Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

MODEL DAN STANDAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

MATA KULIAH
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
Dr. Endang Wuryandini, M.Pd.

Disusun Oleh:
Triwik Suyanti (20510271)
Nur Rohma Kurniawati (20510277)
Mukholidin (20510279)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT


atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah yang berjudul “Model dan Standar Pembiayaan Pendidikan”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Pembiayaan Pendidikan Semester Genap Program Studi Manajemen
Pendidikan Program Pascasarjana (S2) Universitas PGRI Semarang.

Dalam makalah ini dijelaskan tentang bagaimana model (bentuk)


dan standar pembiayaan yang digunakan oleh satuan pendidikan (sekolah)
dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan baik pada jenjang, jalur,
dan jenis pendidikan yang dikelola. Karena tanpa pembiayaan yang
memadai penyelenggaraan pendidikan akan meenemui berbagai kendala.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum


sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Untuk
itu kami mohon kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua tentang bagaimana model dan standar pembiayaan pendidikan
di satuan pendidikan (sekolah).

Pemalang, 21 Januari 2022

Penyusun,

2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………………………………………………………….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………….. ii
Daftar Isi …………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1


A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Maslah ………………………………………………….. 2
C. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….. 4


A. Kajian Teori ……………………………………………………….. 4
1. Model dan Standar Pembiayaan Pendidikan ………………….. 4
2. Sistem Pembiayaan Pendidikan ……………………………….. 12
3. Mekanisme Sistem Keuangan ………………………………… 13
B. Kajian Kebijakan ………………………………………………….. 16
1. Standar Pembiayaan Pendidikan ……………………………… 16
2. Sumber Pembiayaan Pendidikan ……………………………… 20
3. Komponen Standar Perhitungan Biaya Operasi ………………. 22
C. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................. 27
D. Analisis Kritis Kondisi Sekarang …………………………………. 32
1. Kondisi Empiris Pembiayaan Pendidikan di SD Negeri 03 32
Sewaka ………………………………………………………...
2. Kondisi Empiris Pembiayaan Pendidikan di SMP Negeri 1 33
Randudongkal .............................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 37


A. Kesimpulan ....................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 39

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam berbagai tataran kehidupan manusia, pendidikan memainkan
peran yang sangat strategis. Pendidikan memberi banyak peluang untuk
meningkatkan mutu kehidupan manusia. Dengan pendidikan yang baik,
potensi kemanusiaan yang begitu kaya akan dapat dikembangkan. Pada
tataran sosial, pendidikan dapat mengantarkan seseorang pada pencapaian

3
dan strata sosial yang lebih baik. Secara akumulatif, pendidikan dapat
membuat suatu masyarakat lebih beradab. Dengan demikian, pendidikan,
dalam pengertian yang luas, berperan sangat penting dalam proses
transformasi individu dan masyarakat.
Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, tidak
mungkin terjadi secara alamiah, tanpa usaha dan pengorbanan. Mutu keluaran
dari satuan pendidikan yang diharapkan banyak dipengaruhi oleh besarnya
usaha dan pengorbanan yang diberikan. Semakin tinggi tuntutan mutu, maka
akan semakin besar pula usaha dan pengorbanan yang harus dilakukan.
Pengorbanan yang diterjemahkan menjadi biaya merupakan faktor
yang tidak mungkin diabaikan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu
dapat diperkirakan bagaimana sulitnya seseorang yang tidak memiliki
kemampuan ekonomis untuk akses pada pendidikan yang bermutu. Hal ini
tidak berarti bahwa hanya orang kaya saja yang akan memperoleh
pendidikan. Di sinilah letak peranan pemerintah untuk membangkitkan peran
masyarakat dalam arti luas untuk ikut ambil bagian dalam proses pendidikan
dan keterbukaan dari pemerintah pusat dan daerah dalam hal pengelolaan
biaya yang disediakan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap
tahunnya.
Dalam perkembangan dunia pendidikan dewasa ini masalah
pembiayaan menjadi masalah yang cukup pelik untuk dipikirkan oleh para
pengelola pendidikan. Karena pembiayaan pendidikan akan menyangkut
masalah tenaga pendidik, proses pembelajaran, sarana prasarana, pemasaran
dan aspek lain yang terkait dengan finansial (keuangan). Fungsi pembiayaan
tidak dapat dipisahkan dari fungsi lainnya dalam pengelolaan sekolah. Oleh
karena itu pembiayaan menjadi masalah sentral dalam pengelolaan kegiatan
pendidikan. Ketidakmampuan suatu lembaga untuk menyediakan biaya, akan
menghambat proses belajar mengajar. Hambatan pada proses belajar
mengajar dengan sendirinya akan menghilangkan kepercayaan masyarakat
pada suatu lembaga pendidikan. Namun bukan berarti bahwa apabila tersedia

4
biaya yang berlebihan akan menjamin bahwa pengelolaan sekolah akan lebih
baik.
Oleh karena pentingnya masalah pembiayaan dalam bidang
pendidikan, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang model dan strategi
pembiayaan pendidikan di Indonesia pada umumnya baik pada satuan
pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat kami rumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah hakikat model dan standar pembiayaan pendidikan?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan?
3. Bagaimana kondisi empiris pembiayaan pendidikan di satuan pendidikan?

C.    Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah yang berjudul Model dan Standar
Pembiayaan Pendidikan adalah:
a. Mendapatkan pemahaman tentang pengertian model dan standar
pembiayaan pendidikan.
b. Mendapatkan pemahaman tentang berbagai kebiajakan pemerintah
tentang pembiayaan pendidikan.
c. Mengetahui kondisi riil pembiayaan pendidikan pada satuan
pendidikan saat ini.

2. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan maklah di atas adalah:
a. Bagi penyelenggara dan satuan pendidikan
1) Dapat memahami tentang model dan standar pembiayaan yang
dibutuhkan dalam mengelola lembaga pendidikan.
2) Dapat memahami tentang berbagai kebijakan pemerintah dalam
memenuhi pembiayaan pendidikan.
b. Bagi orang tua dan masyarakat

5
1) Dapat memahami bahwa pendidikan adalah tanggung jawab
bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah.
2) Dapat memahami bahwa sumber pembiayaan selain dari
pemerintah pusat dan daerah, juga bersumber dari orang tua dan
masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Model dan Standar Pembiayaan Pendidikan
a. Model Pembiayaan Pendidikan
1) Pengertian Model

