Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

KERATOCONJUNTIVITIS SICCA

Pembimbing:
dr. Meriana Rasyid, Sp.M

Disusun oleh:
Graciela Aprilia Djohan
406192036

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


PENDIDIKAN JARAK JAUH ILMU KESEHATAN MATA
PERIODE 11 – 16 MEI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
referat dengan topik “Keratoconjunctivitis Sicca” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala saran
dan kritik yang diberikan yang bersifat membangun demi kesempurnan penulisan referat
ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. dr. Meriana Rasyid, Sp.M

yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmu serta bimbingan selama siklus
kepaniteraan ilmu kesehatan mata periode 11 – 16 Mei 2020.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga referat ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, 16 Mei 2020

Graciela Aprilia Djohan

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Referat:

Keratokonjunctivitis Sicca

Disusun oleh:

Graciela Aprilia Djohan / 406192036

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta, 16 Mei 2020


dr. Meriana Rasyid, Sp.M

BAB I
PENDAHULUAN

Tear film merupakan lapisan tipis yang melindungi kornea dan epitelium
konjungtiva.1 Mata kering terjadi mata ketika volume atau fungsi air mata tidak adekuat,
sehingga menyebabkan ketidakstabilan tear film dan penyakit pada permukaan mata. Tear
film didistribusikan di atas permukaan mata secara mekanis dengan cara mengedipkan mata
oleh neuron.2

Mata kering merupakan hal umum terutama pada perempuan pasca menopause dan
orangtua.2 Mata kering juga merupakan salah satu alasan paling umum untuk kunjungan ke
dokter mata.3 Studi saat ini memperkirakan bahwa sekitar 16,4 juta orang Amerika (6,8% dari
populasi orang dewasa AS) telah didiagnosis menderita penyakit mata kering. Gejala mata
kering sangat mempengaruhi pasien seperti efek pada fungsi visual, aktivitas hidup sehari-
hari, pekerjaan profesional, dan kualitas hidup.4

Gejala yang sering dikeluhkan olah pasien adalah sensasi berpasir. Gejala yang umum
lainnya yang sering terjadi adalah sekresi mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air
mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit dan sulit menggerakan palpebra. 5
Konfirmasi diagnosis penyakit mata kering paling baik dibuat berdasarkan riwayat dan
dengan penggunaan slit lamp.3 Pada pemeriksaan secara kasar, mata mungkin tampak
normal, tetapi pada pemeriksaan slitlamp dapat ditemukan indikasi kekeringan kronis dan
iritasi.1 Pasien yang memiliki penyakit dengan gejala ringan biasanya hanya membutuhkan
perawatan sederhana. Intervensi kompleks dilakukan pada peyakit dengan gejala berat untuk
mencegah terjadinya ulserasi kornear dan jaringan parut pada konjungtiva. Penyakit mata
kering ini diperberat dengan penggunaan lensa kontak dan operasi laser refraktif.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Kompleks lakrimalis terdiri dari glandula lakrimalis, glandula lakrimalis aksesori,
kanalikuli, sakus larimalis, dan ductus nasolakrimalis.1

Glandula lakrimalis terdiri dari:

1. Bagian Orbita
Terletak di dalam fossa lakrimalis dan berbentuk kenari pada segmen temporal
atas anterior dari orbita dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis dari
muskulus levator palpebra.1
2. Bagian Palpebra
Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat diatas segmen temporal dari
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretoris menghubungkan bagian orbital
dan palpebra glandula lakrimalis dengan forniks konjungtiva superior. Glandula
lakrimalis aksesori terletak didalam substansia propia di konjungtiva palpebra. Air
mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punctum superior dan inferior dan
kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak didalam fossa lakrimalis. Air mata di
arahkan ke dalam punctum oleh isapan kapiler, gaya berat dan kedipan. Kekuatan
gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya berat dan kerja memompa
dari otot horner yang merupakan perluasan muskulus orbikularis okuli ke titik di
belakang sakus lakrimalis, semua cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah
melalui ductus nasolakrimalis ke dalam hidung.1
3. Pembuluh darah dan Limfe
Pasokan darah dari glandula lakrimalis berasal dari arteri lakrimalis. Vena yang
mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmika. Drainase limfe
menyatu dengan pembuluh limfe konjungtiva untuk mengalir ke dalam
limfonodus pra-aurikula.1
4. Persarafan
Pasokan saraf ke glandula lakrimalis adalah melalui:
a) Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus
b) Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris)
c) Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus lakrimalis.1

