Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.T DENGAN MELENA

OLEH :
NAMA : Muhammad Jihant Khudzaifah
NIM : IPA19008

STIKES GRIYA HUSADA SUMBAWA


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.T DENGAN MELENA

Telah Disetujui Dan Disahkan

Hari :

Tanggal :

Oleh :

Nama : Muhammad Jihant Khudzaifah

Nim : IPA19008

Sumbawa Besar,………………......

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(………………..
…….) (……........................)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hematemesis adalah muntah darah atau darah kehitaman dan Melena


adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang
disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas Warna
Hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara
darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga
dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-
gumpal (Padila, 2013).

Biasanya terjadi Hematemesis bila ada perdarahan di daerah Proksimal


Jejunun dan Melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
Hematemesis Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan Melena. Banyaknya darah yang keluar selama
Hematemesis atau Melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas Hematemesis dan
Melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera di rumah sakit. Penyebab dari Hematemesis melena
salah satunya adalah karena varises esovagus.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah

pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang

disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas.

Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau

kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya

perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-

merahan dan bergumpal-gumpal (Sjaifoellah Noor Dkk, 2013).

Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam

seperti aspal, lengket yang menunjukkan perdarahan saluran

pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus.

Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi

hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya

biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. (Sylvia, A Price.

2014).

B. Etiologi

Hematemesis melena terjadi bila ada perdarahan di daerah

proksimal jejenum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-

sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan

sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya

darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai


sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran

makan bagian atas. Hematemesis melena merupakan suatu

keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera dirumah

sakit. (Sjaifoellah Noor Dkk, 2013). Etiologi yang biasa terjadi pada

hematemesis melena adalah:

a. Kelainan Esofagus: Varises, Esofagitis

b. Kelainan lambung: Tukak lambung

c. Penyakit darah: Leukimia, dll

d. Penyakit sistemik lainnya: Uremik, dll

e. Pemakaian obat-obatan, alkohol, dll

Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan

saluran makan bagian atas karena terdapat perbedaan usaha

penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian

atas. Penyebab saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai

di Indonesia adalah pecahnya varises esophagus dengan rata-rata

45-50% seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy,

2010).

C. Manifestasi klinis

Tanda gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih

menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi daripada

etiologinya. Didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut:

a. Anoreksia, mual, muntah, diare

b. Demam, berat badan turun, lekas lelah


c. Edema

d. Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau

kecoklatan

e. Hematomegali, bila terjadi lebih lanjut hati bisa mengecil karena

fibrosis.

f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding.

Koput medusa, wasir, dan varises esophagus.

g. Kelainan endokrin

D. Patofisiologi

Penyebab terjadinya hematemesis melena salah satunya

yaitu stress, rokok, asam lambung dan penyakit lainnya yang dapat

mengakibatkan erosi pada mukosa lambung sampai mencapai

mukosa muskularis disertai dengan kerusakan kemampuan mukosa

untuk mensekresi muskus sebagai pelindung. Hal ini akan

menimbulkan peradangan pada sel yang akan menjadi granulasi dan

akhirnya menjadi ulkus dan dapat mengakibatkan hemoragi

gastrointestinal.

Penyebab hematemesis melena yang lainnya adalah alkohol

dan hipertensi portal berat dan berkepanjangan yang dapat

menimbulkan suara kolateral bypass: melalui vena koronaria

lambung ke dalam vena esophagus dan akan menjadi varises pada

vena esophagus. Vena yang melebar dan berkeluk-keluk terutama

terletak di submucosa esophagus distal dan lambung proksimal,


disertai penonjolan tidak teratur mukosa diatasnya ke dalam lumen.

Dapat mengalami ulserasi superficial yang menimbulkan radang,

beku darah yang melekat dan kemungkinan rupture, mengakibatkan

hemoragi gastrointestinal.

