: a) jarak
bayangan b) jarak benda dengan bayangan c) perbesaran bayangan d) sifat
bayangan
n=1
n=1,5
S 0 C
R
2R
11. Cari letak bayangan terakhir yang dibentuk oleh permukaan refraksi dan
refleksi.
n=1
n’=1,5
S 0 C
2R R
11.
n’
n
Y
0 C
S0
R
n=1
C1 C2
50cm
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian lensa
2. Menjelaskan perbedaan antara lensa tipis,lensa tebal dan lensa gabungan.
3. Menjelaskan titik api dan titik utama pada lensa
4. Menerapkan rumus lensa tipis pada soal yang diberikan
5. Menyebutkan perbedaan lensa tipis,lensa tebal dan lensa gabungan
6. Menjelaskan syarat-syarat untuk lensa gabungan
7. Menerapkan rumus newton untuk lensa diudara pada soal
8. Menjelaskan sinar-sinar utama untuk lensa tebal
9. Menghitung jarak focus pada lensa tebal dan lensa gabungan.
Petunjuk penggunaan
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam menggunakan modul ini,
maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain :
1. Bacalah dengan cermat setiap bagian modul hingga anda memahami setiap
konsep yang disajikan!
2. Pelajari setiap materi yang diberikan , bila perlu garis bawahi hal-hal yang
menurut anda penting.
3. Setelah anda siap membaca setiap aspek dari modul ini , jawablah pertanyaan-
pertanyaan atau soal-soal yang tersedia didalamnya!
4. Kemudian diskusikan jawaban yang dibuat dengan teman untuk mempertajam
jawaban anda!
PETA KONSEP
LENSA
LENSA
Lensa adalah suatu medium pembias yanag dibatasi oleh dua permukaan lengkung
atau oleh suatu permukaan lengkung dan satu permukaan datar.
Gambar 1
Gambar 2
Titik api pertama : “titik cahaya” pada sumbu utama lens yang oleh ensa
digambarkan di titik jauh tak terhingga.
Bidang api pertama ( bidang focus pertama ) : bidang yang melalui garis tegak
lurus pada sumbu utama lensa di titik api pertama.
Gambar 3
Titik api kedua : “titik bayangan “ pada sumbu utama lensa yang digambarkan
oleh sinar-sinar datang dari jauh tak terhingga .
Bidang focus kedua : bidang yang melalui garis tegak lurus pada sumbu lensa di
titik api kedua.
Gambar 4
Titik utama pertama : titik potong garis tegak lurus terhadap sumbu lensa melalui
titik deviasi sinar bias yang sejajar sumbu utama lensa.
Bidang utama pertama : bidang yang melalui garis tegak lurus terhadap sumbu
utama lensa di titik utama pertama.
4. Titik utama kedua
Titik utama kedua : titik potong garis tegak lurus terhadap sumbu lensa melalui
sudut deviasi sinar bias yang melalui titik api kedua.
Gambar 5
Bidang utama kedua : bidang yang melakukan garis tegak lurus terhadap lensa di
titik api kedua.
Gambar 6
t : Tebal lensa
Lensa Tebal : Lensa tebal yang kedua titik utama permukaan lengkungnya tidak
berimpit ( tebal lensa tidak dapat diabaikan).
B. Lensa Tipis
1. Rumus Lensa Tipis (di udara)
Gambar 7
n0 n n−n0
+ =
so si R1
1 n n−n 0
+ =
si R1
n
si= R
n−1
S}0 = - {S} rsub {i} rsup {'} = {-n} over {n-1} {R} rsub {1 ¿
n0 n−n0
=
S }} + {n} over {{S} rsub {i} rsup {
0
R2
n−1 1 1−n
- + =
R1 f R2
n−1 n−1 −1
- + =
R1 R2 f
Atau
1 1 1
= ( n−1 ) ( − )
f R1 R 2
Gambar 31
OD : BC = OF2 : DF2
y : - y’= f : xi
Atau :
-y' xi
M=y = f
............................................................ (1)
Perhatikan :
ΔASF1 ∞ ΔEOF1
AS : OE = SF1 : OF
y : -y’ = xo : f
Atau :
-y' f
M = y = xo .............................................................(2)
f xi
xo = f
Atau :
f2 = x0
Gambar 32
n n2 n2 -n
s2 + s 2 ''
= R2
n n2
s2=s1’ s 1+ s ..........................................(2)
2 ''
n1 n2 n- n1 n2 -n
s1
+ s 2 ''
= R1
+ R2
Atau :
n1 n2 n1 n2
s1
+ s 2 ''
= f1
+ f2
f 1 f 2 = x1
x2
4. Perbesaran Longitudinal
benda.
Gambar 33
dx i
L= | | dx 0
f2 = x0 x1
xi = f2 x0-1
dx i f2 f
dx 0
= - x02
= - ( x0 )2
Atau :
dx i
|L| = | | = |M |
dx 0
2
C. LENSA TEBAL
1. Sinar – sinar utama untuk lensa tebal
Perhatikan :
e. Rumus :
1 1 1
f
= ( n – 1 ) ( -
R1 R2
)
Untuk lensa tebal tidak berlaku
Gambar 34
Perhatikan :
ΔAGB1 ∞ ΔBEB1
AG : BE = GB1 : EB1
Perhatikan :
ΔDH2F2 ∞ ΔBEF2
h : h’ = H2F2 EF2...............................(2)
S '2
f = S '1 ( )
−S2
D. LENSA GABUNGAN
Lensa gabungan = lensa yang terdiri dari dua buah lensa atau lebih yang
disusun sedemikian rupa sehingga merupakan sebuah lensa yang baru. Mungkin
yang disusun itu keduanya lensa tipis, mungkin keduanya lensa tebal dan
mungkinsatu lensa tipis dan satu lensa tebal.