2.2 Tear Film dan Fisiologi


2.2.1 Tear Film

Gambar 1 : Tear Film12


Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 μm yang melapisi epitel kornea dan
konjungtiva.
Fungsi dari lapisan yang sangat tipis ini adalah:1
1. Untuk membuat kornea permukaan optik halus dengan menghilangkan
ketidakteraturan epitel permukaan
2. Untuk membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang
halus
3. Untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan aksi antimikroba.
4. Untuk menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh kornea

Lapisan – lapisan tear film:1,2

1. Lapisan Lipid
Berfungsi untuk mencegah penguapan lapisan air dan menjaga ketebalan tear film.
Berperan sebagai surfaktan yang memungkinkan penyebaran tear film. Jika terjadi
evaporasi dan menyebabkan mata kering.
2. Lapisan aqueous
Kelenjar lakrimal utama menghasilkan sekitar 95% komponen air mata aqueous
dan sisanya dihasilkan oleh kelenjar lakrimal aksesori Krause dan Wolfring.
Berfungsi untuk menyediakan oksigen pada epitel kornea, terdapat IgA, lisozim
dan laktoferin sebagai aktivitas antibakteri. Selain itu berfungsi untuk
membersihkan ransangan berbahaya dan memfasilitasi transportasi leukosit
setelah cedera.
3. Lapisan Mukus
Lapisan mukus dalam terdiri dari glikoprotein dan melapisi sel epitel kornea dan
konjungtiva. Membran sel epitel terutama terdiri dari lipoprotein dan relatif
hidrofobik. Sebagian musin diserap ke membran sel epitel kornea dan dibawa oleh
mikrovili sel epitel permukaan. Hal tersebut memberikan permukaan yang
hidrofilik untuk menyebarkan air mata aquoues dengan cara menurunkan
tegangan permukaan.

Gambar 2 : lapisan -lapisan tear film1


Gambar 3 : lapisan -lapisan tear film2

Kompsisi air mata:


Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 μL di setiap mata. Albumin menyumbang
60% dari total protein dalam cairan air mata. Imunoglobulin IgA, IgG, dan IgE serta lisozim
membentuk 40% sisanya. IgA lebih dominan dibandingkan dengan IgA serum, karena tidak
hanya ditransudasi dari serum tetapi diproduksi oleh sel plasma yang terletak di kelenjar
lakrimal. Dalam kondisi alergi tertentu seperti konjungtivitis vernal, konsentrasi IgE dari
cairan air mata meningkat. Lisozim air mata membentuk 21–25% dari total protein dan
bertindak secara sinergis dengan gamma globulin dan faktor-faktor antibakteri non lisozim
lainnya, yang merupakan mekanisme pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air mata
lain juga dapat berperan dalam diagnosis klinis tertentu, misalnya, uji hexosaminidase untuk
diagnosis penyakit Tay-Sachs.
Konsentrasi K +, Na +, dan Cl- lebih tinggi juga terjadi pada air mata daripada dalam
plasma. Air mata mengandung sejumlah kecil glukosa (5 mg / dL) dan urea (0,04 mg / dL).
PH rata-rata air mata adalah 7,35, meskipun ada variasi normal yang luas (5,20- 8,35). Dalam
kondisi normal, cairan air mata isotonik. Osmolaritas air mata film berkisar antara 295 hingga
309 mosm / L.1

2.2.2 Fisiologi

Tear film didistribusikan di atas permukaan mata secara mekanis dengan cara mengedipkan
mata oleh neuron. Tiga faktor diperlukan untuk melapisi kembali yang efektif dari tear film
air:2
- Refleks kedipan normal.
- Kontak antara permukaan okular eksternal dan kelopak mata.
- Epitel kornea normal.

