Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM MANAJEMEN RESIKO

FASILITAS RUMAH

SAKITMEDIKA STANNIA

I. PENDAHULUAN

Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang pekerjaan di
dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebut
minyalnya: perminyakan, perbankan, penerbangan, IT, ekspedisi luar angkasa, dan
lain-lain. Makin besar risiko suatu pekerjaan, maka makin besar perhatiannya pada
aspek manajemen risiko ini. Pengertian dari risiko adalah peluang terjadinya sesuatu
yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan. Sedangkan manajemen
risiko adalah budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan
peluang–peluang sambil mengelola efek yang tidak di harapkan atau kegiatan
terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan
risiko. Refersi utama manajemen risiko adalah standar Australi dan New Zealand
AS/NZS 4360:2004 yang kemudian diadopsi oleh lembaga ISO dengan standar ISO
31000:2009. ISO pun menerbitkan standar pendukungnya, yaitu ISO Guide.

73:2009 dan ISO/IEC 31010:2009. Dan sudah barang tentu, seluruh aktifitas
manajemen risiko didunia ini merujuk pada standar–standar tersebut. Manajemen
risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun
peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka
manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga
efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat
pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.

II. LATAR BELAKANG

Tuntutan terhadap kelalaian terhadap institusi kesehatan di dunia semakin


meningkat jumlahnya sejak tahun 1980-an. Hal ini mendesak departemen kesehatan
berbagai negara, seperti Inggris dan negara-negara persemakmurannya untuk
berpikir ekstra. Sampai awal tahun 1990-an tuntutan 2 hukum yang di terima institusi
kesehatan seperti rumah sakit mencapai 75 milyar ponsterling. Jumlah yang sangat
besar ini memaksa departemen kesehatan Inggris merombak keseluruhan sitem
pelayanan kesehatan, utamanya budaya kerja para pemberi layanan kesehatan.
Maka mulai diperkenalkan dan dibuat manajemen risiko dalam kerangka kerja
departemen kesehatan di Inggris, diberlakukan untuk seluruh trust dan board yang
menjadi afiliasinya. Kita menyadari bahwa tidak hanya penangulangan risiko yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
masyarakatnya. Perlunya evaluasi berkelanjutan, fokus pada kepentingan pasien,
dan kopmpunen-kompunen lain membentuk sebuah kerangka kerja baru yang
disebut clinical governance. Manajemen risiko merupakan salah satu pilar penerapan
clinical governance dalam institusi pelayaan kesehatan. Manajemen risiko dapat
digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi risiko secara sistemik,
evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi
organisasi maupun individu, dengan penekanan pada perubahan budaya kerja dari
yang reaksioner dan penanggulangan menjadi pencegahan dan pengelolaaan.
Risiko yang dicegah dalam pengelolaan manajemen risiko berupa risiko klinis dan
non klinis.

III. TUJUAN

3.1 Tujuan Umum.

Meminimalisasi dan meniadakan resiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi


bahaya yang ada di Rumah Sakit Bakti Timah.

3.2 Tujuan Khusus.

1. Mengurangi resiko kegagalan fasilitas yang ada di rumah sakit.

2. Mengawasi dan memonitor resiko terkait fasilitas dan lingkungan di Rumah


Sakit Bakti Timah.

3. Meningkatkan keamanan dan keselamatan fungsi fasilitas yang ada di Rumah


Sakit Bakti Timah bagi karyawan, pasien dan pengunjung.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A. IDENTIFIKASI RESIKO.

1. KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT


IDENTIFIKASI BAHAYA
Penculikan bayi
Penyanderaan
KEAMANAN LINGKUNGAN Kehilangan barang milik pasien dan keluarga
RUMAH SAKIT Kehilangan kendaraan bermotor
Kehilangan sarana dan prasarana rumah sakit
Keselamatan saat ada renovasi / pembangunan

Terjatuh dan terpeleset di RAM / tangga


KEAMANAN PASIEN,
Terpeleset di kamar mandi
PENGUNJUNG DAN
Tersengat listrik.
KARYAWAN

2. BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA


IDENTIFIKASI BAHAYA
Penanganan B3 yang salah
BAHAN BERBAHAYA DAN Penyimpanan B3 tidak pada tempatnya
BERACUN B3 yang tidak di beri label
Tidak memakai APD saat penanganan B3