6
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3,
Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, model
berarti pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan.
b) Menurut Lefudin (2017, hlm. 171) model merupakan suatu
konsepsi untuk mengejar suatu materi dalam mencapai
tujuan tertentu.
2) Pengertian Biaya
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3,
Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, biaya
adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan
(mendirikan, melakukan, dsb) sesuatu; ongkos; belanja;
pengeluaran.
b) Supriadi (2010:3) menjelaskan bahwa: “Biaya Pendidikan
menjadi salah satu masukkan instrumental (instrumental
input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan
pendidikan, baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif
ataupun kulitatif, biaya pendidikan memiliki peran yang
penting”. Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki
cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam
bentuk uang maupun barang dan tenaga.
c) Menurut Sagala (2007:223) biaya pendidikanbersumber
dari pemerintah, masyarakat dan orangtua digunakan untuk
menyelenggarakan sekolah melalui dana langsung maupun
tidak langsung.
d) Nanang Fattah (2008), biaya pendidikan dapat ditentukan
oleh beberapa faktor antara lain: 1) Besar kecilnya sebuah
institusi pendidikan; 2) Jumlah siswa; 3) Tingkat gaji atau
tingkat pendidikan; 4) Ratio siswa berbanding guru/dosen;

7
5) Kualifikasi guru; 6) Tingkat pertumbuhan penduduk
(negara berkembang); 7) Perubahan kebijakan dari
penggajian/pendapatan.
3) Pengertian Pendidikan
a) Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pemdidikan Nasional, Bab I, Pasal 1 ayat (1);
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
b) Prof. H. Mahmud Yunus
Menurut Prof. H. Mahmud Yunus menyatakan bahwa
Pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih
untuk dapat mempengaruhi dan membantu anak yang
bertujuan untuk dapat meningkatkan ilmu pengetahuan,
jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa
mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang
paling tinggi. Supaya memperoleh suatu kehidupan yang
bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi
dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
c) Prof. Dr. John Dewey
Menurut Prof. Dr. John Dewey menyatakan bahwa
Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman hidup.
Karena kehidupan merupakan suatu pertumbuhan, maka
pendidikan berarti juga membantu pertumbuhan batin
manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan
adalah suatu proses penyesuaian pada setiap fase dan

8
menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang
melalui pendidikan.

Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa model


pembiayaan pendidikan adalah suatu pola atau contoh tentang
bagaimana mengelola dana/keuangan yang akan dikeluarkan
untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan dalam rangka
mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

4) Model Pembiayaan Pendidikan


a) Menurut John dan Mrophet (1975:235), pada dasarnya
pembiayaan diklasifikasikan menjadi dua model, yaitu:
(1) Flat Grant Model
Flat grant model menggunakan sistem distribusi dana.
Semua kabupaten/kota menerima jumlah dana yang
sama untuk setiap muridnya tidak memperlihatkan
perbedaan kemampuan daerah. Daerah yang memiliki
sumber daya yang melimpah dan daerah yang sumber
daya alamnya tidak melimpah, untuk membiayai
program pendidikan tetap menerima dana dengan
jumlah yang sama dan dihitung biaya persiswa dalam 1
(satu) tahun yang direflesikan sebagai kebutuhan yang
bervariasi dalam unit biaya yang diberikan kepada
sekolah.
(2) Equalization Model
Equalization model ini bertitik tolak pada ability to
pay (kemampuan membayar) masyarakat. Masyarakat
yang miskin tentu perlu menerima bantuan dana lebih
utama dibanding dengan masyarakat yang income-nya

9
lebih tinggi. Karena itu sekolah miskin akan
memperoleh kesempatan sejajar dengan sekolah
lainnya, artinya setiap daerah akan menerima jumlah
dana yang berbeda tiap tahun tergantung bagaimana
membagi sesuai kepada kemampuan daerah. Daerah
miskin akan menerima 5 per mil ditambah dengan 7 per
mil dana dasar daerah.
b) Menurut Thomas H. Jones (1985: 100-131), ada enam
model pembiayaan pendidikan, yaitu:
(1) Flat Grant
Flat grant merupakan tipe perencana bantuan
pembiayaan pendidikan yang pertama dan tertua.
Dalam rencana ini, setiap sekolah memiliki sejumlah
dana yang sama, yang dihitung persiswa atau perunit
pendanaan lainnya. Sebagaimana penjelasan terdahulu,
akibat dari sistem bagi rata, maka sekolah yang jumlah
siswanya banyak akan mengeruk uang lebih besar,
sehingga atas dasar hal tersebut flat grant tidak
dianggap sebagai equalizing. Flat grant bisa cocok di
bawah kondisi-kondisi politik yang memiliki konsensus
yang memutuskan bahwa semua distrik atau semua
sekolah mendapat bantuan yang sama terlepas dari
seberapa besar kekayaan mereka atau seberapa rendah
tarif pajak yang mereka berlakukan

(2) Power Equalizing


Power equalizing dibebankan kepada daerah-daerah
yang sangat kaya untuk membayarkan sebagian pajak
sekolah yang mereka pungut kembali ke kantong
negara bagian. Negara bisa menggunakan uang yang
dari daerah-daerah kaya untuk manambah bantuan bagi

10
daerah- daerah yang miskin. Setiap daerah akan
menerima jumlah dana berbeda tergantung pada
kemampuan penghasilan daerah (APBD). Daerah
miskin akan menerima 5 per mil ditambah dengan 7
per mil dana dasar daerah. Dengan demikian akan
ada keseimbangan dana antar daerah-daerah yang
sumber daya alamnya kaya.
(3) Complete State Model
Complete state model adalah satu-satunya rencana
pembiayaan pendidikan yang dirancang untuk
menghapus semua perbedaan lokal, baik dalam
pembelanjaan maupun dalam pemerolehan pajak, tidak
akan ada pajak property sekolah lokal dengan
berbagai taraf dan basis pajak lokal adalah unequal
(tidak seimbang). Para pendukung juga mengatakan
bahwa pengawasan keuangan lokal tidak efisien untuk
masyarakat secara keseluruhan. Maka complete state
model menempatkan lebih banyak tanggung jawab
untuk akuntabilitas pendidikan secara merata di tingkat
negara bagian.
(4) Foundation Plan
Foundation plan, dirancang untuk menggali empat
masalah besar dalam pendidikan dan keuangan, yaitu:
kesetaraan pembelanjaan, penetapan-penetapan standar
pajak dan pembelanjaan sekolah minimum, pemisahan
(demarkasi) wewenang politik antara daerah-daerah
sekolah lokal dengan negara bagian, dan provisi untuk
perbaikan berkesinambungan atas proses pendidikan.

Cara kerja foundation plan adalah: Pertama,


negara harus menentukan biaya persiswa pertahun

11
bagi program pendidikan yang memuaskan. Kedua,
negara harus mematok tarif pajak minimum yang harus
diberlakukan oleh semua distrik sekolah. Ketiga,
negara memberikan hibah (grants) kepada tiap distrik
sekolah dengan jumlah yang sama. Sedangkan
besarnya bantuan adalah situasional terhadap kekayaan
lokal tetapi tidak pada upaya pajak. Foundation plan
membagi kue dengan porsi yang sama, namun distrik-
distrik miskin lebih diutamakan.