Regulasi komponen lapisan air mata:2

 Hormonal
- Androgen adalah hormon utama yang bertanggung jawab untuk pengaturan produksi
lipid.
- Estrogen dan reseptor progesteron pada konjungtiva dan kelenjar lakrimal sangat
penting untuk fungsi normal jaringan ini.
 Saraf melalui serat yang berdekatan dengan kelenjar lakrimal dan goblet.

2.3 Penyakit Mata Kering


2.3.1 Definisi
Penyakit mata kering atau keratoconjunctivitis sicca adalah penyakit pada air mata yg
dapat disebabkan oleh defisiensi komponen lapisan air mata (aqueous, mucin, atau lipid),
kelainan permukaan kelopak mata dan epitel yang menyebabkan ketidakstabilan tear film dan
berpotensi merusak permukaan mata.1,2,7

2.3.2 Epidemiologi

Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata dan persentase
insidenisinya sekitar 10-30% dari populasi.7,8 Studi saat ini memperkirakan bahwa sekitar
16,4 juta orang Amerika (6,8% dari populasi orang dewasa AS) telah didiagnosis dengan
penyakit mata kering. Prevalensi penyakit mata kering leibh tinggi pada wanita dan
meningkat seiring bertambahnya usia. Satu studi berbasis populasi baru-baru ini menemukan
prevalensi 11,3% di antara semua orang dewasa yang berusia lebih dari 50 tahun. Dampak
penyakit mata kering pada pasien yang terkena sangat signifikan, seperti gangguan fungsi
visual, aktivitas hidup sehari-hari, pekerjaan dan kualitas hidup. 4 Penyakit mata kering terjadi
akibat penurunan produksi aqueous atau peningkatan evaporasi air mata, paling sering
disebabkan oleh evaporasi air mata akibat disfungsi kelenjar meibomian.7

2.3.3 Etiologi
Penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen tear film dan
kestabilannya atau menyebabkan perubahan permukaan mata.1 (Gambar 4)

2.3.4 Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit mata kering.
Salahnya satunya jenis kelamin, wanita memiliki factor risiko lebih tinggi hampir dua kali
lipat dari pada pria. Selain itu usia lanjut juga merupakan faktor risiko utama, hal tersebut
mungkin karena penurunan kadar androgen, dimana androgen dapat meningkatkan fungsi
kelenjar meibom. Sementara estrogen dianggap dapat meregulasi hal tersebut.6

Gambar 4. Etiologi1

2.3.5 Patofisologi
Mata kering dapat dibagi menjadi dua berdasarkan etiopatologinya yaitu:6,7

1. Mata kering defisiensi Aqueous


Kurangnya air mata disebabkan oleh kegagalan sekresi air mata lakrimal akibat
penurunan volume sekresi air mata atau disfunsgi dari kelenjar lakrimal asinar.
Hal ini menyebabkan hiperomsolaritas karena evaporasi masih berlangsung
normal. Mata kering defisiensi Aqueous dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
mata kering sindrom Sjogren dan mata kering non sindrom Sjogren. Mata kering
sindrom Sjogren merupakat penyakit autoimun yang menyerang kelenjar lakrimal,
kelejar saliva dan beberapa organ lain. Sementara mata kering non sindrom
Sjogren diakibatkan oleh disfungsi kelenjar lakrimal yang bukan bagian dari
autoimun.
2. Mata Kering Evaporasi
Mata kering evaporasi disebabkan karena defisiensi lapisan lipid pada tear film
yang dapat meningkatkan evaporasi air mata. Hal tersebut disebabkan oleh
disfungsi kelenjar meibom, dimana kelenjar lakrimal berfungsi normal.

2.3.6 Tanda dan Gejala3


 Sensai terbakar, menyegat dan terasa tekanan pada mata. Perasaan tertekan ini
dapat bersifat tumpul atau tajam dan pasien dapat melokasikan rasa sakt pada
beberapa area disekitar mata
 Sensasi benda berpasir, atau benda asing sering terjadi, pasien biasanya
menggosok mata karena merasakan sensai benda asing.
 Keluarnya lendir yang berserabut dapat terlihat pada pasien menyentuhkan jarinya
ke mata dan mengeluarkan lendir. Semakin banyak pasien melakukan tindakan
ini, semakin banyak lendir berserabut.
 Nyeri yang tajam dan tumpul mungkin dapat terlokalisasi pada beberapa bagian
mata, di belakang mata, atau bahkan di sekitar orbita.
 Epifora dan mata berair. Mata berair merupakan tanda iritasi, ketika terjadi
abnormalitas tear film, mata akan lebih bearair dan dapat menjadi lebih kering.
 Kemerahan merupakan keluhan yang umum
 Penglihatan buram adalah keluhan umum dan dapat juga digambarkan sebagai
cahaya menyilaukan di sekeliling lampu di malam hari.
 Sensasi kelopak mata yang berat atau kesulitan membuka mata. Ketika pasien
menggosok mata mereka karena merasa tidak nyama dapat menyebabkan
fotofobia ringan karena kornea yg rudak dan kesulitan dalam menjaga mata
terbuka.
 Mata yang lelah dan keinginan untuk tidur adalah tanda iritasi. Menutup mata
memberi kelegaan besar bagi sebagian besar dengan mata kering.
Pada pemeriksaan kasar, mata mungkin tampak normal, tetapi pada pemeriksaan
slitlamp yang cerma dapat ditemukan indikasi kekeringan kronis dan iritasi. Ciri yang paling
khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniscus air mata di tepian
palpebral inferior. Benang-benang kekuningan mukuskental kadang terlihat dalam fornix
conjungtiva inferiot. Pada Konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin
menebal, edema, dan hiperemik.1

2.3.7 Klasifikasi
Klasifikasi mata kering berdasarkan keparahan gejala dan tanda klinis telah
ditetapkan:9 (Gambar 1)

2.3.8 Diagnosis

Tes diagnostik diperlukan untuk membedakan antara mata kering, infeksi dan alergi, yang
dapat memberikan gejala klinis yang sangat mirip. Urutan pemeriksaan mata kering:
(Panduan diagnostik diterbitkan pada 2007 oleh Dry Eye Workshop).7,9

1. Riwayat pasien dengan kuesioner


2. Tear film break-up time dengan fluorescein
3. Pewarnaan permukaan mata menggunakan fluoresein atau lissamine green
4. Tes Schirmer I dengan atau tanpa anestesi/ tes Schirmer II dengan stimulasi nasal
5. Pemeriksaan kelopak mata dan kelenjar meibomian
Beberapa kuesioner yang dapat digunakan antara lain Ocular Surface Disease Index (OSDI),
Impact of Dry Eye on Everyday Life (IDEEL). 9
Gambar 5. Derajat keparahan mata kering9

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan:

1. Schirmer test
Tes ini mengukur sekresi kelenjar lakrimal. Tes ini dilakukan dengan
memasukaan strip Schirmer (kertas saring Whatman No 41) kedalam cul de sac
konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebral
inferior. Kemudian diukur 5 menit setelah dimasukkan pada bagian basah yang
terpapar. Panjang bagian bsaha kuran dari 10 mm tanpa anestesi dianggap
abnormal.
Tes ini mengkukur fungsi kelenjar lakrimal bila dilakukan tanpa anestesi, yang
aktivitas sekresinya di rangsang oleh iritasi dari kertas saring tersebut. Tes
Schirmer dapat dilakukan setelah anestesi topikal (0,5% tetracaine) untuk
mengukur fungsi kelenjar lakrimal aksesori, tetapi tes ini dianggap tidak dapat
diandalkan. Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.
Pada pemeriksaan ini dapat dijumpai false positive dan false negative. Hasil yang
rendah dapat dijumpai pada orang normal, dan hasil normal dapat dijumpai pada
mata kering terutama yang disebabkan oleh defisiensi mucin.

Gambar 6. Schirmer Test13


2. Tear film breakup time (TBUT)
Tear film breakup time (TBUT) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh tear film
untuk pecah mengikuti kedipan mata. Pengukuran ini mungkin berguna untuk
memperkirakan kadar mucin dari cairan air mata. Kekurangan mucin mungkin
tidak mempengaruhi tes Schirmer yang mengukur produksi air mata. Tes ini
diukur dengan menggunakan strip fluorescein yang diletakkan pada konjungtiva
bulbi dan meminta pasien untuk berkedip. Tear film kemudian diperiksa dengan
saringan cobalt pada slitlamp dan pasien diminta untuk tidak berkedip. Tear film
break up time adalah waktu hingga muncul titik-titik kering yang pertama pada
lapisan flourescein kornea. Waktu yang dibutuhkan biasanya lebih dari 15 detik,
namaun berkurang secara nyata oleh anestesi local, memanipulasi matam atau
dengan menahan palpebra agar tetap terbuka, Waktu normal TBUT adalah 15-20
detik, sedangkan pada mata kering nilai TBUT adalah 5-10 detik. Waktu ini akna
lebih pendek pada mata dengan defisiensi air mata dan akan selalu lebih pendek
dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin. (Gambar 2)
3. Tes Ferning Mata
Tes kualitatif sederhana dan murah untuk studi mucus konjungtiva. Tes ini
dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva pada kaca objek bersih.
Arborisasi mikroskopis (ferning) tampak di mata normal. Pada pasien dengan
conjungtivitis cicatrizing (pemfigoid membran mukosa, sindrom Stevens-Johnson,
nekrolisis epidermal toksik, erythema multiforme, cicatrization konjungtiva difus),
ferning mucus tampak berkurang atau tidak ada.
Gambar 7. Tear film breakup time14
4. Sitologi Impresi
Sitologi Impresi adalah suatu metode dumana kepadatan sel goblet pada
permukaan konjungtiva dapat dihitung. Pada orang normal, populasi sel goblet
paling tinggi di kuadran infranasal. Kehilangan sel goblet telah ditemui dalam
kasus trachoma, pemfigoid membran mukosa, sindrom Stevens-Johnson, dan
avitaminosis A.
5. Pemulasan Fluorescein
Menyentuh konjungtiva dengan secaarik kertas kering
 berflourescein adalah indikator baik untuk derajat basahnya mata dan
meniskus air mata mudah terlihat. Flourescein akan memulas daerah- daerah
tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel kornea
6. Rose bengal dan lissamine green sama-sama sensitif untuk pewarnaan
konjungtiva. Kedua pewarna akan memulas semua sel epitel non-vital yang
mengering dari kornea konjungtiva. Tidak seperti mawar bengal, lissamine green
tidak menyebabkan iritasi yang signifikan.
7. Penguji kadar lisozim Air Mata
Tes ini dilaukan dengan cara menampung air mata pada kertas Schirmer dan duji
kadarnya. Cara paling umum adalah dengan spektrofotometri. Penurununa
konsentrasi lisozim air mata biasanya terjadi pada awal perjalanan sindrom
Sjorgen dan berguna untuk diagnostik.
Gambar 8. Pewarnaan lissamine green pada konjungtiva7
8. Osmolalitas Air Mata
Hiperosmolalitas air mata telah ditemukan pada penyakit mata kering dan
pemakian lensa kontak dan diduga sebagai berkurangnya sensitivitas kornea.
Laporan tersebut menyebutkan bahawa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik
untuk penyakit mata kering. Keadaan ini bahkan dapat ditemuka pada pasien
dengan Schirmer normal dan pemulasan Bengal rose normal.
9. Laktoferin
Laktoferin air mata ditemukan rendah pada pasien dengan hiposekresi kelenjar
lakrimal. Kit pengujian tes ini tersedia secara komersial.