3. BENCANA
KEJADIAN IDENTIFIKASI BAHAYA
Wabah penyakit
Gempa bumi
Kebocoran gas
IDENTIFIKASI WABAH DAN
Ledakan bom
BENCANA
Banjir
Tanah longsor
Kecelakaan transportasi
4. KEBAKARAN
KEJADIAN IDENTIFIKASI BAHAYA
Hubungan pendek arus listrik
Ledakan gas
Kebocoran gas
INSIDEN KEBARAN
Ledakan kompor gas
Percikan api dari colokan listrik
Kebakaran akibat puntung rokok

5. PERALATAN MEDIS
KEJADIAN IDENTIFIKASI BAHAYA
Kesalahan pembacaan hasil pada alat medis
karena belum terkalibrasi
Kesalahaan penggunaan alat karena belum
PERALATAN MEDIS terkalibrasi
Kesalahan penggunaan alat medis yang baru
karena belum di lakukan pelatihan alat baru

6. SISTEM UTILITAS
KEJADIAN IDENTIFIKASI BAHAYA
. Pemadam listrik
. Kerusakan / meledaknya pompa air
SISTEM UTILITAS . Saluran air / IPAL mampet
. Kerusakan telepon
. Kebocoran gas
. Meledaknya tabung gas medis
. Meledaknya sistem gas sentral
B. ANALISA RESIKO

Tabel analisa resiko berdasarkan tingkat bahaya

SKOR KETERANGAN
1 Kegagalan yang tidak di sadari oleh pasien dan tidak menimbulkan dampak
dalam pelayanan kesehatan.
2 Kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan kesehatan tetapi
menimbulkan kerugian minor.
3 Kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar terhadap pasien.
4 Kegagalan menyebabkan kematian atau kecacatan.

Tabel analisa resiko berdasarkan tingkat probabilitas

SKOR KETERANGAN
1 Hampir tidak pernah ( remote ) jarang terjadi ( dapat terjadi dalam > 5
sampai 30 tahun).
2 Jarang ( uncommon ) kemungkinan akan muncul ( dapat terjadi dalam > 2
sampai 3 tahun ).
3 Kadang – kadang ( occasional ), kemungkinan akan muncul ( dapat terjadi
beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun ).
4 Sering ( frequent ), hampir sering muncul dalam waktu relatif singkat (
mungkin terjadi beberapa kali dalam 1 tahun ).

ANALISA RESIKO FASILITAS DI RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH

RESIKO TINGKAT TINGKAT SKOR


BAHAYA PROBABILITAS TOTAL
( SKOR ) ( SKOR )

KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT

Penculikan bayi 4 1 4
penyanderaan 4 1 4
Kehilangan barang milik pasien dan 3 4 12
keluarga
Kehilangan kendaraan bermotor 3 1 3
Kehilangan sarana dan prasarana 3 1 3
rumah sakit
Keselamatan saat ada 4 1 4
renovasi/pembangunan
Terjatuh / terpeleset di RAM / tangga 4 2 8
Terpeleset di kamar mandi 2 2 4
Tersengat listrik 4 1 4

BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA

Penanganan B3 yang salah 2 4 8


Penyimpanan B3 tidak pada 1 1 1
tempatnya
B3 yang tidak di beri label 2 4 8
Tidak memakai APD saat penanganan 2 4 8
B3

BENCANA
Wabah penyakit 4 1 4
Gempa bumi 4 1 4
Kebocoran gas 4 1 4
Ledakan bom 4 1 4
Banjir 4 1 4
Tanah longsor 4 1 4
Kecelakaan transportasi 4 1 4

KEBAKARAN

Hubungan pendek arus listrik 4 1 4


Ledakan gas 4 1 4
Kebocoran gas 4 1 4
Ledakan kompor gas 4 1 4
Percikan api dari colokan listrik 4 1 4
Kebakaran akibatan puntung rokok 4 1 4

PERALATAN MEDIS
Kesalahan pembacaan hasil pada alat 4 1 4
medis karena belum terkalibrasi
Kesalahan penggunaan alat karena 4 1 4
belum terkalibrasi
Kesalahan penggunaan alat medis 4 1 4
yang baru karena belum dilakukan
pelatihan alat baru

