Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran famili

kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri China. Sawi masuk ke

Indonesia sekitar abad ke -17, namun sayuran ini sudah cukup populer dan diminati

di kalangan masyarakat (Rukmana, 2008).

Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

Konon di daerah asal Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang

lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (Sunarjono, 2008).

Di taiwan, perhatian terhadap pengembangan sawi dirintis sejak tahun 1949.

pada tahun tersebut luas panen sawi di Taiwan mencapai 5000-6000 ha. Tanaman

sawi lebih popular disebut “Mustard”. Pada tahun 1965, luas panen sawi Filipina

mencapai 2.810 ha dengan produksi 12.544 ton. Berawal dari negara tersebut, sawi

meluas dibudidayakan dibelahan dunia yang daerah pertaniannya cukup dikenal.

Beberapa negara dikawasan Asia menaruh perhatian besar terhadap perakitan

varietas sawi unggul yang dapat dikembangkan di daerah iklim subtropis maupun

tropis. Pada tahun 1976 di Asian Vegetable Resarch and Development Center

(AVRDC) Taiwan, mengkoleksikan 640 varietas sawi yang terdiri atas 488 tipe
2

tanaman. Dari 457 varietas (kultivar) pilihan, 69 varietas diantaranya berasal lokal

Taiwan. Negara lainnya seperti Thailand, jepang dan Indonesia merintis perakitan

varietas – varietas sawi unggul, termasuk berbagai jenis sawi hibrida maupun non-

hibrida.

Masuknya tanaman sawi ke wilayah Indonesia diduga pada abad ke -19,

bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayur sub tropis lainnya, terutama

kelompok kubis-kubisan (Cruiferae). Sawi berkembang pesat di dataran rendah

maupun dataran tinggi yang telah dikenal daerah pertaniannya

Sayuran ini banyak menyebar di Indonesia, sawi memiliki bentuk dan rasa

yang berbeda dengan sayur-sayuran lain. Sayuran ini dapat ditanam di dataran tinggi

yang memiliki udara cukup dingin dan kesuburan tanah yang sesuai (Suhardi, 1990).

Hambatan pengembangan sawi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tiga

fakor. Pertama, benihnya masih impor dari luar negeri yang harganya mahal dan daya

kecambahnya kadang-kadang rendah. Kedua sampai saat ini sawi ditanam di dataran

tinggi pada ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. Karena masih sedikit

varietas sawi yang ada dapat terserang penyakit busuk bercak daun Alternaria

brassice (berk) Sacc. Dan busuk lunak Erwinia Crotovora (Jones) Holland dengan

tingkat serangan yang berbeda-beda.


3

Untuk mengatasi hambatan tadi, Balai Penelitian Hortikultura (Balithor)

Lembaga serta terkesinambungan melakukan penelitian pengembangan varietas

unggul baru, baik yang berasal dari hasil persilangan di dalam negeri maupun

introduksi dari luar negeri. Salah satu sasaran pengembangan sawi adalah diarahkan

ke dataran rendah dan dataran menengah (Yati, 2010))

Sawi merupakan tanaman semusim. Bentuknya hampir menyerupai caisim.

Sawi dan Caisim kadang sukar dibedakan. Sawi berdaun lonjong, halus tidak berbulu

dan tidak berkrop. Kedua jenis sayuran ini dapat disilangkan (kawin silang). Tanaman

sawi mempunyai batang pendek dan lebih langsing dari batang petsai. Urat daun

utama lebih sempit daripada petsai, tetapi daunnya lebih liat. Pada umumnya pola

daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Rukmana, 2008).

Tanaman sawi (Brasicca juncea L.) telah dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Aneka hidangan yang menggunakan sawi sebagai bahan baku yang digunakan

sebagai campuran sayur seperti lodeh, capcay, bakmi rebus dan lain-lain

(Sunarjono, 2008).

Sawi (Brassica juncea L) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari

oleh masyarakat Indonesia, mulai dari golongan masyarakat kelas atas sampai kelas

bawah. Di Indonesia banyak terdapat jenis makanan yang menggunakan daun sawi

baik sebagai bahan pokok (dimakan bersama nasi) maupun sebagai pelengkap

(campuran makanan bakso).


4

Selanjutnya menurut Cahyono (2008), mengatakan, sawi caisim selain sebagai

sayuran juga dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama yang

mengkonsumsinya secara kontinyu. Sawi dapat menghilangkan rasa gatal di

tenggorokkan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala karena mengandung

vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan manusia. Produksi sawi dapat

ditingkatkan melalui budidaya yang baik, yaitu pemeliharaan dan pemupukan yang

tepat. Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang atau kotoran ayam, kotoran

sapi dan kotoran kambing sangat baik untuk pertumbuhan sawi dengan kualitas yang

baik dan dapat meningkatkan produksi sawi caisim (Sunarjono, 2008)

Menanam sayuran ini tidak rumit, langkah pertama menyiapkan lahan dan

mengolah lahan dengan mencangkul, lalu membuat bedengan dan memberikan pupuk

dasar berupa pupuk kandang. Bibit yang telah disemai ditanam dalam bedengan. Bibit

harus memiliki kualitas yang baik. Proses perawatan juga tidak terlalu rumit. sawi

membutuhkan air yang cukup, pagi dan sore harus disiram. Pemupukan dan mencabut

gulma atau rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sayur sawi dilakukan secara rutin

(Yati, 2010).

Di dalam tanaman Fosfor merupakan unsur yang mobil dan bilamana terjadi

kekurangan unsur ini pada suatu tanaman maka Fosfor pada jaringan-jaringan tua

akan di translokasikan ke jaringan yang masih efektif. Apabila terjadi kekurangan

unsur Fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman menyerap sulfur


5

dalam bentuk ion silfat (SO42-) yang tidak banyak terdapat dalam tanah mineral.

Karena bermuatan negatif ion sulfat mudah hilang dari daerah perakaran karena

tercuci oleh aliran air. Khususnya terjadi pada tanah berpasir. Sebagian besar sulfur di

dalam tanah berasal dari bahan organik yang telah terdekomposisi, sulfur elemental

(bubuk/batu belerang) dari aktivitas vulkanis dan partikel dari cerobong asap pabrik

yang terbawa ketanah oleh hujan (Novizan, 2007).

