Anda di halaman 1dari 50

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS JURNAL QUASI EKSPERIMENTAL

Disusun oleh :
Silvina Ratri Arumhandini (A22020217)

PROGRAM B16 S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
TAHUN AJARAN 2020/2021
Efektivitas Promosi Kesehatan Menggunakan Media
Audiovisual Terhadap Keaktifan Lansia ke Posyandu
Lansia

Sri Astutik Andayani1, Husnul Khotimah2, Sry Desy3, Arif Eko


Trilianto4, Hefniy Razaq5
1Universitas Nurul Jadid

email:astutikandayani86@gmail,com
2Universitas Nurul Jadid email:husnulcrakers@gmail.com
3Universitas Nurul Jadid

email:Sridesylailatulrisqi11@gmail.com 4Dinas Kesehatan


Probolinggo email:arif.trilianto@gmil.com

Abstract
Implemented posyandu elderly there are obstacles that often
faced is low visit, one of cause factor is low of knowledge of
elderly so that beneficiary of posyandu elderly still not maximal.
The purpose of this research is to know the influence of health
promotion about elderly posyandu by use audio visual media
toward liveliness of elderly in following elderly posyandu. The
design use in this research is Quasy Experimental with pretest-
posttest with control design. This research was conducted at
Maesan Bondowoso health center with 55 respondents with
total sampling technique. This analysis used Wilcoxon and
Mann-Whitney test. The results showed that health promotion
was effective to increase the member of ekderly visit to the
elderly health center with p value 0,000.

Keywords : Health Promotion, Elderly Health Centre, elderly


active
Abstrak

Pelaksanakan posyandu lansia kendala yang sering dihadapi


yakni rendahnya kunjungan lansia ke posyandu, salah satu
faktor penyebabnya adalah rendahnya pengetahuan lansia
sehingga pemanfaat posyandu lansia masih belum maksimal.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh promosi
kesehatan tentang posyandu lansia dengan menggunakan
media audio visual terhadap jumlah kunjungan lansia ke
Posyandu. Penelitian ini menggunakan metode Quasi
Eksperimental dengan pendekatan pretest- posttest with control
Design. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Maesan
Bondowoso sejumlah 55 responden dengan teknik total
sampling, analisa data yang digunakan adalah Uji Wilcoxon dan
Man Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Promosi
kesehatan dengan media Audio Visual efektif untuk
meningkatkan keaktifan lansia dalam posyandu dengan nilai p
0,000.

Kata kunci Promosi Kesehatan, Posyandu Lansia, Keaktifan


Volume 7, Nomor 2 Agustus 2019
p-ISSN: 2355-679X; e-ISSN: 2685-1830
penentu
atau
Pendahuluan determinan
Keaktifan lansia datang ke perilaku
Posyandu Lansia adalah manusia sulit
suatu frekuensi keterlibatan untuk
dan keikutsertaan dibatasi karena
dalam mengikuti perilaku merupakan
kegiatan posyandu
secara rutin setiap
bulan dan merupakan kumpulan dari
salah satu bentuk berbagai faktor baik
perilaku kesehatan internal
Lansia dalam upaya maupun
memelihara dan eksternal
meningkatkan kesehatan
dirinya (lingkungan) (Depkes,
secara optimal. Faktor 2006).
Motivasi seseorang
dalam pemilihan atau datang
ke fasilitas kesehatan di
pengaruhi oleh faktor kebiasaan, dan
persepsi atau pengetahuan pengalaman hidup.
(Andayani, 2017). Pendidikan merupakan
Pengetahuan lansia dapat di suatu bentuk intervensi
pengaruhi oleh faktor seperti yang di tujukan kepada
budaya, perilaku, agar perilaku
tersebut dapat
berpengaruh positif
terhadap peningkatan
kesehatan (Notoatmodjo,
2012). Hal tersebut
sejalan dengan hasil
pendidikan terakhir
lansia yang bisa
mempengaruhi
pengetahuan proses
belajar, karena semakin
tinggi pendidikan
seseorang maka akan
semakin mudah orang
tersebut untuk
menerima informasi
(Koentjaraningrat,
2009).
Peningkatan
pengetahuan lansia
dapat di tingkatkan
dengan model health
promotion atau yang
biasa di sebut promosi
kesehatan yang
merupakan model bagi
perawat untuk
mengeksplorasi proses
biopsikososial yang
kompleks, yang
memotivasi individu
untuk berperilaku dipahami, sehingga sasaran
tertentu, yang ditujukan dapat
untuk meningkatkan mempelajari pesan tersebut
derajat kesehatannya dan sasaran dapat
(Martha Raile Alligood, memutuskan
2014). Promosi untuk mengadopsi perilaku
kesehatan pada yang positif . Metode
hakekatnya merupakan penyampaian pesan dan
suatu kegiatan atau informasi dalam promosi
suatu usaha dalam diantaranya adalah
menyampaikan pesan metode audio visual
ksehatan kepada (melihat-mendengar)
masyarakat, kelompok, atau (Notoatmodjo, 2012).
individu dengan Hasil penelitian
harapan dapat sebelumnya menyatakan
memperoleh pengetahuan bahwa ada pengaruh
tentang promosi
kesehatan yang lebih kesehatan tentang
baik yang dapat posyandu lansia
berpengaruh terhadap terhadap keaktifan lansia di
perilaku keaktifan hadir posyandu lansia (Sumirat,
mengikuti posyandu 2011). Media audio-visual
lansia sehingga dapat berkontribusi besar terhadap
meningkatkan kualitas perubahan perilaku orang.
hidup pasa lansia dan status Metode ini memberikan
kesehatan lansia dapat rangsangan pada
terpantau dengan baik juga pendengaran dan
kekambuhan penyakit penglihatan sehingga hasil
dapat yang didapat lebih maksimal
menurun (Notoatmodjo, (Kholid, 2014).
2012).
Promosi kesehatan tidak
lepas dari media, pesan-
pesan yang
disampaikan dapat lebih
menarik dan
Metode
Design penelitian yang Distribusi frekuensi
digunakan adalah Quasi karakteristik responden
Eksperimental dengan (n=55)
menggunakan rancangan
pretest- posttest with control
Design. Subyek
penelitian ini berjumlah
55 responden yang
dihasilkan dari tehnik
pengambilan sampling yaitu
totally sampling. Penelitian
ini
menggunakan analisis
univariat dan bivariat. Untuk
analisis
univariat menggunakan
distribusi frekuensi. Analisis
bivariat yaitu uji statistic
Wilcoxon sign rank test dan
dengan bantuan SPSS untuk
menganalisis perbedaan
antara
sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan
pendidikan kesehatan dan
skala data yang digunakan
dalam
bentuk ordinal.

Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian
didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1
Karakteristik Jumlah prosentase
Responden n %
1. Usia
60 Tahun 9 16,4%
61 Tahun 7 12,7%
62 Tahun 8 14,5%
63 Tahun 7 12,7%
64 Tahun 10 18,2%
65 Tahun 14 25,5%
Total
55 100%
2. Jenis
kelamin

Laki-laki 29 52,7%
Perempuan 26 47,3%
Total 55 100%
3. Pekerjaan

Petani 22 40,0%
Ibu Rumah
Tangga 23 41,8%

Pedagang 6 10,9%
Pensiun 4 7,3%
Total 55 100%
Tabel 2
Keaktifan sebelum dan sesuadah diberikan statistic Mann Whitney Test
Promosi kesehatan
sebelum di lakukan promosi
P
Variabel Pre Post value kesehatan pada
Mean
Rank SD
Mean
Rank SD kelompok eksperimen dan
Kelompok
Kontrol 6,81 0,921 6,78 0,698
0,834
kontrol memiliki nilai P
Kelompok
Perlakuan 6,82 0,723 17,07 1,052
0,000 sebesar 0,699 sedangkan
sesudah
Dari tabel diatas dapat dilihat dilakukan promosi
bahwa pada kelompok kontrol kesehatan pada
hasil uji statistik Wilcoxon kelompok eksperimen dan
didapatkan nilai P Value kontrol memiliki nilai p
sebesar 0,834 tidak ada sebesar 0,000. Sehingga
pengaruh promosi dapat
kesehatan terhadap disimpulkan bahwa terdapat
keaktifan mengikuti perbedaan
posyandu lansia, antara kelompok
sedangkan pada eksperimen dan kontrol
kelompok perlakuan sebelum maupun
didapatkan p value 0,000 setelah dilakukan
yang bermakna bahwa ada promosi kesehatan.
pengaruh promosi
kesehatan Pembahasan
terhadap keaktifan Berdasarkan
mengikuti posyandu lansia hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh
Tabel 3 promosi
Pengaruh Promosi Kesehatan
kesehatan dengan
Terhadap Keaktifan Lansia
menggunakan media audio
Keaktifan Perbedaan P visual terhadap keaktifan
Value
Eksp. kontrol lansia dalam mengikuti
Sebelum 28,75 27,22 0,01 posyandu lansia. Hal senada
0,699
Sesudah 41,50 14,00 10,29 0,000
penelitian (Wigati, 2011)
Dari tabel diatas dapat
menyatakan ada pengaruh
dilihat bahwa hasil uji
pendidikan kesehatan
tentang
penyakit degeneratif
terhadap keaktifan persalinan aman
lansia dalam kegiatan adalah metode ceramah
posyandu lansia. Hasil dengan media video.
penelitian dari Lia Pendidikan kesehatan
Saraswati menyatakan menggunakan audiovisual
bahwa promosi atau
kesehatan dapat kombinasi simulasi
meningkatkan pengetahuan dapat meningkatkan
tentang pengetahuan dan sikap ibu
kanker serviks dan terkait dengan
partisipasi dalam manajemen diare di
program deteksi dini rumah pada balita
kanker serviks, promosi (Nisa, 2016) Nurhayati, 2016
kesehatan dengan media leaflet dan audiovisual
menggunakan film memiliki
memberikan hasil lebih baik pengaruh dalam
meningkatkan pengetahuan
di bandingkan
dan sikap
dengan leaflet bahaya merokok.
(Ismarwati, 2011). Berdasarkan berbagai
Penelitian lain oleh penelitian di
Puspitasari, 2019 Media atas dapat disimpulkan
audio visual dapat bahwa terdapat
digunakan dalam konseling pengaruh antara
sebagai promosi kesehatan terhadap
upaya meningkatkan peningkatan pengetahuan,
motivasi ibu hamil untuk hal
merawat tersebut dapat
kehamilan. mengubah perilaku setiap
Menurut Yuliani, 2017 orang sehingga dapat
Metode promosi meningkatkan minat dalam
kesehatan yang paling keaktifan mengikuti
berpengaruh dalam posyandu lansia. Perbedaan
meningkatkan pengetahuan, perubahan perilaku pada
sikap setiap lansia itu berbeda-
dan tindakan ibu hamil beda,
dalam melakukan
dikarenakan mengalami
banyak masing lansiajuga yang
faktor diantaranya berhubungan dengan tingkat
adalah perbedaan terkait pendidikan, pemahaman
usia dan kesadaran dari terkait posyandu lansia dan
masing- masing lansiajuga juga lingkungan tingkat
yang berhubungan dengan tinggal.
tingkat pendidikan,
pemahaman terkait Simpulan
posyandu lansia dan juga Hasil uji Mann-Whitney pada
lingkungan tingkat tinggal. pengaruh promosi kesehatan
Berdasarkan berbagai terhadap
penelitian di keaktifan dalam
atas dapat disimpulkan mengikuti posyandu lansia di
bahwa terdapat dapatkan nilai signifikansi
pengaruh antara sebesar 0.000 (p<0.05) yang
promosi kesehatan berarti terdapat
terhadap peningkatan peningkatan
pengetahuan, hal keaktifan dalam
tersebut dapat mengikuti posyandu lansia
mengubah perilaku pada kelompok eksperiman di
setiap orang sehingga bandingkan dengan
dapat meningkatkan kelompok kontrol
minat dalam keaktifan sebelum dan setelah dilakukan
mengikuti posyandu promosi
lansia. Perbedaan kesehatan
perubahan perilaku
pada setiap lansia itu
berbeda-beda, dikarenakan
mengalami banyak
faktor diantaranya
adalah perbedaan terkait
usia dan kesadaran dari
masing-
Daftar Pustaka
management at
Alligood, M. R. (2014). home in toddlers.
Nursing theory & their work
(8th ed). The CV Mosby. Company St. Louis. Toronto.
Missouri: Mosby Elsevier. Inc.
Amalia Indah
Puspitasari, 2019. The Departemen Kesehatan RI.
Effect of 2010. Pedoman Puskesmas
Audiovisual Counseling Santun Lanjut Usia Bagi
of Conception Petugas Kesehatan. Jakarta:
Period and Direktorat Bina Kesehatan
Nutrients to the Komunitas.
Nutrient
Improvement Motivation Ismarwati, dkk. 2011.
on Pregnant Promosi Kesehatan dalam
Mothers at Meningkatkan Pengetahuan,
Primary Health Sikap dan Perilaku
Center Girisubo Deteksi Dini
Gunungkidul Yogyakarta Kanker Serviks
in 2015. pada Ibu-Ibu
KnE Life Anggota Pengajian. Berita
Science. Kedokteran Masyarakat. Vol.
27.No.2 Juni 2011.
Aprilia Choirun Nisa
dkk.2016. Effect of Kholid, Akhmad.
combination health education Promosi Kesehatan. 2014.
of Jakarta: Rajawali Pers.
simulation methods and
audiovisual media to mothers’
knowledge and attitude
related to diarrhea
Koentjaraningrat. 2009.
Pengantar Ilmu Antropologi. Tentang Persalinan
Jakarta: RinekaCipta. Aman.Jurnal Ilimiah
PANNMED.
Nugroho, W. 2000. Vol.11.No.3 Januari 2017.
Keperawatan Gerontik.
Jakarta : Andreas Dwi
EGC Atmoko;Zainal Munir;Gilang
Ramadhan. (2019).
Notoatmodjo. 2007. PENGARUH MENONTON
Promosi Kesehatan dan Ilmu TAYANGAN TELEVISI
Perilaku. Jakarta: PT Rineka TERHADAP PERILAKU
Cipta. AGRESIF PADA
ANAK PRASEKOLAH
Putri Wahyu Wigati. Andreas. Keperawatan
2011. Tesis. Profesional, 7(1).
Pengaruh Pendidikan Retrieved from
Kesehatan Penyakit https://ejournal.un
Degeneratif Terhadap uja.ac.id/index.php
Keaktifan Lansia Dalam /jkp/index%0APEN GARUH
Kegiatan Posyandu Lansia.
Universitas Sebelas Maret Depkes. (2006). Buku
Surakarta. Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu.
Restu Yuliani, 2017. Jakarta.
Pengaruh Promosi Kesehatan
Dengan Metode Ceramah Firse Nurhayati, Sri Astutik
dengan Media Video Andayani, Vivin Nur Hafifah,
Terhadap Perilaku Ibu Hamil K. R. (2016).
Perbedaan Promosi
Kesehatan dengan Leaflet dan partisipasi wanita dalam
Audio Visual terhadap deteksi dini kanker serviks Di
Pengetahuan dan Sikap Mojokerto RW 22 Surakarta.
Bahaya
Rokok pada Siswa SMP. Sumirat, W. (2011). Pengaruh
Humaniora, 13(1). promosi kesehatan tentang
posyandu lansia terhadap
Koentjaraningrat. (2009). keaktifan lansia di posyandu
Pengantar lansia, 2(4), 45–51.
Ilmu Antropologi.
RINEKA CIPTA.