SISTEM UTILITAS

Pemadaman listrik 2 2 4
Kerusakan / meledaknya pompa air 2 2 4
Saluran air/ IPAL mampet 2 1 2
Lift macet 2 2 4
Kerusakan SIRUS 2 2 4
Kerusakan telepon 2 1 2
Kebocoran gas 4 1 4
Meledaknya tabung gas medis 4 1 4
Meledaknya sistem gas sentral 4 1 4

C. EVALUASI RESIKO

Evaluasi resiko di lihat dari analisa resiko yang di lakukan sehingga dapat di
buat suatu prioritas penanganan resiko sebagai berikut :

NO. RESIKO
1 Kehilangan barang milik pasien dan keluarga
2 Terjatuh/terpeleset di RAM / tangga
3 Penanganan B3 yang salah
4 B3 yang tidak di beri label
5 Tidak memakai APD saat penanganan B3
6 Penculikan bayi
7 Penyanderaan
8 Keselamatan saat ada renovasi / pembangunan
9 Terpeleset di kamar mandi
10 Tersengat listrik
11 Wabah penyakit
12 Gempa bumi
13 Kebocoran gas
14 Ledakan bom
15 Banjir
16 Tanah longsor
17 Kecelakaan transportasi
18 Hubungan pendek arus listrik
19 Ledakan gas
20 Kebocoran gas
21 Ledakan kompor gas
22 Percikan api dari colokan listrik
23 Kebakaran akibat puntung rokok
24 Kesalahan pembacaan hasil pada alat medis karena belum terkalibrasi
25 Kesalahan penggunaan alat karena belum terkalibrasi
26 Kesalahan penggunaan alat medis yang baru karena belum di lakukan
pelatihan alat baru
27 Kebocoran gas
28 Meledaknya tabung gas medis
29 Meledaknya sistem gas sentral
30 Pemadaman listrik
31 Kerusakan pompa air
32 Lift macet
33 Kerusakan SIRUS
34 Kehilangan kendaraan bermotor
35 Kehilangan sarana dan prasaran RS
36 Saluran air / IPAL mampet
37 Kerusakan telepon
D. TATA KELOLA RESIKO

1. KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT

Beberapa hal dapat di lakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan


dengan keamanan lingkungan rumah sakit yaitu:

a. Penambahan CCTV pada area – area yang beresiko terjadinya ancaman


keamanan seperti ruang bayi / NICU untuk mencegah penculikan bayi,tempat
parkir untuk mencegah pencurian kendaraan bermotor dan tempat beresiko
lainnya.
b. Pemeriksaan dan pemeliharaan CCTV.
c. Pemberlakuan pemakaian tanda pengenal ( badge ) untuk pemgunjung
pasien rawat inap,penunggu pasien rawat inap,dan tamu di rumah sakit.
d. Melakukan data ulang mengenai kebutuhan keselamatan pasien ( misal :
pegangan di setiap tangga dan dinding termasuk kamar mandi,tempat tidur
dengan penahan pada tepinya,dll).
e. Melengkapi sumber listrik dengan penutup
f. Menyediakan rol hole pada ram / jalan miring.
g. Melakukan monitoring dan evaluasi renovasi dan pembangunan gedung di
rumah sakit.

2. BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA


Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan
dengan bahan dan limbah berbahaya adalah :

a. Pembuatan tempat khusus untuk penyimpanan B3.


b. Sosialisasi mengenai prosedur penyimpanan dan pengelolaan B3 kesemua
unit.
c. Melengkapi MSDS / LDKB B3 serta di dokumentasi dan di bagikan kepada
unit-unit yang menggunakan bahan tersebut.
d. Penyediaan APD pada setiap unit yang memiliki B3 dan menerapkan
kebiasaan penggunaan APD bagi petugas menggunakan B3.
e. Pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,pencegahan dan
penanggulangan kebaran,keadaan darurat bencana,cara melakukan
evakuasi,penanganan limbah dan B3.
3. BENCANA

Beberapa hal dapat di lakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan


dengan keadaan darurat bencana adalah :

a. Membentuk tim siaga bencana.


b. Membentuk standar prosedur operasional tentang pencegahan dan
penanggulangan bencana.
c. Melakukan pelatihan siaga bencana dan evakuasi (jadwal
pelatihan,peserta,pelaporan ),yang melibatkan semua unsur di rumah sakit.
d. Menyediakan fasilitas : rambu – rambu penunjuk arah lokasi pelayanan,jalan
keluar,jalan masuk,arah evakuasi bencana,pintu emergency,denah dan
gambar arah evakuasi di setiap gedung.
e. Melakukan simulasi keadaan darurat bencana.

