Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

HIPERBILIRUBINEMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN ANAK

SUANDI
NIM: 891211013

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN 2021

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep penyakit
1. Definisi
a. Hiperbilirubinemia pada neonatus atau disebut juga ikterus neonatorum adalah
keadaan klinis pada neonatus yang ditandai pewarnaan kuning pada kulit,
mukosa, sklera akibat dari akumulasi bilirubin (indirek maupun direk) di dalam
serum/darah yang secara klinis akan mulai tampak di daerah muka, apabila
kadarnya mencapai 5-7mg/dL.
(https://kulon2.undip.ac.id/mod/book/tool/print/index.php?id=117179)
b. Hiperbilirubinemia adalah kondisi di mana terjadi akumulasi bilirubin dalam
darah, misalnya akibat hepatitis A, anemia hemolitik, kanker pankreas, ataupun
ikterus neonatorum. Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena produksi bilirubin
yang berlebih, gangguan fungsi hepar, atau ekskresi bilirubin yang terganggu.
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/hiperbilirubinemia
c. Hyperbilirubinemia is the elevation of serum bilirubin levels that is related to the
hemolysis of RBCs and subsequent reabsorption of unconjugated bilirubin from
the small intestines. The condition may be benign or may place the neonate at
risk for multiple complications/untoward effects.
https://nurseslabs.com/hyperbilirubinemia-nursing-care-plans/

2. Etiologi dan/atau factor risiko


Hiperbilirubinemia disebabkan oleh peningkatan produksi bilirubin karena tingginya
jumlah sel darah merah, dimana sel darah merah mengalami pemecahan sel yang
lebih cepat. Selain itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan karena penurunan
uptake dalam hati, penurunan konjugasi oleh hati, dan peningkatan sirkulasi
enterohepatik (IDAI, 2013).
Etiologi hiperbilirubinemia dibagi menjadi hiperbilirubinemia intrahepatik dan
ekstrahepatik. Hiperbilirubinemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
hiperbilirubinemia terkonjugasi dan tidak terkonjugasi.
Hiperbilirubinemia intrahepatik terutama disebabkan gangguan pada hepatosit,
seperti infeksi, drug-induced liver injury, sirosis hepatis, karsinoma hepatoseluler.
Hiperbilirubinemia terisolasi (hiperbilirubinemia tanpa kelainan fungsi hati lain)
disebabkan oleh kelainan herediter, yaitu sindroma Gilbert, sindroma Crigler-Najjar
tipe 1 dan tipe 2, sindroma Dubin-Johnson, dan sindroma Rotor. Kolestasis
intrahepatik juga dapat menyebabkan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia
ekstrahepatik dapat disebabkan oleh koledokolitiasis, kanker pankreas, striktur
traktus biliaris, kolangiokarsinoma, kolangitis autoimun, atau infeksi seperti
tuberkulosis dan askariasis.
Hiperbilirubinemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan hiperbilirubinemia
terkonjugasi dan tidak terkonjugasi.
a. Etiologi hiperbilirubinemia terkonjugasi:
1) Sindroma Dubin-Johnson
2) Sindroma Rotor
3) Infeksi virus: hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, Epstein Barr
4) Hepatitis noninfeksi: alkoholik, nonalkoholik steatohepatitis, autoimun
5) Kolestatik: primary biliary cholangitis, primary sclerosing cholangitis
6) Penyakit infiltratif: amyloidosis, limfoma, tuberkulosis, sarkoidosis
7) Sepsis
8) Toksin dan obat-obatan
9) Krisis hepatik pada anemia sel sabit
10) Kehamilan
11) Koledokolitiasis
12) Tumor pada duktus biliaris, striktur
13) Atresia bilier
14) Pankreatitis akut dan kronik

15) Infeksi parasit


b. Etiologi hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi:
1) Anemia hemolitik
2) Sindroma Gilbert dan Crigler-Najjar tipe 1 dan 2
3) Hipertiroid
4) Neonatal jaundice
dr.Steven Johanes Adrian
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/hiperbilirubinemia/epidemiologi

3. Patofisiologi
Patofisiologi hiperbilirubinemia berkaitan erat dengan proses metabolisme bilirubin.
Hiperbilirubinemia dapat terjadi bila hepar tidak dapat menjalankan metabolisme
atau ekskresi bilirubin dengan baik.
Metabolisme Bilirubin
Eritrosit memiliki masa hidup kurang lebih 120 hari. Setelah 120 hari, eritrosit
difagositosis oleh makrofag pada sistem retikuloendotelial (RES). Hemoglobin (Hb)
dari eritrosit dipecah menjadi heme dan globin, sementara heme mengalami
degradasi oleh heme oxygenase menjadi biliverdin IX alfa, karbon monoksida, dan Fe.
Biliverdin IX alfa kemudian direduksi oleh biliverdin reduktase menjadi bilirubin tidak
terkonjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke plasma, kemudian berikatan
secara reversibel dengan albumin. Bilirubin tidak terkonjugasi kemudian dibawa ke
hepar.
Dalam hepatosit, bilirubin berikatan dengan glutation-S-transferase dan dibawa ke
retikulum endoplasma, untuk mengalami konjugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi
mengalami glukuronidasi sebanyak dua kali oleh enzim uridin 5-difosfo-glukoronil-
transferase 1A1 (UGT1A1) menjadi bilirubin diglukoronida (bilirubin terkonjugasi).
Bilirubin terkonjugasi lebih larut dalam air dan bersifat kurang sitotoksik. Bilirubin
kemudian melewati sistem bilier dan masuk ke usus duodenum. Sebagian kecil
bilirubin mengalami reabsorbsi dan masuk ke sirkulasi enterohepatik. Setelah sampai
pada kolon, bilirubin mengalami hidrolisis oleh bakteri menjadi urobilinogen, yang
kemudian diekskresikan pada feses. Sebagian urobilinogen dan derivatnya juga
direabsorbsi pada kolon, dibawa ke hepar, dan diekskresi ulang atau masuk ke
sirkulasi sistemik menuju ginjal untuk kemudian diekskresikan melalui urin.
Kolestasis terjadi karena adanya gangguan pada aliran cairan empedu, yang dapat
disebabkan oleh penyakit pada hepatosit, sistem bilier intrahepatik, maupun
ekstrahepatik. Aliran empedu yang inadekuat menyebabkan akumulasi bilirubin,
asam empedu, dan lipid pada hepar.
Hiperbilirubinemia Ekstrahepatik dan Intrahepatik
Ikterus adalah kondisi yang terjadi karena deposisi bilirubin akibat gangguan
metabolisme atau ekskresi bilirubin yang menyebabkan hiperbilirubinemia.
Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena kondisi intrahepatik maupun ekstrahepatik.
Hiperbilirubinemia Intrahepatik
Hiperbilirubinemia intrahepatik dapat terjadi karena berbagai kondisi, salah satunya
adalah kerusakan pada hepatosit. Kerusakan hepatosit dapat disebabkan oleh infeksi
virus hepatitis A, hepatitis B, atau hepatitis C. Virus lain juga dapat menyebabkan
kerusakan hepatosit, seperti virus Epstein-Barr.
Selain infeksi, penyebab lain adalah penyakit yang disebabkan obat, toksin, sirosis
hepatis, hepatitis autoimun, penyakit hepar akibat kehamilan, hepatitis yang
diinduksi alkohol, Wilson disease, ataupun sindroma Budd-Chiari.
Selain gangguan pada hepatosit, kolestasis intrahepatik juga dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia. Kondisi ini dapat terjadi bila transportasi asam empedu dari hepar
ke duodenum terganggu. Penyebab kolestasis intrahepatik antara lain adalah primary
biliary cholangitis, primary biliary cirrhosis, dan primary sclerosing cholangitis, yang
diduga disebabkan proses autoimun.
Kelainan lainnya seperti reaksi transplantasi (graft-versus-host-disease) juga dapat
menyebabkan kerusakan duktus bilier. Fibrosis kistik dapat menyebabkan cystic
fibrosis-associated liver disease (CFLD) yang mengganggu aliran empedu.
Hiperbilirubinemia Ekstrahepatik
Hiperbilirubinemia ekstrahepatik disebabkan oleh obstruksi bilier. Beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan obstruksi antara lain adalah koledokolitiasis dan keganasan
pada pankreas, duktus koledokus, atau ampulla vater. Adenokarsinoma pankreas
dapat menyebabkan obstruksi bilier. Obstruksi bilier pada pasien-pasien ini seringkali
tanpa nyeri, dan disebabkan karena striktur. Striktur juga dapat disebabkan oleh
kondisi jinak, seperti primary sclerosing cholangitis, pankreatitis, kolangitis autoimun,
ischemia reperfusion injury setelah transplantasi, ataupun infeksi seperti tuberkulosis
dan askariasis. Sindrom Mirizzi dapat menyebabkan hiperbilirubinemia akibat
kompresi eksternal batu empedu pada duktus hepatikus komunis.
Hiperbilirubinemia Terisolasi
Hiperbilirubinemia terisolasi umumnya ditemukan pada kondisi intrahepatik yang
diturunkan. Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi dapat ditemukan pada sindrom
Crigler-Najjar tipe 1, Crigler-Najjar tipe 2, dan sindrom Gilbert.
Sindrom Crigler-Najjar tipe 1 adalah keadaan autosomal resesif yang menyebabkan
hiperbilirubinemia berat (>20 mg/dL) karena tidak adanya aktivitas UGT1A1. Crigler-
Najjar tipe 2 menyebabkan penurunan aktivitas UGT1A1, sehingga kadar bilirubin
berkisar antara 6-25 mg/dL. Phenobarbital dapat digunakan untuk menurunkan kadar
bilirubin di bawah 10-15 mg/dL. Sindrom Gilbert menyebabkan penurunan aktivitas
UGT1A1 dengan hiperbilirubinemia yang lebih ringan.
Hiperbilirubinemia terkonjugasi atau campuran dapat ditemukan pada sindrom
Dubin-Johnson atau sindrom Rotor. Sindrom Dubin Johnson menyebabkan mutasi
gen MRP2, yang mengakibatkan kelainan transport bilirubin. Sindrom Rotor
menyebabkan defisiensi OATP1B1 dan OATP1B3 (hepatic drug transporter).
dr.Steven Johanes (Adrian https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/hiperbilirubinemia/epidemiologi)