(5) Guaranteed Percent Equalizing


Guaranteed Percent Equalizing model ini dimaksudkan
bahwa negara membayar persentasi tertentu dari total
biaya pendidikan yang diinginkan oleh distrik sekolah
lokal. Penyertaan persentase negara diberlakukan tinggi
pada daerah- daerah sekolah melarat, dan persentase
sekolah rendah pada daerah yang kaya. Para
pendukung model ini menyatakan bahwa
memaksimalkan pengawasan lokal, kesetaraan wajib
pajak, dan efisiensi sekolah lokal. Model ini juga
mendukung kesetaraan pembayar pajak. Model ini
memastikan atau menjamin tiap distrik sekolah lokal
dengan sejumlah dana tertentu persiswa untuk tiap
per mil pajak yang dipungut secara lokal.
(6) Complete Local Support Model
Dalam complete local support model, semua sumber
dana dari pemerintah negara bagian atau dana dari
provinsi diharapkan seluruh biaya pendidikan menjadi
tanggung jawab pemerintah lokal atau daerah. Sistem
ini akan memberikan dampak pada sistem pendidikan
yang ada didaerah, karena bisa saja pendapatan

12
daerahnya yang tinggi memberi jumlah dana yang
tinggi pula, yang pada akhirnya berbuah pada kualitas
hasil (output) yang berbeda.
Model-model pembiayaan tersebut memberikan gambaran
bahwa terdapat kekurangan dan keunggulannya masing-masing.
Di Indonesia pembiayaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang tua siswa,
dan masyarakat. Penerapan model pembiayaan tersebut di atas
akan menjadi sebuah model yang ideal sesuai dengan latar
geografis dan sosial budaya lokal.
b. Standar Pembiayaan Pendidikan
1) Pengertian Standar
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3,
Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Standar
berarti ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan:
ukuran atau tingkat biaya hidup: sesuatu yang dianggap
tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai
(harga).
b) Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 102 tahun 2000
tentang Standardisasi Nasional, Standar adalah spesifikasi
teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan
metode yang disusun berdasarkan consensus semua pihak
yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman,
perkembangan masa kini danmasa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

2) Pengertian Pembiayaan Pendidikan

13
Menurut Nanang Fattah (dalam Mulyono), dalam bukunya
“Konsep Pembiayaan Pendidikan, mendefinisikan bahwa biaya
pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan
pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan profesional
peralatan, pengadaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis
kantor (ATK), kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan
pendidikan, dan supervisi pendidikan.

Dari definifi di atas dapat dipahami bahwa pembiayaan


pendidikan adalah dana yang diberikan kepada sekolah untuk
memfasilitasi setiap kegiatan proses pembelajaran di sekolah,
dan berbagai keperluan dalam penyelenggaraan pendidikan.

3) Pengertian Standar Pembiayaan Pendidikan


a) Menurut Mulyono, MA., standar pembiayaan pendidikan
adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber pendapatan
dan penggunaan biaya yang diperuntukkan sebagai
pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan

b) Menurut Jumal Ahmad (Islamic Character Development),


manyebutkan bahwa Standar pembiayaan pendidikan
adalah biaya minimum yang diperlukan sebuah satuan
pendidikan agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan
selama satu tahun. Biaya disini meliputi biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal.

2. Sistem Pembiayaan Pendidikan


Sistem pembiayaan pendidikan merupakan proses dimana
pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk
memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah. Sistem
pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi

14
masing-masing negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan,
kondisi politik pendidikan, hukum pendidikan, ekonomi pendidikan,
program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah. Sementara
itu terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui
sesuai tidaknya sistem dengan kondisi negara.

Untuk mengetahui apakah sistem tersebut memuaskan, dapat


dilakukan dengan cara:

1) Menghitung berbagai proporsi dari kelompok usia, jenis


kelamin, tingkat buta huruf;
2) Distribusi alokasi sumber daya pendidikan secara efisien dan
adil sebagai kewajiban pemerintah pusat mensubsidi sektor
pendidikan dibandingkan dengan sektor lainnya.
Setiap keputusan dalam masalah pembiayaan sekolah akan
mempengaruhi bagaimana sumber daya diperoleh dan
dialokasikan. Oleh karena itu perlu dilihat siapa yang akan
dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan dapat disediakan,
bagaimana mereka akan dididik, siapa yang akan membayar
biaya pendidikan. Demikian pula sistem pemerintahan seperti
apa yang paling sesuai untuk mendukung sistem pembiayaan
pendidikan. Tanggungjawab pemerintah dalam pembiayaan
pendidikan termasuk untuk pendidikan kejuruan dan bantuan
terhadap murid. Hal itu perlu dilihat dari faktor kebutuhan dan
ketersediaan pendidikan, tanggungjawab orang tua dalam
menyekolahkan vs social benefit secara luas, pengaruh faktor
politik dan ekonomi terhadap sektor pendidikan.
3. Mekanisme Sistem Keuangan
Secara teoritik mekanisme keuangan pendidikan disusun
dengan tujuan agar operasionalisasi pendidikan lebih terukur dan
mencapai aspek-aspek yang semestinya dibutuhkan. Adapun
mekanisme keuangan secara teoritis meliputi 1) perencanaan finansial,

15
2) pelaksananaan, dan 3) evaluasi. Sebagaimana menurut Jones yang
dikutip oleh E Mulyasa mengemukakan “Finansial planning is called
budgeting” merupakan kegiatan koordinasi sumber daya yang tersedia
untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa
menyebabkan efek samping yang merugikan.
Implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran) adalah
kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan
terjadi penyesuaian jika diperlukan. Evaluation involves merupakan
proses evaluasi terhadap pencapaian sasaran (E. Mulyasa, 2007).
Menurut Hadari Nawawi, 2005, kegiatan yang ada dalam
manajemen pembiayaan meliputi 3 (tiga) hal, yaitu: penyusunan
anggaran (budgeting), pembukuan (accounting), dan pemeriksaan
(auditing).
a. Budgeting (Penyusunan Anggaran)
Istilah anggaran sering kali dipahami sebagai pengertian suatu
rencana. Dalam manajemen keuangan di lembaga pendidikan
dikenal dengan RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah. Anggaran adalah suatu rencana yang berisi
jumlah uang yang dimiliki atau dapat diadakan (pendapatan atau
pemasukan) untuk pendidikan. Setiap lembaga pendidikan tentu
memerlukan anggaran untuk menunjang proses belajar mengajar.
Budgeting memiliki 4 (empat) unsur utama;
1) Rencana yang terukur dari sebuah aktifitas atau kegiatan yang
akan dilakukan. Dengan adanya budget ini akan memudahkan
lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Budget akan merinci tiap kegiatan secara spesifik
dsn sistematis yang dinyatakan dalam unit moneter.
2) Unsur budget meliputi seluruh kegiatan sekolah, yaitu
mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua
bagian-bagian yang ada dalam lembaga pendidikan.