Martha Raile Alligood. (2014).


Nursing theorists and their
work. In Doris D Coward (Ed.),
Nursing theory (8th ed., p.
574). United States of
America: Elsevier Inc.

Notoatmodjo, S. (2012).
Promosi Kesehatan Dan

Perilaku Kesehatan. jakarta:


Rineka Cipta.

Saraswati, L. K. (2011).
Pengaruh promosi
kesehatan terhadap
pengetahuan tentang kanker
serviks dan

FORM ANALISIS JURNAL QUASI EKSPERIMENTAL EFEKTIVITAS


PROMOSI KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL
TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA
NO ITEM ANALISIS HASIL ANALISIS
Judul Efektivitas Promosi Kesehatan
Menggunakan Media Audiovisual
Terhadap Keaktifan Lansia ke
Posyandu Lansia
2 Latar belakang Pelaksanakan posyandu lansia
kendala yang sering dihadapi yakni
rendahnya kunjungan lansia ke
posyandu, salah satu faktor
penyebabnya adalah rendahnya
pengetahuan lansia sehingga
pemanfaat posyandu lansia masih
belum maksimal.
3 Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh promosi
kesehatan tentang posyandu lansia
dengan menggunakan media audio
visual terhadap jumlah kunjungan
lansia ke Posyandu.
4 Tujuan khusus Mengetahui distribusi frekuensi
karakteristik responden
berdasarkan usia, pekerjaan dan
jenis kelamin
Mengetahui keaktifan sebelum dan
sesuadah diberikan promosi
kesehatan
Mengetahu pengaruh promosi
kesehatan terhadap keaktifan lansia

5 Isi Tinjauan Pustaka Keaktifan lansia datang ke


Posyandu Lansia adalah suatu
frekuensi keterlibatan dan
keikutsertaan dalam mengikuti
kegiatan posyandu secara rutin
setiap bulan dan merupakan
salah satu bentuk perilaku
kesehatan Lansia dalam upaya
memelihara dan meningkatkan
kesehatan dirinya secara optimal.
Faktor penentu atau determinan
perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan
kumpulan dari berbagai faktor baik
internal maupun eksternal
(lingkungan) (Depkes, 2006).
Motivasi seseorang dalam pemilihan
atau datang ke fasilitas kesehatan
di pengaruhi oleh faktor persepsi
atau pengetahuan (Andayani, 2017).
Pengetahuan lansia dapat di
pengaruhi oleh faktor seperti
budaya, kebiasaan, dan
pengalaman hidup. Pendidikan
merupakan suatu bentuk intervensi
yang di tujukan kepada perilaku,
agar perilaku tersebut dapat
berpengaruh positif terhadap
peningkatan kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
Hal tersebut sejalan dengan hasil
pendidikan terakhir lansiayang bisa
mempengaruhi pengetahuan proses
belajar, karena semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan
semakin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi
(Koentjaraningrat, 2009).

6 Hipotesis bila ada Penelitian (Wigati, 2011)


menyatakan ada pengaruh
pendidikan kesehatan tentang
penyakit degeneratif terhadap
keaktifan lansia dalam kegiatan
posyandu lansia.
7 Desain penelitian Design penelitian yang digunakan
adalah Quasi Eksperimental dengan
menggunakan rancangan pretest-
posttest with control Design.
Penelitian ini menggunakan analisis
univariat dan bivariat. Untuk
analisis univariat
menggunakan distribusi frekuensi.
Analisis bivariat yaitu uji statistic
Wilcoxon sign rank test dan dengan
bantuan SPSS untuk menganalisis
perbedaan antara sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan
pendidikan kesehatan dan skala
data yang digunakan dalam bentuk
ordinal.
8 Populasi Subyek penelitian ini berjumlah 55
responden yang dihasilkan dari
tehnik pengambilan sampling yaitu
totally sampling.
9 Jumlah Sampel Jumlah sampel 55 responden yang
dihasilkan dari tehnik pengambilan
sampling yaitu totally sampling.
10 Cara menentukan Tehnik pengambilan sampling yaitu
sampel totally sampling.
11 Kriteria inklusi Lansia yang mengikuti Posyandu
Lansia, Puskesmas Maesan
Bondowoso. Lansia yang bersedia
menjadi responden
12 Kriteria eksklusi Lansia yang tidak bersedia
dijadikan responden
13 Cara pengumpulan Penelitian ini menggunakan metode
data Quasi Eksperimental dengan
pendekatan pretest- posttest with
control Design. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Maesan
Bondowoso sejumlah 55 responden
dengan teknik total sampling,
analisa data yang digunakan adalah
Uji Wilcoxon dan Man Whitney.
14 Instrumen yang Pendekatan pretest- posttest with
digunakan control Design.
15 Uji validitas & Penelitian ini menggunakan analisis
reliabilitas univariat dan bivariat. Untuk
analisis univariat menggunakan
distribusi frekuensi. Analisis
bivariat yaitu uji statistic Wilcoxon
sign rank test dan dengan bantuan
SPSS untuk menganalisis
perbedaan antara sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan
pendidikan kesehatan dan skala
data yang digunakan dalam bentuk
ordinal.
Uji analisis yang Penelitian ini menggunakan analisis
16 digunakan univariat dan bivariat.
17 Hasil penelitian Test sebelum di lakukan promosi
kesehatan pada kelompok
eksperimen dan kontrol memiliki
nilai P sebesar 0,699 sedangkan
sesudah dilakukan promosi
kesehatan pada kelompok
eksperimen dan kontrol memiliki
nilai p sebesar 0,000. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kontrol sebelum
maupun setelah dilakukan promosi
kesehatan.
18 Isi pembahasan Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh
promosi kesehatan dengan
menggunakan media audio visual
terhadap keaktifan lansia dalam
mengikuti posyandu lansia. Hal
senada penelitian (Wigati, 2011)
menyatakan ada pengaruh
pendidikan kesehatan tentang
penyakit degeneratif terhadap
keaktifan lansia dalam kegiatan
posyandu lansia
19 Kesimpulan Hasil uji Mann-Whitney pada
pengaruh promosi kesehatan
terhadap keaktifan dalam
mengikuti posyandu lansia di
dapatkan nilai signifikansi sebesar
0.000 (p<0.05) yang berarti terdapat
peningkatan keaktifan dalam
mengikuti posyandu lansia pada
kelompok eksperiman dibandingkan
dengan kelompok kontrol sebelum
dan setelah dilakukan promosi
kesehatan.
20 Saran Untuk data penelitian selanjutnya
bisa lebih lengkap lagi, seperti
mencantumkan waktu penelitian,
kriteria inklusi dan eksklusi lebih
lengkap

PENELITIAN
MENURUNKAN NYERI DISMENOREA DENGAN
KOMPRES HANGAT
Amrina Oktaviana *, Riyanti Imron *

Dismenorea merupakan nyeri yang dialami sewaktu haid. Nyeri ini terasa diperut bagian
bawah yang berada di daerah bujur sangkar Michaelis. Nyeri dapat terasa sebelum, selama,
dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus-menerus. Hasil yang diperoleh dari pra
survey pada tanggal 20 Oktober 2011 dari 20 mahasiswi Kebidanan Tanjungkarang,
ternyata ada 70% mahasiswi yang mengalami nyeri haid..Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea
Mahasiswi Kelas Reguler Kebidanan Tanjung Karang Tahun 2012. Penelitian ini bersifat
quasi eksperimen dengan desain one group pretest-post test, jumlah populasi 114 orang.
Pengumpulan data dengan data primer yang digunakan untuk mengukur skala nyeri dengan
teknik kompres hangat. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji t
paired test. Sebelum dilakukannya teknik kompres hangat responden memiliki nilai rata-
rata 6,28. Sedangkan setelah dilakukannya teknik kompres hangat responden memiliki nilai
rata-rata 4,57. Sehingga terlihat adanya perubahan mean senilai 1,701 dengan standar
deviasi 0,562 dan nilai kepercayaan antara 1,559-1,855. Hasil uji statistik didapatkan nilai P
0,00 < 0,05 sehingga H0 ada pengaruh artinya, bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat nyeri sebelum dan sesudah di kompres hangat. Maka dapat disimpulkan bahwa
teknik kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri dismenorea.