Kalium didalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi

sekitar 1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam

tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam

beberapa proses metabolisme utama tanaman (Sarif, 1996).

Dari uraian singkat diatas telah menunjuk bahwa pengembangan budidaya

sawi memiliki prospek baik untuk mendukung peningkatan gizi masyarakat,

pengembangan agribisnis dan lain sebagainya. Oleh karena itu penulis tertarik

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Pupuk TSP Dan Pupuk KCl

Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.).
6

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah penelitian yaitu:

1. Apakah ada pengaruh perlakuan pemberian pupuk TSP terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)?

2. Apakah ada pengaruh perlakuan pemberian pupuk KCl terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)?

3. Apakah ada interaksi pengaruh perlakuan pemberian pupuk TSP dan

pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau

(Brassica juncea L.)?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk TSP terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

2. Untuk mengetahui pengaruh pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

3. Untuk mengetahui interaksi antara pemberian pupuk TSP dan pupuk KCl

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau

(Brassica juncea L.)


7

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian seperti sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar sarjana pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek

penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang

secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang telah diidentifikasi melalui proses secara penelitian langsung

Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti yaitu

Pupuk TSP dan Pupuk KCl merupakan variabel bebas, serta pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi hijau merupakan variabel terikat, secara sederhana kerangka

pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut:


8

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk TSP
Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Sawi
Hijau

Pupuk KCl
Pelaksanaan Penelitian

Paremeter yang diamati yaitu : - Tinggi Tanaman (cm)


Jumlah Daun (helai)
Berat Segar per Tanaman Sampel (gr)
Berat Segar Tanaman per Plot (gr)

Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
9

1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pemberian pupuk TSP terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

2. Ada pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

3. Adanya interaksi antara pemberian pupuk TSP dan KCl terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.)

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di Desa N2 Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu,

Kabupaten Labuhanbatu dengan tofografi datar dan jenis tanah top soil yang berada

pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret sampai dengan bulan Mei 2014.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman

Menurut Rukmana (2008), klasifikasi tanaman sawi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Papavorales

Famili : Cruciferae (Brassicaceae)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L

Tanaman Sawi (Breassicca Juncea L) termasuk cruciferae dan merupakan

tanaman semusim, termasuk tumbuhan semak yang berdiri tegak dan batang

berongga dengan pertumbuhan radikal, daun lonjong dan tipis serta tidak memiliki

bulu.

Tanaman Sawi (Breassicca Juncea L), dimana tanaman sawi memiliki batang

yang ramping dan lebih hijau, sedangkan batang petsai gemuk dan berkelopak dengan

daun putih kehijauan. Ciri khas tanaman sawi ialah berdaun lonjong, halus dan tidak

berbulu serta berkrop.


11

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yang biasa di budidayakan, antara lain

yaitu sawi putih, sawi hijau dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal

Caisim alias sawi hijau yang mempunyai ciri-ciri panjang langsing berwarna

kehijauan, rasanya renyah dan segar yang mempunyai sedikit rasa pahit sehingga

membuat banyak diminati oleh masyarakat.

Tanaman sawi yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual)

ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran relatif

dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30 cm (Cahyono, 2008).

Batang tanaman sawi umumnya pendek dan banyak mengandung air (herbaceous).

Disekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang bertangkai

pendek (Jumin, 2002). Tanaman ini dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral

kearah puncak cabang tak berbatang. Sebagian besar sayuran sawi memiliki ukuran

daun yang lebih besar, dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada tipe tertentu,

daun yang tersusun secara spiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip

kepala longgar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).

Umumnya bunga berwarna kuning namun ada pula yang berwarna putih.

Bunganya terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang/tunas. sawi

berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran.

Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar. Buah–buah

sawi berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji. Biji-bijinya bulat kecil
12

berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji-biji inilah yang digunakan sebagai

bahan perbanyakan tanaman sawi (Sunarjono, 2008).

2.2. Morfologi Tanaman Sawi

2.2.1. Akar

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria)

cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silinders) menyebar kesemua

arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. akar-akar ini berfungsi antara lain

menghisap air zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang

tananam (Yati, 2008)

2.2.2. Batang

Batang (caulis) sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun. Batang

tanaman sawi umumnya pendek dan banyak mengandung air

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).

2.2.3. Daun

Tanaman Sawi umumnya berdaun lebar dan berkerut-kerut serta membentuk

krop, pada B. Chinensis, struktur tangkai daunnya panjang, langsing dan berwarna
13

putih kehijauan daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Agak lain

dengan struktur daun sawi pada umumnya daun-daun sawi bersayap dan bertangkai

panjang yang bentuknya pipih (Rukmana,2008)

2.2.4. Bunga

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di

daratan tinggi maupun di daratan rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai

bunga (infiorescentia) yang tumbuh memanjang ( tinggi ) dan bercabang banyak.

Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas 4 helai daun kelopak, 4 helai daun mahkota

bunga berwarna kuning-cerah, 4 helai benang sari , dan 1 buah putik yang berongga

dua (Yati, 2010)

2.2.5. Biji

Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan bantuan serangga lebah

maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan ini terbentuk buah yang berisi biji. Buah

sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap

buah (polong) berisi 2-8 butir biji. Biji – biji sawi bentuknya bulat kecil berwarna

coklat atau coklat kehitam hitaman. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).


14

2.3. Syarat Tumbuh

2.3.1. Iklim

Sawi adalah suatu sayuran musim dingin atau lembab, dapat juga pada musim

panas jangka pendek. Pertumbuhan sawi sepanjang tahun dan pada musim semi,

kelembaban tinggi dan tumbuh baik pada ketinggian 1000 – 2000 di atas permukaan

laut (Jumin, 2002).

Sawi menghendaki keadaan iklim yang dingin selama pertumbuhannya. Suhu

yang baik berkisar antara 15 - 250C serta cukup mendapat sinar matahari.

(Sunarjono, 2008).