Gagal hepar sirosis kronik, kematian sel dalam hepar

termasuk penyebab hematemesis melena yang dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya

terbentuk saluran kolateral pada dinding abdominal anterior. Dengan

meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi

mengembang oleh darah dan membesar. Pembuluh yang berdilatasi

ini disebut varises dan dapat pecah, mengakibatkan hemoragi

gastrointestinal.

       Hemoragi gastrointestinal dapat menimbulkan hematemesis

melena. Hematemesis biasanya bersumber di atas ligamen Treitz

(pada jungsi denojejunal). Dari hematemesis akan timbul muntah

darah. Muntah dapat berwarna merah terang atau seperti kopi,

tergantung dari jumlah kandungan lambung pada saat perdarahan

dan lamanya darah telah berhubungan dengan sekresi lambung.

Asam lambung mengubah hemoglobin merah terang menjadi

hematin coklat dan menerangkan tentang warna seperti kopi

drainase yang dikeluarkan. Cairan lambung yang berwarna merah

marun atau merah terang diakibatkan dari perdarahan hebat dan

sedikit kontak dengan asam lambung. Sedangkan melena terjadi


apabila darah terakumulasi dalam lambung dan akhirnya memasuki

traktus intestinal. Feses akan seperti ter. Feses ter dapat dikeluarkan

bila sedikitnya 60 ml darah telah memasuki traktus intestinal.

Pathway

Terbentuknya varises
esophagus, lambung,
pembesaran limfe dan asites

Pembuluh ruptur Sesak

Perdarahan dilambung Penurunan ekspansi paru

Muntah dan berak darah


Pola nafas tidak efektif

Hb menurun>anemis Mual, muntah, dan


Kurangnya pengetahuan
nafsu makan Kelemahan
tentang perawatan
menurun
Plasma darah menurun
Intoleransi aktifitas

Resiko syok.

Resiko Perdarahan Cemas

Resiko ketidakefektifan
Kebutuhan nutrisi kurang
perfusi jaringan
dari kebuuhan tubuh
gastrointestinal
E. Pemeriksaan penunjang

a.      Laboratorium

a. Cek darah

b. SGOT, SGPT

c. Albumin

d. Pemeriksaan CHE

e. Pemeriksaan kadar elektrolit

f. Pemeriksaan Kadar gula darah

b.      Radiologik

a. USG

b. Esofagus

c. Angiograpi

F. Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis

a. Istirahat cukup di tempat tidur

b. Diet rendah protein, rendah garam

c. Antibiotik

d. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam

amino esensial berantai cabang dan glukosa

e. Vitamin B kompleks
G. Komplikasi

1) Tukak Peptik Tukak peptik atau bisul pada perut adalah salah satu

komplikasi yang dapat menyebabkan melena. Hal ini adalah penyebab

paling umum yang membuat seseorang mengalami perdarahan ketika

buang air besar. Hal ini terjadi ketika terdapat luka yang pada lapisan

perut dan bagian atas usus kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh asam

lambung yang merusak lapisan pencernaan dan menyebabkan luka.

2) Sindrom Mallory-Weiss Hal ini terjadi ketika terdapat luka di lapisan

tabung yang menghubungkan tenggorokan ke perut atau

kerongkongan. Gangguan ini dapat menyebabkan banyak pendarahan

ketika terjadi. Perdarahan ini paling umum terjadi pada orang yang

minum alkohol secara berlebihan.

3) Varises Esofagus Komplikasi melena lainnya yang dapat terjadi

adalah varises esofagus. Gangguan ini terjadi karena vena yang

abnormal dan membesar di esofagus. Kondisi ini paling sering terjadi

pada orang dengan penyakit hati yang serius.

4) Esofagitis Peradangan pada esofagus atau esofagitis paling sering

disebabkan oleh penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Gangguan

ini dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan untuk menelan, serta

keluarnya darah yang bersamaan dengan tinja.


2. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1). Identitas Pasien

 Nama

 Umur

 Jenis kelamin

 Suku bangsa

 Pekerjaan

 Pendidikan

 Alamat

 Tanggal MRS

 Diagnosa medis

2). Identitas Penanggung Jawab

 Nama

 Umur

 Jenis kelamin

 Suku bangsa

 Pekerjaan

 Pendidikan

 Alamat
 Hubungan dengan pasien

3). Keluhan Utama

Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak

darah yang datang secara tiba-tiba.

4). Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang

dating secara tiba-tiba.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis

hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan

bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM), riwayat

penggunaan obat ulserorgenik, kebiasaan/gaya hidup (alkoholisme,

gaya hidup/kebiasaan makan).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai

kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis

melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.


5). Pengkajian Fungsi Kesehatan

Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk pada

kasus Perdarahan Gastrointestinal atas menurut Doenges (2000) :

a. Aktivitas/istirahat

a) Gejala :

 Kelemahan

 Kelelahan

b) Tanda :

 Takikardia

 Takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)

b. Sirkulasi

 Gejala :

 Hipotensi (termasuk postural)

 Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia)

 Kelemahan/nadi perifer lemah

 Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi)

 Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah

kehilangan

 darah)
 Kelembaban kulit/membrane mukosa : berkeringat

(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)

c. Integritas ego

a) Gejala :

 Faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan, kerja)

 Perasaan tak berdaya.

b) Tanda : Tanda ansietas (gelisah, pucat, berkeringat,

perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar).

d. Eliminasi

a) Gejala :

 Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena

perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI,

misalnya luka peptic atau gaster, gastritis, bedah gaster,

iradiasi area gaster.

 Perubahan pola defekasi/karakteristik feses.

b) Tanda :

 Nyeri tekan abdomen, distensi

 Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif

setelah perdarahan. Karakter feses : diare, darah warna

gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah,

berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi

(perubahan diet, penggunaan antasida).


 Keluaran urin : menurun, pekat.

e. Makanan/cairan

a) Gejala :

 Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga

 obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka

 duodenal).

 Masalah menelan : cegukan

 Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah.

 Tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas,

 coklat : diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.

 Penurunan berat badan

b) Tanda :

 Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau

 tanpa bekuan darah.

 Membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa,

 turgor kulit buruk (perdarahan kronis).

 Berat jenis urin meningkat

f. Neurosensori

a) Gejala :
 Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar,

kelemahan.

 Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang

 dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai

pingsan dan koma (tergantung pada volume

sirkulasi/oksigenasi).

g. Nyeri/kenyamanan

a) Gejala :

 Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,

 perih : nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi.

 Rasa ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah

makan

 banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).

 Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/menyebar ke punggung

 terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida

 (ulkus gaster).

 Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4

 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan

 atau antasida (ulkus duodenal).

 Tak ada nyeri (varises esophageal atau gastritis).

 Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan

obatobat tertentu (salisilat, reserpin, antibiotic, ibuprofen),


 stressor psikologis.

b) Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,

pucat, berkeringat, perhatian menyempit.

h. Keamanan

 Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.

 Tanda : Peningkatan suhu. Spider angioma, eritema palmar

(menunjukkan sirosis/hipertensi portal).

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Keadaan umum klien Hematomesis Melena akan terjadi

ketidakseimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap

makanan / tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.

b. Sistem Respirasi

Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas

tambahan hipoksia, ascites.

c. Sistem Kardiovaskuler

Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi

hati menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).


d. Sistem Gastrointestinal Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran

kanan atas, pruritus, neuritis perifer.

e. Sistem Persyarafan

Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi,

koma, bicara lambat tak jelas.

f. Sistem Geniturianaria/Eliminasi

Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali.

asites), penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat,

melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.


2. Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi


1 DS: Penurunan Ekspansi Pola Nafas Tidak
Pasien biasanya mengatakan Paru Efektif
sesak nafas
DO:
1. Pasien biasanya tampak sesak
2. Nafas Pendek
3. Menggunakan otot pernafasan
2 DS:- Perdarahan Resiko Syok
DO: dilambung Hipovolemik
1. Tampak biasanya ada batuk
dengan sputum berdarah
2. Tingkat kesadaran menurun
3. Biasanya tampak lemah
3 DS: Mual, muntah dan Ketidakseimbangan
Pasien biasanya mengatakan nafsu makan nutrisi kurang dari
lemas menurun kebutuhan
DO: (ketidakmampuan
1. Biasanya pasien tampak lemas memproses makan)
2. Penurunan nafsu makan
4 DS: Kelemahan Intoleransi Aktifitas
Pasien biasanya mengatakan
lemah dan cepat lelah
DO:
1. Biasanya pasien tampak
lemah
2. Perubahan tekanan darah
3. Penurunan kekuatan otot
4. ADLs dibantu
5. DS: Kurangnya Ansietas
Pasien biasanya mengatakan pengetahuan tentang
khawatir akan penyakitnya peraawatan
DO: penyakitnya
1. Biasanya tampak gelisah
2. Nafsu makan berkurang
3. Membran mukosa dan
konjungtiva pucat

Diagnose keperawatan yang mungkin muncul :

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Penurunan

ekspansi paru

2) Resiko syok hipovolemik dengan faktor Perdarahan dilambung

3) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan Mual, muntah dan nafsu makan menurun

(ketidakmampuan memproses makan)

4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Kelemahan

5) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan penyakitnya
3. Intervensi

Intervensi
keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil
(Nursing
keperawatan (Nursing outcome)
intervention
classication)
1. Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Airway
tidak efektif b.d keperawatan selama 3 x 24 management
Penurunan jam, diharapkan pola nafas 1.   Buka jalan
ekspansi paru efektif. nafas, gunakan
Kriteria hasil teknik chin lift
Respiratory Status: atau jaw thrust
Airway Patency bila perlu
indikator I E 2.   Posisikan
R R pasien untuk
1. Frekuensi memaksimalkan
pernafasan ventilasi
sesuai yang 3.   Lakukan
diharapkan fisioterapi dada
2. Irama nafas 4.   Keluarkan
sesuai yang secret dengan
diharapkan batuk atau suction
3. Kedalaman 5.   Auskultasi
inspirasi suara nafas, catat
4. Ekspansi adanya suara
dada nafas tambahan
simetris 6.   Berikan
5. Bernafas bronkodilator jika
mudah perlu
6. Pengeluara 7.   Monitor
n sputum respirasi dan
pada jalan status O2
nafas
7. Bersuara
secara
adekuat
8. Ekspulsi
udara
9. Tidak
menggunak
an otot
bantu
pernafasan
10. Tidak
didapatkan
suara nafas
tambahan
abnormal

Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2. Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Syok prevention
hipovolemik keperawatan selama 3 x 24 1.   Monitor status
dengan faktor jam, diharapkan syok sirkulasi BP,
Perdarahan teratasi warna kulit, suhu
dilambung Kriteria hasil: kulit, dan TTV
Syok prevention 2.   Monitor tanda
indikator I ER inadekuat
R oksigenasi
1. Nadi dalam jaringan
batas yang 3.   Monitor suhu
diharapkan dan pernafasan
2. Irama 4.   Pantau nilai
jantung labor
dalam batas 5.   Monitor tanda
yang dan gejala asites
diharapkan 6.   Monitor tanda
3. Frekuensi awal syok
nafas masih 7.   Berikan
dalam vasodilator yang
rentang tepat
yang 8.   Ajarkan
diharapkan keluarga dan
pasien tentang
Keterangan:
tanda dan
1. Keluhan ekstrim
gejalany
2. Keluhan berat
adatangnya syok
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
3. Setelah dilakukan tindakan Nutritional
Ketidakseimbang keperawatan selama 3 x 24 management
an nutrisi kurang jam, diharapkan 1.   Kaji adanya
dari kebutuhan keseimbangan nutrisi dapat alergi makanan
b.d Mual, muntah dipertahankan, dengan 2.   Kolaborasi
dan nafsu makan Kriteria hasil: dengan ahli gizi
menurun Nutritional status untuk menetukan
(ketidakmampuan indikator I ER jumlah kalori an
memproses R nutrisi yang
makan) 1. Adanya dibutukan pasien
peningkata 3.   Anjurkan
n BB pasien untuk
sesuai meningkatkan
dengan asupan Fe
tujuan 4.   Anjurkan
2. BB sesuai pasien untuk
dengan TB meningkatkan
3. Mampu konsumsi protein
mengidenti dan Vit.C
fikasi 5.   Berikan
kebutuhan substansi gula
nutrisi 6.   Monitor
4. Tidak jumlah nutrisi dan
terjadi kandungan kalori
penurunan 7.   Berikan
BB yang informasi tentang
berarti kebutuhan nutrisi
\
Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4.Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Activity therapy
aktifitas b.d keperawatan selama 3 x 24 1.   Bantu klien
Kelemahan jam, diharapkan aktifitas untuk
pasien meningkat mengidentifikasi
Kriteria hasil: aktivitas yang
Activity tolerance mampu dilakukan
indikator I ER 2.   Bantu untuk
R mengidentifikasik
1. Tanda-tanda an dan
vital dalam mendapatkan
batas sumber yang
normal sesuai dengan
2. EKG dalam kemampuan fisik,
batas psikolog dan
normal social
3. Langkah 3.   Sediakan
berjalan penguatan positif
4. Jarak bagi yang aktif
berjalan beraktivitas
5. Kuat 4.   Bantu pasien
6. Laporan untuk
ADLs mengembangkan
7. Kemampuan motivasi diri dan
bicara saat penguatan
latihan 5.   Monitor
respon
fisik,emosi, sosial
dan spiritual