16
3) Anggaran dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit kesatuan
yang ada diterapkan pada berbagai kegiatan sekolah.
4) Anggaran dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit kesatuan
yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan sekolah.
b. Accounting (Pembukuan)
Kegiatan kedua dari manajemen keuangan adalah pembukuan, atau
kegiatan pengurusan keuangan. Pengertian dari accounting atau
pembukuan adalah kegiatan proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, pelaporan, dan penganalisian data keuangan di
sekolah yang dilakukan oleh bendahara sekolah.
Pengurusan keuangan meliputi 2 (dua) hal, yaitu :
1) Pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan
kebijakan menerima dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini
disebut dengan kepengurusan ketatausahaan.
2) Kepengursan tindak lanjut dari kepengurusan yang pertama,
yaitu menerima, menyimpan, dan mengeluarkan uang.
Kepengurusan ini menyangkut kewenangan menetukan, tetapi
hanya melaksanakan dan dikenal dengan istilah
kebendaharawanan. Bendahara adalah orang atau badan yang
oleh negara diberi tugas untuk menerima, menyimpan, dan
membayar atau menyerahkan uang dan surat berharga sehingga
dengan jabatan itu mereka mempunyai kewajiban
mempertanggungjawabkan terhadap urusannya kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) (Arkunto, 2008)
c. Auditing
Langkah terakhir adalah auditing, yaitu semua kegiatan yang
menyangkut pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan
pembayaran atau penyerahan uang yang dilakukan oleh
bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang. Auditing
adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus dilakukan oleh
setiap kepala sekolah/madrasah unutk mengukur kinerja

17
bendaharawan sekolah. Auditing bermanfaat untuk menemukan
masalah keuangan sekolah serta hasil auditing dapat digunakan
untuk meningkatkan perasaan tanggung jawab bagi bendahara
sekolah.
B. Kajian Kebijakan
1. Standar Pembiayaan Pendidikan
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Amandemen ke-4
Pada Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan, Pasal 31, ayat:
1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan;
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya;
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang;
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya da puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional;
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
1) Bab V, tentang Peserta Didik, Pasal 12, Ayat:1) huruf c dan d
menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai

18
pendidikannya; mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
2) Bab V, tentang Peserta Didik Pasal 12 ayat (2) huruf b,
disebutkan bahwa setiap peserta didik berkewajiban ikut
menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Bab XIII, Pendanaan Pendidikan, Bagian Kesatu, Tanggung
Jawab Pendanaan, Pasal 46, Ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat; Pemerintah
dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab mengyediakan
anggaran pendidikan sebagaiamana diatur dalam Pasal 31 ayat
(4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
4) Bab XIII, Bagian keempat, tentang Pengalokasian Dana
Pendidikan Pasal (49) ayat (1) dan 2) disebutkan bahwa dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen
yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan
APBD.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
1) Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 10 dinyatakan bahwa
Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur semua
komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun.tentang Standar Pembiayaan,
2) Bab IX, Standar Pembiayaan Pasal 62 ayat (1), (2), (3), (4),
dan (5) dinyatakan bahwa bahwa pembiayaan pendidikan
terdiri atas: biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

19
Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia,
dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis
pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan


Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Pasala 1 ayat 11, dinyatakan bahwa
Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Pasal 32; ayat
1) Standar pembiayaan merupakan kriteria minimal mengenai
komponen pembiayaan pendidikan pada satuan pendidikan.
2) Pembiayaan pendidikan terdiri atas: a) biaya investasi, dan b)
biaya operasional.
3) Biaya investasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf a)
meliputi komponen biaya (1) investasi lahan; (2) penyediaan
sarana dan prasarana; (3) penyediaan dan pengembangan
sumberdaya manusia; dan modal kerja tetap.
4) Biaya operasional sebagimana dimaksud pada ayat 2) huruf b)
meliputi komponen biaya (1) personalia; dan (2)
nonpersonalia.

20
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009
tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMALB)

2. Sumber Pembiayaan Pendidikan

a. Dasar hukum

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

a) Pasal 46 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa pendanaan


pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah, dan masyarakat; pemerintah dan
pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggran
pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat (4)
Undang-undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun
1945;

b) Pasal 47 ayat (1) menyebutkan: Sumber pendanaan


pendidikan di tentukan bedasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan berkelanjutan, dan ayat (2) menyebutkan:
Pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya
yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undang yang
berlaku."

2) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan


Pendidikan,

21
Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) menyebutkan bahwa pendanaan
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: a) penyelenggara atau satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat; b) peserta didi, orang tua
atau wali peserta didik, dan c) pihak lain selain yang dimaksud
huruf a dan huruf b yang mempunyai perhatian dan peran dalam
bidang pendidikan.

b. Sumber Pembiayaan/Pendanaan Pendidikan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan


Pendidikan Bab V, Pasal 51 ayat (disebutkan bahwa sumber pendanaan
pendidikan

Sumber-sumber pembiayaan pendidikan diperoleh dari:

1) Pemerintah
Pemerintah (pusat) memberikan dana bantuan operasional
pendidikan pada satuan pendidikan dasar dan menengah dalam
bentuk Dana Bantuan Operasinal Sekolah (BOS) Reguler. Petunjuk
teknis pengelolaan dana BOS Reguler tersebut diatur dalam
Permendikbud Nomor 6 Tahun 2021. Pada Bab V, tentang
komponen penggunaan dana BOS Reguler, pasal 12, ayat (1)
disebutkan bahwa sekolah menggunakan dana BOS Reguler untuk
membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan di sekolah
meliputi komponen:
a) Penerimaan peserta didik baru (PPDB);
b) Pengembangan perpustakaan
c) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler;
d) Pelaksanaan kegiatan asesmen dan evaluasi pembelajaran;
e) Pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah;
f) Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan;

22
g) Pembiayaan langganan daya dan jasa;
h) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah;
i) Penyediaan alat multimedia pembelajaran;
j) Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi keahlian;
k) Penyelenggaraan kegiatan dalam mendukung keterserapan
lulusan; dan/atau
l) Pembayaran honor.
Pasal 13 ayat (1) menyebutkan bahwa pembayaran honor
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf l, digunakan
paling banyak 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan jumlah
alokasi dana BOS Reguler yang diterima oleh sekolah.
2) Pemerintah Daerah
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015, Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2021 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan,
dinyatakan bahwa pemerintah daerah berkewajiban untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikn. Dana bantuan yang
diberikan pemerintah daerah disebut Dana Bantuan Operasional
Sekolah Daerah (BOSDA).
3) Sumbangan Sukarela Orang Tua/ Wali Peserta didik dan
Masyarakat
Sumber pembiayaan penyelenggaraan pendidikan juga dapat
dihimpun melalui sumbangan sukarela orang tua/wali peserta didik,
alumni, kalangan dunia usaha dan bantuan lain yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Khusus
sumbangan dari orang tua/wali peserta didik dilakukan melalui
komite sekolah sebagaimana diatur dalam Permendikbud Nomor 75
Tahun 2016 tentang Komite Sekolah.