Tanaman sawi yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual)

ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran relatif

dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30 cm (Yati, 2010).

Beberapa varietas tanaman sawi dapat berbunga secara alami di daerah tropis

Indonesia. Varietas yang sulit berbunga dapat dirangsang dengan perlakuan suhu

dingin 5 - 10 0C selama 3 - 4 minggu pada biji-bijinya yang disebut teknik

vernalisasi ( Cahyono, 2008).

2.3.2. Tanah

Sawi menghendaki keadaan tanah yang gembur dengan pH 5,5 – 6,5.

Tanaman kailan dapat tumbuh dan beradaptasi di semua jenis tanah, baik tanah yang
15

bertekstur ringan sampai berat. Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawi

adalah lempung berpasir (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).Pada tanah-tanah yang

masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kalian sering mengalami hambatan,

mudah terserang penyakit akar bengkak atau “Club root” yang disebabkan oleh

cendawan Plasmodiophora brassicae Wor. Sebaliknya pada tanah yang basa atau

alkalis (pH lebih besar dari 6,5) tanaman terserang penyakit kaki hitam (blackleg)

akibat cendawan Phoma lingam (Rukmana, 2008).

Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan,

rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi,

karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan

kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk

organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk

kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan

agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan

(Suhardi, 1990). Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya

dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasaman

tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira

2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan

penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur
16

yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO 3) atau dolomit (CaMg(CO3)2) (Cahyono,

2008).

Syarat tanah ideal untuk tanaman sawi adalah subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam

tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. Sawi dapat ditanam pada berbagai

jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung

berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu

pengelolahan secara sempurna antara lain mengelolahan tanah yang cukup.

(Suhardi, 1990).

Tanah yang paling baik untuk tanaman sawi sudah tentu tanah yang subur.

yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin

berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman sawi juga

membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula

(Jumin, 2002).

Tanah merupakan tempat bertumpunya tanaman agar dapat tubuh dengan

tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah

harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik

penanaman sawi di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang tidak terlalu

sempit sehingga tidak mengganggu perakaran.


17

Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang

tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan

gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.

Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke

dalam tanah. Apabila kedalaman penyerapan antara 0,2 – 20 cm berlangsung paling

lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.

Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek

(Sunarjono, 2008).

Tanah perlu diperhatikan dalam budidaya sawi yaitu jenis tanah dan derajat

keasaman ( pH ) tanah.

1. Jenis Tanah

Tanah yang digunakan sebagai media tanam sebaiknya merupakan tanah yang

gembur, perakaran akan mudah untuk melakukan proses respirasi atau pernapasan.

Tanah yang remah dan berbutir – butir memiliki aerasi dan daya tahan air yang baik.

Selain itu, akar juga akan mudah manembus saat mencari bahan makanan. Tanah

yang baik adalah jenis aluvial dan andosol karena kedua tanah ini memiliki komposisi

kandungan pasir dan tanah liat yang baik dan seimbang.


18

2. Derajat Keasaman Tanah (pH)

Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman sawi

berkisar antara 4,5 – 7. Pada pH yang terlalu rendah (di bawah 4), tanaman akan

keracunan aluminium (AL) dan besi (Fe) atau kekurangan unsur hara yang penting,

misalnya fosfor. Sementara, pada pH yang terlalu tinggi tanaman juga dapat

kekurangan fosfor karena unsur ini diikat oleh kalsium.

Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan penambahan bahan – bahan kimia

tertentu. Jika tanah terlalu asam, untuk mengatasinya dapat menambahkan kation

basa seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), atau kalium (K). Senyawa yang paling

umum digunakan adalah kation basa CA dalam bentuk kalsium oksida (CaO) atau

lebih populer dengan sebutan kapur kalsit. Selain kapur kalsit, dapat juga digunakan

dolomit. Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam serta mengandung unsur hara

magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg (CO 3)2. Selain

kapur, untuk meningkatkan pH tanah dapat pula menggunakan abu sekam atau abu

kapur. Jumlah kapur yang diberikan disesuaikan dengan pH tanah tersebut.

Sementara itu untuk menurunkan pH tanah yang terlalu asam dapat dilakukan

dengan menambahkan unsur belerang. Jumlah belerang yang ditambahkan

disesuaikan dengan kondisi pH tanah (Jumin, 2002).


19

2.3.3. Air

Pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan

hidupnya mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara

fungsional air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat

yang dapat membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman

(Sunarjono, 2008).

Air adalah suatu unsur yang menentukan mati/hidupnya tanaman. Telah

ditentukan secara umum, bahwa tanaman hanya dapat mengisap garam-garam

mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan

tumbuh-tumbuhan.

Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman sawi juga sangat membutuhkan air.

Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam

tanah, pelarut sel tanaman, dan bahan pembentuk senyawa baru.

Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.

Sel – sel tanaman sawi sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman sawi

pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan

mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.

Yang dimaksud curah hujan di sini adalah air hujan dengan segala bentuknya

yang diterima oleh bumi, seperti air embun, kabut dan segenap jumlah air yang turun

berbagai macam. Banyak air yang di terima pada permukaan tanah diukur dengan
20

tebalnya lapisan air permilimeter, apabila air tidak mengalir, tidak menguap dan tidak

meresap ke dalam tanah.

Pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan

hidupnya mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara

fungsional air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat

yang dapat membawa zat hara serta gas dari luar kedalam jaringan tanaman

(Yati, 2010).

2.5. Peranan Pupuk TSP (Fosfor)

Peran pupuk Fosfor untuk tanaman antara lain : dapat mempercepat dan

memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman muda pada umumnya.

Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah, dapat

meningkatkan produksi biji-bijian (Lingga, 1996).

Di dalam tanah, fungsi Fosfor terhadap tanaman adalah sebagai zat

pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis dengan demikian adalah

statis, hanya sebagian kecil saja yang tersedia dalam bentuk anorganis sebagai ion-ion

fosfat, sebagai bahan pembentuk pospor yang terpencar-pencar dalam tubuh tanaman

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Di dalam tanaman Fosfor merupakan unsur yang mobil dan bilamana terjadi

kekurangan unsur ini pada suatu tanaman maka Fosfor pada jaringan-jaringan tua
21

akan di translokasikan ke jaringan yang masih efektif. Apabila terjadi kekurangan

unsur Fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman dan gejalanya sulit diketahui

sebagaimana gejala-gejala yang kelihatan pada tanaman-tanaman yang kurang unsur

Nitrogen dan Kalium (Sutedjo, 2000).