4. Manifestasi klinis
Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia
apabila tampak tanda-tanda sebagai berikut :
a. Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat penumpukan
bilirubin.
b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
c. Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dL atau lebih setelah 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg/dL
pada neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang
dari 36 minggu, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi trauma lahir kepala,
hipoglikemia, hiperkarbia.
5. Pathway
6. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia (indirek dan direk) pada neonatus
diperlukan pemeriksaan penunjang: darah tepi, gol darah, Rh, coombs tes direk
indirek, bil total dan direk, enzim G6PD, kultur darah, TORCH, USG abdomen
Dalam menegakan diagnosis hiperbilirubinemia pada neonatus harus ditentukan
apakah patologis/fisiologis.
Hiperbilirubinemia patologis adalah:
Kuning terjadi sebelum/dalam 24 jam pertama
Setiap peningkatan bilirubin serum memerlukan foto terapi
Peningkatan kadar bilirubin total serum >0,5 mg/dl/jam
Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah, letargi,
malas menetek, BB turun cepat, apnea, takipnea, suhu labil)
Terdapat faktor risiko Ikterus bertahan setelah 8 hari pada BCB, setelah 14 hari BKB
Bilirubin direk >2mg/dL
Di luar kriteria tersebut di atas adalah batasan fisiologis
PEMERIKSAAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium
 Pencitraan
 Biopsi hati
Pemeriksaan laboratorium
 Kadar bilirubin
 Darah lengkap: jumlah trombosit dan retikulosit bila ada anemia
 Fungsi hati : transaminase (SGOT, SGPT), gama glutamil transpeptidase (γGT), alkali
fosfatase (AF), Waktu protombin dan tromboplastin
 Elektroforesis protein, gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin, kolesterol, asam
empedu serum dan urin serta asam empedu dalam tinja.
Whitington, menyampaikan beberapa pemeriksaan laboratorium awal yang dapat
mendukung diagnosis kolestasi ekstrahepatik atau intrahepatik
Utrasonografi
Ultrasonografi (USG) mempunyai peran yang sangat penting untuk skrining kolestasis
pada bayi. Pemeriksaan ini sebaiknya dikerjakan pada semua penderita kolestasis
karena tekniknya sederhana dan non invasif. Melalui USG ini kista (duktus koledokus
atau intrahepatik), batu kandung empedu atau biliary sludge akibat nutrisi parenteral
atau penyakit hemolitik serta tumor dapat dideteksi. Untuk kista duktus koledokus
dan batu, akurasi pemeriksaan ini mencapai 90−95%. Tetapi untuk biliary sludge atau
inspissated bile akurasinya buruk. Pada pemeriksaan USG juga dapat diukur panjang
dan kontraktilitas gall bladder. Pada atresia biliaris dapat ditemukan panjang gall
bladder <1,5 cm, kolaps, tidak berlumen, atau bahkan gall bladder tidak terlihat sama
sekali. Selain itu, pada atresia biliaris didapatkan nilai kontraktilitas gall bladder
rendah atau tidak terdapat kontraktilitas sama sekali. Pemeriksaan ini dilakukan
setelah penderita dipuasakan minimal 3-4 jam dan diulang kembali setelah bayi
minum. Akurasi diagnostik pemeriksaan USG ini untuk kolestasis hanya 80%. Namun
dengan USG dapat ditemukan gambaran Triangular cord sign (gambaran masa
fibrotik membentuk kerucut atau tubular pada bagian cranial dan bifurkasio vena
porta) yang sangat membantu untuk mendiagnosis atresia biliaris. Triangular cord
sign dengan ketebalan
> 4 mm dengan memberikan kepastian diagnosa atresia biliaris dengan sensitivitas
80% dan spesifisitas 100%.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Hiperbilirubinemia indirek
1) Fototerapi
2) Transfusi tukar
3) Hidrasi (asupan cairan)
4) Tin protoporphyrin
5) Anti kejang (pada ensefalopati bilirubin)
b. Hiperbilirubinemia direk: tergantung etiologi, terapi sesuai penyakit penyebab
ikterus.
1) Pada atresia biliaris bila akan dilakukan koreksi bedah, harus dilakukan
persiapan pra-bedah
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin
dalam darah dan tata laksana penyakit yang mendasari.Contohnya adalah fototerapi
pada ikterus neonatorum, operasi untuk obstruksi, dan antivirus pada kasus yang
disebabkan virus. Tujuan tata laksana lainnya adalah perbaikan status nutrisi, keluhan
subjektif, kualitas hidup, dan mencegah atau mengobati komplikasi terkait sirosis.
Medikamentosa
Salah satu terapi medikamentosa yang digunakan pada hiperbilirubinemia adalah
Ursodeoxycholic acid (UDCA). UDCA adalah asam empedu yang ditemukan pada
beruang kutub. UDCA memiliki efek terapeutik seperti proteksi kolangiosit dari efek
toksik asam empedu, proteksi hepatosit dari apoptosis yang disebabkan asam
empedu, stimulasi sekresi bilier, dan sifat imunomodulator yang menurunkan
kerusakan hepar akibat sistem imun.
Menurut Atikah dan Jaya, 2016, cara mengatasi hiperbilirubinemia
yaitu:
a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital. Fenobarbital
dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi. Contohnya
ialah pemberian albumin untuk meningkatkan bilirubion bebas.
c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata setelah dicoba
dengan alat-alat bantuan sendiri dapat menurunkan bilirubin dengan cepat.
Walaupun demikian fototerapi tidak dapat menggantikan transfusi tukar pada proses
hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca transfusi tukar.
Edukasi dan promosi kesehatan pada hiperbilirubinemia dilakukan terkait penyebab,
pemeriksaan yang perlu dilakukan, dan tata laksana.
Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara alami :
1) Bilirubin Indirek
Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar ultraviolet ringan yaitu
dari jam 7.oo – 9.oo pagi. Karena bilirubin fisioplogis jenis ini tidak larut dalam air.
2) Bilirubin Direk
Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang adekuat. Hal ini
disarankan karna bilirubin direk dapat larut dalam air, dan akan dikeluarkan melalui
sistem pencernaan. (Atikah & Jaya, 2016 ; Widagdo, 2012)
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan hiperbilirubinemia meliputi penyebab hiperbilirubinemia,
gejala yang ditimbulkan, pemeriksaan, dan tata laksana lebih lanjut.
Hiperbilirubinemia adalah kondisi di mana kadar bilirubin dalam darah meningkat,
yang dapat menyebabkan kuning (ikterus) pada tubuh