23
4) Dana Swadaya
Yaitu usaha mandiri yang dilakukan oleh sekolah, seperti kegiatan
kantin sekolah, koperasi sekolah, unit produksi, dan usaha lain yang
sah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5) Dana hibah/Block Grant
Yaitu dana bantuan pendidikan yang diperoleh dari pihak luar,
seperti daribank dunia, UNICEF, UNESCO, dan bantuan lain yang
peruntukannya untuk memenuhi sarana pendidikan dan
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
3. Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi

a. Biaya Pegawai/Personalia

Sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2005, biaya pegawai dibagi


menjadi dua kelompok: (i) Gaji pokok serta tunjangan yang
melekat pada gaji, (ii) Penghasilan lain yang terdiri atas: tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan maslahat
tambahan.

1) Gaji Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Segala Tunjangan


yang Melekat pada Gaji. Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan
batasan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.
Sedangkan, batasan tenaga kependidikan sebagaimana Ayat (6),
Pasal 1, Bab I UU No. 20 Tahun 2003 adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

24
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara itu, Ayat
(1) Pasal 35 PP No. 19 Tahun 2005 menjelaskan tenaga
pendidikan sebagai berikut.
a) Tenaga kependidikan pada TK/RA atau bentuk lain yang
sederajat sekurang kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan
tenaga kebersihan. Tenaga kependidikan pada SD/MI atau
bentuk lain yang sederajat sekurang kurangnya terdiri atas
kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
b) Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat atau SMA MA, atau bentuk lain yang sederajat
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
c) Tenaga kependidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain
yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah.
d) Tenaga kependidikan pada SDLB, SMPLB, dan SMALB
atau bentuk lainyang sederajat sekurang-kurangnya terdiri
atas kepala sekolah, tenaga adminstrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan
sekolah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan
terapis.
e) Tenaga kependidikan pada Paket A, Paket B dan Paket C
sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar,
tenaga adminstrasi, dan tenaga perpustakaan.
f) Tenaga kependidikan pada lembaga kursus dan lembaga
pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas

25
pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber belajar,
pustakawan, dan laboran.
Seiring dengan telah disetujuinya UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, pengertian gaji dan tunjangan meliputi
gaji pokok, besarnya gaji pokok mengikuti aturan menteri
keuangan tentang gaji PNS. Tunjangan yang melekat pada gaji,
yang meliputi tunjangan: (i) isteri/suami 10%, (ii) anak 2%
dengan batas maksimal dua orang anak hingga usia 21 tahun
atau belum pernah menikah atau belum berumur 25 tahun
kuliah dan belum pernah menikah, (iii) jabatan, (iv) beras, dan
(v) khusus, yakni diberikan sebagai pengganti apabila yang
bersangkutan terkena pajak penghasilan sejumlah potongan
yang terkena pajak.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, Bab I, Pasal 2, tentang biaya satuan
pendidikan dan ayat (3) huruf tentang biaya penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, disebutkan bahwa biaya operasi terdiri atas: (i)
biaya personalia, dan (ii) biaya nonpersonalia. Biaya personalia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) huruf b angka
1, meliputi:
a) Biaya personalia satuan pendidikan terdiri atas:
(1) gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan;
(2) tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada
satuan pendidikan;
(3) tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada
satuanpendidikan;
(4) tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar
guru dan dosen;

26
(5) tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional
bagi guru dan dosen;
(6) tunjangan profesi bagi guru dan dosen;
(7) tunjangan khusus bagi guru dan dosen;
(8) maslahat tambahan bagi guru dan dosen; dan
(9) tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan
profesor atau guru besar.
b) biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan
pendidikan, yang terdiri atas:
(1) gaji pokok;
(2) tunjangan yang melekat pada gaji;
(3) tunjangan struktural bagi pejabat struktural; dan
(4) tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional.

b. Biaya Bukan Pegawai

Biaya bukan pegawai terdiri atas: (i) Alat Tulis Sekolah (ATS)
atau bahan habis pakai, (ii) Rapat-rapat, (iii) Transpor atau
perjalanan dinas, (iv) Penilaian, (v) Daya dan jasa, (vi)
Pemeliharaan sarana dan prasarana, (vii) Pendukung pembinaan
siswa.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional lebih lanjut telah mengatur beberapa pasal yang
menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada Pasal 11 Ayat 2
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya
dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara
yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada
Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai

27
pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di
samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta didik
berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan.

Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa


setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti
program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan
tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.
Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Pendanaan Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama


antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber
pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan. pendidikan dilakukan berdasarkan
pada prinsip keadilan,

Pengelolaan dana efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas


publik. UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13
menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik
dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut
mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan
sertifikasi pendidik diatur dengan PP. Pada Peraturan Pemerintah
No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terdapat

28
kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62
Ayat (1) s/d (5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan.
Ketentuan Umum tentang Standar Pembiayaan pada Pasal 1
tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan pada
Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur komponen dan
besarnya "biaya operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup "biaya investasi, biaya operasi
dan biaya personal". Pada Bab IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62
disebutkan bahwa: (1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal. (2) Biaya investasi
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. (3) Biaya personal
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. (4) Biaya
operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi: a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji. b. Bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan c. Biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya. (5) Standar biaya operasi satuan
pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan
usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