Gambar 36
Jika gabungan kedua lensa tipis ini merupakan sebuah lensa tebal, maka:
S '2
f gas =S ' 1 ( )
−S2
f II ( f I −t ) 1
f gas =f 1 × ×
f I + f II −t f I −t
f I f II
f gas =
f I +f II −t
Atau :
1 1 1
= + -
f gab fI f II
Atau : P = P I + P II
P = daya lensa gabungan (dalam meter)
Gambar 37
Soal – soal :
13. tentukanlah jarak fokus, letak H 1 dan H 2 sebuah lensa tebal yang indeks
biasnya 1,50 ;
R1 = 22 mm ; R2 = 16 mm ; t = 25 mm.
14.
3
R1=R 2; n = ; f = 30cm.
2
Ditanya :
15. Lensa gabungan terdiri dari lensa positif tipis dengan jarak fokus 20 cm dan
lensa negatif
Ditanya :
terletak pada sumbu utama, oleh susunan lensa ini dibentuk bayangannya
pada jarak 7
cm di kiri V 1 .
Ditanya : Tentukan bayagan jika titik – titik cahaya itu diletakkan di kiri V 1 .
EVALUASI
5. Sebuah lensa membentuk bayangan nyata dan diperbesar 3 kali dari benda
yang diletakkan di depannya. Jika jarak benda adalah 12 cm, tentukan
jarak titik fokus lensa tersebut!
PEMBAHASAN
1. Data:
f = 8 cm
S =....
2. Data:
f = 7,5 cm
s ' = 15 cm
s = .....
3. Data:
s = 36 cm
f = 9 cm
Jarak antara lensa dengan layar artinya mencari jarak bayangan atau s '.
S’ =.....
4. a) Letak bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama.
s = 4 cm
f=3
s ' =....
b) Letak bayangan yang dibentuk oleh lensa kedua. Bayangan yang dibentuk oleh
lensa pertama, menjadi benda untuk lensa kedua.
Letak benda untuk lensa kedua adalah 20 cm dikurangi 12 cm = 8 cm. Letak
bayangan dengan demikian adalah
5. Data:
s = 12 cm
M = 3 kali
s ' = −3 s = −3(12) = − 36 cm (Tanda negatif karena bayangannya maya, 3s karena
tiga kali perbesarannya)
LEMBAR PERCOBAAN
2. Langkah Percobaan
Untuk mengetahui jarak lensa cembung dan mengetahui sifat-sifat bayangannya,
maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memasang lensa cembung pada bangku optik, dan meletakkan lensa diantara
dua mistar yang disambungkan, sehungga jaraknya seimbang.
2. Memasang layar penangkap bayangan dibelakang lensa cembung, dan mencari
bentuk gambar yang paling jelas dan jatam.
3. Mengukur antara jarak cahaya dengan lensa, serta jarak antara lensa dengan
bayangan
4. Menulis sifat-sifat banyangan yang dihasilkan.
5. Mengulangi percobaan sebanyak tiga kali dengan jarak lilin yang berbeda-
beda.
3. Hasil Pengamatan
4.
No Percobaan S S’ f Sifat bayangan
ke-
3
PETUNJUK
PENGGUNAAN MODUL
Untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran mengenai aberasi pada lensa dan
cermin serta untuk mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan modul ini maka peserta didik perlu diperhatikan hal-hal
berikut:
1. Tujuan pembelajaran, dan peta konsep dari setiap materi yang ada di
dalam modul dengan cermat dan teliti untuk membantu peserta didik
mengetahui setiap materi-materi yang akan dibahas dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Mulailah dengan membaca dan memahami uraian materi yang ada di
modul, buatlah catatan-catatan kecil jika diperlukan.
3. Pelajari setiap contoh-contoh soal beserta pembahasannya, apabila
mengalami kesulitan mintalah bantuan kepada guru/dosen yang ada
dikelas.
4. Kerjakan latihan-latihan soal pada setiap akhir kegiatan belajar untuk
mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.
5. Ujilah tingkat pemahaman peserta didik dengan mengerjakan soal-soal tes
yang telah tersedia di dalam modul pada setiap akhir kegiatan
pembelajaran. Apabila tingkat pemahaman terhadap materi sudah sesuai
dengan kriteria, kemudian teruskanlah ke kegiatan belajar berikutnya.
Agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan bisa
mencapai hasil yang maksimal, maka pendidik/guru/dosen perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
1. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran pendidik perlu menjelaskan
tujuan pembelajaran kepada peserta didik agar nantinya peserta didik dapat
mengetahui hal-hal apa saja yang harus dikuasai.
2. Arahkan peserta didik untuk selalu mengikuti rincian kegiatan yang
terdapat di modul.
3. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik pada setiap kegiatan
pembelajaran baik dalam bentuk contoh maupun latihan soal..
4. Lakukan review apabila telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui ketuntasan belajar dan tingkat pemahaman setiap
peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
5. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran berikan tes akhir untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
dibahas.
KOMPETENSI DASAR
Menganalisis cara kerja aberasi lensa
INDIKATOR PEMBELAJARAN
1. mendeskripsikan aberasi sferis pada cermin cekung,
2. mendeskripsikan aberasi sferis dan kromatis pada lensa
3. membedakan aberasi sferis dan aberasi kromatis, dan
4. menjelaskan cara mengatasi aberasi sferis dan aberasi kromatis.
PETA KONSEP
ABERASI PADA
LENSA DAN CERMIN
Pengertian Aberasi
Aberasi disebut juga kesesatan atau kecacatan lensa. Aberasi adalah kelainan
bentuk bayangan yang dihasilkan oleh lensa atau cermin. Suatu kesalahan dalam
system optis sehingga bayangan yang terjadi tidak sama dengan bendanya. Pada
lensa atau cermin, kadang-kadang terbentuk bayangan yang tidak dikehendaki.
Misalnya timbulnya jumbai-jumbai berwarna di sekitar bayangan. Hal ini terjadi
jika semua sinar dari sebuah objek titik tidak difokuskan pada sebuah titik
bayangan tunggal,sehingga muncul bayangan yang tidak hanya satu atau
munculnya bayangan buram yang dihasilkan inilah yang disebut aberasi.
Aberasi optik adalah degradasi kinerja suatu sistem optik dari standar
pendekatan paraksialoptika geometris. Degradasi yang terjadi dapat disebabkan
sifat-sifat optik dari cahaya maupun dari sifat-sifat optik sistem kanta sebagai
medium terakhir yang dilalui sinar sebelum mencapai mata pengamatnya.
Jenis- jenis aberasi
1. Aberasi Monokhromatis
Aberasi monokromatik sering juga disebut aberasi tingkat ketiga adalah aberasi
yang terjadi walaupun sistem optik mempunyai lensa dengan bidang speris yang
telah sempurna dan tidak terjadi dispersi cahaya. Muka gelombang sinar yang
datar, setelah melewati kanta akan berinterferensi dengan muka gelombang sinar
di sekitarnya dan menjadi muka gelombang aberasi yang berbentuk speris.
A. Aberasi Sferis
Aberasi sferis adalah gejala kesalahan terbentuknya bayangan yang diakibatkan
pengaruh kelengkungan lensa atau cermin. Aberasi semacam ini akan
menghasilkan bayangan yang tidak memenuhi hukum-hukum pemantulan atau
pembiasan. Pembentukan bayangan pada lensa tipis sejauh ini adalah
pembentukan bayangan oleh sinar-sinar paraksial atau sinar-sinar yang dekat
dengan sumbu utama lensa sehingga bayangan yang terbentuk terkesan sangat
jelas dan tajam. Pada kenyataannya, bayangan yang dibentuk oleh lensa tidak
selalu tajam, bahkan bisa saja terlihat kabur (buram). Cacat bayangan seperti ini
disebabkan oleh berkas sinar yang jauh dari sumbu utama tidak dibiaskan
sebagaimana yang diharapkan. Berkas sinar sejajar yang jauh dari sumbu utama
dibiaskan lensa tidak tepat di fokus utama, tetapi cenderung untuk mendekati
pusat optik (Gambar). Semakin jauh dari sumbu utama, berkas sinar sejajar ini
akan semakin mendekati pusat optik lensa. Cacat inilah yang disebut aberasi
sferis. Aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang
diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari
dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
Aberasi Sferis Disebabkan :
a. Sinar yang sejajar sumbu lensa berjarak cukup jauh dari sumbu tersebut
(sinar-sinar datang nonparaxial = sudut buka sinar datarng lebih besar
10 ° )
b. Tebal lensa tidak sama tiap bagian lensa.
Akibatnya : sinar-sinar bias tidak benar – benar terpusat di satu titik.
1. Aberasi Sfreis pada lensa
Gambar 2.
Gambar 3.
2. Aberasi sfreis pada cermin
Sinar-sinar pinggir memotong cermin pada titik -titik diantara f dan 0. Titik
titik potong sinar-sinar pantul ini membentuk garis g yang disebut “ garis kaustik
“
Gambar 4. Aberasi sferis pada cermin
Memperkecil kesalahan :
a. Menahan sinar sinar dipinggir dengan memantulkan diaframa
b. Memasang lensa koraktor di muka cermin
B. Aberasi Koma
Aberasi Koma adalah aberasi yang terjadi saat bayangan suatu objek terproyeksi
keluar dari sumbu utama lensa. Cahaya yang merambat menuju lensa dengan
sudut datang θ (tidak sejajar sumbu utama) akan terproyeksi ke titik fokus yang
berbeda dan membentuk bayangan yang disebut lingkaran kromatik yang
menjauhi sumbu utama lensa (koma positif) dan yang mendekati sumbu utama
lensa (koma negatif). Lingkaran kromatik terbentuk karena perbedaan rasio
perbesaran lensa terhadap panjang gelombang sinar yang merambat melaluinya.
Aberasi koma disebabkan :
a. sinar sinar nin paraxial ( sudut buka lebih besar dari 10°)
b. benda (sumber cahaya ) jauh letaknya dari sumbu utama )
C. Abrasi Astigmatis
Aberasi Astigmatisme adalah kelainan pembentukan bayangan dari suatu benda
titik yang jauh dari sumbu utama. Bayangan dari benda titik tidak berupa titik,
tetapi dapat berupa elips, lingkaran atau garis.Hampir sama dengan abrasi koma,
pada abrasi astigmatis penyebaran bayangannya horizontal bukan vertikal.
D. Abrasi Distorsi
Abrasi distorsi adalah abrasi yang terjadi akibat pemasangan diafragma pada
abrasi astigmatis. Distorsi atau kelengkungan medan terjadi bila bayangan dari
suatu benda yang datar (pipih) yang jauh dan tidak terletak pada sumbu utama
lensa tampak melengkung. Distorsi dibedakan menjadi dua yaitu distorsi barrel
dan distorsi pincushion.