B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan Keperawatan Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yaitu meliputi
pengkajian keperawatan, diagnos keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan, serta discharge planning.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia menurut Widagdo,
2012 meliputi:
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : tingkat keparahan penyakit, kesadaran, status nutrisi,
postur/aktivitas anak, dan temuan fisis sekilas yang prominen dari organ/sistem,
seperti ikterus, sianosis, anemi, dispneu, dehidrasi, dan lain-lain.
b) Tanda vital : suhu tubuh, laju nadi, tekanan darah, dan laju nafas.
c) Data antropometri : berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, tebal lapisan lemak
bawah kulit, serta lingkar lengan atas.
2) Pemeriksaan Organ
a) Kulit : warna, ruam kulit, lesi, petekie, pigmentasi, hiper/hipohidrolisis, dan
angiektasis.
b) Kepala : bentuk, ubun-ubun besar, sutura, keadaan rambut, dan bentuk wajah
apakah simestris kanan atau kiri.
c) Mata : ketajaman dan lapangan penglihatan, hipertelorisme, supersilia, silia,
esksoptalmus, strabismus, nitagmus, miosis, midriasis, konjungtiva palpebra, sclera
kuning, reflek cahaya direk/indirek, dan pemeriksaan retina dngan funduskopi.
d) Hidung : bentuk, nafas cuping hidung, sianosis, dan sekresi.
e) Mulut dan tenggorokan : warna mukosa pipi/lidah, ulkus, lidah kotor berpeta,
tonsil membesar dan hyperemia, pembengkakan dan perdarahan pada gingival,
trismus, pertumbuhan/ jumlah/ morfologi/ kerapatan gigi.
f) Telinga : posisi telinga, sekresi, tanda otitis media, dan nyeri tekan.
g) Leher : tiroid, kelenjar getah bening, skrofuloderma, retraksi, murmur,bendungan
vena, refluks hepatojugular, dan kaku kuduk.
h) Thorax : bentuk, simetrisisitas, pembengkakan, dan nyeri tekan.
i) Jantung : tonjolan prekordial, pulsasi, iktus kordis, batas jantung/kardiomegali.
Getaran, bunyi jantung, murmur, irama gallop, bising gesek perikard (pericard
friction rub)
j) Paru-paru : Simetrsitas static dan dinamik, pekak, hipersonor, fremitus, batas paru-
hati, suara nafas, dan bising gesek pleura (pleural friction rub)
k) Abdomen : bentuk, kolteral, dan arah alirannya, smiling umbilicus, distensi, caput
medusa, gerakan peristaltic, rigiditas, nyeri tekan, masa abdomen, pembesaran hati
dan limpa, bising/suara peristaltik usus, dan tanda-tanda asites.
l) Anogenetalia : atresia anus, vesikel, eritema, ulkus, papula, edema skrotum.
m) Ekstremitas : tonus/trofi otot, jari tabuh, sianosis, bengkak dan nyeri
otot/tulang/sendi, edema pretibial, akral dingin, capillary revill time, cacat bawaan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia menurut
Mendri dan Prayogi, 2017 yaitu :
a. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder
dari pemecahan sel darah merah dan gangguan sekresi bilirubin.
b. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (insensible
water loss) tanpa disadari dari fototerapi.
c. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding.
e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang tua.
3. Rencana keperawatan (tujuan&kriteria hasil/NOC, intervensi/NIC)
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN& KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 Risiko injury (internal) berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Observation :
dengan peningkatan serum bilirubin selama 3 x 24 jam 1. Observasi tanda-tanda warna kuning
sekunder dari pemecahan sel darah diharapkan kriteria hasil : Action :
merah dan gangguan sekresi 1. Konjungtiva normal, sklera putih, 2. Tempatkan lampu fototerapi di atas bayi
bilirubin. membrane mukosa normal. dengan tinggi yang sesuai.
2. Berat badan naik dan kondisi tidak 3. Berikan penutup mata dan buka penutup
lemah (aktif). mata setiap 4 jam saat lampu dimatikan
3. Reflek menghisap baik. untuk kontak bayi dengan orang tua.
4. Kadar bilirubin normal < 20 mg/dL. 4. Timbang berat badan neonatus.
Indikator 5. Dorong pemberian ASI 8 kali per hari.
1. Warna kulit (4) Education :
2. Mata bersih (5) 6. Edukasi keluarga mengenai prosedur dan
3. Berat badan (4) perawatan fototerapi.
4. Reflek menghisap (4) Colaboration :
5. Kadar bilirubin (4) 7. Periksa kadar serum bilirubin, sesuai
kebutuhan, sesuai protocol, atau
permintaan dokter.
8. Laporkan hasil laboratorium pada dokter.
2 Risiko kurangnya volume cairan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1) Pertahankan intake cairan
berhubungan dengan hilangnya air selama 3 x 24 jam 2) Berikan minum sesuai jadwal
(insensible water loss) tanpa disadari diharapkan kriteria hasil : 3) Monitor intake dan output cairan
dari fototerapi. 1. Bayi tidak menunjukkan tanda- 4) Berikan terapi infus sesuai program, bila
tanda dehidrasi yang ditandai ada indikasi meningkatnya temperatur,
dengan urine output (pengeluaran konsentrasi urin, dan cairan hilang
urine) kurang dari 1 – 3 ml per jam, berlebihan.
membran mukosa normal, ubun- 5) Kaji dehidrasi, membran mukosa, ubun-
ubun tidak cekung, temperatur ubun, turgor kulit, dan mata.
dalam batas normal. 6) Monitor temperature setiap 2 jam
3 Risiko gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan 1) Inspeksi kulit setiap 4 – 6 jam
berhubungan dengan fototerapi. selama 3 x 24 jam 2) Ubah posisi bayi
diharapkan kriteria hasil : 3) Gunakan pelindung daerah genital
1. Bayi tidak menunjukkan adanya 4) Gunakan alas yang lembut
iritasi kulit yang ditandai dengan
tidak adanya rash dan ruam
makular eritemosa.
4 Kecemasan orang tua berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1) Pertahankan kontak orang tua dan bayi
dengan kondisi bayi dan gangguan selama 3 x 24 jam 2) Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan
bonding. diharapkan kriteria hasil : perasaan dan dengarkan kekhawatiran yang
1. Orang tua memahami kondisi bayi dialami orang tua.
dan alasan pengobatan;
2. orang tua juga berpartisipasi dalam
perawatan bayi (pemberian minum
dan penggantian popok.