C. Kajian Penelitian Terdahulu


1. Model-Model Pembaiyaan Pendidikan
a. Nama Jurnal : Bilqolam Pendidikan Islam,
b. P-ISSN : 2764-5454

29
c. Online at http :
http://jurnal.staiserdanglubukpakam.ac.id/index.php/bilqolam
d. E-ISSN : 2746-5462
e. Judul Penelitian : Model-Model Pembiayaan Pendidikan
(Analisis
Efektivitas dan Efisiensi dalam Institusi
Pendidikan)
f. Nama Peneliti : Mesiono dan Roslaeni
g. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
h. Kesimpulan hasil Penelitian
Dari pembahasan penelitian yang mereka lakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: Jenis biaya pendidikan meliputi: a)
biaya langsung (direct cost); b) biaya tidak langsung (indirect
cost). Biaya rutin dan pembangunan merupakan bagian dari biaya
langsung (direct cost); c) biaya pribadi (private cost); d) biaya
masyarakat (social cost); e) monetary cost; dan f) non monetery
cost. Jenis biaya yang masih sering dikeluhkan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia berkaitan dengan biaya yang harus
dikeluarkan oleh orang tua peserta didik (biaya pribadi). Model
pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien serta dapat
dikembangkan yaitu: model Power Equalizing dan model
Foundation Plan karena model Power Equalizing dibebankan
kepada distrik-distrik yang sangat kaya untuk membayarkan
sebagian pajak sekolah yang mereka pungut kembali ke kantong
negara bagian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pendidikan


sekolah dipengaruhi oleh: 1) kenaikan harga (rising prices); 2)
perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries); 3)
perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak di
sekolah negeri; 4) meningkatnya standar pendidikan

30
(educational standards); 5) meningkatnya usia anak yang
meninggalkan sekolah; dan 6) meningkatnya tuntutan terhadap
pendidikan lebih tinggi (higher education). Permasalahan
pendidikan nasional tak pernah usai. Lebih khusus lagi jika
menyangkut masalah pembiayaan pendidikan, siapa pun mengakui
makin mahalnya biaya untuk memasuki jenjang pendidikan saat
ini. Memang tidaklah salah jika dikatakan pendidikan bermutu
membutuhkan biaya. Namun persoalannya, daya finansial
sebagian masyarakat di negeri ini masih belum memadai
akibat sumber pendapatan yang tak pasti.

2. Pembiayaan Pendidikan
a. Identitas Jurnal
1) Judul :  Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis
Financing of Education: A Theoritical Study
2) Penulis :  Ferdi W. P
3) Penerbit :  Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19,
Nomor 4, Desember 2013
4) Tahun        :  2013 
b. Ringkasan Jurnal
Dalam Jurnal ini membahas tentang 1) faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya pendidikan; 2) jenis biaya pendidikan; dan 3)
model pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kajian ini
dilakukan dengan melakukan analisis deskriptif terhadap dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan biaya pendidikan.

Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) faktor-faktor yang


mempengaruhi biaya pendidikan, antara lain: a) kenaikan harga; b)
perubahan gaji guru; c) perubahan populasi dan kenaikan
prosentasi anak di sekolah negeri; d) meningkatnya standar
pendidikan; e) meningkatnya usia anak yang meninggalkan
sekolah; f) meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih
tinggi; g) adanya keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam

31
penyelenggaraan pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan; dan h) belum ada model pembiayaan yang dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam operasionalisasi biaya
pendidikan; 2) jenis-jenis biaya pendidikan meliputi: a) biaya
langsung; b) biaya tidak langsung); c) biaya pribadi; d) biaya
masyarakat; e) monetary cost; dan f) non monetery cost; dan 3)
model pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien yaitu model
human capital di mana aspek pembiayaan dapat mempengaruhi
taraf produktivitas yang dapat mempengaruhi taraf pendapatan
seseorang atau kelompok sehingga pada akhirnya dapat
berkontribusi terhadap kecepatan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan.

3. Standar Pembiayaan Pendidikan


a. Identitas Jurnal
1) Judul :  Analisis Penetapan Standar Biaya Pendidikan
pada SMA Negeri 2 Kuala
Kabupaten Nagan Raya
2) Penulis :  RM. Eko Atmaja, Cut Zahri Harun, dan
Sakdiah Ibrahim
3) Penerbit :  Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala
4) ISSN : 2302-0156
5) Terbit : Volume 4, No. 1, Februari 2016
b. Kesimpulan Hasil Pembahasan
Penyusunan biaya pendidikan melalui Rencana
Penggunaan Anggaran (RKA) dan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) yang dibahas dalam rapat
anggaran di DPRK. Dalam biaya pendidikan adalah seluruh
pengeluaran baik yang berupa uang maupun bukan uang sebagai
ungkapan rasa tanggung jawab semua pihak (masyarakat, orang
tua, dan pemerintah) terhadap pembangunan pendidikan agar
tujuan pendidikan yang dicita-citakan tercapai secara efesien dan

32
efektif, yang harus terus digali dari berbagai sumber, dipelihara,
dikonsolidasikan, dan ditata secara administratif.

Penggunaan prioritas biaya pendidikan terbesar adalah


untuk membayar gaji guru/ pegawai, yaitu antara 75-80% dari
total anggaran, dan selebihnya untuk non-gaji, terutama untuk
membiayai kegiatan proses belajar mengajar. Penggunaan biaya
pendidikan bersumber anggaran pemerintah berasal dari APBN,
dan APBD. Sedangkan sumber biaya pendidikan lainnya dari
orang tua, swasta, dunia usaha, dan alumni. Pengawasan
penggunaan anggaran pendidikan yang terdiri dari kegiatan
memonitor, memeriksa, menilai dan melaporkan adalah
merupakan kegiatan yang bersifat sistemik dan sistematis.

Pengauditan biaya pendidikan melalui mengecek dan


meneliti kebenaran, keaslian, dan keabsahan dokumen-dokumen
yang ada sebagai akibat telah terjadinya transaksi antara pihak-
pihak yang terlibat, dan menelusuri setiap pencatatan terhadap
semua buku yang digunakan dalam melakukan transaksi-transaksi
tersebut, baik penerimaan maupun pengeluaran uang, termasuk
penerimaan dan pengeluaran barang.

Pemeriksaan atau audit biaya pendidikan adalah


menunakan kegiatan melihat dengan teliti menyelidiki
mempelajari, menelaah dan mengusut biaya pendidikan, termasuk
mengusut tata cara pembukuannya, salah benarnya suatu hal.
peristiwa yang telah dicatat, ditempatkan pada pos-posnya serta
proses arus penerimaan penerimaan uang dan barang yang
dimiliki oleh suatu sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat.