Gambar 8
Barrel abrasi (abrasi pencekungan terjadi jika diafragma dipasang didepan lensa)
Gambar 9
Distorsi pencembungan terjadi jika diafragma dipasang di belakang lensa.
gambar dibawah ini jika diafragma di pasang di depan dan di belakag lensa
Gambar 10
Gambar 11
2. Abrasi khromatik
Abrasi kromatik terjadi bila berkas sinar polikromatik yang melewati lensa
tidak hanya dibiaskan, tapi juga diuraikan warna-warni seperti warna pelangi.
Setiap warna akan mempunyai titik fokus yang berbeda-beda dimana warna
merah mempunyai fokus paling jauh dan warna ungu mempunyai fokus paling
dekat ke pusat optik.
Aberasi khromatik Disebabkan perbedaan panjang-panjang gelombang
dari sinar cahaya yang digunakan. Akibatnya :
a. Ada perbedaan jarak-jarak bayangan
b. Ada perbedaan ukuran bayangan
K= ( R1 − R1 )dan K =( R1 − R1 )
1 2
'
'
1
'
2
fk −( n'k −1 ) ( nu−n m )
=
f 'k ( n k −1 ) (n'u −n'm )
fk −( n u−nm ) ( n'k −1 )
=
f 'k ( n k −1 ) (n'u −n'm )
fk 1
'
=−w
f k w'
Atau :
fk −w
'
=
f k w'
W = daya dispersif lensa.
Gambar 1
Dalam hal ini harus diusahakan agar harga fp tidak bergantung kepada harga λ.
( dfdλ =0)
g
1 1 1 t
= + −
f ρ f I f II f I f II
1
=( n−1 ) K + ( n' −1 ) K ' −t ( n−1 ) K ( n' −1 ) K '
fρ
Untuk n’ dan n :
1
=( n−1 ) F+ ( n−1 ) K ' −t ( n−1 )2 KK '
fg
d 1 dn dn
( )
= ( K−K ' ) −2t KK ' ( n−1 )
dλ f g dλ dλ
Karena :
d 1 dn
dλ f g ( )
=0 dan ≠ 0 , maka
dλ
4. Aberasi mana yang ada pada lensa sederhana yang tidak ada (atau sangat
diperkecil) pada mata manusia ?
5. Aberasi sferis pada lensa tipis diminimalkan jika berkas dibelokka sama
oleh kedua permukaan. Jika lensa planokonveks digunakan untuk
membentuk bayangan nyata benda yang berada pada jarak tak terhingga,
permukaan mana yang harus menghadap benda? Gunakan diagram berkas
untuk menunjukkan sebabnya.
6. Jelaskan mengapa aberasi kromatik terjadi untuk lensa tipis tetapi tidak
untuk cermin !
7. Coba kita lihat aberasi sferis pada situasi khusus. Sebuah lensa
planokonveks dengan indeks bias 1,50 dan radius kelengkungan R= 12,0
cm
11. Buatlah skema yang menggambarkan gejala aberasi mulai dari jenis, cara
reduksi efek aberasi dan kaitannya dengan cermin dan lensa!
12. Sebuah lensa cembung dari kaca crown mempunyai radius kurvatur 20
cm. Jika lensa di udara maka bayangan untuk cahaya kuning dibentuk
pada 40 cm dari lensa. Jika indeks bias cahaya biru dan merah
masingmasing adalah nB = 1,501 dan nM = 1,509 maka carilah jarak
linear antara bayangan merah dan biru?
13. Sebuah cermin cekung mempunyai radius kurvatur R = 12a cm. Jika tinggi
obyek di depan cermin adalah h = 5a cm berapakah selisih letak bayangan
(x) antara keadaan normal dan karena aberasi?
14. Lensa gabungan untuk menghilangkan aborasi khromatis dari merah dan
ungu terdiri dari lensa kerona dan lensa flinta
Untuk kerona diketahui :
nm = 1,504
nk = 1,508
nu = 1,513
Untuk flinta :
n1m = 1,613
n1k = 1,620
n1u = 1,632
Lensa korona adalah lensa plankonveks dan lensa flinta adalah lensa
konkafkonveks. Jarak titik api lensa gabungan ini 100 cm. Carilah jari-jari
kelengkungan lensa-lensa yang digunakan !
15. Seberkas sinar yang sampai pada lensa L di pusatkan dititik P. Berapakah
tebal pelat gelas t pada gambar dibah ini agar pemusatan sinar terjadi
dititik P’ ?
16. Suatu prisma gelas flint dengan sudut puncak 5 0 , disusun dengan prisma gelas
crown dengan sudut puncak P yang merupakan susunan yang akrometik .
Tentukan P dan deviasi raya-rata yang dihasilkanoleh susunan prisma tersebut.
Gunakan tabel dibawah ini:
C D F
17. Aberasi mana yang ada pada lensa sederhana yang tidak ada (atau sangat
diperkecil) pada mata manusia ?
18. Aberasi sferis pada lensa tipis diminimalkan jika berkas dibelokka sama oleh
kedua permukaan. Jika lensa planokonveks digunakan untuk membentuk
bayangan nyata benda yang berada pada jarak tak terhingga, permukaan mana
yang harus menghadap benda? Gunakan diagram berkas untuk menunjukkan
sebabnya.
19. Jelaskan mengapa aberasi kromatik terjadi untuk lensa tipis tetapi tidak untuk
cermin !
20. Coba kita lihat aberasi sferis pada situasi khusus. Sebuah lensa planokonveks
dengan indeks bias 1,50 dan radius kelengkungan R= 12,0 cm
21. Cahaya monokrommatik dari suatu sumber bunyi mengenai suatu celah
kembar dan menghasilkan pola interferensi dengan jarak antara dua pola terdekat
0,25cm letak layar 100 cm dari celah . Jika celah 0,2 mm berapa panjang
gelombang dari cahaya monokromatik tersebut?