2.3.8 Terapi

Penyebab yang mendasari mata kering pada umumnya tidak reversible. Oleh karena
itu diperlukan manajemen terstruktur untuk mengontrol gejala dan mencegah kerusakan
permukaan mata lebih lanjut.2

Air mata artifisial adalah terapi yg dapat diandalkan untuk semua tingkat keparahan
mata kering. Studi acak kecil telah menunjukkan bahwa air mata buatan meningkatkan
kestabilan film air mata, mengurangi tekanan permukaan mata, meningkatkan sensitivitas
kontras dan kualitas optik permukaan dan mampu meningkatkan kualitas hidup. 9 Tersedia
berbagai macam produk dengan komposisi, indikasi, dan zat pengawet yang berbeda.
Komposisi utama air mata artifisial seperti selulosa dan polivinil, kondroitin sulfat, dan
natrium hialuronat menentukan viskositas, waktu retensi, dan adhesi terhadap permukaan
okuler. Tergantung pada tingkat keparahan penyakit, seluruh rangkaian zat mulai dari sediaan
viskositas rendah hingga gel viskositas tinggi (karomomer) dan salep dapat digunakan. 7,9
Dalam memperbaiki pewarnaan kornea, meurunkan molekul inflamasi dan meningkatkan sel
goblet, air mata natrium hialuronat 0,3% hipotonik lebih efektif dibandingkan dengan
isotonik.10

Perawatan anti-inflamasi diperlukan pada pasien dengan penyakit mata kering sedang
sampai berat.9 Agen anti-inflamasi topikal seperti kortikosteroid, yang digemari adalah
loteprednol karena risiko rendah efek samping pada intraokular, atau inhibitor kalsineurin
dimana mana emulsi ophthalmic (Restasis) siklosporin 0,05% dua kali paling banyak
digunakan. Tetes mata diquafosol meningkatkan transfer air dan sekresi musin dalam
jaringan mata.1 Suplemen asam lemak omega (mis. Minyak ikan omega-3, minyak biji rami)
dapat memiliki efek yang baik pada gejala dan dapat memfasilitasi pengurangan obat
topikal.2

Tetrasiklin adalah antibiotik bakteriostatik dengan efek antiinflamasi. Tetrasiklin oral


dapat mengendalikan blepharitis terkait meibomianitis, dan mengurangi kadar air mata
mediator inflamasi. Doksisiklin mungkin lebih disukai daripada minosiklin dengan alasan
profil efek samping. Dosis bervariasi antara 40 dan 400 mg / hari untuk doksisiklin dan antara
50 dan 100 mg / hari untuk minosiklin. Bahkan pada dosis rendah, perbaikan terlihat pada
stabilitas tear film, produksi air mata, dan gejala. Karena tingkat efek samping yang secara
signifikan lebih tinggi (terutama masalah gastrointestinal dan kulit) pada dosis yang lebih
tinggi, dianjurkan dosis rendah selama 6 hingga 12 minggu. 9 Ciclosporin topikal (biasanya
0,05%) mengurangi peradangan sel T yang dimediasi oleh sel-sel, menghasilkan peningkatan
jumlah sel goblet dan pembalikan metaplasia skuamosa konjungtiva.2

Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada punkktum yang
bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silicon), untuk menahan secret air
mata. Penutupan Puncta dan kanalikuli secara permanen dapat dilakukan dengan terapi
thermal (panas), kauter listrik atau dengan laser. 1 Oklusi punctal dilakukan denganpunctal
plug untuk mencegah aliran air mata masuk ke sistem nasolakrimal. Sekitar 74-86% pasien
mengalami perbaikan gejala, TBUT yang memanjang, dan penurunan osmolaritas air mata.
Kontraindikasi penggunaan plug yaitu pada pasien dengan riwayat gangguan anatomi sistem
lakrimasi, infeksi atau peradangan kelopak mata serta alergi.7