Untuk dasar pupuk TSP di tanaman sawi yaitu sebanyak 3 gram tiap tanaman

disebar merata dengan tanah tergantung jarak tanamannya. Pupuk TSP tersebut

diberikan setelah tanaman berumur 10 hari dibedengan atau 10 hari setelah

dipindahkan dari tempat penyemaian ke tempat lahan tanaman sawi tersebut

(Rukmana, 2008).

2.6. Peranan Pupuk KCl (Kalium)

Kalium didalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan

bervariasi sekitar 1,7 – 2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara

normal. Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim

yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman

(Hasibuan, 2008).

Kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Apabila K defisiensi

maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan

meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada

dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk


22

aktivitas-aktivitasnya sehingga pembentukan bagian-bagian tanaman akan

berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi tanaman berkurang

(Marsono, 1999).

Fungsi kalium yang lain adalah :

─ Esensiil dalam sintesis protein

─ Penting dalam pemecahan karbohidrat, proses pemberian energi bagi

tanaman.

─ Membantu dalam keseimbangan ion dalam tanaman.

─ Penting dalam translokasi logam-logam berat seperti Fe.

─ Membantu tanaman mengatasi gangguan penyakit

─ Penting dalam pembentukan buah (Novizan, 2007)

Menurut (Cahyono, 2008) tanaman sawi diberi pupuk untuk memacu

pertumbuhan vegetatif, yaitu Kalium. Pemberian pupuk kalium umumnya

menggunakan KCl. Pemupukan dapat dilakukan dua kali yaitu pada dua dan empat

minggu setelah tanam dengan dosis 5 gr/tanaman . Pupuk diberikan ke dalam sebuah

lingkaran yang dibuat 3 cm dari batang tanaman, lalu ditutup dengan tanah dan

disiram air.

2.7. Mekanisme Masuknya Unsur Hara Melalui Akar


23

Unsur C dan O diserap oleh tanaman melalui udara dalam bentuk CO2 yang

diambil melalui stomata dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air oleh akar

tanaman, unsur hara yang diserap dari larutan tanah dapat tersedia sekitar akar.

Akar akan menghisap hara yang larut dalam air pada kedalaman tertentu,

tergantung pada perkembangan dan kedalaman penetrasi akar. Pada perkembangan

akar yang tidak normal akibat adanya rintangan dalam menembus tanah, maka unsur

hara yang terdapat jauh dibawah jangkauan daya hisap akar tidak akan terserap

(Sarif, 1996).
24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

● Benih sawi hijau varietas Tosakan,

● Pupuk TSP,

● Pupuk KCl,

● Tanah topsoil,

● Fungisida Dithane M-45,

● Insektisida Sevin 85 SP dan

● Air .

● Pelepah kelapa sawit

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah

● cangkul,

● gembor,

● Alat hitung,
25

● Alat tulis,

● Alat ukur,

● Plastik,

● Timbangan,

● Hand Sprayer.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok


(RAK) dengan dua Faktor perlakuan, yaitu:
1. Faktor pemberian pupuk TSP yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu:

P0 : Tanpa pemberian pupuk TSP = 0 gr/ tanaman

P1 : Pemberian pupuk TSP = 1,5 gr/ tanaman

P2 : Pemberian pupuk TSP = 3 gr/ tanaman (Rukmana, 2008)

P3 : Pemberian pupuk TSP = 4,5 gr/ tanaman

2. Faktor pemberian pupuk KCl yang terdiri dari 3 perlakuan:

K0 : Tanpa pemberian pupuk KCl = 0 gr/ tanaman

K1 : Pemberian pupuk KCl = 5 gr/ tanaman (Cahyono, 2008)

K2 : Pemberian pupuk KCl = 7 gr/ tanaman

Dari hasil penelitian dianalisis sidik ragam rancang acak kelompok (RAK) dengan

model linier sebagai berikut:

Y ijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk


26

Dimana ;

Y ijk : Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, pada perlakuan N taraf ke-j, dan
perlakuan P taraf ke-k.

µ : Efek dari nilai tengah

ρi : Efek ulangan ki-i

αj : Efek dari perlakuan N pada taraf ke-j

Βk : Efek dari perlakuan P pada taraf ke-k

(αβ)jk : Efek dari interaksi antara perlakuan N taraf ke-j dan perlakuan P taraf
ke-k

Εijk : Efek eror yang disebabkan oleh ulangan ke-i, perlakuan N taraf ke-j,
perlakuan P taraf ke-k. (Hanafiah, 2010)

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut:


P0KO P0KI P0K2

P1K0 PIK1 P1K2

P2K0 P2K1 P2K2

P3K0 P3K1 P3K2

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman / plot : 9 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 324 tanaman

Jumlah tanaman sampel/plot : 3 tanaman


27

Ukuran plot : 80 cm x 50 cm

Jarak tanaman : 20 cm x 20 cm

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1. Penyiapan Benih dan Pembibitan

4.1.1. Memilih Tempat Persemaian

Pilih tempat persemaian yang letaknya strategis, yakni pengairannya mudah,

tanahnya subur, ringan dan gembur, keadaan sekelilingnya terbuka atau mendapat

sinar matahari.

4.1.2. Membuat Bedengan Persemaian

Lahan untuk persemaian dibersihkan dari rumput-rumput liar ataupun batu

kerikil dengan alat bantu parang atau cangkul. Tetapkan lebar bedengan antara 1,0

-1,2 meter dan panjangnya tergantung kebutuhan atau kondisi lahan. Kemudian

bentuk bedengan sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, dan diratakan permukaannya

dengan tangan atau alat bantu dari papan kayu.

4.1.3. Pembuatan Naungan Persemaian

Untuk melindungi tanaman pembibitan dari teriknya matahari dan guyuran air

hujan secara langsung maka pembuatan dibuat secara kolektif. Naungan dibuat
28

dengan memanjang arah utara selatan, tinggi tiang naungan depan 1,0-1,5 m atau

timur,tiang belakang atau barat setinggi 0,6-0,8 m dengan tujuan untuk mendapatkan

sinar matahari pagi. Jarak antar tiang 1 m, atap terbuat dari pelepah kelapa sawit dan

tiang terbuat dari bambu.

4.1.4. Penyemaian Benih

Sebelum benih sawi disemai, bedengan pesemaian disiram dulu dengan air

bersih sampai cukup basah (lembab). Sebarkan benih sawi secara merata di

permukaan bedengan pesemaian, kemudian tutup dengan tanah tipis setebal 0,5 - 1,0

cm. Penyemaian dilakukan ± 2 minggu sebelum dipindahkan kemedia penanaman.

4.2. Penyiapan Lahan (Pengolahan Tanah)

Penyiapan lahan pada intinya membersihkan lahan dari segala macam gulma

(tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan penyiapan

lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan

tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin masih ada.

Lahan penanaman di bersihkan dari gulma atau semak-semak lainnya,

batu/kerikil disingkirkan dari areal dan pembersihan bekas sisa-sisa kayu atau kotoran

lainnya, dengan menggunakan cangkul. Setelah itu dilakukan penggemburan dan

selanjutnya pembuatan plot-plot penelitian sesuai dengan ukuran plot yang telah

ditentukan dan setip pinggir plot dibuat parit keliling sebagai drainase. Petak plot
29

dengan ukuran 80 cm × 50 cm dan dibuat parit pemisah antar blok dan plot sebagai

drainase dengan lebar 50 cm.

4.3. Penanaman

Penanaman dilakukan setelah tanaman cukup umurnya yaitu, ± 2 bulan

setelah semai atau berdaun 4 -5 helai. Bibit sawi di persamaian disiram dulu

medianya hingga cukup basah. Berikutnya bibit tersebut tinggal dipindah tanamkan

ke kebun. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit di urut serta di padatkan tanahnya

agar perakaran dapat kontak langsung dengan air tanah. Waktu tanam sebaiknya pagi

hari atau sore hari untuk menghindari suhu udara dan penguapan air yang terlalu

tinggi. Selesai penanaman, areal kebun sawi yang baru ditanami, segera diairi

(disiram) hingga cukup basah (lembab).

4.4. Aplikasi Pupuk TSP

Pupuk TSP diberikan dengan cara ditanam dengan jarak 10 cm dari tanaman

sawi dan pupuk TSP diberikan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan rotasi 1

minggu sekali dengan dosis sebagai berikut:

P0 : Tanpa pemberian pupuk TSP = 0 gr/ tanaman

P1 : Pemberian pupuk TSP = 1,5 gr/ tanaman dengan interval 1 minggu sekali

P2 : Pemberian pupuk TSP = 3 gr/ tanaman dengan interval 1 minggu sekali

P3 : Pemberian pupuk TSP = 4,5 gr/ tanaman dengan interval 1 minggu sekali
30

4.5. Aplikasi Pupuk KCl

Pupuk KCl diberikan dengan cara ditanam dengan jarak 10 cm dari tanaman

sawi dan pupuk KCl diberikan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan rotasi 1

minggu sekali dengan dosis sebagai berikut:

K0 : Tanpa pemberian pupuk KCl = 0 gr/ tanaman

K1 : Pemberian pupuk KCl = 5 gr/ tanaman dengan interval 1 minggu sekali

K2 : Pemberian pupuk KCl = 7 gr/ tanaman dengan interval 1 minggu sekali

4.6. Pemeliharaan

Kecambah yang telah tumbuh menjadi bibit selama masa pertumbuhan sampai

dipindahkan kekebun harus di pelihara dengan baik. Pekerjaan pemeliharaan bibit

yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.

4.6.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pagi sebelum pukul

10.00 WIB dan sore hari sesudah pukul 15.00 WIB. Penyiraman dilakukan

menggunakan gembor ukuran 10 liter air, apabila turun hujan dan polibag telah

mencapai kapasitas lapang tidak perlu dilakukan penyiraman.


31

4.6.2. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak, atau

yang pertumbuhannya tidak normal. Penyulaman biasanya dilakukan 1 minggu

setelah tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang

pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi

disebabkan oleh kesalahan pada saat penanaman.

Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan

atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang

digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang

tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

4.6.3. Penyiangan

Biasanya setelah turun hujan, tanah disekitar tanaman menjadi padat sehingga

perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah kita juga dapat melakukan

pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh..

Penyiangan cukup dilakukan dengan tangan atau dikorek dengan garpu pada

saat bersamaan lingkungan media pun harus di gemburkan agar tetap subur

Penyiangan dilakukan pada polibag maupun pada areal tanaman percobaan dengan
32

interval penyiangan 2 minggu sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma diareal

tanaman percobaan.

4.6.4. Pengendalian hama dan penyakit

Didalam pengendalian hama dan penyakit kemungkinan adanya serangan

hama dan penyakit terhadap bibit sawi di pembibitan sangat besar oleh karena itu,

perlu pengamatan yang cermat terhadap setiap individu tanaman agar gangguan hama

dan penyakit dapat segera diketahui dan di berantas.

Pengendalian hama dan penyakit, dilakukan secara kimiawi berupa

penyemprotan insektisida Sevin 85 SP, sedangkan untuk penyakit diberikan

Fungisida Dithane M-45. Pengendalian disesuaikan dengan intensitas serangan,

dalam hal ini lebih diutamakan pencegahan dari pada penyerangan dan beberapa

macam-macam hama dan penyakit pada tanaman sawi adalah sebagai berikut:

1. Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua).

Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua kecoklatan

dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya. Sedangkan Spodoptera exigua,

mempunyai ukuran yang sama dengan Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau

sampai hijau muda tanpa totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini

sering menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan daun

berlubang-lubang terutama pada daun muda. Agar tanaman tidak terserang, maka

perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik.
33

Selain itu juga perlu dilakukan dengan cara memasang perangkap kupu-kupu di

beberapa tempat. Perangkap ini dibuat dari botol-botol bekas air mineral yang diolesi

dengan produk semacam lem yang mengandung hormon sex pemanggil kupu-kupu.