Kata kunci : Dismenorea, menstruasi,


kompres hangat

LATAR BELAKANG
Dismenorea merupakan nyeri yang dialami
setiap bulan secara periodik, semua wanita yang normal pasti
seorang wanita normal akan akan mengalami proses ini, akan
mengalami peristiwa reproduksi tetapi pada kenyataannya banyak
yang disebut menstruasi yaitu wanita yang mengalami masalah
meluruhnya jaringan endometrium menstruasi, diantaranya adalah
karena tidak adanya telur matang nyeri haid (Dismenorea)
yang dibuahi oleh sperma. (Prawiharjo, 2008).
Peristiwa itu wajar dan alami Di Indonesia angka kejadian
sehingga dapat dipastikan bahwa dismenore terdiri atas 54,89%
dismenorea primer dan 9,36% Gejala-gejala nyeri haid di
dismenorea sekunder. Biasanya antaranya yaitu rasa sakit datang
gejala tersebut terjadi pada wanita secara tidak teratur, tajam dan
usia produktif 3 sampai 5 tahun kram bagian bawah perut yang
setelah mengalami haid pertama biasanya menyebar ke bagian
dan wanita yang belum pernah belakang, terus ke kaki, pangkal
hamil (Journal Occupational and paha dan vulva (bagian luar alat
Enviromental, 2008). Dari kelamin wanita) (Wijayakusuma
penelitian tahun 2002 di 4 SLTP di H, 2008). Rasa mual, muntah,
Jakarta yang dilakukan oleh salah diare, lesu dan sakit kepala adalah
satu pakar kesehatan Obstetri dan gejala- gejala yang menyertainya
Ginekologi didapatkan sekitar (Rayburn WF & Carey JC, 2001).
74,1% siswi mengalami nyeri haid Penyebab nyeri haid bisa
ringan sampai berat (Baziad, bermacam- macam, bisa karena
2008 ). Nyeri ini terasa diperut suatu pro-ses penyakit (misalnya
bagian bawah yang berada di radang panggul), endometriosis,
daerah bujur sangkar Michaelis. tumor atau kela-inan letak uterus,
Nyeri dapat terasa sebelum, selaput dara atau vagina tidak
selama, dan sesudah haid. Dapat berlubang, dan stres atau
bersifat kolik atau terus- menerus. kecemasan yang berlebihan. Akan
Nyeri diduga karena kontraksi dari tetapi, penyebab tersering nyeri
pelepasan endometrium haid diduga karena terjadinya
(Tjokonegoro dan Utama, 1996 ). ketidak seimbangan
dengan organ reproduksi (Arifin, dengan mempergunakan buli-buli
2007). panas yang dibungkus kain yaitu
Manajemen nyeri non secara konduksi dimana terjadi
farmakologis, misalnya kompres pemindahan panas dari buli- buli
hangat ya-itu dimna kompres ke dalam tubuh
hangat dapat meredakan iskemia sehingga akan
dengan menurunkan kontraksi menyebabkan pelebaran pembuluh
uterus dan melancarkan pembuluh darah dan akan terjadi penurunan
darah sehingga dapat meredakan ketegangan otot sehingga nyeri haid
nyeri dengan mengurangi yang dirasakan akan berkurang atau
ketegangan dan meningkatkan hilang. Menurut Price & Wilson
perasaan sejahtera, meningkatkan (2005), cara ini efektif untuk
aliran menstruasi, dan meredakan mengurangi nyeri atau kejang otot.
Vasokongestipelvis Prinsip kerja kompres
( Bobak, 2005). Menurut hangat dengan
Perry & Potter (2005), prinsip menggunakan buli-buli panas
kerja kompres hangat yang di bungkus kain dengan
ca-ra pemindahan secara mahasiswi terkena nyeri haid
konduksi dimana (dismenorea) sebanyak 70%
terjadi pemindahan panas mahasiswi yaitu mahasiswi
dari buli-buli kedalam tubuh Kebidanan Tanjungkarang,
sehingga akan me- sedangkan pada mahasiswi
nyebabkan pelebaran Kebidanan Metro hanya 52%.
pembuluh darah yang Hasil yang diperoleh dari pra
akan menurunkan ketegangan otot survey pada tanggal 20 Oktober
dan meningkatkan aliran darah 2011 Mahasiswi Kebidanan
(Wilson, 2005). Dewasa ini, Tanjung Karang, dari 20
kompres panas telah banyak mahasiswi, ternyata ada 70%
digunakan untuk mengurangi mahasiswi yang mengalami nyeri
berbagai nyeri. Misalnya pada haid. 46,67% mahasiswi mengatasi
keluhan nyeri/sakit kepala, kaki dismenorhea (nyeri haid) dengan
kram dan nyeri akibat pembesaran mengkonsumsi obat-obatan, 20%
rahim pada ibu hamil (Esty, mahasiswi mengatasi dismenorea
2008). Selain itu kompres panas/ dengan relaksasi, 20% mahasiswi
hangat juga dapat digunakan untuk mengatasi dismenorea dengan
mengurangi nyeri pada leher yang menggosokkan perut menggunakan
kaku (Ve, 2007). Serta dapat minyak angin, dan 13,34%
digunakan untuk mengurangi mahasiswi mengatasi dismenore
nyeri pada kaki yang terkilir dengan kompres hangat. Hal-hal
(Nusdwinuringtyas N, 2008) dan tersebut dapat menyebabkan
untuk mengurangi nyeri pada sinus terganggunya aktivitas sehari-hari
dan hidung mahasisiwi sehingga banyak
pada kasus sinusitis (Ninz. 2007). mahasiswi yang menghabiskan
Poltekkes Kemenkes waktunya hanya untuk istirahat
Tanjungkarang mempunyai banyak akibat gangguan tersebut. Dan tak
Jurusan salah satunya Jurusan jarang aktivitas rutin perkuliahan
Kebidanan. Jurusan kebidanan ini bagi mahasiswi menjadi terganggu.
mempunyai 2 Program Studi yaitu Berdasarkan fenomena di atas,
DIII Kebidanan Tanjungkarang peneliti ingin mengetahui
dan DIII Kebidanan Metro. Pengaruh Kompres Hangat
Berdasarkan hasil pra survey yang Terhadap Penurunan Nyeri
didapatkan paling banyak Dismenorea Pada Mahasiswi .

METODE

Penelitian ini dilakukan di asrama


Kebidanan Tanjungkarang pada
Bulan Oktober 2011 sampai Mei postest dimana pada penelitian ini
2012. Penelitian ini menggunakan sampel di observasi terlebih dahulu
teknik simple random sampling. sebelum diberi perlakuan (pretest)
Dengan mengurutkan 1 - 105 kemudian setelah diberikan
sampel, lalu melakukan perlakuan sampel tersebut di
pengundian menjadi 47 sampel observasi kembali (postest).
yang dikeluarkan dan yang tidak Instrumen penelitian yang
dikeluarkan 58 sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
menjadi sampel saat pelaksanaan. yaitu kuesioner. Jenis data yang
Penelitian ini merupakan dipakai dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimen dengan data primer yang digunakan untuk
rancangan one group pretest-
mengukur skala nyeri. Alat ukur dengan bantuan soft ware
penelitian ini menggunakan skala komputer.
ukur dengan cara observasi
langsung pada responden yang HASIL
akan diteliti. Pengolahan data
dalam penelitian ini menggunakan Analisa Univariat
editing, coding, tabulating, entry Gambaran Umum Responden
data dan cleaning.
Analisis data dalam penelitian ini Tabel 1: Distribusi Nyeri
menggunakan analisis univariat Dismenorea
dan bivariat. Analisis univariat Sebelum Kompres hangat (n=58)
dengan cara membuat tabel Kelompok Mean Median Modus Maks Min
distribusi frekuensi dari masing- Nyeri
Sebelum
masing variabel. Variabel yang kompres
6,28 6,00 6 8 3
dianalisis adalah skala nyeri haid hangat
yang dirasakan sebelum dilakukan
kompres hangat dan skala nyeri Berdasarkan Tabel 1 didapatkan
haid setelah dilakukan kompres data bahwa rata-rata nyeri
hangat, sedangkan analisis bivariat dismenorea sebelum dilakukan
digunakan untuk menguji kompres hangat secara berturut-
perbedaan mean antara dua turut di Asrama Kebidanan
kelompok data yang dependen Tanjungkarang tahun 2012 adalah
yaitu pengetahuan responden 6,28, dengan nilai tengah 6,00, nilai
sebelum perlakuan dan sesudah yang sering muncul 6, mempunyai
perlakuan adalah dengan nilai terendah 3 dan nilai tertinggi
menggunakan uji beda dua mean 8.
dependent (Paired Sampel t-Test)
Tabel 2: Distribusi Nyeri

Kelompok Mean Median Modus Maks Min


Nyeri
Sesudah 4,57 5,00 5 6 2
kompres
hangat
Dismenorea Berdasarkan Tabel 2 didapatkan
Sesudah Kompres hangat (n=58) data bahwa rata-rata nyeri
dismenorea sesudah dilakukan
kompres hangat secara berturut-
turut di Asrama Kebidanan
Tanjungkarang tahun 2012 adalah
4,57, dengan nilai tengah 5,00,
nilai yang sering muncul 5,
mempunya inilai terendah 2 dan
nilai tertinggi.

Analisis Bivariat

Tabel 3: Distribusi rata-rata nyeri


Dismenorea sebelum dan sesudah
diberi Kompres Hangat
Kelompok Mean SD SE P CI 90%
Value
Nyeri
Sebelum
(1,559
dan
1,701 0,562 0,074 0,0001 –
Sesudah
Kompres 1,855)
Hangat