4. Model Manajemen Pembiayaan Pendidikan


a. Identitas Jurnal

33
1) Judul :  Model Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Berbasis
Masyarakat di MTS PAKIS Kecamatan
Cilongok
Kabupaten Banyumas

2) Penulis :  Nur Fadilah dan Novan Ardy Wiyani

3) Penerbit :  Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman


4) ISSN : 1979-8075
5) Terbit : Vol. 9. No. 1. Januari - Juni 2020
b. Kesimpulan
Dalam jurnal tersebut disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan
berbasis masyarakat merupakan biaya yang diterapkan oleh
sekolah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masyarakat
dalam suatu wilayah. Pembiayaan seperti itu sangat membantu
terutama bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah.
Mereka yang peduli akan pendidikan namun tidak bisa mengakses
pendidikan karena terkendala masalah biaya. Model manajemen
pembiayaan pendidikan berbasis masyarakat di terapkan di MTs
PAKIS guna membantu anak-anak di daerah pelosok yang putus
sekolah karena masalah biaya. Biaya yang unik diterapkan di MTs
PAKIS sesuai dengan perekonomian masyarakat setempat. Respon
masyarakat yang luar biasa baik dan mendukung menjadikan
pengelola MTs PAKIS selalu meningkatkan semangat dan optimis
dalam mengembangkan pendidikan di dusun pesawahan.
Keberadaan MTs PAKIS telah memberi harapan baru bagi warga
setempat. Mereka berharap keberadaan sekolah dapat memberi
pelita kehidupan yang lebih baik bagi generasi muda di dusun
Pesawahan dan Karang Gondang.

5. Model Konseptual Manajemen Pembiayaan Pendidikan


a. Identitas Jurnal
1) Judul :  Model Konseptual Manajemen Pembiayaan

34
Pendidikan
Berbasis Mutu di Pesantren Modern
2) Penulis :  Nurhamzah, dkk
3) Penerbit :  Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
4) Terbit : Vol. 5 Nomor 2, Desember 2020

b. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, simpulan penelitian ini
menunjukkan bahwa model konseptual manajemen pembiayaan
pendidikan berbasis mutu di pesantren modern harus dilakukan
secara komprehensif-integral, tidak dilakukan secara parsial, mulai
dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pertanggungjawaban, dan perbaikan berkelanjutan
pembiayaan pendidikan. Ketika seluruh aspek manajemen
pembiayaan tersebut dilaksanakan, pengelolaan pembiayaan
pendidikan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel akan
terwujud dengan baik. Pesantren sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam dapat menghasilkan tata kelola lembaga yang
baik (good corporate governance) dan mencegah terjadinya
penyalahgunaan dana pendidikan. Konsep manajemen pembiayaan
pendidikan berbasis mutu tersebut telah diimplementasikan di
kedua pesantren dan terbukti berhasil.

D. Analisis Kritis Kondisi Sekarang


1. Kondisi Empiris Pembiayaan Pendidikan di SD Negeri 03 Sewaka,
Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang.
a. Profil SD Negei 03 Sewaka
SD Negeri 03 Sewaka adalah 1 (satu) diantara satuan pendidikan
dasar yang beralamat di Desa Sewaka, Kecamatan Pemalang,
Kabupaten Pemalang yang berdiri pada tanggal 1 Agustus 1975,
yang berarti pada bulan Agustus 2022 nanti akan berusia 47 tahun.

35
SD Negeri 03 Sewaka memiliki 6 rombongan belajar, dengan
jumlah peserta didik sebanyak 129 orang, 1 orang kepala sekolah,
9 orang pendidik (guru), dan masing-masing 1 orang tenaga
perpustakaan dan penjaga sekolah. Selain pendidik dan tenaga
kependidikan, sekolah ini dilengakapi dengan sarana dan
prasarana, yaitu masing-masing 1 ruang kepala sekolah, ruang
guru, ruang tamu, ruang perpustakaan, kamar mandi guru, dan
tempat parkir, serta 3 kamar kecil/WC siswa.
b. Sumber Dana
Sumber dana pembiayaan pendidikan di SD Negeri 03 Sewaka
berasal dari:
1) Dana BOS Reguler (Pusat) yang besarnya Rp 900.000,- persiswa
pertahun;
2) Dana Alokasi Khusus, dari APBD Kabupaten.
c. Pembiayaan Pendidikan di SD Negeri 03 Sewaka
1) Biaya Pegawai/Personal
a) Biaya pegawai/personal (pendidik dan tenaga kependidikan)
yang berstatus PNS/ASN, pembiayaan (gaji) bersumber dari
dana APBD;
b) Biaya pegawai (pendidik dan tenaga kependikan) non
PNS/ASN yang datanya sudah masuk di Dapodik dan telah
memiliki NUPTK, maka pembayaran homornya bersumber
dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler,
maksimal 50 % dari jumlah dana BOS yang diterima.
2) Biaya Nonpegawai/Nonpersonal
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah dinyatakan
bahwa biaya nonpersonal adalah biaya yang dialokasikan dari
dana BOS yang digunakan untuk:
a) Penerimaan peserta didik baru (PPDB);

36
b) Pengembangan perpustakaan;
c) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler;
d) Pelaksanaan kegiatan asesmen dan evaluasi pembelajaran;
e) Pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah;
f) Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan;
g) Pembiayaan langganan daya dan jasa;
h) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah;
i) Penyediaan alat multimedia pembelajaran;
j) Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi
keahlian;
k) Penyelenggaraan kegiatan dalam mendukung keterserapan
lulusan; dan/atau;
l) Pembayaran honor.
2. Kondisi Empiris Pembiayaan Pendidikan di SMP Negeri 1
Randudongkal, Kabupaten Pemalang.
a. Profil SMP Negeri 1 Randudongkal
SMP Negeri 1 Randudongkal adalah 1 (satu) diantara satuan
pendidikan jenjang menengah pertama berstatus negeri tertua di
wilayah Pemalang bagian selatan, yang beralamat di Jalan Budi
Utomo Nomor 2 Desa Randudongkal, Kecamatan Randudongkal,
Kabupaten Pemalang. Sekolah ini berdiri sejak tanggal 1 Agustus
1962 yang berarti pada bulan Agustus 2022 nanti akan berusia 59
tahun. SMP Negeri 1 Randudongkal memiliki 27 rombongan
belajar, dengan jumlah peserta didik sebanyak 861 orang, 46
orang pendidik (guru), 14 orang tenaga kependidikan (tenaga
administrasi) dan dilengakapi dengan sarana pembelajaran berupa
27 ruang kelas, masing-masing 1 ruang kepala sekolah, ruang
guru, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium
IPA, ruang BK, ruang UKS, ruang OSIS, ruang music, ruang