Apabila tanaman ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan

insektisida yang tepat yaitu Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC.

Dosis yang digunakan disesuaikan dengan anjuran pada label kemasan.

 
2. Ulat Perusak Daun (Plutella xylostella),

berwarna hijau muda, dengan panjang tubuh sekitar 7-10 mm. Pada saat

melakukan penyerangan, ulat ini suka bergerombol dan lebih menyukai pucuk

tanaman. Akibatnya daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang. Jika serangan

sudah sampai ke titik tumbuh tunas, pertumbuhan tanaman akan terhenti, sehingga

proses pembentukan krop akan sangat terganggu, dan lebih parah lagi, krop tidak

terbentuk. Agar tidak mudah terserang maka perlu dilakukan sanitasi (penyiangan)

lahan dengan baik. Jika serangan hama ini sudah tampak, segera semprot dengan

insektisida yang tepat, yaitu March 50 EC, Proclaim 5 SG, Decis 2,5 EC dan Buldok

25 EC. Dosis yang digunakan sesuai anjuran yang ada pada label kemasan.

 
3. Leaf Miner (Liriomyza sp.)

Serangga ini termasuk hama penggorok daun. Serangga dewasa meletakkan

telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil masuk ke dalam daun.
34

Larva ini memakan daging daun dan hanya menyisakan kulit daunnya. Akibatnya, di

permukaan daun tampak bercak kuning kecoklatan melingkar-lingkar ke segala arah

yang sebenarnya merupakan jalur larva memakan daging daun. Untuk mencegah

terjadinya serangan dengan menghindari menanam di lokasi yang terindikasi banyak

serangan hama ini. Selain itu tentu saja perlu dilakukan sanitasi lahan dengan baik.

Namun bila sudah nampak gejala serangan, segera semprot dengan insektisida

sistemik karena sasaran hama berada di dalam daging daun. Insektisida sistemik yang

dapat digunakan di antaranya Trigard 75 WP dan Proclaim 5 SG. Dosis

penggunaannya sesuai dengan anjuran yang terdapat pada label kemasan.

 
4. Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.).

Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di daun.

Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan akhirnya busuk basah.

Serangan akan semakin parah jika suhu dan kelembaban udara terlalu tinggi.

Umumnya kondisiini terjadi ketika hujan sehari diikuti panas atau terik pada beberapa

hari berikutnya. Agar tanaman tidak diserang, sebaiknya dilakukan pencegahan

dengan melakukan sanitasi lahan dengan baik, selain itu juga hindari menanam pada

musim hujan. Apabila menanam pada musim hujan, jarak tanam perlu dilebarkan

menjadi 30 x 25 cm, dan selokan diperlebar agar sirkulasi air dan udara lancar.

Namun bila sudah tampak gejala serangan, segera semprot dengan fungisida yang
35

tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG. Dosis yang

digunakan sesuai dengan anjuran yang ada pada label kemasan.

5. Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae).

Penyakit ini menyerang perakaran tanaman. Gejala serangan ditunjukkan

dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang cerah dan panas.

Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar. Pertumbuhan tanaman yang

terserang penyakit ini akan terhambat. Apabila tanaman dicabut, akan tampak

benjolan-benjolan besar seperti kanker di perakarannya. Jika tingkat serangannya

sudah parah, tanaman sama sekali tidak bisa berproduksi. Pencegahan yang harus

dilakukan adalah dengan a) menghindari menanam di lahan bekas tanaman sawi yang

terindikasi serangan penyakit ini; b) melakukan pergiliran tanaman, terutama dengan

jagung dan kacang-kacangan untuk memutus rantai hidup fungi penyebab penyakit

ini; c) penggunaan teknologi EMP dikombinasi dengan pengapuran tanah (untuk

menaikkan pH tanah). Namun bila tanaman sudah terserang penyakit ini, seharusnya

dilakukan pemberantasan. Akan tetapi sampai saat ini belum ditemukan fungisida

untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah tanaman terserang.

Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah melakukan pengawasan dan

pencegahan secara ketat agar usaha tani sawi berhasil.

4.6.5 Pemanenan
36

Pemanenan tanaman sawi dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari

setelah tanam. Cara panen adalah dengan mencabut seluruh tanaman serta akarnya.

Sebelum panen lahan disiram lebih dahulu agar tanah tidak keras dan pencabutan

tanaman dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman dan dikumpulkan

sesuai perlakuan.

4.7. Pengamatan Parameter

4.7.1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang bawah hingga ujung daun

terpanjang dengan cara meluruskan seluruh daun tanaman keatas sehingga diperoleh

ujung daun tertinggi dan diukur dengan alat alat ukur meteran. Pengukuran ini

dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu dengan interval waktu 1 minggu sekali

hingga akhir masa penelitian yaitu minggu ke 2, 3, dan 4

4.7.2. Jumlah daun (helai)

Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna dengan kriteria

panjang tangkai daun sudah mencapai 2 cm. Penghitungan juga dilakukan terhadap

daun tua yang telah menguning yaitu daun belum gugur. Pengukuran ini dilakukan

setelah tanaman berumur 2 minggu dengan interval waktu 1 minggu sekali hingga

akhir masa penelitian yaitu minggu ke 2, 3, dan 4.


37

4.7.4. Berat segar per tanaman sampel (gr)

Berat segar per tanaman sampel di hitung setiap tanaman sampel yang ada

diplot tersebut, penghitungan dilakukan pada saat panen atau pada akhir penelitian

yaitu dengan cara mencabut tanaman sampel dari semua plot yang ada di setiap

ulangan, kemudian dibersihkan dari tanah dengan menggunakan air dan dikering

anginkan, setelah itu ditimbang.

4.7.5. Berat segar tanaman per plot (gr)

Berat segar tanaman per plot dihitung pada semua tanaman yang ada diplot,

perhitungan dilakukan pada saat pemanenan atau pada akhir penelitian yaitu dengan

cara mencabut tanaman dari semua tanaman diplot yang ada di setiap ulangan,

kemudian dibersihkan dari tanah dengan menggunakan air dan dikering anginkan,

setelah itu ditimbang.


38

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan menghasilkan data rataan dari

pengaruh Pupuk TSP dan Pupuk KCl serta interaksi keduanya pada parameter yang

diamati seperti, tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman sampel, dan

berat segar tanaman per plot dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai dengan Lampiran

11.

5.1.1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam tanaman umur 2 sampai 4 minggu

dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 6. Untuk perlakuan pupuk TSP dan

pupuk KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata,

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang sangat nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman sawi pada perlakuan

Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terrendah pada

tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2 sebesar 47,48 cm
39

dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 33,95 cm. Dari hasil rataan pada tinggi

tanaman sawi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) Umur 4 MST

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 33.95 35.59 36.04 35.19

P1 37.86 39.21 40.59 39.22

P2 42.21 42.60 44.03 42.95

P3 46.67 45.60 47.48 46.52

Rataan 40.12 40.75 42.04 40.97

5.1.2. Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam jumlah daun pada umur 2 sampai

4 minggu dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai Lampiran 9. Untuk perlakuan Pupuk

TSP dan Pupuk KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata,

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang sangat nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah daun sawi pada perlakuan

Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terrendah pada

tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2 sebesar 22,77 helai

dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 14,85 helai. Dari hasil rataan pada jumlah daun

sawi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.


40

Tabel 5.2. Rataan Jumlah Daun Sawi (helai) Umur 4 MST

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 14.85 15.20 16.18 15.41

P1 16.87 16.84 18.55 17.42

P2 19.55 19.56 20.67 19.93

P3 21.97 21.92 22.77 22.22

Rataan 18.31 18.38 19.54 18,74

5.1.3 Berat segar per tanaman sampel (gram)

Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam berat segar per tanaman sampel

umur 4 minggu dapat dilihat pada Lampiran 10. Untuk perlakuan Pupuk TSP dan

Pupuk KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata,

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang sangat.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat segar per tanaman sampel sawi

pada perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai

terendah pada tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2

sebesar 477,85 gr dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 223,97 gr. Dari hasil rataan

pada berat segar per tanaman sampel sawi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3
41

Tabel 5.3. Rataan Berat Segar Sawi Per Tanaman (gr) Umur 4 MST

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 223.97 226.44 299.07 249.83

P1 327.73 357.13 358.28 347.71

P2 365.14 399.24 428.47 397.62

P3 439.07 432.72 477.85 449.88

Rataan 338.98 353.88 390.92 361,26

5.1.4. Berat segar tanaman per plot (gram)

Hasil pengamatan dari analisis sidik ragam berat segar tanaman per plot umur

4 minggu dapat dilihat pada Lampiran 12. Untuk perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk

KCl pada umur 4 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, sedangkan

interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang sangat.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat segar tanaman per plot sawi

pada perlakuan Pupuk TSP dan Pupuk KCl dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai

terendah pada tanaman sawi berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada P3K2

sebesar 4100,20 gr dan nilai terendah pada P0K0 sebesar 2276,99 gr. Dari hasil

rataan pada berat segar tanaman per plot sawi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.
42

Tabel 5.4 Rataan Berat Segar Sawi Per Plot (gr) Umur 4 MST

Perlakuan K0 K1 K2 Rataan

P0 2,276.99 2,645.27 2,847.33 2,589.86

P1 3,060.27 3,078.45 3,366.46 3,168.39

P2 3,059.51 3,337.31 3,460.31 3,285.71

P3 3,693.48 3,748.86 4,100.20 3,847.51

Rataan 3,022.56 3,202.47 3,443.58 3222,87

5.2. Pembahasan Penelitian

5.2.1. Pengaruh pemberian pupuk TSP terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
sawi (Brassica juncea L.)

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk TSP terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa

perlakuan pupuk TSP berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman,

jumlah daun, dan berat segar tanaman per plot pada umur 4 minggu, sedangkan

terhadap parameter berat segar per tanaman sampel tidak menunjukkan hasil yang

nyata pada umur 4 minggu

Hal ini disebabkan karena konsentrasi pupuk TSP yang diberikan dengan

dosis 1,5 gr/tanaman, 3 gr/tanaman, dan 4,5 gr/tanaman sudah mampu mendukung
43

pertumbuhan tanaman sawi pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan berat

segar tanaman per plot dan sedangkan untuk produksi tanaman sawi pada konsentrasi

TSP yang diberikan dengan dosis 1,5 gr/tanaman, 3 gr/tanaman, dan 4,5 gr/tanaman

belum mampu mendukung pada parameter berat segar per tanaman sampel.

Pemupukan pada tanaman sawi ini dilakukan supaya bisa menambah unsur-

unsur hara yang kurang dalam tanah. Kalau dilihat dari pengamatan dilaboratorium

tanah di Indonesia ini pada umumnya kekurangan unsur P, dengan demikian

pemberian pupuk TSP selalu memberi respon paling nyata pada batang , cabang dan

daun (Marsono, 1999).

Tanaman sawi merupakan tanaman hijauan yang membutuhkan unsur hara

esensial seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Bagi tanaman sawi, dimana produksi

akhir tanaman adalah daun maka unsur nitrogen sangat besar kontribusinya bagi

pertumbuhan dan perkembanganya. Kesesuaian antara kebutuhan dengan pemasukan

inilah yang menjadi sebab utama pengaruh sangat nyata perlakuan terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.

Jumin (2002), menyebutkan bahwa hasil penelitian akhir dari suatu proses

produksi adalah merupakan resultan dari proses-proses pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Sehingga dengan demikian pertumbuhan organ-organ

tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun memiliki pengaruh yang

sangat nyata dalam menentukan produksi akhir tanaman.


44

Dari seluruh parameter yang diamati dalam penelitian ini tinggi tanaman,

jumlah daun, berat segar per tanaman sampel dan berat segar tanaman per plot

pengaruh yang tidak nyata pupuk hanya dijumpai pada parameter berat segar per

tanaman sampel.