Berdasarkan tabel 3 didapatkan


data bahwa rata-rata tingkat nyeri
sesudah kompres hangat adalah
4,57 dengan standar deviasi 0,993.
Rata-rata tingkat nyeri sebelum
kompres hangat adalah 6,28 dan
pada pengukuran terlihat nilai
mean perbedaan antara pengukuran
sebelum dan sesudah adalah 1,701,
dan mempunyai nilai keper-cayaan
1,559 - 1,855 . Hasil uji statistik
didapatkan nilai P value 0,00 .
Karena P value < 0,05 sehingga H0
ditolak. Artinya, ada pengaruh
yang signifikan antara antara
tingkat nyeri sebelum dan sesudah paling banyak berumur 12–15
di kompres hangat di Asrama tahun sebanyak 22 orang dan yang
Kebidanan Tanjung Karang berumur < 12 tahun sebanyak 36
Politeknik Kesehatan Kemenkes orang . Umur menarkhe
Jurusan Kebidanan Tanjung < 12 tahun ke-mungkinan seorang
Karang Tahun 2012 wanita akan men-derita dismenore.
Ternyata responden yang umur
PEMBAHASAN menarkhenya < 12 tahun sebanyak
36 orang, sehingga dapat dikatakan
Umur menarkhe responden yang umur menarche responden tidak
dikatakan dalam batas usia normal olahraga merupakan salah satu
dan responden kemungkinan akan faktor risiko seorang wanita untuk
menderita dismenore. menderita dismenore primer.
Lama menstruasi responden Sedangkan dari tabel 2 diketahui
sebagian besar 3–7 hari sebanyak sebagian besar responden tidak
16 orang. Lama menstruasi mempunyai kebiasaan olahraga, jadi
responden > 7 hari sebanyak 42 responden kemungkinan akan
orang. Lama menstruasi mengalami dismenore.
merupakan salah satu faktor risiko Rata-rata tingkat nyeri sesudah
seorang wanita menderita kompres hangat adalah 4,57 dengan
dismenore primer. Lama standar deviasi 0,993. Rata-rata
menstruasi yang normal adalah 3–7 ting-kat nyeri sebelum kompres
hari, jika lebih dari itu maka hangat adalah 6,28 dan pada
dikatakan mengalami dismenore. pengukuran ter-lihat nilai mean
Riwayat keluarga atau ke-turunan perbedaan antara pengukuran
dengan dismenore primer sesudah sebelum adalah 1,701,
menunjukkan sebanyak lowwer 1,559 dan hasil upper
38 responden memiliki riwayat 1,855 . Hasil uji statistik didapatkan
keluarga atau ke-turunan ni-lai P 0,00 < 0,05 sehingga H 0 di
dismenore dan 20 tidak ada tolak dengan demikian dapat dilihat
riwayat keluarga atau keturunan bahwa ada perbedaan yang
dis- menore. Keturunan signifikan antara tingkat nyeri
merupakan salah satu faktor risiko sebelum dan sesudah di kompres
seorang wanita untuk mengalami hangat.
dismenore. Kebiasaan olahraga Hasil berdasarkan penelitian
responden yaitu 26 orang penelitian Ayu (2010) yang meneliti
melakukan olahraga setiap Pengaruh Kompres Hangat
minggunya dan 32 orang tidak Terhadap Disminore pada
melakukan olah-raga setiap Mahasiswi semester VIII S1
minggunya. Kebiasaan tidak Keperawatan di
Universitas Berdasarkan teori diatas dapat
Muhammadiyah Semarang tahun disimpulkan bahwa penelitian ini
2010 diperoleh penurunan rata-rata sejalan dengan teori yang artinya
nyeri kelompok kompres hangat Kompres Hangat sangat membantu
sebesar 2 derajat scala VAS dalam proses penurunan nyeri
dengan 95% CI (1,64- 2,36) dan dismenorea sehingga dengan
nilai p 0,001 (< 0,005). pemberian kompres hangat dapat
menurunkan tingkat nyeri
dismenorea yaitu dengan rata-rata
penurunan 1,701.
Dismenore dapat membawa
dampak yang buruk yang terjadi
tanpa tanda-tanda infeksi atau
penyakit panggul, semangat belajar
dan prestasi menurun, dan jika
tidak segera di atasi akan berlanjut
sampai pada kehamilan dan
persalinan. Mengingat dampak
serius yang diakIbatkan dari
dismenorea disarankan untuk
memberi kompres hangat dan
sering berolahraga. Penggunaan
teknik kompres hangat ini telah
dilakukan dan dibuktikan
keefektifannya seperti pada
penelitian Ayu (2010) yang
meneliti Pengaruh Kompres
Hangat Terhadap Dismenorea pada
Mahasiswi semester VIII S1
Keperawatan di Universitas
Muhammadiyah Semarang tahun
2010.
Penanganan dismenore ini dengan
teknik kompres hangat terbukti
efektif dan sangat diajurkan.
Disamping teknik ini tidak
memiliki efek samping berbeda
dengan penanganan secara
kimiawi dengan obat-obatan,
metode ini terbilang cukup efisien
karena tidak memerlukan banyak Mahasiswa dapat menerapkan
biaya dan bisa dilkukan sendiri. metode pemberian kompres hangat
Dari penelitian ini disarankan terhadap penurunan nyeri
untuk penyuluhan Pendidikan dismenorea dan dapat menurunkan
kese-hatan tentang penanganan nyeri dismenorea.
dismeno-rea lebih efektif
menggunakan teknik kompres KESIMPULAN
hangat untuk mengurangi nyeri
dismenorea. Dapat Membantu Berdasarkan hasil penelitian dan
kerja seksi kesehatan asrama pembahasan maka dapat
dalam menangani kejadian disimpulkan bahwa perlakuan
dismenorea dengan cara kompres hangat dapat menurunkan
pemberian kompres hangat. rasa nyeri saat dismenorea
(nyeri haid) bahwa: (1) Dis-tribusi menggunakan teknik kompres hangat
frekuensi Nyeri Dismenorea Pada untuk mengurangi nyeri dismenorea dan
Mahasiswi sebelum diberi agar dapat membantu kerja seksi
Kompres Hangat di Asrama kesehatan asrama dalam mena-ngani
Kebidanan Tan-jung Karang kejadian dismenorea dengan cara
adalah 6,28. (2) Distribusi pemberian kompres hangat, (b)
frekuensi Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswa dapat menerapkan metode
Mahasiswi sesudah di beri pemberian kompres hangat terhadap
Kompres Ha- ngat di Asrama penurunan nyeri dismenorea dan dapat
Kebidanan Tanjung Karang adalah menurunkan nyeri dismenore, (c)
4,57. (3) Ada perbedaan yang selanjutnya disarankan untuk penelitian
signifikan antara sebelum dan se- berikutnya menambahkan jumlah
sudah diberi Kompres Hangat pada responden, dan peneliti harus benar-
Mahasiswi di Asrama Kebidanan benar ada waktu saat responden
Tanjung Karang Tahun 2012. merasakan dismenorea agar langsung
Dengan P value 0,00 dalam penanganan oleh peneliti
< 0,5 dan rata- rata perubahan * Dosen pada Prodi Kebidanan
Tingkat Nyeri Dismenorea Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes
sebelum dan sesudah diberi Tanjungkarang.
Kompres Hangat adalah 1,701.
Dari hasil penelitian dapat
disarankan hal-hal dibawah ini DAFTAR PUSTAKA
untuk instituai, mahasiswa dan
peneliti berikutnya adalah; Adrianz G. 2008. Asuhan Antenatal
(a) Meningkatkan Pendidikan Dalam: Prawiharjo S. Ilmu Kebidanan,
kesehatan tentang penanganan Edisi ke-4. Jakarta : Bagian Obstetri dan
dismenorea lebih efektif Gnekologi FKUI.
Widya Medika.
W, Ayu. 2010. Pengaruh kompres
hangat terhadap Dismenorea Tjokonegoro Arjantmo dan Henra
VIII SI Keperawatan di Utama. 1996. Ilmu Penyakit Dalam.
Universitas Muhammadiyah Jilid I. Jakarta : Balai Pustaka.
Semarang tahun 2010.
Winknjosastro, Hanifa (ed). 1999 Ilmu
Baziad, Ali. 2008. Endokrinologi Kandungan. Jakarta : YBBP-SP. Arifin
Ginkologi. Edisi ke-2. Jakarta : Samsul. 2010. Nyeri Haid. Http:
Media Aescolapsus. //www.inpin40.esmartstudent.
com/haid.htm.
Bobak, Laudermik, Jensen. 2005.
Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. Edisi ke-4. Jakarta:
EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku


Saku Pathofisiologi. Jakarta:
EGC.

Gabriel, J. F. 1996. Fisika


Kedokteran.
Jakarta: EGC.

Hacker dan Moore. 2001.


Essensial obstetri dan Ginekologi.
Edisi ke-2. Jakarta: Hipokrates.

Manuaba, Gde. 1998. Ilmu


Kebidanan, penyakit kandungan
dan Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC.

Potter, P. A, Perry, AG. 2005.


Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Edisi ke-4. Volume
I. Jakarta: EGC.

Rayburn, WF & Carey, JC. 2001.


Obstetri dan ginekologi. Jakarta :
FORM ANALISIS JURNAL QUASI EKSPERIMENTAL
MENURUNKAN NYERI DISMENOREA DENGAN KOMPRES
HANGAT

NO ITEM ANALISIS HASIL ANALISIS


Judul Menurunkan Nyeri Dismenorea Den
Kompres Hangat
2 Latar belakang Dismenorea merupakan nyeri yang dial
sewaktu haid. Nyeri ini terasa dipe
bagian bawah yang berada di daerah bu
sangkar Michaelis. Nyeri dapat ter
sebelum, selama, dan sesudah haid. Da
bersifat kolik atau terus-meneru
Indonesia angka kejadian dismenore ter
atas 54,89% dismenorea primer dan 9,3
dismenorea sekunder. Biasanya ge
tersebut terjadi pada wanita usia produ
3 sampai 5 tahun setelah mengalami h
pertama dan wanita yang belum per
hamil (Journal Occupational
Enviromental, 2008). Dari penelitian tah
2002 di 4 SLTP di Jakarta yang dilaku
oleh salah satu pakar kesehatan Obst
dan Ginekologi didapatkan sekitar 74
siswi mengalami nyeri haid ringan sam
berat (Baziad, 2008 ).
3 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengeta
Pengaruh Pemberian Kompres Han
Terhadap Penurunan Nyeri Dismeno
Mahasiswi Kelas Reguler Kebida
Tanjung Karang Tahun 2012.
4 Tujuan khusus Mengetahui Distribusi Nyeri Dismeno
Sebelum Kompres hangat
Mengetahui Distribusi Nyeri Dismeno
Sesudah Kompres hangat
Mengetahui Distribusi rata-rata n
Dismenorea sebelum dan sesudah di
Kompres Hangat
5 Isi Tinjauan Pustaka Disminorea. Dismenorea merupakan n
yang dialami setiap bulan secara perio
seorang wanita normal akan mengal
peristiwa reproduksi yang dise
menstruasi yaitu meluruhnya jarin
endometrium karena tidak adanya t
matang yang dibuahi oleh sperma. Perist
itu wajar dan alami sehingga da
dipastikan bahwa semua wanita y
normal pasti akan mengalami proses
akan tetapi pada kenyataannya ban
wanita yang mengalami masa
menstruasi, diantaranya adalah nyeri h
(Dismenorea) (Prawiharjo, 2008).
6 Hipotesis bila ada Hasil berdasarkan penelitian penelitian
(2010) yang meneliti Pengaruh Komp
Hangat Terhadap Disminore p
Mahasiswi semester VIII S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Semar
tahun 2010 diperoleh penurunan rata-r
nyeri kelompok kompres hangat sebesa
derajat scala VAS dengan 95% CI (1,
2,36) dan nilai p 0,001 (< 0,005).
7 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian qu
eksperimen dengan rancangan one gr
pretest-postest dimana pada penelitian
sampel di observasi terlebih dah
sebelum diberi perlakuan (pret
kemudian setelah diberikan perlak
sampel tersebut di observasi kem
(postest).
8 Populasi Mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltek
Kemenkes Tanjungkarang di asra
Kebidanan Tanjungkarang pada Bu
Oktober 2011 sampai Mei 2012
9 Jumlah Sampel Penelitian ini menggunakan teknik sim
random sampling. Dengan mengurutkan
105 sampel, lalu melakukan pengund
menjadi 47 sampel yang dikeluarkan
yang tidak dikeluarkan 58 sampel y
akan menjadi sampel saat pelaksanaan.
10 Cara menentukan sampel Penelitian ini dilakukan di asra
Kebidanan Tanjungkarang pada Bu
Oktober 2011 sampai Mei 2012. Peneli
ini menggunakan teknik simple rand
sampling. Dengan mengurutkan 1 -
sampel, lalu melakukan pengund
menjadi 47 sampel yang dikeluarkan
yang tidak dikeluarkan 58 sampel y
akan menjadi sampel saat pelaksanaan.
11 Kriteria inklusi Mahasiswi Jurusan Kebidanan Poltek
Kemenkes Tanjungkarang di asra
Kebidanan Tanjungkarang pada Bu
Oktober 2011 sampai Mei 2012. Mahas
yang tinggal di asrama Kebida
Tanjungkarang pada Bulan Oktober 2
sampai Mei 2012. Mahasiswi yang berse
dijadikan responden.
12 Kriteria eksklusi Mahasiswi yang tidak tinggal di asra
Kebidanan Tanjungkarang pada Bu
Oktober 2011 sampai Mei 2012. Mahas
yang tidak bersedia dijadikan sample.
13 Cara pengumpulan data Penelitian ini merupakan peneli
eksperimen dengan rancangan one gr
pretest-postest dimana pada penelitian
sampel di observasi terlebih dah
sebelum diberi perlakuan (pret
kemudian setelah diberikan perlak
sampel tersebut di observasi kem
(postest). Instrumen penelitian y
digunakan dalam penelitian ini ya
kuesioner. Jenis data yang dipakai da
penelitian ini adalah data primer y
digunakan untuk mengukur skala ny
Alat ukur penelitian ini menggunakan sk
ukur dengan cara observasi langsung p
responden yang akan diteliti. Pengola
data dalam penelitian ini mengguna
editing, coding, tabulating, entry data
cleaning.
14 Instrumen yang digunakan Instrumen yang digunakan ada
kuesioner
15 Uji validitas & reliabilitas Analisis data dalam penelitian
menggunakan analisis univariat
bivariat. Analisis univariat dengan c
membuat tabel distribusi frekuensi
masing-masing variabel. Variabel y
dianalisis adalah skala nyeri haid y
dirasakan sebelum dilakukan komp
hangat dan skala nyeri haid sete
dilakukan kompres hangat, sedang
analisis bivariat digunakan untuk men
perbedaan mean antara dua kelompok d
yang dependen yaitu pengetah
responden sebelum perlakuan dan sesu
perlakuan adalah dengan menggunakan
beda dua mean dependent (Paired Samp
Test) dengan bantuan soft ware kompute
16 Uji analisis yang digunakan Menggunakan uji beda dua m
dependent (Paired Sampel t-Test) den
bantuan software komputer.
17 Hasil penelitian Umur menarkhe responden yang pa
banyak berumur 12–15 tahun sebanyak
orang dan yang berumur < 12 tah
sebanyak 36 orang . Umur menarkhe <
tahun ke-mungkinan seorang wanita a
men-derita dismenore. Ternyata respon
yang umur menarkhenya < 12 tah
sebanyak 36 orang, sehingga da
dikatakan umur menarche responden ti
dikatakan dalam batas usia normal
responden kemungkinan akan mende
dismenore.
Lama menstruasi responden sebagian be
3–7 hari sebanyak 16 orang. La
menstruasi responden > 7 hari sebanyak
orang. Lama menstruasi merupakan sa
satu faktor risiko seorang wanita mende
dismenore primer. Lama menstruasi y
normal adalah 3–7 hari, jika lebih dari
maka dikatakan mengalami dismen
Riwayat keluarga atau ke-turunan den
dismenore primer menunjukkan sebanya
38 responden memiliki riwayat kelua
atau ke-turunan dismenore dan 20 ti
ada riwayat keluarga atau keturunan
menore. Keturunan merupakan salah s
faktor risiko seorang wanita un
mengalami dismenore. Kebiasaan olahr
responden yaitu 26 orang melaku
olahraga setiap minggunya dan 32 or
tidak melakukan olah-raga se
minggunya. Kebiasaan tidak olahr
merupakan salah satu faktor risiko seor
wanita untuk menderita dismenore prim
Sedangkan dari tabel 2 diketahui sebag
besar responden tidak mempun
kebiasaan olahraga, jadi respon
kemungkinan akan mengalami dismenor
Rata-rata tingkat nyeri sesudah komp
hangat adalah 4,57 dengan standar dev
0,993. Rata-rata ting-kat nyeri sebe
kompres hangat adalah 6,28 dan p
pengukuran ter-lihat nilai mean perbed
antara pengukuran sesudah sebe
adalah 1,701, lowwer 1,559 dan hasil up
1,855 . Hasil uji statistik didapatkan ni-l
0,00 < 0,05 sehingga H0 di tolak den
demikian dapat dilihat bahwa
perbedaan yang signifikan antara ting
nyeri sebelum dan sesudah di komp
hangat.
18 Isi pembahasan Hasil berdasarkan penelitian penelitian
(2010) yang meneliti Pengaruh Komp
Hangat Terhadap Disminore p
Mahasiswi semester VIII S1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Semar
tahun 2010 diperoleh penurunan rata-r
nyeri kelompok kompres hangat sebesa
derajat scala VAS dengan 95% CI (1,
2,36) dan nilai p 0,001 (< 0,005).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpul
bahwa penelitian ini sejalan dengan t
yang artinya Kompres Hangat san
membantu dalam proses penurunan n
dismenorea sehingga dengan pember
kompres hangat dapat menurunkan ting
nyeri dismenorea yaitu dengan rata-r
penurunan 1,701.
19 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian
pembahasan maka dapat disimpul
bahwa perlakuan kompres hangat da
menurunkan rasa nyeri saat dismeno
(nyeri haid) bahwa: (1) Dis-tribusi frekue
Nyeri Dismenorea Pada Mahasiswi sebe
diberi Kompres Hangat di Asra
Kebidanan Tan-jung Karang adalah 6,28
(2) Distribusi frekuensi Nyeri Dismeno
Pada Mahasiswi sesudah di beri Komp
Hangat di Asrama Kebidanan Tanj
Karang adalah 4,57.
(3) Ada perbedaan yang signifikan ant
sebelum dan se- sudah diberi Komp
Hangat pada Mahasiswi di Asra
Kebidanan Tanjung Karang Tahun 20
Dengan P value 0,00 < 0,5 dan rata- r
perubahan Tingkat Nyeri Dismeno
sebelum dan sesudah diberi Komp
Hangat adalah 1,701.
20 Saran Dari hasil penelitian dapat disarankan
hal dibawah ini untuk instituai, mahasi
dan peneliti berikutnya adalah;
Meningkatkan Pendidikan keseha
tentang penanganan dismenorea le
efektif menggunakan teknik komp
hangat untuk mengurangi nyeri dismeno
dan agar dapat membantu kerja se
kesehatan asrama dalam mena-ng
kejadian dismenorea dengan c
pemberian kompres hangat,
Mahasiswa dapat menerapkan met
pemberian kompres hangat terha
penurunan nyeri dismenorea dan da
menurunkan nyeri dismenore,
selanjutnya disarankan untuk peneli
berikutnya menambahkan jum
responden, dan peneliti harus benar-be
ada waktu saat responden merasa
dismenorea agar langsung da
penanganan oleh peneliti

PENURUNAN INSIDEN INFEKSI NOSOKOMIAL PASIEN PASCA


SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT MELALUI PELATIHAN
ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS KNOWLEDGE MANAGEMENT
(Nursing Care Knowledge Management Based Training Decrease Nosocomial
Infection Inciden in Post Sectio Cesarea Patients)
Ahsan*, Nursalam**, Nyoman Anita Damayanti***
*PSIK FK Universitas Brawijaya,
**Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Airlangga
***Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga E-
mail: ahsanfkub@yahoo.com

ABSTRAK
Introduksi: Model asuhan keperawatan berbasis pada knowledge management dapat menurunkan
insiden infeksi nosokomial melalui performa perawat dalam pencegahan infeksi. Asuhan
keperawatan berbasis manajemen knowledge dibangun atas identifikasi pengetahuan yang merupakan
aktor yang diperlukan dan performa pencegahan atas infeksi nosokomial post sectio cesaria.
Komponen infeksi nosokomial terdiri atas hasil kultur dari luka. Metode: Penelitian ini
menggunakan studi observasional dengan desain quasi eksperimental. Populasi penelitian ini yaitu
seluruh perawat yang bekerja di ruang obstetri dan sejumlah pasien yang dirawat di Rumah sakit A
dan B post SC. Responden perawat adalah seluruh perawat yang memenuhi kriteria sampel,
sedangkan responden pasien ditetapkan berdasar simple random sampling dan didapatkan 15 pasien.
Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan pemeriksaan hasil kultur luka. Hasil data dianalisis
menggunakan uji T bebas dengan α = 0,05. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan insiden
infeksi nosokomial pada pasien post SC di Rumah sakit antara sebelum dan sesudah pelatihan
berbasis knowledge management (tvalue = 2,316 dan p = 0,028). Diskusi: Dapat disimpulkan bahwa
pelatihan berbasis knowledge management dapat menurunkan insiden infeksi nosokomial pada pasien
post SC.

Kata kunci: infeksi nosokomial, asuhan keperawatan, knowledge management, seksio sesaria

ABSTRACT
Introduction: Model of nursing care based on knowledge management can reduce the incidence of
nosocomial infections through the performance of nurses in the prevention of infection. Nursing care
based on knowledge management is established from identification knowledge which is required,
prevention performance of nosocomial infections post caesarean section. Nosocomial infections
component consists of wound culture result. Method: This study was an observational study with a
quasy experimental design. The population were all of nursing staff who working in obstetrics
installation and a number of patients who is treated in hospitals A and B post sectio caesarea. Sample
is comparised a total population all the nursing staff who worked in obstetrics installation according
to criteria of the sample, and most of patients were taken care by nursing staff post caesarean section
which is taken by random sampling 15 patients. Data was collected through observation sheets and
examination of the wound culture. Data analysis which is used the t test. Result: The result was
showed that there was significant difference in the incidence of nosocomial infection in patients with
post sesctio caesarea in hospital before and after nursing care training based on knowledge
management (tvalue =
2.316 and p = 0.028 < α = 0.05 level), and the incidence of nosocomial infection was lower after
training than before
training . Discussion: It can be concluded that training knowledge management based on nursing
care effectives to reduce Incidence of Nosocomial Infections in Patients after Sectio Caesarea

Keywords: nosocomial infections, nursing care, knowledge management, sectio caesarea


PENDAHULUAN (morbidity) dan angka kematian
(mortality) di rumah sakit. Infeksi
Infeksi nosokomial merupakan salah
nosokomial adalah infeksi yang terjadi
satu indikator kualitas pelayanan
di rumah sakit dan terjadi pada pasien
kesehatan di mata masyarakat yang
yang masuk rumah sakit lebih dari 72
menjadi penentu citra institusi
jam sedang mengalami proses
pelayanan kesehatan. Hal ini
keperawatan, disebabkan adanya
karena infeksi nosokomial
transmisi mikroba patogen yang
merupakan penyebab utama
bersumber dari lingkungan rumah
tingginnya angka kesakitan
sakit dan perangkatnya.
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

Menurut World Health Organization, infeksi sebaiknya didasarkan atas adanya keluhan
nosokomial merupakan masalah global dan nyeri pada daerah luka, warna kemerahan,
menimbulkan lebih dari 1,4 juta pasien yang adanya pembengkaan daerah luka, adanya
dirawat di rumah sakit di seluruh dunia. nanah pada luka, serta hasil pemeriksaan
Infeksi nosokomial dapat terjadi di setiap bakteriologis berupa sediaan hapusan dengan
tempat pada rumah sakit. Menurut tim pewarnaan gram dan pembiakan kuman untuk
pengendali infeksi nosokomial RSUP dr. mengetahui penyebab jenis bakteri dan
M. Jamil Padang pada tahun 1996 tercatat menentukan pengobatannya (Graham,2003).
angka prevalensi infeksi nosokomial 9,1% dan Rumah sakit merupakan salah satu mata
pada tahun 2002 kejadian infeksi nosokomial rantai di dalam pemberian pelayanan
10,6 % dan pada tahun 2011 menjadi 10,8%. kesehatan serta suatu organisasi dengan
Angka tersebut di atas prevalensi rata-rata sistem terbuka dan selalu berinteraksi
rumah sakit pemerintah di Indonesia yaitu dengan lingkungannya untuk mencapai suatu
6,6%. Infeksi nosokomial yang terjadi di keseimbangan yang dinamis. Rumah sakit
rumah sakit dipengaruhi faktor ekternal mempunyai fungsi utama melayani masyarakat
seperti tim kesehatan yaitu perawat, dokter, yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta
termasuk perilaku perawat dalam perawatan sebagai tempat penelitian. Pencegahan infeksi
luka pascaoperasi dan pencegahan infeksi, nosokomial telah menjadi isu global dalam
lingkungan rumah sakit, makanan, udara, pelayanan kesehatan. Menurut Nursalam
benda dan alat-alat yang tidak steril, dan faktor (2008) indikator infeksi nosokomial meliputi
internal meliputi flora normal dan keadaan adanya mikroorganisme pada jaringan atau
pasien itu sendiri. cairan tubuh disertai gejala klinis baik lokal
Infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri maupun sistemik.
patogen seperti staphylococcus aureus Infeksi nosokomial merupakan masalah
yang merupakan bakteri gram positif, penting di seluruh dunia dan terus meningkat
pseudomonas aereginosa, escheriachia setiap tahunnya (Alvarado, 2000). Berbagai
coli, klebsella pneumonia yang merupakan upaya telah dilakukan tenaga keperawatan
bakteri gram negative. Menurut WHO salah untuk mencegahnya salah satunya dengan
satu kejadian infeksi nosokomial terbanyak penerapan universal precaution (perlindungan
adalah infeksi luka pascaoperasi dan penyebab diri). Angka kejadian infeksi nosokomial yang
kedua terbanyak infeksi saluran kemih. Infeksi tinggi di Negara Amireka Serikat terjadi 20
luka pasca operasi adalah penyebab utama ribu kematian setiap tahunnya akibat infeksi
morbiditas dan mortalitas serta peningkatan nosokomial. Di seluruh dunia 10% pada pasien
biaya rumah sakit. Selain itu, infeksi luka rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi
operasi dapat memacu pemberian antibiotika yang baru dirawat atau sebesar 1,4 juta infeksi
tambahan untuk penanganan infeksi tersebut setiap tahunnya. Di Indonesia penelitian yang
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya dilakukan DKI Jakarta pada tahun 1994
resistensi bakteri. Luka operasi dapat menunjukkan bahwa 9,8% pasien yang dirawat
menurunkan kualitas hidup. inap mendapatkan infeksi baru selama dirawat.
Pasien dengan infeksi pada daerah Di Yogyakarta kejadian infeksi nosokomial
operasi akan menjalani perawatan dua kali
rata-rata 4,26%, untuk lama perawatan 4,43–
lebih lama di rumah sakit dari pada pasien
11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari
yang tidak mengalami infeksi, dengan biaya
(Nursalam, 2011).
dua kali lipat lebih besar (Wilson, 2004). Hasil survei awal oleh peneliti yang
Risiko terjadinya setelah pembedahan dilakukan pada tanggal 3 Mei 2012 tentang
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: Jenis kejadian infeksi nosokomial pasca sectio
pembedahan, umur pasien, kondisi pasien, caesarea di ruang bersalin dan nifas RSUD B
kompetensi perawat dalam perawatan pra dan diperoleh sebanyak 124 pasien (12,7%)
pasca pembedahan serta perawatan luka. Oleh pasien yang dirawat pasca sectio caesarea
karena itu diagnosis dini infeksi nosokomial mengalamai infeksi pada tahun 2010 dan
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210

sebanyak 156 pasien (13,8%) pada tahun 2011. pelatihan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni
Hal ini mengalami peningkatan dari tahun sampai 20 Juli 2013 dan pemeriksaan infeksi
sebelumnya. Hal ini lebih tinggi dari standar nosokomial dengan lembar observasi serta
nasional dan internasional yang ditetapkan pemeriksaan swab kultur luka operasi
Depkes dan WHO pada tahun 2000. Hasil dilaksanakan pada tanggal 14–20 Juli 2013.
survey tentang besar dan waktu munculnya Populasi penelitian ini semua tenaga
infeksi luka Pasca Sectio caesarea di Ruang keperawatan yang bekerja di instalasi
Nifas RSUD B tahun 2011diperoleh dari 43 kebidanan dan sejumlah pasien yang dirawat
pasien menunjukkan kejadian infeksi pada di rumah sakit A dan B pasca sectio caesarea.
hari ke-3 sebanyak 3 pasien (7,0%), kejadian Besar sampel terdiri total populasi yaitu semua
infeksi hari ke-6 sebanyak 9 pasien (20,9%) tenaga keperawatan yang bekerja di instalasi
dan kejadian infeksi hari ke-9 sebanyak 7 kebidanan sesuai kriteria sampel, dan sebagian
pasien (16,3%) dan kejadian terbesar pada hari pasien yang diasuh tenaga keperawatan pasca
ke-6 pascaoperasi (20,9%). Kejadian terbesar sectio caesarea yang diambil secara random
terjadi pada hari ke-6 pascaoperasi. Hal ini sampling.
merupakan alasan pentingnya keuntungan Pengambilan data tahap 1 dilakukan di dua
pencegahan infeksi nosokomial pasca sectio rumah sakit sebelum diberi perlakuan tentang
caesarea. kejadian infeksi nosokomial dengan uji kultur.
Berdasar hasil data di atas didapakan Pengumpulan data ini digunakan untuk
bahwa masih adanya kejadian infeksi mengetahui hasil uji kultur sebelum diberi
nosokomial yang terus meningkat tiap pelatihan apakan berbeda atau tidak. Setelah
tahunnya, maka perlu dilakukan penelitian tahap 1 lalu pada kelompok Rumah Sakit B
tentang kejadian infeksi nosokomial. dilakukan pelatihan asuhan keperawatan
Diharapkan dengan ditemukannya penyebab tentang pencegahan infeksi nosokomial dan
kejadian infeksi nosokomial, maka semakin kelompok RS A tidak dilakukan pelatihan,
tahun akan semakin menurun dan bahkan kemudian diambil data kembali untuk
tidak terjadi. mengetahui perbedaan hasil pencegahan
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah infeksi nosokomial antara yang diberi pelatihan
mencari perbedaan kejadian infeksi dengan yang tidak diberi pelatihan.
nosokomial yang terjadi pada pasien pasca Instrumen yang digunakan untuk
section sesarea sebelum dan sesudah pelatihan mengumpulkan data adalah lembar observasi
Asuhan Keperawatan berbasis knowledge dan hasil uji kuktur untuk menilai keadaan
management. luka apakah terjadi infeksi atau tidak. Analisis
data yang digunakan adalah Uji independent
BAHAN DAN METODE T-Test sampel dengan taraf signifikansi α
= 0,05.
Penelitian ini merupakan penelitian quasy
eksperimental dengan pendekatan
observasional. Sampel penelitian terdiri dari 2 HASIL
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
Obser vasi pelaksanaan asuhan
kelompok perlakuan. Penelitian ini dilakukan
keperawatan dilakukan dengan mengamati
di intalasi ruang perawatan kebidanan yaitu di
langsung aktivitas tenaga keperawatan dalam
ruang bersalin, nifas dan poli kandungan
melaksankan asuhan keperawatan berbasis
(Ruang Brawijaya) RSUD A sebagai kelompok
knowledge management dalam pencegahan
kontrol, ruang Dahlia dan Bougenvil RSUD B
infeksi nosokomial pada pasien dengan
sebagai kelompok perlakuan.
menggunakan lembar observasi, hasil disajikan
Penelitian tahap pertama dilakukan tanggal
dalam tabel 1.
24 Januari 2013 sampai dengan tanggal 26
Tabel 1 menu nju k kan bahwa
Februari 2013 dan tanggal 16 Maret sampai
pelaksanaan pencegahan Infeksi nosokomial
15 April 2013. Tahap 2 dilakukan perlakuan
dalam asuhan keperawatan pasca sectio
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

Tabel 1. Pelaksanaan pencegahan infeksi dalam asuhan keperawatan di rumah sakit A dan B, Juli
2013

Kategori (%)
No Indikator Sangat Tidak Jumlah
Baik Cukup Kurang
baik baik
1 Mencuci tangan dengan benar 8 33 4 0 0 46
sebelum, sesudah melakukan (17,4%) (73,9%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)
asuhan
2 Menyiapkan alat perawatan secara 8 29 8 1 0 46
steril (17,4%) (63,%) (17,4%) (2,2%) (0%) (100%)
3 Mencegah penularan melalui 2 39 4 1 0 46
percikan ludah (4,3%) (84,8%) (8,7%) (2,2%) (0%) (100%)
4 Melakukan perawatan luka secara 9 33 4 0 0 46
steril (19,6%) (71,7%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)
5 Melakukan teknik pembalutan luka 9 33 4 0 0 46
dengan benar (19,6%) (71,7%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)

saesarea, menunjukan kecenderungan ke arah pemeriksaan kultur luka yang hasil disajikan
positif pada kategori baik dalam komponen dalam tabel 1.
mencuci tangan dengan benar sebelum dan Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
sesudah melakukan asuhan, menyiapkan alat pemeriksaan kultur didapatkan hasil positif
perawatan secara steril, mencegah penularan sebanyak 26 pasien (56,6%), Dinyatakan
melalui percikan ludah, melakukan teknik terindikasi infeksi, didapatkan gram negatif
pembalutan luka dengan benar. Kecenderungan (Acinetobacter baumannii) sebanyak 19,5% (9
ke arah positif pada kategori sangat baik dalam orang) dan gram positif (Stapylococcus
komponen melakukan perawatan luka secara aureus) sebanyak 15,2% (7 Orang), keadaan ini
steril dan teknik pembalutan luka dengan menunjukkan kecenderungan ke arah negatif
benar. Sebaliknya kecendrungan ke arah terjadinya infeksi nosokomial dan harus
negatif pada kategori cukup dalam kompenen mendapatkan perhatian tenaga keperawatan,
menyiapkan alat secara steril serta kategori karena sectio saesarea yang direncanakan
kurang pada komponen menyiapkan alat dengan baik (elective) adalah operasi bersih
secara steril, mencegah penularan melalui yang seharusnya harus dibebaskan dari infeksi
percikan ludah. nosokomial. Sebaliknya kecenderungan ke
Hasil uji T sebelum dan sesudah pelatihan arah positif tidak didapatkan infeksi dengan
menunjukkan hasil yang signifikan antara hasil kultur negatif sebanyak 20 orang
pelaksanaan asuhan keperawatan dalam (43,4%).
pencegahan infeksi nosokomial terhadap Hasil observasi keadaan luka pasca
kinerja tenaga keperawatan dengan hasil mean sectio caesarea setelah pelatihan pada
sebelum pelatihan antara 3,90 s/d 4,80–5 dan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
delta t antara -2,449 -11,000 dengan p 0,01 s/d (Y2) dengan mengamati langsung keadaan
0,005. luka pasien pasca Sectio Caesarea yang
Observasi kejadian infeksi nosokomial dilakukan tenaga keperawatan yang telah
dilakukan dengan mengamati langsung diberikan pelatihan pada kelompok perlakukan
keadaan luka pasien pasca sectio caesarea dan tidak diberikan perlakuan pada kelompok
yang dilakukan tenaga keperawatan dalam control dalam memberikan asuhan pada pasien
memberikan asuhan pada pasien dengan dengan menggunakan lembar observasi, dan
menggunakan lembar observasi, dan pemeriksaan cultur luka yang hasil disajikan
dalam Tabel 3.
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210

Tabel 2. Hasil pemeriksaan kultur keadaan luka pasca sectio caesaria di rumah sakit A dan B, bulan
Juli 2013 (sebelum Pelatihan)

Hasil Test Kultur Luka


No Sebelum Pelatihan
Jenis Kuman
Infeksi Tidak infeksi
1 Gram negative
a. Acinetobacter baumannii 9 (19,0%)
b. Pseudomanas stutzeri 3(6,5%) 20 (43,4%)
c. Salmonella aizona 2(4,3%)
d. Seratia liquifaciens 2(4,3%)
e. Stapylococcus aureaus 7(15,2%)
f. Staphylo coccus koag negative 3(6,3%)
2 Gram positif
a. Stapylococcus aureaus 7(15,2%)
b. Staphylo coccus koag negative 3(6,3%)
Jumlah 26 (56,52%) 20 (43,4%)

Tabel 3. Hasil pemeriksaan kultur keadaan luka pasca sectio caesaria pada kelompok kontrol dan
perlakuan bulan Juli 2013 setelah pemberian pelatihan

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


No. Hasil
Kultur Sebelum Pelatihan Sesudah Pelatihan Sebelum Pelatihan Sesudah Pelatihan
1 Positif 7 (46,6%) 4 (26,6%) 10 (66,6%) 10(66,6%)
2 Negatif 8 (53,3%) 11 (73,3%) 5(33,3%) 5(33,3%)

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil ada infeksi nosokomial rata-rata dalam kategori
perbedaan kejadian infeksi sebelum dan sering atau baik pada komponen mencuci
sesudah pelatihan dengan kecendrungan ke tangan dengan benar sebelum dan sesudah
arah positif, tetapi dari persentase kejadian melakukan asuhan, mencegah penularan
infeksi semakin menurun sebelum pelatihan melalui percikan ludah atau menggunakan
kejadian infeksi 46,6%, sebaliknya sesudah masker, melakukan perawatan luka secara
pelatihan kejadian infeksi 26,6%. steril, melakukan teknik pembalutan luka
Hasil uji T perbedaan kejadian infeksi dengan benar. Kategori sangat baik atau selalu
nosocomial pada kelompok perlakuan dan pada komponen melakukan perawatan luka
dan kelompok kontrol sesudah pemberian secara steril, melakukan teknik pembalutan
pelatihan diperoleh t value = 2,316 dan p luka dengan benar. Sebaliknya kategori
= 0,028 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan cukup atau kadang-kadang pada komponen
bahwa ada perbedaan bermakna kejadian menyiapkan alat secara steril.
infeksi nokocomial pada pasien pasca Section Hasil uji t test sebelum dan sesudah pelatihan
Cesarea di rumah sakit sebelum dan sesudah menunjukkan hasil yang signifikan antara
pemberian pelatihan asuhan keperawatan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam
berbasis knowledge management. pencegahan infeksi nosokomial terhadap
kinerja tenaga keperawatan dengan hasil mean
PEMBAHASAN sebelum pelatihan antara 3,90 s/d 4,80–5 dan
delta t antara –2,449 s/d –11,000 dengan p 0,01
Hasil penelitian tingkat kemampuan s/d 0,005.
responden dalam pelaksanaan pencegahan
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

Hasil penelitian tingkat kemampuan yang tergesa-gesa karena beban kerja yang
responden dalam melakukan cuci tangan melebihi kemampuan tenaga keperawatan.
dengan benar rata-rata dalam kategori sangat Hasil penelitian tingkat kemampuan
baik atau selalu dalam komponen melakukan responden dalam pelaksanaan mencegah
cuci tangan sesuai SPO. Kategori baik atau penularan melalui percikan ludah dengan
sering pada komponen mencuci tangan menggunakan masker baik pada komponen
setiap merawat pasien sebelum dan sesudah menggunakan masker ketika melakukan
melakukan asuhan. Sebaliknya kategori perawatan luka dan menggunakan masker
cukup pada komponen mencuci tangan dengan benar. Menurut Nursalam (2011)
setiap merawat pasien sebelum dan sesudah penggunaan masker dapat menurunkan 90
melakukan asuhan. Trasmisi penyakit dapat % penularan melalu udara, debu yang
diminimalisasi dengan menjaga kebersihan mengandung kuman. Penggunaan masker
tangan, tetapi kenyataannya, hal ini sulit yang baik pada waktu merawat luka dapat
dilakukan karena banyak alasan seperti mencegah penularan kuman melalui udara.
peralatan kurang, alergi produk pencuci Percikan ludah dapat menyebakan penularan
tangan, kurangnya pengetahuan mengenai infeksi pneumonia terutama pada pasien-
pentingnya hal ini, waktu mencuci tangan yang pasien yang menggunakan ventilator, tindakan
lama, kurang kesadaran dan budaya menjaga tracheostomy, intubasi, pemasangan NGT,
kebersihan. Selain itu penggunaan sarung terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini
tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan paling sering berasal dari gram negative seperti
tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan klebsiella dan pseudomonas. Organisme ini
penyakit infeksi. Menurut Nursalam (2011), sering berada di mulut, hidung, kerongkongan
hal yang perlu diingat adalah memakai sarung dan perut. Keberadaan organisme ini dapat
tangan ketika akan mengambil atau menyentuh menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi
darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja urine, oleh organisme ke tractus respiratorius
membran mukosa dan bahan yang kita anggap bagian bawah. Sedangkan dari klompok virus
telah terkontaminasi, segera mencuci tangan penyebab pneumonia adalah cytomegalovirus,
setelah melepas sarung tangan. influenzavirus, adenovirus, parainflunza virus,
Hasil penelitian tingkat kemampuan
enterovirus, dan coronavirus.
responden dalam pelaksanaan mencegah Hasil penelitian tingkat kemampuan
penularan dengan menyiapkan alat perawatan responden dalam pelaksanaan mencegah
secara steril rata-rata dalam kategori sering penularan dengan melakukan perawatan luka
atau baik pada komponen satu set alat steril secara steril rata-rata dalam kategori baik atau
dalam perawatan luka dan menggunakan sering pada komponen tindakan aseptic dan
alat sesuai standar atau satu pasie satu alat anti septic, perawatan luka sesuai SPO yang
disposible. Menurut Simonsen (1999) benar. Sebaliknya sebagian dalam kategori
menyimpulkan lebih dari 50% suntikan yang sangat baik atau sering pada komponen
dilakukan di negara berkembang tidak aman yang sama. Sebaliknya sebagian kecil dalam
(contonya jarum, tabung dan keduanya yang kategori cukup atau kadang pada komponen
dipakai berulang-ulang) dan banyak suntikan yang sama. Menurut ACHPR, (1994) teknik
tidak penting (misal penyuntikan antibiotika). aseptic dan anti septic harus diterapkan tenaga
Pengamatan di lapangan infeksi nosokomial perawatan pada saat merawat luka dengan
pada luka operasi disebabkan penggunaan menjaga sterilitas alat, tangan perawat, luka
alat perawatan luka yang tidak steril terutama serta setiap benda yang bersentuhan dengan
satu alat untuk beberapa pasien. Hal ini akan luka operasi. Perawatan luka secara steril dapat
menyebabkan penularan pada satu pasien ke menurunkan kejadian infeksi nosokomial.
pasien yang lain, keterbatasan alat dan jumlah Pembersihan luka dapat digunakan cairan
tenaga, jumlah tenaga yang tidak sebanding fisiologis (norma salin 0,9%) dengan teknik
dengan jumlah pasien yang dirawat, cara kerja mekanik yang tidak menimbulkan cedera,
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210

dengan cara yang lembut sehingga tidak protap perawatan luka dengan kejadian infeksi
menimbulkan perlukaan atau cedera yang luka pasca sectio caesaria.
dapat menjadi pintu masuk kuman. Menurut Nursalam (2011), indikator
Hasil penelitian tingkat kemampuan keselamatan pasien (patient safety) yang
responden dalam pelaksanaan mencegah tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat,
penularan melalui teknik pembalutan penggunaan sarana kurang tepat dan lain
luka dengan benar rata-rata dalam sebagainya. Indikator keselamatan pasien
kategori baik atau sering pada komponen meliputi adanya mutu pelayanan meliputi
melakukan teknik pembebatan sesuai usaha menurunkan angka Kejadian Tidak
indikasi, melakukan pembebatan dengan Diharapkan (KTD), yang sering terjadi selama
menyerap drainase, menjaga kebersihan. perawatan di rumah sakit disebabkan faktor
Pembalutan yang tepat dapat mempercepat beban kerja dari waktu ke waktu, area standar
penyembuhan luka, pemberian balutan pelayanan klinik tidak memenuhi standar yang
yang tidak sesuai karakteristik luka dapat diharapkan, tingginya variasi antar rumah
mengganggu penyembuhan luka Balutan sakit dan antar pemberi pelayanan, ketidak
juga harus dapat menyerap drainase untuk sepadanan antar unit pelayanan kesehatan.
mencegah terkumpulnya eksudat yang dapat Indikator keselamatan pasien menurut Joint
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan Comition International (JCI), (2012), meliputi
maserasi di sekeliling luka akibat eksudat angka kejadian dekubitus, kesalahan
luka (Potter & Perry, 2005). pemberian obat oleh perawat, pasien jatuh
Hasil analisis jalur terbukti ada (patient fall), cedera akibat restraint, infeksi
hubungan pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial, phlebitis yang akan
nosokomial dengan kinerja perawat dalam mengakibatkan mutu pelayanan asuhan, lama
pencegahan infeksi meliputi subvariabel perawatan, biaya yang bertambah serta
(melakukan cuci tangan, upaya desinfeksi kepuasan pasien menurun (Nursalam, 2011).
dan sterilisasi, upaya tindakan isolasi dan Menurut Alvarado (2000), berbagai upaya
pencegahan transmisi melalui penggunaan yang dilakukan tenaga kesehatan untuk
masker, melakukan perawatan luka secara mencegah terjadinya infeksi nosokomial salah
steril, melakukan teknik pembalutan) terhadap satunya universal precaution (perlindungan
kejadian infeksi nosokomial yakni: Keadan diri). Angka kejadian infeksi nosokomial di
luka bersih, keluhan nyeri dan panas, keadaan seluruh dunia di ruang rawat inap (10%) dari
luka bengkak, keadaan luka kemerahan, total pasien yang dirawat di rumah sakit, di
keadaan luka bernanah, dinyatakan infeksi DKI Jakarta (2004) sebanyak (9,8%), di RS
oleh dokter yang merawat, hasil pemeriksaan Yogjakarta, 1999 (12,6%). Berdasarkan
laboratorium, hasil kultur luka (gram positif penelitian yang telah dilaksanakan
dan gram negatif). penggunaan antibiotika, penyakit penyerta,
Hasil penelitian Hamatussujana et al (2010) tidak didapatkan data pada dokumen rekaman
menunjukkan 1) Tingkat kepatuhan medik, kebersihan ruangan, peralatan
pelaksanaan prosedur tetap baik, perawat perawatan, lama pasien dirawat, dan kepadatan
dan bidan yang memiliki tingkat kepatuhan pengunjung. Dari ketujuh variabel ini yang
pelaksanaan prosedur tetap kurang, 2) berpengaruh terjadinya infeksi nosokomial
Responden (pasien) pasca sectio caesaria, adalah lama perawatan dan perawatan luka
terdapat kejadian infeksi sebesar 3) Responden karena p < 0,05.
(pasien) paska sectio caesaria, sebagian besar Hubungan pelaksanaan pencegahan
mengalami infeksi pada hari ke–7 pasca sectio infeksi nosokomial dengan kinerja perawat
caesaria dan yang paling kecil responden dalam pencegahan infeksi nosokomial sangat
mengalami infeksi pada hari ke–3 pasca sectio signifikan karena perawat harus menjaga
caesaria. 4) Ada hubungan yang bermakna kebersihan, keseterilan alat yang digunakan
(signifikan) antara kepatuhan pelaksanaan dalam pemberian asuhan, serta menjaga jangan
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)

sampai menimbulkan kecelakaan, cedera pada semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pasien serta melindungi pasien dari bahaya pelatrihan bahwa pada kelompok perlakuan
infeksi, penurunan daya tahan tubuh serta kejadian infeksi lebih kecil dari pada kelompok
komplikasi lain yang membahayakan kontrol.
kesehatan (Nursalam, 2011). Pelatihan dan observasi dilaksanakan selama
Mutu pelayanan keperawatan dapat 1 bulan dengan dimulai dari pelatihan dan
meningkatkan, mencegah penyebarluasan bimbingan pelaksanaan knowledge
infeksi nosokomial perlu diadakan pelatihan management dalam asuhan keperawatan
bagi tenaga kerja di lingkungan rumah sakit, pasien pasca sectio caesaria. Kegiatan ini
semua tenaga yang terlibat dalam pelayanan dilakukan selama 2 jam dengan metoda
dari cleaning service sampai orang-orang mempelajari modul, diskusi tanya jawab
yang terlibat dalam asuhan serta perbaikan dilanjutkan bimbingan asuhan pada pasien
pencegahan infeksi nosokomial, untuk peneliti kelolaan masing-masing selama 6 hari.
selanjutnya perlu parameter pemeriksaan Bimbingan dilakukan oleh peneliti dibantu
kultur pada beberapa aspek pada kasus infeksi kepala ruangan dan wakil kepala ruangan
nosokomial. Cempaka pada setiap siklus dinas. Untuk dinas
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil pagi dilakukan oleh peneliti dibantu kepala
test kultur luka pasca sectio caesaria ruangan dan wakil kepala ruangan dan untuk
sebagian besar hasil test dinyatakan positif dinas sore dibantu kepala jaga atau ketua tim,
baik dari kuman gram negatif maupun positif. pelatihan dan bimbingan berkaitan dengan
Hasil uji t test menunjukan terdapat hubungan proses pelaksanaan knowledge management
yang signifikan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian
pelaksanaan asuhan keperawatan berbasis pasien, diagnosa keperawatan, perencanaan
knowledge management terhadap kejadian asuhan kepe rawat an, implementasi
infeksi nosokomial dengan β = 1,274 dan p asuhan keperawatan, dan evaluasi asuhan
= 0,028. keperawatan.
Hasil analisis jalur menunjukkan ada
hubungan positif antara pelaksanaan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan SIMPULAN DAN SARAN
infeksi nosokomial terhadap pelaksanaan Simpulan
pencegahan infeksi nosokomial. Jadi ada
pengaruh pelaksanaan knowledge management Ada perbedaan positif yang signifikan
terhadap kejadian infeksi nosokomial. kejadian infkesi nosokomial pada pasien pasca
Pengaruh pelaksanaan knowledge management sectio saesarea di rumah sakit sebelum dan
terhadap kejadian infeksi nosokomial sesudah pelatihan asuhan keperawatan
mempunyai nilai dengan tingkat signifikan. berbasis knowledge management.
Pelaksanaan knowledge management (X2)
Saran
mampu menjelaskan pelaksanaan knowledge
management sebesar 28%, sisanya ditentukan Model asuhan keperawatan berbasis
oleh faktor lain. knowledge management dapat dikembangkan
Hasil analisis dengan menggunakan uji t-test dan mempunyai kontribusi positif dalam
didapatkan nilai tvalue = 2,316 dan p = 0,028 < menurunkan kejadian infeksi nosokomial di
α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan rumah sakit pemerintah, 2) rumah sakit perlu
bahwa ada perbedaan bermakna kejadian melakukan pengembangan model asuhan
infeksi nokocomial pada pasien pasca section keperawatan berbasis knowledge management
sesarea di rumah sakit sebelum dan sesudah dan meningkatkan pengetahuan perawat
pemberian pelatihan asuhan keperawatan dan bidan dengan memberikan pelatihan
berbasis knowledge management. Nilai t dan bimbingan serta pendidikan tentang
value didapatkan nilai posutit yang berarti pentingnya menjaga sterilitas dan pencegahan
dengan pemberian pelatihan kejadian infeksi infeksi nosokomial.
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210