5 Kurangnya pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan 1) Diskusikan dengan orang tua mengenai
berhubungan dengan kurangnya selama 3 x 24 jam fisiologis, alasan keperawatan, dan
pengalaman orang tua. diharapkan kriteria hasil : pengobatan yang dijalankan.
1. Orang tua tidak tampak cemas 2) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam
ditandai dengan perawatan bayi.
2. kemampuan mengekspresikan 3) Jelaskan komplikasi dengan mengenal
perasaan dan perhatian pada bayi tanda dan gejala; letargi, kekakuan otot,
serta aktif dalam partisipasi menangis terus, kejang, tidak mau
perawatan bayi. makan/minum, temperatur meningkat, dan
bayi menangis melengking.
a. Hasil penelitian keperawatan terkait (minimal 3 judul, 5 tahun terakhir)
No. Nama peneliti Tahun Judul Hasil
1. Authors: 2018 Pengaruh Field Abstract
Novi Novianti Massage sebagai Hiperbilirubinemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada masa neonatal.
Henny Suzana Terapi Adjuvan Terapi modalitas dibutuhkan karena fototerapi sebagai prosedur penatalaksanaan
Mediani terhadap Kadar hiperbilirubinemia di rumah sakit berpotensi menimbulkan efek samping. Field
Universitas Bilirubin Serum Bayi massage sebagai terapi adjuvan, diduga dapat meningkatkan ekskresi bilirubin
Padjadjaran Hiperbilirubinemia selama bayi mendapat fototerapi. Namun, penelitian field massage sebelumnya
Ikeu baru melaporkan penurunan kadar bilirubin diduga seiring meningkatnya frekuensi
Nurhidayah buang air besar sebagai efek massage. Tujuan penelitian untuk mengetahui
Universitas pengaruh field massage sebagai adjuvan terhadap kadar bilirubin serum bayi
Padj hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi. Desain penelitian menggunakan kuasi
eksperimen dengan non equivalen pre test-post test design with control
group.Sampel diambil secara consecutive terbagi menjadi kelompok intervensi (16
responden) dan kelompok kontrol (16 responden). Data dianalisis menggunakan
Dependen T-Test, Independen T-Test, dan Analysis of Covarians. Hasil menunjukkan
rata-rata kadar bilirubin serum setelah intervensi pada kelompok intervensi
(8,09+1,21) sedangkan kelompok kontrol (10,05+2,17). Penurunan rata-rata kadar
bilirubin serum kelompok intervensi (7,20+1,59), sedangkan kelompok kontrol
(4,64+1,25), antara kedua kelompok terdapat perbedaan penurunan yang
bermakna (p=0,001). Kontribusi variabel confounding tidak berpengaruh terhadap
penurunan rata-rata kadar bilirubin serum, setelah dikontrol variabel confounding
pada kelompok intervensi memiliki nilai bersih (7,23+0,37), kelompok kontrol
memiliki nilai bersih (4,61+0,37). Kesimpulan didapatkan field massage sebagai
terapi adjuvan dapat menurunkan kadar bilirubin serum secara efektif. Berdasarkan
hasil penelitian Field massage bisa menjadi salah satu alternatif intervensi
keperawatan yang dapat digunakan dalam penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia
di rumah sakit. Kata kunci: Field massage, fototerapi, hiperbilirubinemia, neonatal.
Effect of Field Massage as Adjuvant Therapy on Serum Bilirubin Levels Neonatal
Hyperbilirubinemia Abstract Hyperbilirubinemia is the common complication that
occurs in neonatal period. Therapeutic modality is needed since phototherapy as a
standard procedure for hiperbilirubinemia in hospital is often give side effects. Field
massage is an adjuvant therapy might increases the excretion of infant bilirubin
serum in procedure of phototherapy. However, previous research used field
massage noticed that decreased levels of bilirubin allegedly increased with the
frequency of defecation as massage effect. The purpose of this study was to
determine effect of field massage as adjuvant to level of bilirubin serum in neonatal
with phototherapy.The research design used quasi experiments with non
equivalent pre test-post test design. The sample was recruited by consecutive
sampling of 16 respondents in intervention group and 16 respondents in control
group. Data were analyzed by using Dependent T-Test, Independent T-Test, and
Analysis Covarians. Results showed that the mean serum bilirubin level after
intervention in intervention group showed (8.09+1.21), while the control group
were about 10.05+2.17. Decreasing mean serum bilirubin level in the intervention
group (7.20+1.59) and the control group (4.64+1.25), between two groups showed
that there had significant decrease (p=0.001). Contribution of confounding
variables did not affect to the decreased mean serum bilirubin level, whereas after
controlled confounding variables in the intervention group showed had net value
(7.23+0.37), and for the control group (4.61+0.37). It can be concluded that field
massage is effective and useful in decreasing bilirubin serum levels. Results of this
study can be used as one of alternative nursing interventions in managing neonatal
hyperbilirubinemia in hospitals. Keywords: Field massage, hyperbilirubinemia,
neonatal, phototherapy.
2. NURUL 2018 PENGARUH PIJAT Abstract
QAMARIAH BAYI DAN Bayi baru lahir memiliki risiko mengalami hiperbilirubinemia yang terjadi pada
RISTA BREASTFEEDING sekitar 80% bayi prematur dan 60 % pada bayi aterm selama minggu pertama
ANDARUNI TERHADAP setelah kelahiran, yang disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah.
PENURUNAN KADAR Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pijat bayi dan
BILIRUBIN PADA breastfeeding terhadap penurunan kadar bilirubin pada neonatus dengan
NEONATUS DENGAN hiperbilirubinemia.
HIPERBILIRUBINEMI Jenis penelitian
A desain Quasi Eksperimental dengan rancangan Non-Equivalent Control Group.
Sampel dalam penelitian ini neonatus hiperbilirubinemia yang menerima fototerapi
sebanyak 70 bayi dibagi menjadi 4 kelompok. Bayi yang mendapatkan pijat dan
breastfeeding (Kelompok I), bayi yang mendapat pijat dan susu formula (Kelompok
II), bayi yang hanya mendapat breastfeeding (Kelompok III) dan bayi yang hanya
mendapat susu formula (Kelompok IV). Pemberian intervensi dilakukan selama 3
hari/sampel. Analisis data menggunakan uji Paired T Test dan uji Anova.
Hasil penelitian
menunjukan ada perbedaan kadar bilirubin antara keempat kelompok setelah
intervensi dengan p value 0,000<0,05. Setelah intervensi diperoleh rata-rata
penurunan kadar bilirubin pada kelompok pijat+breastfeeding sebesar 7.82 mg/dl,
kelompok pijat+susu formula sebesar 9.22 mg/dl, kelompok breastfeeding sebesar
14.68 mg/dl dan kelompok susu formula sebesar 13.69 mg/dl. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan pemijatan lebih efektif
menurunkan kadar bilirubin dibandingkan hanya diberikan breastfeeding atau susu
formula. Pijat bayi bisa membantu mengurangi kadar bilirubin dengan
meningkatkan frekuensi defekasi pada neonatus dengan hiperbilirubinemia yang
menerima fototerapi.
3. An’nisaa 2020 Efektifitas Terapi ABSTRAK
Heriyanti1*, Caring Support Pemberian ASI kurang dan lambatnya perawatan terapi cahaya dapat memperberat
Restuning Neobil terhadap akumulasi bilirubin di dalam darah.
Widiasih2, Perubahan Kadar Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas terapi caring support NEOBIL
Murtiningsih3 Bilirubin Serum Total terhadap perubahan nilai kadar bilirubin serum total hyperbilirubinemia fisiologis
Hyperbilirubinemia pada neonatus di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi.
pada Neonatus Di Desain penelitian menggunakan quasi experiment dengan non-equivalent control
Rumah Sakit Dustira group design pret-test post-test.
Cimahi Sampel diambil secara consecutive terbagi menjadi kelompok intervensi (29
responden) dan kelompok kontrol (29 responden) sesuai dengan kriteria inklusi.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi tindakan dan alat
mesin TMS 24i & 50i. Data dianalisa menggunakan paired t-test dan independent t-
test. Hasil menunjukan rata-rata kadar bilirubin serum total setelah pemberian
intervensi pada kelompok intervensi (9,17) sedangkan kelompok kontrol (11,23)
antara kedua kelompok terdapat penurunan yang bermakna (p-value 0,002).
Berdasarkan hasil penelitian terapi caring support NEOBIL lebih efektif secara
statistik membantu terapi cahaya menurunkan nilai kadar bilirubin serum total.
Kata kunci: Bilirubin, Hyperbilirubinemia Fisiologis, Neonatus
4 Nyoman, S., 2021 HUBUNGAN Abstract
Komang Yogi PEMBERIAN ASI Early exclusive breastfeeding has an important role in reducing the incidence of
Triana, Desak DENGAN KEJADIAN jaundice, where jaundice is a change in the skin or other organs due to a buildup of
Putu Risna IKTERUS BAYI bilirubin levels in the blood and an increase in the level of bilirubin in the blood,
Dewi, & HIPERBILIRUBINEMI which is called hyperbilirubinemia. This study aimed to determine the correlation
Nyoman A DI RSIA PURI between breastfeeding and the incidence of hyperbilirubinemia infant jaundice at
Sutresna. BUNDA DENPASAR RSIA Puri Bunda Denpasar. This study used a case-control method, comparing the
https://doi.or case group with the control group and a retrospective approach. The number of
g/10.34012/ju samples was 86 patients' medical record files. The sampling was using purposive
kep.v4i2.1572 sampling through the observation sheet and data analysis using the Chi-Square
test. This study showed that exclusive breastfeeding had less incidence of jaundice
(16.7% in the case and control groups) while the incidence of jaundice was higher in
breastfeeding and formula milk in both the case and control groups. The results of
the chi-square statistical test obtained p-value = 0.023, meaning that there was a
significant correlation between breastfeeding and the incidence of jaundice in
hyperbilirubinemia infants. It is recommended that the hospital be able to educate
and socialize early exclusive breastfeeding to patients
5 Rahmawati, (2020). Evaluasi Tingkat Abstract
E., Susmarini, Pengetahuan Background. Infants with hyperbilirubin have management in lowering bilirubin
D., & Perawat tentang levels. Management of the physiological management of jaundice is regular
Purnamasari, Terapi Stimulasi Fisik drinking with frequent breastfeeding and light therapy if possible. WHO guidelines
M. D. pada for the pathological management of jaundice can be carried out by phototherapy
Hiperbilirubinemia and pharmacology. Physical stimulation therapy is a complementary therapy in the
Neonatus. Journal of form of passive Range of Motion (ROM) movements. The aim of the study was to
Bionursing, 2(3), evaluate the level of knowledge of nurses about physical stimulation therapy in
189-195. hyperbilirubinemia neonates.
https://doi.org/10.2
0884/bion.v2i3.77 Methods. This study used a quasi-experiment with a one-group pretest-posttest
design approach. The research was conducted in May-August 2020 in virtual or
online due to the Covid 19 pandemic situation. The number of respondents was 30
people. Data collection using a modified questionnaire by the researcher. The data
were then processed and analyzed using univariate analysis and bivariate analysis
using the Paired Sample T-Test.