Asian dry eye society mengembangkan konsep tatalaksana penyakit mata kering
sesuai dengan klasifikasi etipatologi.11 (Gambar 4)

Gambar 9. Konsep tear film oriented therapy (TFOT).9

2.3.9 Komplikasi

Di awal perjalanan penyakit mata kering, penglihatan akan sedikit terganggu dan akan
memburuk seiring berjalannya waktu. Dalam kasus-kasus lanjut, ulserasi kornea, penipisan
kornea, dan perforasi dapat terjadi. Infeksi bakteri sekunder kadang dapat terjadi, dan
pembentukan jaringan parut pada kornea dan vaskularisasi dapat menyebabkan penurunan
penglihatan yang nyata. Perawatan dini dapat mencegah komplikasi.1

2.3.10 Prognosis

Secara umum, prognosis ketajaman visual pada penyakit mata kering umumnya baik.1
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit mata kering atau keratoconjunctivitis sicca adalah penyakit multifactorial


pada air mata, kelainan permukaan kelopak mata dan epitel yang menyebabkan
ketidakstabilan tear film dan berpotensi merusak permukaan mata. Gejala yang sering dialami
ada sensari berpasir dan gatal. Gejala yang umum lainnya yang sering terjadi adalah sekresi
mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas,
merah, sakit dan sulit menggerakan palpebra. Diagnostik penyakit ini berdasarkan Riwayat
pasien dengan kuesioner dan pemeriksaan penunjang seperti Schirmer test dan lainnya.
Tatalaksana berdasarkan derajat keparahanya, tetapi Asian dry eye society mengembangkan
konsep tatalaksana penyakit mata kering sesuai dengan klasifikasi etipatologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Augsburger JJ. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. 19th


ed. United States: The McGraw-hill Companies; 2018.

2. Bowling B. Kanski’s clinical ophthalmology: a systemic approach. 8th ed.


Melbourne: Elsevier; 2016

3. Golden MI, Patel BC. Dry Eye Syndrome. StatPearls Publishing: 2020
4. O’Neil EC, Henderson M, Giordano MM, Bunya VY. Advances in Dry Eye
Disease Treatment. Curr Opin Ophthalmol. 2019 May; 30(3): 166–178.

5. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology: Orbit Eyelids and


Lacrimal System. San Fransisco: 2011. American Academy of Ophthalmology

6. Findlay Q, Reid K. Dry eye disease: when to treat and when to refer. Aust Prescr.
2018 Oct; 41(5): 160–163.

7. Elvira, Wijaya VN. Penyakit Mata Kering. CDK Edisi Suplemen. 2018.

8. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2014.

9. Messmer EM. The pathophysiology, diagnosis and treatment of dry eye disease.
Dtsch Arztebl Int. 2015;112:71-82.

10. Li Y, Cui L, Lee HS, Kang YS, Choi W, Yoon KC. Comparison of 0.3%
hypotonic and isotonic sodium hyaluronate eye drops in the treatment of
experimental dry eye. Curr Eye Res. 2017;42(8):1108-14. doi:
10.1080/02713683.2017.1297462.

11. Tsubota K, Yokoi N, Shimazaki J, Watanabe H, Dogru M, Yamada M, et al. New


perspectives on dry eye definition and diagnosis: A consensus report by the Asia
dry eye society. The Ocular Surface 2017;15(1):65-76.

12. American Academy Of Ophthalmology. [updated 2017; cited 2020 May 15]
Available from: https://www.aao.org/eye-health/anatomy/tear-film-3.

13. Atlas Of Ophtalmology. [cited 2020 May 15]. Available from:


https://www.atlasophthalmology.net/photo.jsf;jsessionid=1AE11181BE8A7B1BE
2376ECFF3323A4E?node=7258&locale=pt.

14. Systane Lubrican Eye Drops. Dry Eye Information. [cited 2020 May 15]
Available from: https://www.systane.in/professional/tear-film-break-up-time.aspx.

Anda mungkin juga menyukai