Menurut asumsi penulis, perbedaan pengaruh yang terjadi pada parameter

berat segar per tanaman sampel dan berat segar tanaman per plot lebih disebabkan

oleh perlakuan masing-masing tanaman yang digunakan sebagai sampel penelitian

dan tanaman non sampel. Lebih jelasnya digunakan belum sepenuhnya

mencerminkan karateristik setiap tanaman yang tidak diamati. Boleh jadi secara

kebetulan ada beberapa tanaman non sampel (jumlahnya lebih besar) dari plot

penelitian yang diberikan perlakuan memiliki ukuran pertumbuhan dan produksi lebih

tinggi dibandingkan dengan tanaman sampel (jumlahnya lebih banyak dibandingkan

tanaman yang lebih rendah), sehingga setelah semua tanaman dalam satu plot

dikumpulkan dan ditimbang memberikan hasil yang berbeda nyata.

Peristiwa seperti ini biasa terjadi dalam sebuah penelitian yang menggunakan

hanya beberapa tanaman untuk dijadikan sampel percobaan , dan hal ini merupakan

konsekwensi yang harus diterima dari sebuah rancangan penelitian yang pengambilan

datanya diambil dari tanaman sampel (bukan penelitian populasi).

5.2.2. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
sawi (Brassica juncea L.)
45

Dari pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk KCl terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman sawi, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa perlakuan

pupuk KCl berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu

tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman sampel, dan berat segar

tanaman per plot pada umur 4 minggu.

Hal ini disebabkan karena konsentrasi pupuk KCl yang diberikan dengan

dosis 5 gr/tanaman dan 7 gr/tanaman sudah mampu mendukung pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi

Menurut Marsono (1999) bahwa pupuk KCl (unsur Kalium) bagi tanaman

berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman

muda selain itu kalium berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah

protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat

pembungaan, pemasakan biji, dan buah.

Menurut asumsi penulis bahwa pupuk KCl sangat berperan penting dalam

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi karena pupuk KCl sangat berguna bagi

tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih (tanaman

muda) tanaman sawi sebab dosis yang diberikan sesuai dengan dosis yang dianjurkan

oleh prosedur pemupukan tanaman sawi.

5.2.3. Pengaruh pemberian interaksi antara pupuk TSP dan pupuk KCl terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
46

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh interaksi antara pupuk TSP

dan pupuk KCl terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi, secara

keseluruhan dapat dijelaskan bahwa perlakuan pengaruh interaksi antara pupuk TSP

dan pupuk KCl berpengaruh sangat nyata pada semua parameter yang diamati yaitu

tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman sampel dan berat segar

tanaman per plot pada umur 4 minggu.

Hal ini disebabkan interaksi antara dua faktor perlakuan atau lebih akan

terjadi jika kedua faktor tersebut memiliki hubungan yang cukup erat dalam

peranannya pada tanaman. Hubungan tersebut di indifikasikan dengan adanya

percepatan atau perlambatan pertumbuhan atau produksi ketika salah satu faktor

perlakuan dilakukan penambahan atau pengurangan takaran, baik pada taraf yang

sama atau berbeda pada faktor lainnya.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa perubahan takaran pupuk TSP dan

pupuk KCl yang sama atau berbeda juga memberikan hasil yang berbeda. Demikian

juga dengan perlakuan takaran pupuk TSP dan pupuk KCl yang sama atau berbeda

juga memberikan hasil yang berbeda pula. Hal ini membuktikan adanya keterikatan

pengaruh antara perlakuan pupuk dengan tanaman.

Secara umum dengan bertambahnya pemasukkan unsur hara dari pemupukan

akan berpengaruh pada produksi tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman


47

ini akan dipercepat dengan adanya daya dukung yang optimal dari adanya pengaturan

takaran pemupukan yang sesuai.

Keterikatan antara dua faktor perlakuan dalam memberikan pengaruhnya pada

tanaman inilah yang membuktikan adanya pengaruh sangat nyata dari interaksi antara

pemupukan pupuk TSP dan pupuk KCl.


48

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Pemberian pupuk TSP berpengaruh sangat nyata terhadap parameter

tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar tanaman per plot, namun

tidak nyata terhadap parameter berat segar per tanaman sampel.

2. Perlakuan pupuk KCl berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter

yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar per tanaman

sampel dan berat segar tanaman per plot.

3. Interaksi pupuk TSP dengan pupuk KCl berpengaruh sangat nyata

terhadap semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah

daun, berat segar per tanaman sampel dan berat segar tanaman per plot.
49

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :

1. Untuk pemberian Pupuk TSP dianjurkan dosis 4,5 gr/tanaman.

2. Untuk pemberian Pupuk KCl lebih baik dengan dengan dosis 7

gr/tanaman.

3. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap interaksi Pupuk TSP dan Pupuk KCl

didalam pertumbuhan dan produksi tanaman sawi, perlu menggunakan

Pupuk TSP minimal dimulai 4,5 gr / tanaman dan untuk penggunaan

pupuk KCl minimal diatas 7 gr /tanaman..


50

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, 2008. Teknik Budidaya dan Analisa Usaha Tani Sawi Putih. Aneka Ilmu,
Semarang

Hanafiah, K. A. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta.

Hasibuan, B. E. 2008. Pupuk Dan Pemupukan. FP USU. Medan.

Jumin, H. B. 2002. Dasar-dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. 1996. Petunjuk Penggunaan Pupuk.Penebar Swadaya, Jakarta.

Marsono, P. L. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novizan, 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia. Jakarta.

Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.


Yogyakarta.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1995. Sayuran Dunia. ITB-Press. Bandung.

Rukmana, R. 2008. Kubis Bunga & Broccoli. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sutedjo. 2000. Pupuk Dan Cara Pemupukannya. Rieneka cipta. Jakarta.

Suhardi, 1990. Dasar-Dasar Bercocok Tanam Kanisius, Yogyakarta.

Sunarjono, H. H. 2008. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yati, 2010 . Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot Dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta.
51

Anda mungkin juga menyukai