Results. The mean pre-test score was 77.18 and the post-test mean score was
93.74. The statistical test results showed a difference in knowledge before and after
education with a p-value of 0.000 (p <0.05).

Conclusion. Nurses' level of knowledge about physical stimulation therapy


increased after being given an education.
BAB II
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Uraian kasus

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : By. Ny. MM Nama Panggilan :
Tgl Lahir/Umur : 3 hari..........
Jenis kelamin : Perempuan…… Agama :
Bahasa yang dipakai : Sambas
Pendidikan : -
Alamat : Desa Tengguli RT 15 Kec. Sajad Telp :0812345606707
Ruang : Anak
No. Register : CM 0002
Nama Ayah : Leman … Nama Ibu : Ani ..
Pekerjaan : Pedagang……… Pekerjaan : IRT..
Pendidikan : SMA……………………… Pendidikan : …SMA…

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


Tanggal masuk : 28 Nobember 2021……………………
Tanggal dan jam pengambilan data : 29 Nobember 2021, 10.00 WIB
Diagnosis medik saat masuk : Hiperbillirubinemia…..

Cara masuk : [ ] Berjalan [ ] Kursi roda [ ] Brancar [ V ] digendong


Ditemani oleh : [ v ] orang tua [ ] saudara [ ] lain-lain
Dikirim dari : [ v ] Emergency [ ] Poli [ ] Kamar operasi [ ] lain-lain
Keadaan waktu masuk :
Kesadaran : [ v ] Composmentis [ ] Apatis [ ] Somnolen [ ] Soporcoma [ ] Coma
Pernafasan : 47 x/mnt, Suhu …36,5C, Nadi 112……… x/mnt
Tekanan darah : ………mmHg, BB : 3,450… kg, PB : …51…… cm
Keluhan yang dirasakan sekarang : ubuh bayi tanpak kuning
Alergi : [ ] ya [ ] obat [ ] makanan [ ] lain-lain … [ v ] tidak
Alat bantu yang dipakai :
[ ] kaca mata [ ] lensa kotak [ ] prothese [ ] alat bantu pendengaran
[ ] kawat gigi [ ] lain-lain …………
Apakah pernah sakit sebelum ini ? [ ] ya [v ] tidak
Bila pernah sakit apa ? …………
Apakah sudah berobat ? [ ] sudah [ ] belum
Bila sudah berobat dimana ? ……………
Riwayat dalam kandungan – kelahiran :
Prenatal : [ ] normal [ ] tidak normal ( spesifik )
……………………………………………
Natal : [ ] spontan [ ] VE [ v ] SC
BB lahir 3100………… Gr panjang badan lahir …51………… cm
Menangis saat lahir : [ v ] ya [ ] tidak
Post natal : [ ] kejang [ ] gangguan nafas [ ] kejang demam
[ ] lain-lain ……………
Minum ASI [ v ] ya, sampai umur berapa ……sekarang… bulan/tahun [ ] tidak
Riwayat Imunisasi :
[ ] DPT I [ ] DPT II [ ] DPT III [ ] Polio I [ ] Polio II [ ] Polio III [ ] BCG [ ]
Campak [ ] MMR [ v ] Hepatitis, Vaksin ulangan [ ] ya [ ] tidak
Riwayat Keluarga
Saudara :

JENIS KELAMIN
NO NAMA UMUR SEHAT / SAKIT
L/P
1.
2.
3.