22. Dirancang sebuah lensa gabungan untuk menghilangkan efek aberasi kromatis
seperti gambar dibawah ini. Jika lensa cembung-cembung mempunyai indek bias
nbiru = 1,510 dan nmerah = 1,505, sedangkan lensa cekung–datar mempunyai indeks
bias nbiru = 1,630 dan nmerah = 1,615. Tentukan spesifikasi lensa akromatis tersebut
jika diingingkan mempunnyai titik aapi (jarak fokus) 100 cm !
23. Sebuah lensa cembung-cembung terbuat dari kaca crown mempunyai radius
kurvatur R cm. Jika lensa di udara maka bayangan untuk cahaya kuning dibentuk
pada 30 cm dari lensa. Jika indeks bias cahaya biru dan merah masing-masing
adalah 1,510 dan 1,505 serta jarak pisah linear antara bayangan merah dan biru
adalah 1,5 cm. Berapakah radius kurvatur R lensa ?
24.Buatlah skema yang menggambarkan gejala aberasi mulai dari jenis, cara
reduksi efek aberasi dan kaitannya dengan cermin dan lensa!
25. Sebuah lensa cembung dari kaca crown mempunyai radius kurvatur 20 cm.
Jika lensa di udara maka bayangan untuk cahaya kuning dibentuk pada 40 cm dari
lensa. Jika indeks bias cahaya biru dan merah masingmasing adalah nB = 1,501
dan nM = 1,509 maka carilah jarak linear antara bayangan merah dan biru?
26. Sebuah cermin cekung mempunyai radius kurvatur R = 12a cm. Jika tinggi
obyek di depan cermin adalah h = 5a cm berapakah selisih letak bayangan (x)
antara keadaan normal dan karena aberasi?
PETUNJUK
PENGGUNAAN
KOMPETENSI
DASAR
3.11. Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
INDIKATOR
KOMPETENSI
DASAR
1. Mengidentifikasi berbagai macam cacat mata.
2. Menentukan pembesaran anguler pada loop baik mata tidak berakomodasi
maupun berakomodasi.
3. Menemukan perbesaran anguler pada mikroskop.
4. Menentukan panjang mikroskop.
5. Menentukan perbesaran anguler pada teleskop.
PETA KONSEP
Alat-alat optik
MATA LOOP MIKROSK TELESK
OP
Mata tua Perbesaran Teropong Bintang
Maksimum
Mata cacat Teropong Bumi
Perbesaran
Normal Teropong Prisma
Mata normal
Materi
ALAT-ALAT OPTIK
Alat-alat optik adalah alat-alat yang memakai lensa, cermin atau prisma. Selain
dari mata kita, alat-alat optic digunakan bersamaan dengan mata, bias juga untuk
membantu kita melihat ataupun membutuhkan mata kita untuk menggunakannya.
Beberapa diantaranya akan kita bicarakan :
A. Mata
B. Loop
C. Mikroskop
D. Teleskop
A. Mata
Mata adalah salah satu alat indra yang merupakan alat optic pada manusia. Jarak
titik api lensa mata dapat diubah-ubah sesuai dengan jarak benda yang akan
diamati. Daya mata untuk dapat menyesuaikan jarak titik api lensa mata dengan
jarak benda yang akan diamati disebut “daya akomodasi mata”. Bertindak sebagai
layar yang dapat menangkap bayangan benda adalah bintik kuning” atau retina
yang meneruskan kesan ini melalui urat-urat saraf mata ke pusat susunan saraf
sehingga kita melihat benda itu. Mata berfungsi dengan cara menerima,
memfokuskan, dan mentrasmisikan cahaya melalui lensa mata yang menghasilkan
bayangan objek yang kemudian ditangkap oleh retina mata. Bayangan objek yang
ditangkap retina tersebut kemudian dikirimkan ke otak melalui saraf optic untuk
kemudian di olah menjadi gambar yang mampu kita lihat secara nyata.
Gambar 53
Untuk mengamati suatu benda, lensa mata dapat menyesuaikan kedudukan lensa
mata dalam tiga sikap :
Sikap tanpa akomodasi
Sikap dengan akomodasi maksimum
Sikap dengan akomodasi pada jarak tertentu.
1) Mata normal (mata emetrop)
Mata yang dapat melihat benda dititik jauh tak terhingga tanpa berakomodasi
(mata tanpa berakomodasi = mata relaks). Hal ini berarti juga sinar-sinar sejajar
sumbu mata oleh lensa mata dipusatkan di bintik kuning. Mata normal
mempunyai “titik dekat” sekitar 25-30cm, artinya titik terdekat yang dapat diamati
dengana komodasi maksimum berkisa rantara 25cm sampai 30cm. Dengan
demikian “titik jauh” mata normal berada di titik tak terhingga.
2) Mata Cacat (mata metrop)
Mata dekat (mata miopi)
Sinar-sinar sejajar sumbu mata oleh lensa mata dipusatkan di muka bintik kuning.
Dalam hal ini titik jauh mata dekat tidak terletak lagi di titik jauh tak terhingga
tetapi pada suatu jarak tertentu Si (Si = -N = titik jauh mata dekat). Sehingga orang
matadekat harus memakai kacamata lensa konkaf dengan :
So = ∞
Si = N
1 1 1 1 −1
= + − = atauf =−N
f so s i f N
(gambar 54)
N = jarak titik dekat pengamat
∝ = sudut melihat tanpa loop
ᵦ = sudut melihat dengan loop
1. Perbesaran Normal (tanpa akomodasi)
β
γ = : perbesaran sudut (perbesaran anguler)
∝
Atau
tg β
γ=
tg ∝
Atau
N
γ=
f
2. Perbesaran maksimum (akomodasi maksimum) :
Si = - N
1 1 1
= +
f S 0 Si
1 1 1
= -
f S0 N
1 1 1
= +
S0 F N
1 N −f
=
S0 Nf
Si
γ =M ||
S0
N +f
γ =N x
Nf
N
atau :γ =¿ +1 ¿
f
C. Mikroskop
Mikroskop : alat untuk melihat benda jarak dekat. Terdiri dari lensa benda (lensa
objektif) dan lensa mata (lensa okuler). Benda yang akan diamati berada pada
jarak : f ob< so <2 f ob = ruang kedua lensa objektif.
d
Gambar 55.
Pembentukan bayangan lensa mikroskop
d = Panjang mikroskop
d = s'i + sno
atausno =d−s'1
sno = jarak benda untuk lensa okuler
Perbesaran mikroskop
γ mik =γ ob +γ ok
Perbesaran normal (tanpa akomodasi)
n
γ mik = + M ob
f ok
Perbesaran maksimum
( Nf + 1) M
γ mik =
ok
ob
Perbesaran normal suatu alat yang menggunakan dua lensa (lensa ob dan lensa ok)
adalah dalam suatu kedudukan dimana seluruh sinar yang masuk ke lensa objektif,
masuk juga ke semuanya kemata. Berarti ukuran bayangan lensa objektif akibat
pembiasan lensa okuler sesuai dengan ukuran diameter pupil mata (lensa mata).
F ob
Atau : Ɣ =
F ok
2) Teropong Bumi :
Terdiri dari lensa objektip, lensa pembalik dan lensa okuler. Lensa pembalik
(lensa konveks ) yang dipasang antara lensa objektip dan lensa okuler berfungsi
hanya untuk menegakkan bayangan terbalik oleh lensa objektip.
Karenannya : Fob = 2 F1P
F ob
Ɣ=
F ok
3) Teropong Prisma
Untuk memperpendek sumbu teropong bumi yang kurang praktis, maka pada
teropong prisma dipasang dua buah prisma siku-siku (prisma pantulan total)
diantara lensa objektip dan lensa okuler.
Fungsi kedua prisma ini :
a. Memperpanjang jalannya sinar sebelum masuk okuler.
b. Membalik bayangan sebelum masuk okuler.
c. Mengubah kembali kiri menjadi kanan pada pemantulan sebelumnnya.
d. Lensa okuler pada alat optik.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinnya aberasi pada alat-alat optik, maka
lensa okuler pada alat-alat optik dibuat dengan sistem lensa gabungan .
Lensa okuler dengam sistem lensa gabungan yang biasa digunakan :
1. Lensa okuler ramsden(okuler positif)
Terdiri dari dua buah lensa plankonveksi dengan jarak fokus yang sama dan
dipasang pada
2
jarak t = f
3
2. Lensa okuler buy gens (okuler negatif).
Terdiri dari dua buah lensa plankonveks dengan jarak fokus yang berbeda dan
1
dipasang pada jarak t = (f - f )
2 I II
ok ok II
Gambar 59
,
1,5 f = 100
f = 66,67 cm = 0.667m
Maka, kita dapat mengetahui kekuatan lensa yang dibutuhkan sebesar:
P = 1,5
Jadi, kamu perlu memakai kacamata dengan kekuatan 1,5 (plus 1,5).
Jawaban yang benar adalah B
Cermin Cekung
3. Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h
yang ditempatkan pada jarak lebih kecil dari f (f = jarak focus cermin)
bersifat …
a) Jarak bayangan
1/f = 1/s + 1/s’
1/20 = 1/10 + 1/s’
1/20 – 1/10 = 1/s’
1/20 – 2/20 = 1/s’
-1/20 = 1/s’
s’ = -20 cm
Jarak bayangan bertanda negatef artinya bayangan bersifat maya. Bayangan maya
karena tidak dilewati cahaya. Pada gambar ditandai dengan garis putus-putus.
b) Perbesaran bayangan
M = -s’/s = -(-20)/10 = 20/10 = 2 kali
Perbesaran bayangan bertanda positif artinya bayangan tegak. Bayangan
diperbesar 2 kali.
Sifat bayangan berdasarkan gambar dan hasil perhitungan di atas adalah :
1. Diperbesar 2 kali
2. Tegak
3. Jarak bayangan = jarak fokus = 20 cm
4. Bersifat maya
Jawaban yang benar adalah E.
CerminCembung
5. Sebuah cermin cembung ditempatkan di tikungan jalan.Ketika terdapat benda
yang jaraknya 2 m dari cermin, tinggi bayangan yang terbentuk 1/16 kali
tinggi benda. Jarak focus cermin adalah…
A. 2/15 m
B. 2/17 m
C. 5/8 m
D. 15/2 m
E. 17/2 m
Pembahasan
Diketahui :
Jarak benda (s) = 2 meter
Perbesaran bayangan (M) = 1/16 kali
Ditanya : Jarak focus cermin cembung
Jawab :
Terlebih dahulu hitung jarak bayangan (s’) :
Jarak bayangan adalah – 1/8 meter. Tanda negative artinya bayangan tersebut
bersifat maya. Jarak focus cermin cembung (f) :
6. Bayangan yang terbentuk oleh cermin cembung dan sebuah benda yang
tingginya h yang ditempatkan di depan cermin bersifat …
A. nyata, tegak, diperbesar
B. maya, tegak, diperbesar
C. nyata, tegak, diperkecil
D. nyata, terbalik, diperbesar
E. maya, tegak, diperkecil
Pembahasan
B. 2 kali
C. 3 kali
D. 4 kali
E. 6 kali
Pembahasan
Diketahui :
1/s = 3 cm-1, s = 1/3 cm
1/s’ = 1 cm-1, s’ = 1/1 cm = 1 cm
Ditanya : Perbesaran bayangan (M)
Jawab :
Perbesaran bayangan :
M = s’ : s
M = 1 cm : 1/3 cm
M = 1 cm x 3/1 cm
M = 3 kali
Jawaban yang benar adalah C.
Lensa Cekung
7. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan pada sebuah lensa cekung. Pada lensa
berkas cahaya tersebut mengalami…
A. pembiasan sehingga sinar menyebar
B. pemantulan sehingga sinar menyebar
C. pembiasan sehingga sinar mengumpul
D. pemantulan sehingga sinar mengumpul
E. pembiasan tetapi sinarnya tetap sejajar
Pembahasan
Loop
8. Sebuah lensa berjarak fokus 5 cm digunakan sebagai loop. Jika mata normal
menggunakan loop tersebut dengan berakomodas imaksimum, maka
perbesaran anguler loop adalah …
A. 3 kali
B. 4 kali
C. 5 kali
D. 6 kali
E. 8 kali
Pembahasan
Diketahui :
Panjang focus lensa (f) = 5 cm
Titik dekat mata normal (N) = 25 cm
Ditanya : Perbesaran anguler loop
Jawab :
Jika mata berakomodasi maksimum maka jarak bayangan yang dihasilkan oleh
loop sama dengan titik dekat mata normal. Rumus perbesaran sudut loop ketika
mata berakomodasi maksimum :
Jawaban yang benar adalah D.
Cacat Mata
9. Seseorang bermata hipermetropi supaya dapat melihat dengan normal harus
menggunakan kacamata yang kuat lensanya +2 dioptri. Maka jarak terdekat
yang dapat dilihat orang tersebut tanpa kacamata adalah …
A. 2,5 cm
B. 15 cm
C. 50 cm
D. 60 cm
E. 100 cm
Pembahasan
Diketahui :
Kuat lensa (P) = +2 dioptri
Ditanya : Jarak terdekat yang dapat dilihat orang tersebut tanpa kacamata
Jawab :
Lensa cekung atau cembung ?
Kekuatan lensa bertanda positif karenany alensa yang digunakan adalah lensa
positif alias lensa cembung alias lensa konvergen. Berapa panjang focus lensa
tersebut ?
P = 1/f
2 = 1/f
f = 1/ 2 = 0,5 meter = 50 cm
Panjang focus lensa cembung adalah 50 cm.
Rabun jauh atau rabun dekat ?
Jika lensa yang digunakan adalah lensa cembung maka rabun dekat.Berapa jarak
terdekat yang dapat dilihat oleh mata tanpa kacamata ?
Titik dekat mata normal adalah 25 cm. Agar mata dapat melihat benda pada jarak
25 cm sebagaimana mata normal, lensa harus membentuk bayangan pada jarak x
cm di depan lensa. Bayangan berada di depan lensa cembung sehingga bayangan
tegak dan maya. Bayangan bersifat maya karenanya jarak bayangan (s’) bertanda
negatif.
-1/s’ = 1/f – 1/s
-1/s’ = 1/50 – 1/25 = 1/50-2/50 = -1/50
-s’ = -50/1 = -50 cm = -0,50 meter
s’ = 50 cm = 0,5 meter
Jarak terdekat yang dapat dilihat oleh mata penderita rabun dekat adalah 50 cm.
Jarak terdekat untuk mata normal adalah 25 cm.
Jawaban yang benar adalah C.
Kacamata
10. Seorang penderita presbiopi memiliki titik dekat 50 cm, hendak membaca
pada jarak baca normal, maka ia memerlukan kacamata berkekuatan …
A. -2 dioptri
B. -1/2 dioptri
C. + 1/2 dioptri
D. +2 dioptri
E. +4 dioptri
Pembahasan :
Titik dekat mata normal adalah 25 cm dan penderita memiliki titik dekat 50 cm.
Jadi orang itu sulit melihat titik dekat alias rabun dekat. Rabun dekat dapat diatas
menggunakan lensa cembung, sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah.
Agar benda yang diamati berjarak 25 cm di depan mata, lensa harus membentuk
bayangan pada jarak 50 cm di depan mata dan lensa. Bayangan harus berada di
depan mata agar bias dilihat sehingga bayangan tegak dan bersifat maya.
Diketahui :
Jarak benda (s) = 25 cm
Jarak bayangan (s’) = -50 cm (negative karena bersifat maya)
Ditanya :Panjang fokus (f) kacamata dan kekuatan lensa (P)
Jawab :
1/f = 1/s + 1/s’
1/f = 1/25 + 1/-50
1/f = 2/50 – 1/50
1/f = 1/50
f = 50/1 = 50 cm = 0,5 meter
Panjang focus bertanda positif artinya lensa yang digunakan adalah lensa
cembung.
P = 1/f = 1/0,5 = +2 Dioptri
Kekuatan atau daya lensa adalah +2 D. Tanda positif artinya lensa yang
digunakan adalah lensa cembung.
Jawaban yang benar adalah D
Latihan Soal
1. Lensa okuler dan lensa objektif sebuah teropong bintang yaitu 50 cm & 120
cm tentukanlah :
a) Panjang teropong
b) Perbesaran total teropong
2. Perbesaran teleskop dengan mata tak berakomodasi adalah 35 kali dan jarak
focus objektifnya 60 cm, tentukan :
a) Jarak focus lensa okuler
b) Panjang teleskop
3. Sebuah teleskop bumi dengan mata tak berakomodasi mempunyai lensa
objektif dengan panjang fokus 46 cm, lensa okuler dengan panjang fokus 10
cm, dan lensa pembalik dengan fokus 4 cm. Tentukan;
a) Perbesaran bayangan
b) Panjang teleskop
4. Dengan tak berakomodasi jarak lensa mata ke retina adalah 1,5 cm, berapa
kuat tersebut?
5. Sebuah jeruk terletak 15 cm didepan cermin cekung tinggi benda 3 cm titik
focus cermin cekung 10 cm. Hitunglah:
a) Jarak bayangan
b) Perbesaran bayangan
c) Tinggi bayangan
6. Dengan mata berakomodasi maksimum sebuah loop mempunyai panjang
fokus 8 cm. Berapa perbesaran bayangan?
7. Sebuah loop berkekuatan 28D. Berapa jarak focus loop?
8. Sebuah pensil terletak 10 cm didepan cermin cembung tinggibenda 15 cm,
titik focus cekung 22 cm. Hitunglah:
a) Jarak bayangan
b) Perbesaran bayangan
c) Tinggi bayangan
9. Sebuah telur terletak 20 cm didepan lensa bikonveks dengan jari-jari
kelengkungan 10cm jika tinggi benda 5 cm. Tentukan:
a) Perbesaran
b) Tinggi bayangan
10. Sebuah batu terletak 15 cm didepan bikonkaf dengan jari-jari kelengkungan
8 cm jika tinggi benda 4 cm. Tentukan:
a) Perbesaran
b) Tinggi bayangan
11. Mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum jika benda diletakan 15
cm di depan lensa objektif dengan titik focus objektif 13 cm, titik focus
okuler 20 cm dan panjang teropong 35 cm tentukan:
a) Perbesaran lensa objektif
b) Perbesaran lensa okuler
c) perbesaran total
12. Sebuah teleskop menghasilkan perbesaran 36 kali dan jarak fokus 85 cm
tentukan panjang teleskop!
13. Teleskop mempunyai perbesaran 15 kali, jarak focus objektif 36 cm, tentukan
panjang teleskop!
14. Dengan mata berakomodasi maksimum loop mempunyai jarak fokus 7 cm,
berapa perbesaran loop?
15. Sebuah teropong memiliki perbesaran 19 kali, jarak focus lensa objektif
37cm. Berapa panjang teropong?
16. Kekuatan lensa objektif dan okuler adalah 90D dan 30D perbesaran total 45
kali. Berapa perbesaran lensa okuler?
17. Sebuah teleskop mempunyai jarak focus lensa objektif 35 cm dan jarak focus
lensa okuler 40 cm. Berapa panjang teleskop?
18. Sebuah teleskop mempunyai focus lensa objektif 16 cm dan focus lensa
okuler 8 cm. Berapa perbesaran teleskop?
19. Doni tidak dapat melihat dengan jelas dengan jarak 5 m atau lebih. Berapa
kekuatan kacamata yang harus di pakai Doni?
20. Sebuah loop berkekuatan 15D dengan mata tak berakomodasi. Tentukan
perbesaran loop!
21. Lensa okuler suatu alat optik terdiri dari 2 lensa konvergen yang identik
dengan jarak fokus 5cm dipasang pada jarak 2,5 cm satu sama lain. Tentukan
letak titik api dari susunan!
22. Lensa objektif suatu mikroskop mempunyai jarak titik api 4 mm. Bayangan
benda yang dibentuk lensa objektif ini berada 180 mm dari titik api ke dua
lensa tersebut. Jarak titik api lensa okulernya 31,25 mm. Berapakah
perbesaran mikroskop?
23. Diameter bulan 3,5 ×103 km dan jaraknya dari bumi 3,8 ×105 km. Berapakah
diameter bayangan bulan jika diamati dengan sebuah teleskop yang jarak titik
api lensa objektifnya 4 m dan lensa okulernya 10 cm?
DAFTAR PUSTAKA
Adine, Icca Tem. 2007. Prinsip Fermat Makalah. Diakses pada laman
https://kupdf.net/download/prinsip-fermat-
makalah_58beb517e12e89dc58add376_pdf pada tanggal 21 Januari 2019
Egon. 2017. Pemantulan Pada Cermin Datar. Diakses pada laman
http://diskusibersamabangegon.blogspot.comz pada tanggal 19 januari
2019
Egon. 2017. Pembiasan pada Bidang Batas Udara ke Air. Diakses pada laman
http://diskusibersamabangegon.blogspot.comz diakses pada tanggal 19
januari 2019
Frederick J.Bueche.1989. Theory and problem of college Physics 8th
edition/Frederick Bueche Schaum Series. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, Douglas. C. 2014. Fisika Prinsip dan Aplikasi jilid 2. Indonesia:
Erlangga
Halliday, David. 1984. Fisika Edisi ke 3 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Kanginan, Marthen. 1996. Fisika SMA kelas X Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Purwoko.2007.Fisika.Jakarta:Ghalia Indonesia.
Binatjipa.
Suwana, Iwan Pertama. 2010. Optik 1984. Jakarta: Duta Grafika Bogor.
Tim Dosen Pendidikan Fisika. 2016. Panduan Praktikum Fisika Dasar II.
Indralaya: Universitas Sriwijaya
Weston, Francis dkk.1972.Fisika Untuk Universitas Jilid III. Jakarta : Binatjipa.