KEPUSTAKAAN
ACHPR.1994. African Commition of Human Right Relation, Standar Praktik Luka Operasi, Infeksi
Nosokomial.
Alvarado, L. 2000. Tahap-Tahap dalam Evaluasi.Terjemahan Edisi ke-2, Jakarta.
Graham. 2003. Specifiying a Knowledge Management System, Journal.
Hammatussujana, et al. 2010. Hubungan Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan
Protap oleh Prawat, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilson. 2004. Local Government in the United Kingdom, London: Macmillan.
FORM ANALISIS JURNAL KUASI EKSPERIMEN PENURUNAN INSIDEN
INFEKSI NOSOKOMIAL PASIEN PASCA SECTIO CAESAREA DI RUMAH
SAKIT MELALUI PELATIHAN ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS
KNOWLEDGE MANAGEMENT

NO ITEM ANALISIS HASIL ANALISIS

1. Judul Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial


Pasien Pasca Sectio Caesarea di Rumah
Sakit Melalui Pelatihan Asuhan
Keperawatan Berbasis Knowledge
Management
2 Latar belakang Model asuhan keperawatan berbasis pada
knowledge management dapat
menurunkan insiden infeksi nosokomial
melalui performa perawat dalam
pencegahan infeksi. Asuhan keperawatan
berbasis manajemen knowledge dibangun
atas identifikasi pengetahuan yang
merupakan aktor yang diperlukan dan
performa pencegahan atas infeksi
nosokomial post sectio cesaria.
Komponen infeksi nosokomial terdiri
atas hasil kultur dari luka
3 Tujuan umum Mengetahui Penurunan Insiden Infeksi
Nosokomial Pasien Pasca Sectio
Caesarea Di Rumah Sakit Melalui
Pelatihan Asuhan Keperawatan
Berbasis Knowledge Management
4 Tujuan khusus
1. Mengetahui Pelaksanaan Pencegahan
Infeksi Dalam Asuhan Keperawatan Di
Rumah Sakit A Dan B, Juli 2013
2. Hasil pemeriksaan kultur keadaan
luka pasca sectio caesaria di rumah sakit
A dan B, bulan Juli 2013 (sebelum
Pelatihan)
3. Mengetahui Hasil Pemeriksaan Kultur
Keadaan Luka Pasca Sectio Caesaria
Pada Kelompok Kontrol Dan Perlakuan
Bulan Juli 2013 Setelah Pemberian
Pelatihan

5 Isi Tinjauan Pustaka Infeksi Nosokomial. Infeksi nosokomial


merupakan salah satu indikator kualitas
pelayanan kesehatan di mata masyarakat
yang menjadi penentu citra institusi
pelayanan kesehatan. Hal ini karena
infeksi nosokomial merupakan penyebab
utama tingginnya angka kesakitan
(morbidity) dan angka kematian
(mortality) di rumah sakit. Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang terjadi di
rumah sakit dan terjadi pada pasien yang
masuk rumah sakit lebih dari 72 jam
sedang mengalami proses keperawatan,
disebabkan adanya transmisi mikroba
patogen yang bersumber dari lingkungan
rumah sakit dan perangkatnya.
6 Hipotesis bila ada Tidak ada hipotesis
7 Desain penelitian Penelitian ini menggunakan studi
observasional dengan desain quasi
eksperimental
8 Populasi Populasi penelitian ini semua tenaga
keperawatan yang bekerja di instalasi
kebidanan dan sejumlah pasien yang
dirawat di rumah sakit A dan B pasca
sectio caesarea.
9 Jumlah Sampel Besar sampel terdiri total populasi yaitu
semua tenaga keperawatan yang bekerja
di instalasi kebidanan sesuai kriteria
sampel, dan sebagian pasien yang diasuh
tenaga keperawatan pasca sectio caesarea
yang diambil secara random sampling.
10 Cara menentukan sampel Besar sampel terdiri total populasi yaitu
semua tenaga keperawatan yang bekerja
di instalasi kebidanan sesuai kriteria
sampel, dan sebagian pasien yang diasuh
tenaga keperawatan pasca sectio caesarea
yang diambil secara random sampling.
11 Kriteria inklusi
Semua tenaga keperawatan yang bekerja
di instalasi kebidanan dan sejumlah
pasien yang dirawat di rumah sakit A
dan B pasca sectio caesarea. Responden
yang bersedia dijadikan sampel.
12 Kriteria eksklusi Responden yang tidak bersedia dijadikan
sampel.
13 Cara pengumpulan data Penelitian ini merupakan penelitian
quasy eksperimental dengan pendekatan
observasional. Sampel penelitian terdiri
dari 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan. Penelitian ini
dilakukan di instalasi ruang perawatan
kebidanan yaitu di ruang bersalin, nifas
dan poli kandungan (Ruang Brawijaya)
RSUD A sebagai kelompok kontrol,
ruang Dahlia dan Bougenvil RSUD B
sebagai kelompok perlakuan.

Penelitian tahap pertama dilakukan


tanggal 24 Januari 2013 sampai dengan
tanggal 26 Februari 2013 dan tanggal 16
Maret sampai 15 April 2013. Tahap 2
dilakukan perlakuan
pelatihan dilaksanakan pada tanggal 14
Juni sampai 20 Juli 2013 dan
pemeriksaan infeksi nosokomial dengan
lembar observasi serta pemeriksaan swab
kultur luka operasi dilaksanakan pada
tanggal 14–20 Juli 2013.

Populasi penelitian ini semua tenaga


keperawatan yang bekerja di instalasi
kebidanan dan sejumlah pasien yang
dirawat di rumah sakit A dan B pasca
sectio caesarea. Besar sampel terdiri total
populasi yaitu semua tenaga keperawatan
yang bekerja di instalasi kebidanan
sesuai kriteria sampel, dan sebagian
pasien yang diasuh tenaga keperawatan
pasca sectio caesarea yang diambil
secara random sampling.
Pengambilan data tahap 1 dilakukan di
dua rumah sakit sebelum diberi
perlakuan tentang kejadian infeksi
nosokomial dengan uji kultur.
Pengumpulan data ini digunakan untuk
mengetahui hasil uji kultur sebelum
diberi pelatihan apakan berbeda atau
tidak. Setelah tahap 1 lalu pada
kelompok Rumah Sakit B dilakukan
pelatihan asuhan keperawatan tentang
pencegahan infeksi nosokomial dan
kelompok RS A tidak dilakukan
pelatihan, kemudian diambil data
kembali untuk mengetahui perbedaan
hasil pencegahan infeksi nosokomial
antara yang diberi pelatihan dengan yang
tidak diberi pelatihan.
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah lembar
observasi dan hasil uji kuktur untuk
menilai keadaan luka apakah terjadi
infeksi atau tidak. Analisis data yang
digunakan adalah Uji independent T-Test
sampel dengan taraf signifikansi α =
0,05.
14 Instrumen yang digunakan
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah lembar
observasi dan hasil uji kuktur untuk
menilai keadaan luka apakah terjadi
infeksi atau tidak.
15 Uji validitas & reliabilitas Tidak dilakukan uji validitas dan
reliabititas
16 Uji analisis yang digunakan Analisis data yang digunakan adalah Uji
independent T-Test sampel dengan taraf
signifikansi α = 0,05.
17 Hasil penelitian 1. Hasil uji T sebelum dan sesudah
pelatihan menunjukkan hasil yang
signifikan antara pelaksanaan asuhan
keperawatan dalam pencegahan infeksi
nosokomial terhadap kinerja tenaga
keperawatan dengan hasil mean sebelum
pelatihan antara 3,90 s/d 4,80–5 dan
delta t antara -2,449 -11,000 dengan p
0,01 s/d 0,005.

2. Hasil pemeriksaan kultur didapatkan


hasil positif sebanyak 26 pasien
(56,6%), Dinyatakan terindikasi
infeksi, didapatkan gram negatif
(Acinetobacter baumannii) sebanyak
19,5% (9 orang) dan gram positif
(Stapylococcus aureus) sebanyak 15,2%
(7 Orang), keadaan ini menunjukkan
kecenderungan ke arah negatif
terjadinya infeksi nosokomial dan
harus mendapatkan perhatian tenaga
keperawatan, karena sectio saesarea
yang direncanakan dengan baik
(elective) adalah operasi bersih yang
seharusnya harus dibebaskan dari
infeksi nosokomial. Sebaliknya
kecenderungan ke arah positif tidak
didapatkan infeksi dengan hasil kultur
negatif sebanyak 20 orang (43,4%).

3. Hasil ada perbedaan kejadian infeksi


sebelum dan sesudah pelatihan dengan
kecendrungan ke arah positif, tetapi dari
persentase kejadian infeksi semakin
menurun sebelum pelatihan kejadian
infeksi 46,6%, sebaliknya sesudah
pelatihan kejadian infeksi 26,6%.

4. Hasil uji T perbedaan kejadian infeksi


nosocomial pada kelompok perlakuan
dan dan kelompok kontrol sesudah
pemberian pelatihan diperoleh t value
= 2,316 dan p = 0,028 < 0,05. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan bermakna kejadian infeksi
nokocomial pada pasien pasca Section
Cesarea di rumah sakit sebelum dan
sesudah pemberian pelatihan asuhan
keperawatan berbasis knowledge
management.
18 Isi pembahasan Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil test kultur luka pasca
sectio caesaria sebagian besar hasil test
dinyatakan positif baik dari kuman
gram negatif maupun positif. Hasil uji
t test menunjukan terdapat hubungan
yang signifikan kinerja perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
berbasis knowledge management
terhadap kejadian infeksi nosokomial
dengan β = 1,274 dan p = 0,028.

Hasil analisis jalur menunjukkan ada


hubungan positif antara pelaksanaan
pengetahuan tentang asuhan
keperawatan infeksi nosokomial
terhadap pelaksanaan pencegahan
infeksi nosokomial. Jadi ada pengaruh
pelaksanaan knowledge management
terhadap kejadian infeksi nosokomial.
Pengaruh pelaksanaan knowledge
management terhadap kejadian infeksi
nosokomial mempunyai nilai dengan
tingkat signifikan. Pelaksanaan
knowledge management (X2) mampu
menjelaskan pelaksanaan knowledge
management sebesar 28%, sisanya
ditentukan oleh faktor lain.

Hasil analisis dengan menggunakan uji


t-test didapatkan nilai tvalue = 2,316
dan p = 0,028 < α = 0,05. Hal ini
dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan bermakna


kejadian infeksi nokocomial pada
pasien pasca section sesarea di rumah
sakit sebelum dan sesudah pemberian
pelatihan asuhan keperawatan berbasis
knowledge management. Nilai t value
didapatkan nilai posutit yang berarti
dengan pemberian pelatihan kejadian
infeksi semakin kecil. Hal ini dapat
dilihat pada hasil pelatihan bahwa pada
kelompok perlakuan kejadian infeksi
lebih kecil dari pada kelompok
kontrol.

Pelatihan dan observasi dilaksanakan


selama 1 bulan dengan dimulai dari
pelatihan dan bimbingan pelaksanaan
knowledge management dalam asuhan
keperawatan pasien pasca sectio
caesaria. Kegiatan ini dilakukan
selama 2 jam dengan metoda
mempelajari modul, diskusi tanya
jawab dilanjutkan bimbingan asuhan
pada pasien kelolaan masing-masing
selama 6 hari. Bimbingan dilakukan
oleh peneliti dibantu kepala ruangan
dan wakil kepala ruangan Cempaka
pada setiap siklus dinas. Untuk dinas
pagi dilakukan oleh peneliti dibantu
kepala ruangan dan wakil kepala
ruangan dan untuk dinas sore dibantu
kepala jaga atau ketua tim, pelatihan
dan bimbingan berkaitan dengan
proses pelaksanaan knowledge
management asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian pasien, diagnosa
keperawatan, perencanaan asuhan
keperawatan, implementasi asuhan
keperawatan, dan evaluasi asuhan
keperawatan.
19 Kesimpulan Ada perbedaan positif yang signifikan
kejadian infeksi nosokomial pada pasien
pasca sectio saesarea di rumah sakit
sebelum dan sesudah pelatihan asuhan
keperawatan berbasis knowledge
management
20 Saran Model asuhan keperawatan berbasis
knowledge management dapat
dikembangkan dan mempunyai
kontribusi positif dalam menurunkan
kejadian infeksi nosokomial di rumah
sakit pemerintah, 2) rumah sakit perlu
melakukan pengembangan model asuhan
keperawatan berbasis knowledge
management dan meningkatkan
pengetahuan perawat dan bidan dengan
memberikan pelatihan dan bimbingan
serta pendidikan tentang pentingnya
menjaga sterilitas dan pencegahan infeksi
nosokomial.

Anda mungkin juga menyukai