4. KEBAKARAN

Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisisr bahaya yang berhubungan


dengan kebakaran adalah :

a. Menyediakan APAR yang mencukupi kwalitas dan kuantitasnya,terutama di


ruang khusus.
b. Melakukan pemeliharaan APAR secara berkala.
c. Melakukan patroli asap secara rutin.
d. Melakukan pemasangan larangan merokok dan penegakan aturan larangan
merokok.
e. Mengususlkan alat deteksi asap / api pada tempat – tempat yang rawan
kebakaran,misalanya : laboratorium,instalasi gizi / dapur,radiologi dan tempat
perawatan intensif.
f. Pemeliharaan hidran secara rutin.
g. Pemasangan arah dan denah evakuasi bencana kebakaran,banjir dan
gempa.
h. Melakukan sosialisasi mengenai pencegahan,pengendalian kebakaran.
i. Membentuk tim di masing - masing ruangan untuk
pencegahan,pengendalian kebakaran.
j. Melakukan simulasi kebakaran dan keadaan darurat bencana secara
berkesinambungan.
5. PERALATAN MEDIS.

Beberapa hal dapat di lakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan


dengan sarana dan prasarana adalah :

a. Melakukan kalibrasi alat secara berkala.


b. Membuat dan menerapkan SPO tentang pelatihan bagi tenaga medis yang
mendapatkan alat baru.
6. SISTEM UTILITAS

Beberapa hal dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya yang berhubungan


dengan sistem utilitas adalah :

a. Melakukan pemantauan secara rutin pompa sumur air ,panel –panel listrik
dan sistem gas medis.
b. Penempatan gas medis ( tabung ) di ruang khusus dan di berikan
pengaman agar tidak terjatuh.

E. DIKLAT MANAJEMEN RESIKO

Diklat manajemen resiko bertujuan untuk memberikan informasi kepada pegawai


rumah sakit baik medis maupun non medis tentang pentingnya manajemen
resiko,pengendalian atau pencegahan resiko serta bahaya yang mungkin terjadi
akibat resiko yang ada. Diklat manajemen resiko akan di adakan setiap satu
tahun sekali pada bulan ketiga.

F. PELAPORAN INSIDEN

Pelaporan insiden di lakukan masing – masing unit. Jika terjadi insiden di salah
satu unit,maka unit yang bersangkutan wajib melaporkan insiden tersebut ke tim
K3RS yang nantinya akan dilakukan investigasi dan evaluasi akan di jadikan
acuan penyususan program berikutnya dan di sampaikan ke Direktur RS. Bakti
Timah Pangkalpinang.
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN.

1. Koordinasi antara IPSRS dengan tim K3RS.


2. Koordinasi antara unit kerja,IPSRS dan tim K3RS
3. Sosialisasi program manajemen resiko saat laporan pagi.

VI. SASARAN

1. KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT.


a. Penambahan CCTV pada area- area yang beresiko terjadinya
ancaman keamanan seperti ruang bayi/NICU untuk mencegah
penculikan bayi,tempat parkir untuk mencegah pencurian kendaraan
bermotor dan tempat yang beresiko lainnya terlaksana 100% dalam
waktu 3 bulan.
b. Pemeriksaan dan pemeliharaan CCTV di lakukan setiap hari
terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
c. Pemberlakuan pemakaian tanda pengenal ( badge ) untuk pengunjung
pasien rawat inap,penunggu pasien rawat inap,dan tamu di RS
terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
d. Melakukan data ulang mengenai kebutuhan keselamatan pasien (
misal : pegangan di setiap tangga dan dinding termasuk kamar
mandi,tempat tidur dengan penahan pada tepinya,dll) terlaksana
100% dalam waktu 3 bulan.
e. Melengkapi sumber listrik dengan penutup terlaksana 100% dalam
waktu 3 bulan.
f. Menyediakan rol hole pada ram / jalan miring terlaksana 100% dalam
waktu 3 bulan.
g. Melakukan monitoring dan evaluasi renovasi dan pembangunan
gedung di rumah sakit terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.

2. BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA.

a. Pembuatan tempat khusus untuk penyimpanan B3 terlaksana 100%


dalam waktu 3 bulan.
b. Sosialisasi mengenai produser penyimpanan dan pengelolaan B3 ke
semua unit,terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
c. Melengkapi MSDS / LDKB B3 serta di dokumentasikan dan di bagikan
kepada unit – yang menggunakan bahan tersebut terlaksana 100%
dalam waktu 3 bulan.
d. Penyediaan APD pada setiap unit yang memiliki B3 dan menerapkan
kebiasaan penggunaan APD bagi petugas menggunakan B3
terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
e. Pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,pencegahan
dan penanggulangan kebakaran,keadaan darurat bencana,cara
melakukan evakuasi,penanganan limbah dan B3 terlaksana 100%
dalam waktu 3 bulan.

3. BENCANA

a. Membentuk tim siaga bencana terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.


b. Membuat standar prosedur operasional tentang pencegahan dan
penanggulangan bencana terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
c. Melakukan pelatihan siaga bencana dan evaluasi ( jadwal
pelatihan,peserta,pelaporan),yang melibatkan semua unsur di rumah
sakit terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
d. Menyediakan fasilitas : rambu – rambu penunjuk arah lokasi
pelayanan,jalan keluar,jalan masuk,arah evakuasi bencana,pintu
emergency,denah dan gambar arah evakuasi di setiap gedung
terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
e. Melakukan simulasi keadaan darurat bencana terlaksana 100% dalam
waktu 3 bulan.

4. KEBAKARAN

a. Menyediakan APAR yang mencukupi kwalitas dan


kuantitasnya,terutama di ruang khusus terlaksana 100% dalam waktu
3 bulan.
b. Melakukan pemeliharaan APAR secara berkala terlaksana 100%
dalam waktu 3 bulan.
c. Melakukan patroli asap secara rutin terlaksana 100% dalam waktu 3
bulan.
d. Melakukan pemasangan larangan merokok dalam penegakan aturan
larangan merokok terlaksan 100% dalam waktu 3 bulan.
e. Mengusulkan alat deteksi asap / api pada tempat- tempat yang rawan
kebakaran,misalnya labiratorium,instalasi gizi/ dapur ,radiologi dan
tempat perawatan intensif terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
f. Pemeliharaan hidran secara rutin terlaksana 100% dalam waktu 3
bulan.
g. Pemasangan arah dan denah evakuasi bencana kebakaran,banjir dan
gempa terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
h. Melakukan sosialisasi mengenai pencegahan,pengendalian kebakaran
terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
i. Membentuk tim di masing –masing ruangan untuk
pencegahan,pengendalian kebakaran terlaksana 100% dalam waktu 3
bulan.
j. Melakukan simulasi kebakaran dan keadaan darurat bencana secara
berkesinambungan terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.

5. PERALATAN MEDIS.

a. Melakukan kalibrasi alat secara berkala terlaksana 100% dalam waktu


3 bulan.
b. Membuat dan menerapkan SPO tentang pelatihan bagi tenaga medis
yang mendapatakan alat baru terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.

6. SISTEM UTILITAS

a. Melakukan pemantauan secara rutin pompa sumur air,panel –panel


listrik,dan sistem gas medis terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.
b. Penempatan gas medis ( tabung ) di ruang khusus dan di berikan
pengaman agar tidak terjatuh terlaksana 100% dalam waktu 3 bulan.

7. JADWAL PELAKSANAAN

Jadwal pelaksanaan yang telah di susun dapat di lihat di lampiran.

8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi program kerja di lakukan setiap 3 bulan sekali.

9. PENCATATAN,PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN.


Pencatatan di lakukan saat pelaksanaan kegiatan,pelaporan di lakukan paling
lambat 1 minggu setelah pelaksanaan kegiatan. Evaluasi di lakukan paling
lambat 1 minggu setelah laporan di terima.

Sungailiat , 02 Januari 2012


Ketua Tim K3

Dr. GUSTAMI

Anda mungkin juga menyukai