37
studio pembelajaran, 4 ruang laboratorium komputer, dan 1 buah
masjid (dalam proses pembangunan).
b. Pembiayaan Pendidikan di SMP Negeri 1 Randudongkal
Sebagai satuan pendidikan tingkat menengah pertama yang
cukup besar, maka biaya pendidikan yang dibutuhkan SMP Negeri
1 Randudongkal juga besar. Ketersediaan dana pendidikan akan
sangat mempengaruhi keberhasilan seluruh program kegiatan
sekolah yang ditetapkan.
1) Sumber Dana
Sumber dana pembiayaan pendidikan di SMP Negeri 1
Randudongkal berasal dari:
a) Dana BOS Reguler (Pusat) yang besarnya Rp 1.100.000,-
persiswa pertahun;
b) Dana Alokasi Khusus, dari APBD Kabupaten;
c) Sumbangan dari orang tua/wali siswa yang dikelola oleh
komite sekolah;
d) Sumbangan dari alumni dan masyarakat peduli pendidikan.
2) Pembiayaan Pendidikan
a) Biaya Pegawai/Personal
(1) Biaya pegawai/personal (pendidik dan tenaga
kependidikan) yang berstatus PNS/ASN, pembiayaan
(gaji) bersumber dari dana APBD;
(2) Biaya pegawai (pendidik dan tenaga kependikan) non
PNS/ASN yang datanya sudah masuk di Dapodik dan
telah memiliki NUPTK, maka pembayaran homornya
bersumber dari dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Reguler, maksimal 50 % dari jumlah dana BOS
yang diterima.
b) Biaya Nonpegawai/Nonpersonal
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis

38
Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah dinyatakan
bahwa biaya nonpersonal adalah biaya yang dialokasikan dari
dana BOS yang digunakan untuk:
(1) Penerimaan peserta didik baru (PPDB);
(2) Pengembangan perpustakaan;
(3) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler;
(4) Pelaksanaan kegiatan asesmen dan evaluasi
pembelajaran;
(5) Pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah;
(6) Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan;
(7) Pembiayaan langganan daya dan jasa;
(8) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah;
(9) Penyediaan alat multimedia pembelajaran;
(10) Penyelenggaraan kegiatan peningkatan
kompetensi keahlian;
(11) Penyelenggaraan kegiatan dalam mendukung
keterserapan lulusan; dan/atau;
(12) Pembayaran honor.
3) Biaya Pemenuhan Sarana Penunjang Pembelajaran
Dalam hal pemenuhan sarana pembelajaran yang
pengadaannya tidak dapat didanai melalui dana BOS, maka
sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, Pasal 46 dan 47; Peraturan Pemerintah Nomor 48
tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 2; dan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan Nomor 75
Tahun 2016 tentang Komite Sekolah, dinyatakan bahwa biaya
pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

39
Bertitik tolak dari regulasi di atas, untuk memenuhi
pengadaan sarana penunjang pembelajaran yang sumber
dananya cukup besar dan tidak dapat dipenuhi oleh dana BOS,
maka sekolah mengajukan permohonan kepada komite sekolah
untuk memenuhinya. Selanjutnya pengurus komite sekolah
menyelenggarakan rapat dengan orang tua/wali siswa sebagai
warga masyarakat pengguna layanan pendidikan untuk
membantu memenuhi kebutuhan sarana pembelajaran sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Sarana penunjang pembelajaran di SMP Negeri 1
Randduongkal yang dibutuhkan dan telah dipenuhi melalui
sumbangan orang tua/wali siswa yang dihimpun oleh komite
sekolah, antara lain:
a) Pengadaan CPU untuk kegiatan UNBK, tahun 2017/2018;
b) Pengadaan mebeler siswa kelas VIII sebanyak 288 set
(meja kursi);
c) Perbaikan (rabat beton) halaman upacara dan sarana olah
raga;
d) Pengaspalan halaman parkir sekolah;
e) Pembangunan masjid sekolah; dan
f) Perbaikan sarana lain yang volume biayanya di atas yang
dialokasikan dari dana BOS Reguler.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah tentang model dan standar pembiayaan pendidikan di
atas penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:

40
1. Model pembiayaan pendidikan adalah suatu pola atau contoh tentang
bagaimana mengelola dana/keuangan yang akan dikeluarkan untuk
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dalam rangka mempersiapkan
peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Standar pembiayaan pendidikan adalah biaya minimum yang
diperlukan sebuah satuan pendidikan agar dapat melaksanakan
kegiatan pendidikan selama satu tahun. Biaya disini meliputi biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
2. John dan Mrophet (1975:235), mengklasifikasin model pembiayaan
pendidikan menjadi dua, yaitu: a)Flat Grant Model dan b)
Equalization Model. Sedang Thomas H. Jones (1985:100-131),
menggolongkan model pembiayaan pendidikan menjadi 6 (enam),
yaitu: a) Flat Grant; b) Power Equalizing; c) Complete State Model; d)
Foundation Plan; e) Guaranteed Percent Equalizing; f) Complete Local
Support Model. Menurut Hadari Nawawi, 2005, kegiatan yang ada
dalam manajemen pembiayaan meliputi 3 (tiga) hal, yaitu: a)
penyusunan anggaran (budgeting), 2) pembukuan (accounting), dan 3)
pemeriksaan (auditing).
3. Pembiayaan Pendidikan dasar dan menengah bersumber dari: a)
Pemerintah (pusat); b) Pemerintah daerah; c) Sumbangan sukarela
orang tua/wali siswa yang dihimpun oleh komite sekolah; d) Dana
Swadaya; dan e) Dana hibah/blokgrant.
4. Dalam hal belum terpenuhinya pembiayaan pendidikan yang
bersumber dari dana BOS unutk pengadaan sarana penunjang
pembelajaran, maka dengan mengacu pada regulasi tentang kebijakan
pembiayaan pendidikan, maka pemangku kepentingan satuan
pendidikan melalui pengurus komite sekolah mengajukan
permohonan sumbangan dana masyarakat secara sukarela.
B. Saran

41
1. Kegiatan pendidikan akan berjalan dengan baik sehingga tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai jika diimbangi oleh pembiayaan yang
memadai. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu model dan
standar pembiayaan dalam mengelola kegiatan pendidikan.
2. Pendanaan penyelenggaraan pendidikan yang diterima satuan
pendidikan saat ini hanya bersumber dari dana BOS pusat yang
jumlahnya belum memenuhi semua kebutuhan sekolah. Karena
pembiayaan pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pengguna layanan
pendidikan, maka pemerintah kabupaten/kota hendaknya
mengalokasikan dana pembiayaan pendidikan melalui APBD dan
peran serta orang tua/wali siswa serta masyarakat pengguna layanan
pendidikan melalui komite sekolah.
3. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih kurang
sempurna. Karena itu masukan dan saran dari para pembaca dan
penguatan dari Ibu Dr. Endang Wuryandini, M.Pd. sangat kami
harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. I., 2013. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya


Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Arikunto, 2008, Manajemn Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media.


Fattah, N., 2012. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

42
Ferdi WP., 2011, Pembiayaan Pendididkan Suatu Kajian Teoritis,
Jakarta: Puslitjak, Balitbang, Kemendikbud.

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17951/2/T1_162014011
_BAB%20II.pdf

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Satandar Nasional


Penddikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015, Perubahan Kedua Atas


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Satandar Nasional


Pendidikan

Undang-undang Dasar 1945, Amandemen ke-4.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen.

43

Anda mungkin juga menyukai