Genogram keluarga ( minimal 3 generasi )

III. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI

1. PERNAFASAN
Spontan (v ) ya ( v ) reguler ( ) irreguler
( ) Tidak
Frekuensi nafas …47……… x/mnt
Keadaan saat ini :
( ) Batuk ( ) Dyspone ( ) Sianosis ( ) Retraksi :( a. Derajat .......... b. Lokasi ...................)
( ) Wheezing ( ) Sakit ( ) Lendir ( ) Ronkhi
Alat bantu nafas :
( ) O2 nasal ( ) ETT ( ) T. Piece
Hasil analisa gas darah :
( ) Asidosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
( ) Alkolosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
Keterangan : ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
2. SIRKULASI
Frekuensi nadi …112………… x/mnt
[ v ] Reguler [ ] Irreguler
Tekanan darah ……………… mmHg
Keadaan saat ini :
[ ] Edema [ ] nyeri kaki [ ] nyeri dada
[ ] kelelahan [ ] syncope
Extremitas : [ v ] Hangat [ ] Dingin [ ] Sianosis
[ ] Anemia [ ] Trombositopenia
[ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia
Keterangan : ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
3. MAKANAN, CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Makan …………… x/hari
Pagi jam ……………… Siang jam …………… Malam jam …………………
Diet : ………………………………………………………………………………………
Minum : …………………… cc/hari
Menggunakan [ ] Dot [ ] Gelas [ ] Lain-lain ……………………………………
Makanan dan minuman yang tidak disukai ……………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
Nafsu makan [ ] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk
BB sebelum sakit : ……………… kg, BB sekarang : ……3,450…… kg
[ v ] BB turun [ ] BB tetap [ ] BB naik
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit mengunyah [ ] Stomatitis
[ ] Sakit menelan [ ] kebersihan mulut kurang
[ ] Mual [ ] Muntah [ ] Nyeri ulu hati
Gigi …ada yg berlobang ……………………………………………………………………
Lidah : [ v ] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput
[ ] Lain-lain misalnya ……………………………………………………
Selaput lendir : [ v ] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput
[ ] Lain-lain misalnya …………………………………………
Abdomen : [ v ] Supel [ ] kembung [ ] Tegang

Turgor : [ v ] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk

Hasil laboratorium :
[ ] Hipoproteimenia [ ] Hipoalbuminemia
[ ] Hipokalemia [ ] Hipokalsemia
[ ] Hiponatremia
Dextrostik : [ } Normal [ } Rendah [ ] Tinggi
bilirubin direk 1,62 mg/dl
dan bilirubin total 13,74 mg/dl.
4. ELIMINASI
4.a. BUANG AIR KECIL ( BAK )
Frekuensi BAK ………………………………………… x/hari.. tidak terkaji
Ada kesukaran : [ ] Ya [ ] Tidak
Bila ada kesukaran lakukan apa ?
…………………………………………………………………………………………………
Keadaan saat ini :
[ ] Rasa terbakar [ ] Dysuria [ ] Sering BAK
[ ] Hematuria [ ] Inkontinesia [ ] Retensi urin
[ ] Imobilisasi [ ] Menetes [ ] Infeksi
[ ] Distensi kandung kemih
warna urin gelap
4.b. BUANG AIR BESAR ( BAB )
Frekuensi BAB …………………………… x/hari tidak terkaji, memakai pampers
Ada kesukaran : [ ] Ya [ ] Tidak
Bila ada dilakukan apa ? ……………………………………………
Kapan terakhir BAB …………………pagi………………………………
Keadaan saat ini :
[ ] Diare [ ] Konstipasi [ ] Hemorroid
[ ] Kolostomi [ ] Ileustomi [ ] Perubahan diet
[ ] Penurunan pemasukan cairan
[ ] Sakit pada saat defekasi [ ] Imobilisasi
Konsistensi Feces : [ ] lembek [ v ] Cair berampas
[ ] Cair tanpa ampas
Warna Feces : [ ] Kuning [ ] Hijau
[ ] Putih dempul [ ] Darah
warna feses pucat (dempul),
5. NEUROSENSORI
Tingkat Kesadaran
[ v ] Kompos mentis [ ] Apatis [ ] Somnolent ( V) delirium
[ ] Sopor coma [ ] Coma

Orientasi
[ ] Waktu [ ] Tempat [ ] Orang [ ] Bingung
Sifat Anak
[ ] Tenang [ ] Sedih [ ] Cemas [ ] Lain-lain ………………………………
Berbicara
[ ] Sesuai/teratur [ ] Tak sesuai [ ] Menghina
[ ] Aphasia [ ] Kacau
Kontak mata : [ ] Ya [ ] Tidak
Pupil mata : [ v ] Isokor [ ] An isokor [ ] Dilatasi
[ v ] Bereaksi [ ] Tidak Bereaksi
Keterangan : ……bereaksi lambat ……
……………………………………………………………………………………………………………
6. KEAMANAN / MOBILISASI
6.a. Persepsi/koordinasi
Penglihatan
[ ] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna
Pendengaran :
[ ] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri
Sensori :
[ ] Baik [ ] Pusing [ ] Pingsan [ ] Nyeri
[ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa
Keterangan : ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
6.b. Mobilisasi
Aktifitas sehari-hari yang bisa dilakukan ………………………………………………………………
[ ] Dapat menolong diri sendiri
[ ] Ditolong dengan bantuan
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit berjalan [ ] Kelelahan [ ] Nyeri
[ ] Gerakan yang terbatas ( ] kejang
[ ] Parasitis [ ] Otot lemah [ ] Riwayat jatuh
[ ] Koordinasi yang rusak [ ] Cemas
[ ] Pernafasan terganggu
[ ] Pengetahuan kurang
[ ] Penglihatan kurang
[ ] Gangguan Muskuloskeletal
[ ] Penurunan daya tahan tubuh
Keterangan : ……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
1. KEBERSIHAN DIRI / KULIT
Warna [ ] Normal [ ] Pucat [ v ] Kemerahan [ ] Kuning
tampak kuning dari wajah, leher, dada, perut, tangan, dan kaki
Temperatur [ ] Normal [ v ] Hangat
[ ] Dingin [ ] Berkeringat
Turgor [ v ] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk
Integritas kulit [ v ] Baik/utuh [ ] Kering [ ] lesi
[ ] Pruritus [ ] Rash [ ] Kemerahan
Rambut : …………………………………… Kuku …………………………………………………
Infus [ ] Ya [ ] Tidak, Drain : [ ] Ya [ ] Tidak
mandi ……………………………………………… x/hari
Menggosok gigi ………………… x/hari
Cuci rambut tiap …………………… hari
Hasil laboratorium :
[ ] Lekositosis [ ] Trombositopenia
Keterangan : ……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
2. KENYAMANAN
Keadaan saat ini :
Nyeri [ ] karakteristik : .......menelan..............................
Diaporesis [ ] Gatal [ ] Panas [ ] Mual [ ]
Temperatur : ………36,5………………………………………
Luka Operasi : [ ] Ya [ ] Tidak
Keterangan : …………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
3. TIDUR DAN ISTIRAHAT
Tidur mulai jam berapa : …………… waktu bangun …………………
Sering terbangun malam ( alasannya ) …………………………………………
………………………………………………………………………………………………………….
Tidur siang jam berapa : …………………………………………………………………………….
Tidur dengan siapa : …………………………………………………………………………………
Berdo’a/membaca cerita sebelum tidur ……………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………….
Alat bantu untuk tidur ………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………….
4. BERMAIN DAN REKREASI
Jam bermain : …………………………………… sampai jam ……………………..
Jenis permainan …………kelereng…………………………………………………………………..
Tempat bermain : diluar rumah / didalam rumah
5. PSIKO SOSIAL
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang ………………………………….
Keluarga sudah mengetahui jenis penyakitnya …………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………..
Siapa yang merawat : [ ] Ibu [ ] Bapak [ ] Saudara
[ ] Lain-lain …RS…………………………………………
Hubungan dalam keluarga :
[ ] Harmonis [ ] Tidak harmonis
Hubungan dengan teman :
[ ] Ramah [ ] Kerja sama [ ] Nakal [ ] Egois
[ ] Lain-lain …………………………………………………………………………………
Sifat anak : [ ] Pemarah [ ] Pemalu [ ] Pendiam
[ ] Manja [ ] Sabar [ ] Pemberani
[ ] Lain-lain ………………………………………………………………….
Prestasi belajar :
[ ] Baik [ ] Sedang [ ] Kurang
Harapan klien/keluarga tentang pengobatan
Penyakitnya : …cepat sembuh dan pulang……………………………………………
……………………………………………………………………………………………….
Keterangan : ……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………….
6. SOSIAL EKONOMI
Keadaan lingkungan tempat tinggal :
[ ] Bersih [ ] Kotor [ v ] Padat
Tempat tinggal : [ v ] Rumah [ ] Flat [ ] Lain-lain
Misalnya : …………………………………………………………………………………
Masalah biaya keperawatan : [ ] Ya [ v ] Tidak
Keterangan : …BPJS…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………….
7. AGAMA
Adakah hal-hal yang mempengaruhi agama dalam hal :

2. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : ………buruk ………………………
Tingkat kesadaran : kesadaran delirium……………………………………
A. Antropometri :
Berat Badan : …3,450 kg P. Badan : …51 cm… Lingkar kepala : …33 (<
3 thn)
Lingkar Lengan Atas : .......................... Lingkar Dada : ....34................
Lingkar Perut : ..................

B. Tanda Vital :
Suhu : ……36,5………………………… Nadi : ………112……………
Pernafasan ……47………………Tekanan Darah : ……………………

C. Pemeriksaan Umum
1. Kulit :
a. Warna …kemerahan……… kebersihan ………………
tampak kuning dari wajah, leher, dada, perut, tangan, dan kaki
b. Lesi tidak ada …………………………………………………….
c. Keadaan ( lembab, kering ) ……………kering…………………………
d. Temperatur.........hangat.........................................................................
e. Turgor …baik…………… oedema ……tidak ada……………
2. Kuku :
a. Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek ) ………………..
b. Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna )
Berwarna ……
c. Bentuk kuku ( cembung,cekung).......cembung.................................
3. Rambut :
Warna : hitam Distribusi : ……merata…………
Bentuk/Sifat rambut …kuat………… mudah rontok ………tidak……………
4. Kepala:
Bentuk.........bulat........... kesemetrisan...............simetri.................
.
5. Wajah:
Bentuk....oval...............................................
warna......kemerahan...................................................
6. Mata :
a. Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak ) …………simetris…
b. Warna konjungtiva : ………Merah…………………
c. Sclera ..Putih...……………………………………………..
d. Iris : …………………normal……………………………………………………
e. Cornea : …………………normal………………………………..
f. Pupil ( jernih, refleks, oedema ) ………repleks lambat.
g. Lensa ( jernih, keruh ) …………jernih……………………………..
h. Kelopak mata ( pitosis, oedema ) …………………………
i. Ketajaman penglihatan...................................
7. Hidung
a. Mukosa hidung ( warna) …………merah…………terpasang NGT..
b. Bulu hidung ……………normal…………………………………….
c. Adakah akumulasi ……tidak ada…… sekret/darah ……tidak ada….
d. Septum ………jelas………………………………………
8. Mulut
a. Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban).merah.......
b. Mukosa (warna, lesi, kelembaban) ……merah……..
c. Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) …………normal………..
d. Uvula ( gerakan, posisi ) ……………normal…………………………
e. Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi ) ………………
f. Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret ) kemerahan..
g. Tonsil (kemerahan, bengkak).............normal......................................
h. Kebersihan mulut …… ...................................
9. Telinga
a. Bentuk dan besarnya ……………normal…………………………….
b. Letak ( simetris ) …………simetris…………………….
c. Benjolan …………tidak ada…………….
d. Keadaan membran telinga ……………utuh…………
e. Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau tidak ada……………………..
f. Pendengaran ………………normal…………………
10. Leher
a. Gerakan leher ………………………………
b. Pembesaran getah bening …………tidak ada…………………
c. Bendungan vena jugularis ……………………tidak ada…………
d. Adakah tumor, oedema, lesi …………tidak ada………….
11. Dada :
a. Lingkar dada : …………simetris……………………….......................
b. Gerakan dada : …………………normal……………………………
c. Bentuk dada : ……………datar……………………………….
12. Paru-paru :
a. Gerakan pernafasan : ……teratur………
b. Pola pernafasan : ………normal………………..
c. Frekuensi : …………47 x/menit………………………….
d. Suara pernafasan : ……………………………
13. Abdomen :
a. Menonjol dan gerakan ……………normal……………………..
b. Lembut, tegang, ada masa, cairan abnormal ......normal…..
c. Perkusi ( sonor, dulnes pekak ) …………sonor……………….
d. Bising usus 15 kali/ menit……………
e. Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) ………tidak menonjol……..

14. Hepar :
a. Adakah pembesaran : …………tidak ada….
b. Teraba(ada/tidak):…………tidak teraba………………..
c. Sewaktu bernafas atau bergerak(sakit/tidak)………
15. Kelenjar limpa :
a. Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) ………tidak teraba………
b. Konsistensi ( padat, kenyal ) ……………………………………..
c. Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) ……………………………
d. Nyeri tekan : ………………tidak…………………………………….
16. Ginjal :
a. Dapat diraba/tidak …………tidak teraba……………………………….
b. Pembesaran unilateral/bilateral ………………………………….
17. Punggung
a. Bentuk ( simetris ) ………………simetris………………………..
b. Lessi, tumor ……………………tidak ada………………………………….
18. Ekstremitas atas dan bawah
a. Kekuatan otot ……………………………………………
b. Adakah atropi otot ………………………tidak ada………………
c. Adakah fraktur ………………………tidak ada…………….
d. Adakah kelumpuhan …tidak ada……… jenis …………………………………
e. Oedema/lessi ……………tidak ada………………..
f. Nyeri otot …………………tidak ada…………………………
g. Refleks lutut/siku ………………tidak ada……………………
19. Genitalia
a. Adakah pembesaran penis …………tidak ada …………………
b. Lessi mukosa labia, clitoris ……………tidak ada………………………
c. Deformitas ( kelainan bentuk kelamin ) …………tidak ada…………
20. Anus
a. Perdarahan : ………………tidak ada………………………
b. Hemoroid : ………………tidak ada………………………
c. Atresia ani ……………………tidak ada…………………
d. Massa, tumor : ………………tidak ada………………….

3. PEMERIKSAAN REFLEKS
A. Berkedip : .............................

B. Moro : .................................
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
C. Rooting/mencari : .......................
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
D. Sucking/menghisap : ........................................
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa
stimulasi)
E. Swallowing/menelan : ...................................

F. Merangkak : .................................
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)
G. Palmar Grasp/menggenggam : .................................
(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)
H. Tanda Balbinski : ............................
(Normal : dijumpai sampai umur < 1 tahun)

4. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


A. Kemandirian dan bergaul :

B. Motorik halus :
C. Bernalar dan berbahasa :

D. Motorik kasar :

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosis penyakit : ..................................
B. Pemeriksaan laboratorium :
1. Urine : ………………………....
2. Feces: ………………
3. Kimia darah : …… bilirubin direk 1,62 mg/dl
dan bilirubin total 13,74 mg/dl.
C. Pengobatan
1. Simtomatik :
2. Kausal/antibiotika : fototerapi 2x24 jam,
pemberian ASI on demand,
terapi oral ursodioxicolic acid 30 mg setiap 8 jam,
3. Terapi cairan : …
4. Terapi oksigen/ karbondioksida : ……
D. Radiologi
1. Hasil photo rontgen : ………………………………………………
2. USG : …………………………………………………………………….
3. Lumbal fungsi : …………………………………………………….
Hasil pengkajian: Asuhan keperawatan
1. Analisis data
No Data Masalah Etiologi
.
1 DS: - Risiko injury peningkatan
DO: (internal) serum bilirubin
a. warna kulit tampak kuning pada sekunder dari
wajah, leher, dada, perut, pemecahan sel
punggung, tangan dan kaki, darah merah
b. warna urin gelap dan gangguan
c. warna feses pucat (dempul), sekresi
d. bilirubin direk 1,62 mg/dl bilirubin.
dan bilirubin total 13,74 mg/dl.
2 DS: - Risiko kurangnya hilangnya air
DO: volume cairan (insensible
fototerapi 2x24 jam, water loss)
tanpa disadari
dari fototerapi
3 DS: - Risiko gangguan fototerapi.
DO: integritas kulit
fototerapi 2x24 jam,
4 DS: - Kecemasan orang kondisi bayi
DO: tua dan gangguan
fototerapi 2x24 jam, bonding.
5 DS: - Kurangnya kurangnya
DO: pengetahuan pengalaman
fototerapi 2x24 jam, orang tua.
6 DS: - Resiko infeksi Prosedur invasif
DO:
bayi lahir secara SC atas indikasi
ketuban pecah dini 2 jam disertai
cairan ketuban merembes keruh

2. Rumusan diagnosa keperawatan (minimal 3 diagnosa, urutan sesuai prioritas)

a. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin


sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan sekresi bilirubin.
b. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (insensible
water loss) tanpa disadari dari fototerapi
c. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan bonding.
e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengalaman orang tua.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan Prosedur invasif
3. Rencana keperawatan (tujuan, kriteria hasil, dan minimal 1 intervensi observasi, 2 intervensi mandiri, dan 1 intervensi edukasi untuk
setiap diagnosa)
No. Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Dx.
1 Setelah diberikan asuhan kriteria hasil : Observasi :
keperawatan selama 3 x 24 1. Konjungtiva normal, sklera 1. Observasi tanda-tanda warna kuning
jam putih, membrane mukosa Terapeutik :
Diharapkan normal. 2. Tempatkan lampu fototerapi di atas bayi dengan tinggi yang
1.jaundice berkurang 2. Berat badan naik dan sesuai.
2.Kadar serum bilirubin kondisi tidak lemah (aktif). 3. Berikan penutup mata dan buka penutup mata setiap 4 jam
normal 3. Reflek menghisap baik. saat lampu dimatikan untuk kontak bayi dengan orang tua.
3.Refleks hisap dan menelan 4. Kadar bilirubin normal < 4. Timbang berat badan neonatus.
baik 20 mg/dL. Edukasi :
Indikator 5. Edukasi keluarga mengenai prosedur dan perawatan
1. Warna kulit normal fototerapi.
2. Mata bersih 6. Dorong pemberian ASI 8 kali per hari.
3. Berat badan meningkat kolaborasi :
4. Reflek menghisap baik 7. Periksa kadar serum bilirubin, sesuai kebutuhan, sesuai
5. Kadar bilirubin normal protocol, atau permintaan dokter.
8. Laporkan hasil laboratorium pada dokter.
2 Setelah diberikan asuhan kriteria hasil : Observasi
keperawatan selama 1 x 24 Bayi tidak menunjukkan 1. Monitor intake dan output cairan
jam tanda-tanda dehidrasi yang 2. Kaji dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
diharapkan ditandai dengan urine output dan mata.
1. Turgor kulit kembali (pengeluaran urine) kurang 3. Monitor temperature setiap 2 jam
normal dari 1 – 3 ml per jam, Terapeutik
2. Elastisitas kulit baik. membran mukosa normal, 4. Pertahankan intake cairan
3. Membrane mukosa tidak ubun-ubun tidak cekung, 5. Berikan minum sesuai jadwal
kering. temperatur dalam batas
normal. Kolaborasi
6. Berikan terapi infus sesuai program, bila ada indikasi
meningkatnya temperatur, konsentrasi urin, dan cairan
hilang berlebihan.
3 Setelah diberikan asuhan kriteria hasil : Observasi
keperawatan selama 1 x 24 Bayi tidak menunjukkan 1. Inspeksi kulit setiap 4 – 6 jam
jam adanya iritasi kulit yang Terapeutik
Diharapkan ditandai dengan tidak adanya 2. Ubah posisi bayi
1. Suhu kulit normal rash dan ruam makular 3. Gunakan pelindung daerah genital
2. Hidrasi baik eritemosa. 4. Gunakan alas yang lembut
3. Integritas kulit baik
4 Setelah diberikan asuhan kriteria hasil : Terapeutik
keperawatan selama 1 x 24 1. Orang tua memahami 1. Pertahankan kontak orang tua dan bayi
jam kondisi bayi dan alasan Edukasi
diharapkan pengobatan; 2. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan
1. Cemas berkurang 2. orang tua juga dengarkan kekhawatiran yang dialami orang tua.
2. Tampak waspada berpartisipasi dalam
berkurang perawatan bayi
3. Sangat khawatir (pemberian minum dan
berkurang penggantian popok.

5 Setelah diberikan asuhan kriteria hasil : Edukasi


keperawatan selama 1 x 24 1. Orang tua tidak tampak 1. Diskusikan dengan orang tua mengenai fisiologis, alasan
jam diharapkan cemas ditandai dengan keperawatan, dan pengobatan yang dijalankan.
1. Orang tua memahami kemampuan 2. Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.
kondisi bayi mengekspresikan 3. Jelaskan komplikasi dengan mengenal tanda dan gejala;
2. Orang tua memahami perasaan dan perhatian letargi, kekakuan otot, menangis terus, kejang, tidak mau
alasan pengobatan pada bayi serta aktif makan/minum, temperatur meningkat, dan bayi menangis
3. Orang tua berpartisipasi dalam partisipasi melengking.
dalam merawat bayi perawatan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. ___________, 2018, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta
2. ___________, 2018, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta
3. ___________, 2018, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia , Jakarta
4. Kenadeed Hersi, dkk, 2021, HIPERBILLIRUBINEMIA (Nursing), https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568762
5. Pane, Dame Cristy, 2020, HIPERBILLIRUBINEMIA, https://www.alodokter.com/HIPERBILLIRUBINEMIA
6. __________, 2021, HIPERBILLIRUBINEMIA, https://www.who.int/health-topics/HIPERBILLIRUBINEMIA#tab=tab_1
7. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/14-Update-diagnostik-dan-tatalaksana-ikterik-pada-bayi_opt.pdf
JURNAL KEGIATAN HARIAN

Nama mahasiswa : SUANDI

NIM : 891211013

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul : Praktik Klinik Tahap Profesi Stase Keperawatan Anak

Pekan ke- : III

Hari/Tanggal Jam Uraian singkat kegiatan** Keterangan


Senin 08.0 mencari artikel ilmiah tentang topik
29 November 2021 0 terkait,
s/d
22.0
0
Selasa 08.0 menyusun laporan pendahuluan,
30 November 2021 0
s/d
22.0
0
Rabu 08.0 Menyusun Asuhan Keperawatan
1 Desember 2021 0 Pengkajian
s/d
22.0
0
Kamis 08.0 Menyusun diagnosa dan perencanaan
2 Desember 2021 0
s/d
22.0
0
Jumat 08.0 Menyusun diagnosa dan perencanaan
3 Desember 2021 0
s/d
22.0
0

Anda mungkin juga menyukai