Keterangan:
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
5. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Anxiety
kurangnya keperawatan selama 3 x 24 reduction
pengetahuan jam, diharapkan 1.   Gunakan
tentang kecemasan pasien pendekatan yang
perawatan berkurang menenangkan
penyakitnya Kriteria hasil: 2.   Dengarkan
Anxiety Control dengan penu
indikator I E perhatian
R R 3.   Identifikasi
1. Monitor tingkat
intensitas kecemasan
kecemasan 4.   Bantu pasien
2. Menyingkirka mengenal situasi
n tanda yang
kecemasan menimbulkan
3. Menurunkan kecemasan
stimulus 5.   Dorong pasien
lingkungan untuk
ketika cemas mengungkapkan
4. Mencari perasaan,
informasi ketakutan,
untuk persepsi
menurunkan 6.   Berikan obat
kecemasan untuk mengurangi
5. Melaporkan kecemasan
tidak adanya
gangguan
persepsi
sensori
Keterangan:
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Selalu menunjukkan
5. Sering menunjukkan

D. Implementasi

Implementasi Keperawatan Implementasi adalah tindakan

keperawatan yang dilakukan sesuai rencana yang telah di baut. Jenis

tindakan keperawatan tersebut antara lain independent, defendent, dan

interdependent. Interdependent adalah tindakan keperawatan yang

dilakukan sendiri tanpa ada ketergantungan dengan tim kesehatan lain

seperti mengukut tanda-tanda vital, mengkaji pola makan. dependent

adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi dengan

tim kesehatan lainya seperti dokter, analis dan dokter gigi. Sedangkan

interdependent adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan


kolaborasi dengan tim kesehatan yang terlibat dalam keperawatan klien

seperti konsultasi tentang kesehatan klien dengan dependent lain seperti

penyakit dalam, bedah dan lain-lain.

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap akhir yang dilakukan dalam proses keperawatan yaitu

evaluasi, evaluasi dilakukan dengan mengidentifikasi sejauh mana tujuan

tercapai. Dan kesimpulan dari evaluasi menentukan apakah intervensi

keperawatan dihentikan atau dimodifikasi. Evaluasi menggunakan format

SOAP yaitu subyckaif, obycktif, analisa, planning.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. at al. (2015). Nursing Care Plans, F.A. Davis Company,

Philadelphia

Hernomo O.K. (2013). Hematemisis dan Melena dalam Penanggulangan

gawat darurat.Edisi 6.EGC:Jakarta

Hudak C.M. (2010). Critical Care Nursing, Lippincort Company,

Philadelphia.

Soeparman. (2014). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI.EGC:

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai