Disusun oleh :
Silvina Ratri Arumhandini (A22020217)
email:astutikandayani86@gmail,com
2Universitas Nurul Jadid email:husnulcrakers@gmail.com
3Universitas Nurul Jadid
Abstract
Implemented posyandu elderly there are obstacles that often
faced is low visit, one of cause factor is low of knowledge of
elderly so that beneficiary of posyandu elderly still not maximal.
The purpose of this research is to know the influence of health
promotion about elderly posyandu by use audio visual media
toward liveliness of elderly in following elderly posyandu. The
design use in this research is Quasy Experimental with pretest-
posttest with control design. This research was conducted at
Maesan Bondowoso health center with 55 respondents with
total sampling technique. This analysis used Wilcoxon and
Mann-Whitney test. The results showed that health promotion
was effective to increase the member of ekderly visit to the
elderly health center with p value 0,000.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian
didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1
Karakteristik Jumlah prosentase
Responden n %
1. Usia
60 Tahun 9 16,4%
61 Tahun 7 12,7%
62 Tahun 8 14,5%
63 Tahun 7 12,7%
64 Tahun 10 18,2%
65 Tahun 14 25,5%
Total
55 100%
2. Jenis
kelamin
Laki-laki 29 52,7%
Perempuan 26 47,3%
Total 55 100%
3. Pekerjaan
Petani 22 40,0%
Ibu Rumah
Tangga 23 41,8%
Pedagang 6 10,9%
Pensiun 4 7,3%
Total 55 100%
Tabel 2
Keaktifan sebelum dan sesuadah diberikan statistic Mann Whitney Test
Promosi kesehatan
sebelum di lakukan promosi
P
Variabel Pre Post value kesehatan pada
Mean
Rank SD
Mean
Rank SD kelompok eksperimen dan
Kelompok
Kontrol 6,81 0,921 6,78 0,698
0,834
kontrol memiliki nilai P
Kelompok
Perlakuan 6,82 0,723 17,07 1,052
0,000 sebesar 0,699 sedangkan
sesudah
Dari tabel diatas dapat dilihat dilakukan promosi
bahwa pada kelompok kontrol kesehatan pada
hasil uji statistik Wilcoxon kelompok eksperimen dan
didapatkan nilai P Value kontrol memiliki nilai p
sebesar 0,834 tidak ada sebesar 0,000. Sehingga
pengaruh promosi dapat
kesehatan terhadap disimpulkan bahwa terdapat
keaktifan mengikuti perbedaan
posyandu lansia, antara kelompok
sedangkan pada eksperimen dan kontrol
kelompok perlakuan sebelum maupun
didapatkan p value 0,000 setelah dilakukan
yang bermakna bahwa ada promosi kesehatan.
pengaruh promosi
kesehatan Pembahasan
terhadap keaktifan Berdasarkan
mengikuti posyandu lansia hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh
Tabel 3 promosi
Pengaruh Promosi Kesehatan
kesehatan dengan
Terhadap Keaktifan Lansia
menggunakan media audio
Keaktifan Perbedaan P visual terhadap keaktifan
Value
Eksp. kontrol lansia dalam mengikuti
Sebelum 28,75 27,22 0,01 posyandu lansia. Hal senada
0,699
Sesudah 41,50 14,00 10,29 0,000
penelitian (Wigati, 2011)
Dari tabel diatas dapat
menyatakan ada pengaruh
dilihat bahwa hasil uji
pendidikan kesehatan
tentang
penyakit degeneratif
terhadap keaktifan persalinan aman
lansia dalam kegiatan adalah metode ceramah
posyandu lansia. Hasil dengan media video.
penelitian dari Lia Pendidikan kesehatan
Saraswati menyatakan menggunakan audiovisual
bahwa promosi atau
kesehatan dapat kombinasi simulasi
meningkatkan pengetahuan dapat meningkatkan
tentang pengetahuan dan sikap ibu
kanker serviks dan terkait dengan
partisipasi dalam manajemen diare di
program deteksi dini rumah pada balita
kanker serviks, promosi (Nisa, 2016) Nurhayati, 2016
kesehatan dengan media leaflet dan audiovisual
menggunakan film memiliki
memberikan hasil lebih baik pengaruh dalam
meningkatkan pengetahuan
di bandingkan
dan sikap
dengan leaflet bahaya merokok.
(Ismarwati, 2011). Berdasarkan berbagai
Penelitian lain oleh penelitian di
Puspitasari, 2019 Media atas dapat disimpulkan
audio visual dapat bahwa terdapat
digunakan dalam konseling pengaruh antara
sebagai promosi kesehatan terhadap
upaya meningkatkan peningkatan pengetahuan,
motivasi ibu hamil untuk hal
merawat tersebut dapat
kehamilan. mengubah perilaku setiap
Menurut Yuliani, 2017 orang sehingga dapat
Metode promosi meningkatkan minat dalam
kesehatan yang paling keaktifan mengikuti
berpengaruh dalam posyandu lansia. Perbedaan
meningkatkan pengetahuan, perubahan perilaku pada
sikap setiap lansia itu berbeda-
dan tindakan ibu hamil beda,
dalam melakukan
dikarenakan mengalami
banyak masing lansiajuga yang
faktor diantaranya berhubungan dengan tingkat
adalah perbedaan terkait pendidikan, pemahaman
usia dan kesadaran dari terkait posyandu lansia dan
masing- masing lansiajuga juga lingkungan tingkat
yang berhubungan dengan tinggal.
tingkat pendidikan,
pemahaman terkait Simpulan
posyandu lansia dan juga Hasil uji Mann-Whitney pada
lingkungan tingkat tinggal. pengaruh promosi kesehatan
Berdasarkan berbagai terhadap
penelitian di keaktifan dalam
atas dapat disimpulkan mengikuti posyandu lansia di
bahwa terdapat dapatkan nilai signifikansi
pengaruh antara sebesar 0.000 (p<0.05) yang
promosi kesehatan berarti terdapat
terhadap peningkatan peningkatan
pengetahuan, hal keaktifan dalam
tersebut dapat mengikuti posyandu lansia
mengubah perilaku pada kelompok eksperiman di
setiap orang sehingga bandingkan dengan
dapat meningkatkan kelompok kontrol
minat dalam keaktifan sebelum dan setelah dilakukan
mengikuti posyandu promosi
lansia. Perbedaan kesehatan
perubahan perilaku
pada setiap lansia itu
berbeda-beda, dikarenakan
mengalami banyak
faktor diantaranya
adalah perbedaan terkait
usia dan kesadaran dari
masing-
Daftar Pustaka
management at
Alligood, M. R. (2014). home in toddlers.
Nursing theory & their work
(8th ed). The CV Mosby. Company St. Louis. Toronto.
Missouri: Mosby Elsevier. Inc.
Amalia Indah
Puspitasari, 2019. The Departemen Kesehatan RI.
Effect of 2010. Pedoman Puskesmas
Audiovisual Counseling Santun Lanjut Usia Bagi
of Conception Petugas Kesehatan. Jakarta:
Period and Direktorat Bina Kesehatan
Nutrients to the Komunitas.
Nutrient
Improvement Motivation Ismarwati, dkk. 2011.
on Pregnant Promosi Kesehatan dalam
Mothers at Meningkatkan Pengetahuan,
Primary Health Sikap dan Perilaku
Center Girisubo Deteksi Dini
Gunungkidul Yogyakarta Kanker Serviks
in 2015. pada Ibu-Ibu
KnE Life Anggota Pengajian. Berita
Science. Kedokteran Masyarakat. Vol.
27.No.2 Juni 2011.
Aprilia Choirun Nisa
dkk.2016. Effect of Kholid, Akhmad.
combination health education Promosi Kesehatan. 2014.
of Jakarta: Rajawali Pers.
simulation methods and
audiovisual media to mothers’
knowledge and attitude
related to diarrhea
Koentjaraningrat. 2009.
Pengantar Ilmu Antropologi. Tentang Persalinan
Jakarta: RinekaCipta. Aman.Jurnal Ilimiah
PANNMED.
Nugroho, W. 2000. Vol.11.No.3 Januari 2017.
Keperawatan Gerontik.
Jakarta : Andreas Dwi
EGC Atmoko;Zainal Munir;Gilang
Ramadhan. (2019).
Notoatmodjo. 2007. PENGARUH MENONTON
Promosi Kesehatan dan Ilmu TAYANGAN TELEVISI
Perilaku. Jakarta: PT Rineka TERHADAP PERILAKU
Cipta. AGRESIF PADA
ANAK PRASEKOLAH
Putri Wahyu Wigati. Andreas. Keperawatan
2011. Tesis. Profesional, 7(1).
Pengaruh Pendidikan Retrieved from
Kesehatan Penyakit https://ejournal.un
Degeneratif Terhadap uja.ac.id/index.php
Keaktifan Lansia Dalam /jkp/index%0APEN GARUH
Kegiatan Posyandu Lansia.
Universitas Sebelas Maret Depkes. (2006). Buku
Surakarta. Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu.
Restu Yuliani, 2017. Jakarta.
Pengaruh Promosi Kesehatan
Dengan Metode Ceramah Firse Nurhayati, Sri Astutik
dengan Media Video Andayani, Vivin Nur Hafifah,
Terhadap Perilaku Ibu Hamil K. R. (2016).
Perbedaan Promosi
Kesehatan dengan Leaflet dan partisipasi wanita dalam
Audio Visual terhadap deteksi dini kanker serviks Di
Pengetahuan dan Sikap Mojokerto RW 22 Surakarta.
Bahaya
Rokok pada Siswa SMP. Sumirat, W. (2011). Pengaruh
Humaniora, 13(1). promosi kesehatan tentang
posyandu lansia terhadap
Koentjaraningrat. (2009). keaktifan lansia di posyandu
Pengantar lansia, 2(4), 45–51.
Ilmu Antropologi.
RINEKA CIPTA.
Notoatmodjo, S. (2012).
Promosi Kesehatan Dan
Saraswati, L. K. (2011).
Pengaruh promosi
kesehatan terhadap
pengetahuan tentang kanker
serviks dan
PENELITIAN
MENURUNKAN NYERI DISMENOREA DENGAN
KOMPRES HANGAT
Amrina Oktaviana *, Riyanti Imron *
Dismenorea merupakan nyeri yang dialami sewaktu haid. Nyeri ini terasa diperut bagian
bawah yang berada di daerah bujur sangkar Michaelis. Nyeri dapat terasa sebelum, selama,
dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus-menerus. Hasil yang diperoleh dari pra
survey pada tanggal 20 Oktober 2011 dari 20 mahasiswi Kebidanan Tanjungkarang,
ternyata ada 70% mahasiswi yang mengalami nyeri haid..Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea
Mahasiswi Kelas Reguler Kebidanan Tanjung Karang Tahun 2012. Penelitian ini bersifat
quasi eksperimen dengan desain one group pretest-post test, jumlah populasi 114 orang.
Pengumpulan data dengan data primer yang digunakan untuk mengukur skala nyeri dengan
teknik kompres hangat. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji t
paired test. Sebelum dilakukannya teknik kompres hangat responden memiliki nilai rata-
rata 6,28. Sedangkan setelah dilakukannya teknik kompres hangat responden memiliki nilai
rata-rata 4,57. Sehingga terlihat adanya perubahan mean senilai 1,701 dengan standar
deviasi 0,562 dan nilai kepercayaan antara 1,559-1,855. Hasil uji statistik didapatkan nilai P
0,00 < 0,05 sehingga H0 ada pengaruh artinya, bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat nyeri sebelum dan sesudah di kompres hangat. Maka dapat disimpulkan bahwa
teknik kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri dismenorea.
LATAR BELAKANG
Dismenorea merupakan nyeri yang dialami
setiap bulan secara periodik, semua wanita yang normal pasti
seorang wanita normal akan akan mengalami proses ini, akan
mengalami peristiwa reproduksi tetapi pada kenyataannya banyak
yang disebut menstruasi yaitu wanita yang mengalami masalah
meluruhnya jaringan endometrium menstruasi, diantaranya adalah
karena tidak adanya telur matang nyeri haid (Dismenorea)
yang dibuahi oleh sperma. (Prawiharjo, 2008).
Peristiwa itu wajar dan alami Di Indonesia angka kejadian
sehingga dapat dipastikan bahwa dismenore terdiri atas 54,89%
dismenorea primer dan 9,36% Gejala-gejala nyeri haid di
dismenorea sekunder. Biasanya antaranya yaitu rasa sakit datang
gejala tersebut terjadi pada wanita secara tidak teratur, tajam dan
usia produktif 3 sampai 5 tahun kram bagian bawah perut yang
setelah mengalami haid pertama biasanya menyebar ke bagian
dan wanita yang belum pernah belakang, terus ke kaki, pangkal
hamil (Journal Occupational and paha dan vulva (bagian luar alat
Enviromental, 2008). Dari kelamin wanita) (Wijayakusuma
penelitian tahun 2002 di 4 SLTP di H, 2008). Rasa mual, muntah,
Jakarta yang dilakukan oleh salah diare, lesu dan sakit kepala adalah
satu pakar kesehatan Obstetri dan gejala- gejala yang menyertainya
Ginekologi didapatkan sekitar (Rayburn WF & Carey JC, 2001).
74,1% siswi mengalami nyeri haid Penyebab nyeri haid bisa
ringan sampai berat (Baziad, bermacam- macam, bisa karena
2008 ). Nyeri ini terasa diperut suatu pro-ses penyakit (misalnya
bagian bawah yang berada di radang panggul), endometriosis,
daerah bujur sangkar Michaelis. tumor atau kela-inan letak uterus,
Nyeri dapat terasa sebelum, selaput dara atau vagina tidak
selama, dan sesudah haid. Dapat berlubang, dan stres atau
bersifat kolik atau terus- menerus. kecemasan yang berlebihan. Akan
Nyeri diduga karena kontraksi dari tetapi, penyebab tersering nyeri
pelepasan endometrium haid diduga karena terjadinya
(Tjokonegoro dan Utama, 1996 ). ketidak seimbangan
dengan organ reproduksi (Arifin, dengan mempergunakan buli-buli
2007). panas yang dibungkus kain yaitu
Manajemen nyeri non secara konduksi dimana terjadi
farmakologis, misalnya kompres pemindahan panas dari buli- buli
hangat ya-itu dimna kompres ke dalam tubuh
hangat dapat meredakan iskemia sehingga akan
dengan menurunkan kontraksi menyebabkan pelebaran pembuluh
uterus dan melancarkan pembuluh darah dan akan terjadi penurunan
darah sehingga dapat meredakan ketegangan otot sehingga nyeri haid
nyeri dengan mengurangi yang dirasakan akan berkurang atau
ketegangan dan meningkatkan hilang. Menurut Price & Wilson
perasaan sejahtera, meningkatkan (2005), cara ini efektif untuk
aliran menstruasi, dan meredakan mengurangi nyeri atau kejang otot.
Vasokongestipelvis Prinsip kerja kompres
( Bobak, 2005). Menurut hangat dengan
Perry & Potter (2005), prinsip menggunakan buli-buli panas
kerja kompres hangat yang di bungkus kain dengan
ca-ra pemindahan secara mahasiswi terkena nyeri haid
konduksi dimana (dismenorea) sebanyak 70%
terjadi pemindahan panas mahasiswi yaitu mahasiswi
dari buli-buli kedalam tubuh Kebidanan Tanjungkarang,
sehingga akan me- sedangkan pada mahasiswi
nyebabkan pelebaran Kebidanan Metro hanya 52%.
pembuluh darah yang Hasil yang diperoleh dari pra
akan menurunkan ketegangan otot survey pada tanggal 20 Oktober
dan meningkatkan aliran darah 2011 Mahasiswi Kebidanan
(Wilson, 2005). Dewasa ini, Tanjung Karang, dari 20
kompres panas telah banyak mahasiswi, ternyata ada 70%
digunakan untuk mengurangi mahasiswi yang mengalami nyeri
berbagai nyeri. Misalnya pada haid. 46,67% mahasiswi mengatasi
keluhan nyeri/sakit kepala, kaki dismenorhea (nyeri haid) dengan
kram dan nyeri akibat pembesaran mengkonsumsi obat-obatan, 20%
rahim pada ibu hamil (Esty, mahasiswi mengatasi dismenorea
2008). Selain itu kompres panas/ dengan relaksasi, 20% mahasiswi
hangat juga dapat digunakan untuk mengatasi dismenorea dengan
mengurangi nyeri pada leher yang menggosokkan perut menggunakan
kaku (Ve, 2007). Serta dapat minyak angin, dan 13,34%
digunakan untuk mengurangi mahasiswi mengatasi dismenore
nyeri pada kaki yang terkilir dengan kompres hangat. Hal-hal
(Nusdwinuringtyas N, 2008) dan tersebut dapat menyebabkan
untuk mengurangi nyeri pada sinus terganggunya aktivitas sehari-hari
dan hidung mahasisiwi sehingga banyak
pada kasus sinusitis (Ninz. 2007). mahasiswi yang menghabiskan
Poltekkes Kemenkes waktunya hanya untuk istirahat
Tanjungkarang mempunyai banyak akibat gangguan tersebut. Dan tak
Jurusan salah satunya Jurusan jarang aktivitas rutin perkuliahan
Kebidanan. Jurusan kebidanan ini bagi mahasiswi menjadi terganggu.
mempunyai 2 Program Studi yaitu Berdasarkan fenomena di atas,
DIII Kebidanan Tanjungkarang peneliti ingin mengetahui
dan DIII Kebidanan Metro. Pengaruh Kompres Hangat
Berdasarkan hasil pra survey yang Terhadap Penurunan Nyeri
didapatkan paling banyak Dismenorea Pada Mahasiswi .
METODE
Analisis Bivariat
ABSTRAK
Introduksi: Model asuhan keperawatan berbasis pada knowledge management dapat menurunkan
insiden infeksi nosokomial melalui performa perawat dalam pencegahan infeksi. Asuhan
keperawatan berbasis manajemen knowledge dibangun atas identifikasi pengetahuan yang merupakan
aktor yang diperlukan dan performa pencegahan atas infeksi nosokomial post sectio cesaria.
Komponen infeksi nosokomial terdiri atas hasil kultur dari luka. Metode: Penelitian ini
menggunakan studi observasional dengan desain quasi eksperimental. Populasi penelitian ini yaitu
seluruh perawat yang bekerja di ruang obstetri dan sejumlah pasien yang dirawat di Rumah sakit A
dan B post SC. Responden perawat adalah seluruh perawat yang memenuhi kriteria sampel,
sedangkan responden pasien ditetapkan berdasar simple random sampling dan didapatkan 15 pasien.
Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan pemeriksaan hasil kultur luka. Hasil data dianalisis
menggunakan uji T bebas dengan α = 0,05. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan insiden
infeksi nosokomial pada pasien post SC di Rumah sakit antara sebelum dan sesudah pelatihan
berbasis knowledge management (tvalue = 2,316 dan p = 0,028). Diskusi: Dapat disimpulkan bahwa
pelatihan berbasis knowledge management dapat menurunkan insiden infeksi nosokomial pada pasien
post SC.
Kata kunci: infeksi nosokomial, asuhan keperawatan, knowledge management, seksio sesaria
ABSTRACT
Introduction: Model of nursing care based on knowledge management can reduce the incidence of
nosocomial infections through the performance of nurses in the prevention of infection. Nursing care
based on knowledge management is established from identification knowledge which is required,
prevention performance of nosocomial infections post caesarean section. Nosocomial infections
component consists of wound culture result. Method: This study was an observational study with a
quasy experimental design. The population were all of nursing staff who working in obstetrics
installation and a number of patients who is treated in hospitals A and B post sectio caesarea. Sample
is comparised a total population all the nursing staff who worked in obstetrics installation according
to criteria of the sample, and most of patients were taken care by nursing staff post caesarean section
which is taken by random sampling 15 patients. Data was collected through observation sheets and
examination of the wound culture. Data analysis which is used the t test. Result: The result was
showed that there was significant difference in the incidence of nosocomial infection in patients with
post sesctio caesarea in hospital before and after nursing care training based on knowledge
management (tvalue =
2.316 and p = 0.028 < α = 0.05 level), and the incidence of nosocomial infection was lower after
training than before
training . Discussion: It can be concluded that training knowledge management based on nursing
care effectives to reduce Incidence of Nosocomial Infections in Patients after Sectio Caesarea
Menurut World Health Organization, infeksi sebaiknya didasarkan atas adanya keluhan
nosokomial merupakan masalah global dan nyeri pada daerah luka, warna kemerahan,
menimbulkan lebih dari 1,4 juta pasien yang adanya pembengkaan daerah luka, adanya
dirawat di rumah sakit di seluruh dunia. nanah pada luka, serta hasil pemeriksaan
Infeksi nosokomial dapat terjadi di setiap bakteriologis berupa sediaan hapusan dengan
tempat pada rumah sakit. Menurut tim pewarnaan gram dan pembiakan kuman untuk
pengendali infeksi nosokomial RSUP dr. mengetahui penyebab jenis bakteri dan
M. Jamil Padang pada tahun 1996 tercatat menentukan pengobatannya (Graham,2003).
angka prevalensi infeksi nosokomial 9,1% dan Rumah sakit merupakan salah satu mata
pada tahun 2002 kejadian infeksi nosokomial rantai di dalam pemberian pelayanan
10,6 % dan pada tahun 2011 menjadi 10,8%. kesehatan serta suatu organisasi dengan
Angka tersebut di atas prevalensi rata-rata sistem terbuka dan selalu berinteraksi
rumah sakit pemerintah di Indonesia yaitu dengan lingkungannya untuk mencapai suatu
6,6%. Infeksi nosokomial yang terjadi di keseimbangan yang dinamis. Rumah sakit
rumah sakit dipengaruhi faktor ekternal mempunyai fungsi utama melayani masyarakat
seperti tim kesehatan yaitu perawat, dokter, yang membutuhkan pelayanan kesehatan serta
termasuk perilaku perawat dalam perawatan sebagai tempat penelitian. Pencegahan infeksi
luka pascaoperasi dan pencegahan infeksi, nosokomial telah menjadi isu global dalam
lingkungan rumah sakit, makanan, udara, pelayanan kesehatan. Menurut Nursalam
benda dan alat-alat yang tidak steril, dan faktor (2008) indikator infeksi nosokomial meliputi
internal meliputi flora normal dan keadaan adanya mikroorganisme pada jaringan atau
pasien itu sendiri. cairan tubuh disertai gejala klinis baik lokal
Infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri maupun sistemik.
patogen seperti staphylococcus aureus Infeksi nosokomial merupakan masalah
yang merupakan bakteri gram positif, penting di seluruh dunia dan terus meningkat
pseudomonas aereginosa, escheriachia setiap tahunnya (Alvarado, 2000). Berbagai
coli, klebsella pneumonia yang merupakan upaya telah dilakukan tenaga keperawatan
bakteri gram negative. Menurut WHO salah untuk mencegahnya salah satunya dengan
satu kejadian infeksi nosokomial terbanyak penerapan universal precaution (perlindungan
adalah infeksi luka pascaoperasi dan penyebab diri). Angka kejadian infeksi nosokomial yang
kedua terbanyak infeksi saluran kemih. Infeksi tinggi di Negara Amireka Serikat terjadi 20
luka pasca operasi adalah penyebab utama ribu kematian setiap tahunnya akibat infeksi
morbiditas dan mortalitas serta peningkatan nosokomial. Di seluruh dunia 10% pada pasien
biaya rumah sakit. Selain itu, infeksi luka rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi
operasi dapat memacu pemberian antibiotika yang baru dirawat atau sebesar 1,4 juta infeksi
tambahan untuk penanganan infeksi tersebut setiap tahunnya. Di Indonesia penelitian yang
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya dilakukan DKI Jakarta pada tahun 1994
resistensi bakteri. Luka operasi dapat menunjukkan bahwa 9,8% pasien yang dirawat
menurunkan kualitas hidup. inap mendapatkan infeksi baru selama dirawat.
Pasien dengan infeksi pada daerah Di Yogyakarta kejadian infeksi nosokomial
operasi akan menjalani perawatan dua kali
rata-rata 4,26%, untuk lama perawatan 4,43–
lebih lama di rumah sakit dari pada pasien
11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari
yang tidak mengalami infeksi, dengan biaya
(Nursalam, 2011).
dua kali lipat lebih besar (Wilson, 2004). Hasil survei awal oleh peneliti yang
Risiko terjadinya setelah pembedahan dilakukan pada tanggal 3 Mei 2012 tentang
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: Jenis kejadian infeksi nosokomial pasca sectio
pembedahan, umur pasien, kondisi pasien, caesarea di ruang bersalin dan nifas RSUD B
kompetensi perawat dalam perawatan pra dan diperoleh sebanyak 124 pasien (12,7%)
pasca pembedahan serta perawatan luka. Oleh pasien yang dirawat pasca sectio caesarea
karena itu diagnosis dini infeksi nosokomial mengalamai infeksi pada tahun 2010 dan
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210
sebanyak 156 pasien (13,8%) pada tahun 2011. pelatihan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni
Hal ini mengalami peningkatan dari tahun sampai 20 Juli 2013 dan pemeriksaan infeksi
sebelumnya. Hal ini lebih tinggi dari standar nosokomial dengan lembar observasi serta
nasional dan internasional yang ditetapkan pemeriksaan swab kultur luka operasi
Depkes dan WHO pada tahun 2000. Hasil dilaksanakan pada tanggal 14–20 Juli 2013.
survey tentang besar dan waktu munculnya Populasi penelitian ini semua tenaga
infeksi luka Pasca Sectio caesarea di Ruang keperawatan yang bekerja di instalasi
Nifas RSUD B tahun 2011diperoleh dari 43 kebidanan dan sejumlah pasien yang dirawat
pasien menunjukkan kejadian infeksi pada di rumah sakit A dan B pasca sectio caesarea.
hari ke-3 sebanyak 3 pasien (7,0%), kejadian Besar sampel terdiri total populasi yaitu semua
infeksi hari ke-6 sebanyak 9 pasien (20,9%) tenaga keperawatan yang bekerja di instalasi
dan kejadian infeksi hari ke-9 sebanyak 7 kebidanan sesuai kriteria sampel, dan sebagian
pasien (16,3%) dan kejadian terbesar pada hari pasien yang diasuh tenaga keperawatan pasca
ke-6 pascaoperasi (20,9%). Kejadian terbesar sectio caesarea yang diambil secara random
terjadi pada hari ke-6 pascaoperasi. Hal ini sampling.
merupakan alasan pentingnya keuntungan Pengambilan data tahap 1 dilakukan di dua
pencegahan infeksi nosokomial pasca sectio rumah sakit sebelum diberi perlakuan tentang
caesarea. kejadian infeksi nosokomial dengan uji kultur.
Berdasar hasil data di atas didapakan Pengumpulan data ini digunakan untuk
bahwa masih adanya kejadian infeksi mengetahui hasil uji kultur sebelum diberi
nosokomial yang terus meningkat tiap pelatihan apakan berbeda atau tidak. Setelah
tahunnya, maka perlu dilakukan penelitian tahap 1 lalu pada kelompok Rumah Sakit B
tentang kejadian infeksi nosokomial. dilakukan pelatihan asuhan keperawatan
Diharapkan dengan ditemukannya penyebab tentang pencegahan infeksi nosokomial dan
kejadian infeksi nosokomial, maka semakin kelompok RS A tidak dilakukan pelatihan,
tahun akan semakin menurun dan bahkan kemudian diambil data kembali untuk
tidak terjadi. mengetahui perbedaan hasil pencegahan
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah infeksi nosokomial antara yang diberi pelatihan
mencari perbedaan kejadian infeksi dengan yang tidak diberi pelatihan.
nosokomial yang terjadi pada pasien pasca Instrumen yang digunakan untuk
section sesarea sebelum dan sesudah pelatihan mengumpulkan data adalah lembar observasi
Asuhan Keperawatan berbasis knowledge dan hasil uji kuktur untuk menilai keadaan
management. luka apakah terjadi infeksi atau tidak. Analisis
data yang digunakan adalah Uji independent
BAHAN DAN METODE T-Test sampel dengan taraf signifikansi α
= 0,05.
Penelitian ini merupakan penelitian quasy
eksperimental dengan pendekatan
observasional. Sampel penelitian terdiri dari 2 HASIL
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
Obser vasi pelaksanaan asuhan
kelompok perlakuan. Penelitian ini dilakukan
keperawatan dilakukan dengan mengamati
di intalasi ruang perawatan kebidanan yaitu di
langsung aktivitas tenaga keperawatan dalam
ruang bersalin, nifas dan poli kandungan
melaksankan asuhan keperawatan berbasis
(Ruang Brawijaya) RSUD A sebagai kelompok
knowledge management dalam pencegahan
kontrol, ruang Dahlia dan Bougenvil RSUD B
infeksi nosokomial pada pasien dengan
sebagai kelompok perlakuan.
menggunakan lembar observasi, hasil disajikan
Penelitian tahap pertama dilakukan tanggal
dalam tabel 1.
24 Januari 2013 sampai dengan tanggal 26
Tabel 1 menu nju k kan bahwa
Februari 2013 dan tanggal 16 Maret sampai
pelaksanaan pencegahan Infeksi nosokomial
15 April 2013. Tahap 2 dilakukan perlakuan
dalam asuhan keperawatan pasca sectio
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)
Tabel 1. Pelaksanaan pencegahan infeksi dalam asuhan keperawatan di rumah sakit A dan B, Juli
2013
Kategori (%)
No Indikator Sangat Tidak Jumlah
Baik Cukup Kurang
baik baik
1 Mencuci tangan dengan benar 8 33 4 0 0 46
sebelum, sesudah melakukan (17,4%) (73,9%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)
asuhan
2 Menyiapkan alat perawatan secara 8 29 8 1 0 46
steril (17,4%) (63,%) (17,4%) (2,2%) (0%) (100%)
3 Mencegah penularan melalui 2 39 4 1 0 46
percikan ludah (4,3%) (84,8%) (8,7%) (2,2%) (0%) (100%)
4 Melakukan perawatan luka secara 9 33 4 0 0 46
steril (19,6%) (71,7%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)
5 Melakukan teknik pembalutan luka 9 33 4 0 0 46
dengan benar (19,6%) (71,7%) (8,7%) (0%) (0%) (100%)
saesarea, menunjukan kecenderungan ke arah pemeriksaan kultur luka yang hasil disajikan
positif pada kategori baik dalam komponen dalam tabel 1.
mencuci tangan dengan benar sebelum dan Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
sesudah melakukan asuhan, menyiapkan alat pemeriksaan kultur didapatkan hasil positif
perawatan secara steril, mencegah penularan sebanyak 26 pasien (56,6%), Dinyatakan
melalui percikan ludah, melakukan teknik terindikasi infeksi, didapatkan gram negatif
pembalutan luka dengan benar. Kecenderungan (Acinetobacter baumannii) sebanyak 19,5% (9
ke arah positif pada kategori sangat baik dalam orang) dan gram positif (Stapylococcus
komponen melakukan perawatan luka secara aureus) sebanyak 15,2% (7 Orang), keadaan ini
steril dan teknik pembalutan luka dengan menunjukkan kecenderungan ke arah negatif
benar. Sebaliknya kecendrungan ke arah terjadinya infeksi nosokomial dan harus
negatif pada kategori cukup dalam kompenen mendapatkan perhatian tenaga keperawatan,
menyiapkan alat secara steril serta kategori karena sectio saesarea yang direncanakan
kurang pada komponen menyiapkan alat dengan baik (elective) adalah operasi bersih
secara steril, mencegah penularan melalui yang seharusnya harus dibebaskan dari infeksi
percikan ludah. nosokomial. Sebaliknya kecenderungan ke
Hasil uji T sebelum dan sesudah pelatihan arah positif tidak didapatkan infeksi dengan
menunjukkan hasil yang signifikan antara hasil kultur negatif sebanyak 20 orang
pelaksanaan asuhan keperawatan dalam (43,4%).
pencegahan infeksi nosokomial terhadap Hasil observasi keadaan luka pasca
kinerja tenaga keperawatan dengan hasil mean sectio caesarea setelah pelatihan pada
sebelum pelatihan antara 3,90 s/d 4,80–5 dan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
delta t antara -2,449 -11,000 dengan p 0,01 s/d (Y2) dengan mengamati langsung keadaan
0,005. luka pasien pasca Sectio Caesarea yang
Observasi kejadian infeksi nosokomial dilakukan tenaga keperawatan yang telah
dilakukan dengan mengamati langsung diberikan pelatihan pada kelompok perlakukan
keadaan luka pasien pasca sectio caesarea dan tidak diberikan perlakuan pada kelompok
yang dilakukan tenaga keperawatan dalam control dalam memberikan asuhan pada pasien
memberikan asuhan pada pasien dengan dengan menggunakan lembar observasi, dan
menggunakan lembar observasi, dan pemeriksaan cultur luka yang hasil disajikan
dalam Tabel 3.
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210
Tabel 2. Hasil pemeriksaan kultur keadaan luka pasca sectio caesaria di rumah sakit A dan B, bulan
Juli 2013 (sebelum Pelatihan)
Tabel 3. Hasil pemeriksaan kultur keadaan luka pasca sectio caesaria pada kelompok kontrol dan
perlakuan bulan Juli 2013 setelah pemberian pelatihan
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil ada infeksi nosokomial rata-rata dalam kategori
perbedaan kejadian infeksi sebelum dan sering atau baik pada komponen mencuci
sesudah pelatihan dengan kecendrungan ke tangan dengan benar sebelum dan sesudah
arah positif, tetapi dari persentase kejadian melakukan asuhan, mencegah penularan
infeksi semakin menurun sebelum pelatihan melalui percikan ludah atau menggunakan
kejadian infeksi 46,6%, sebaliknya sesudah masker, melakukan perawatan luka secara
pelatihan kejadian infeksi 26,6%. steril, melakukan teknik pembalutan luka
Hasil uji T perbedaan kejadian infeksi dengan benar. Kategori sangat baik atau selalu
nosocomial pada kelompok perlakuan dan pada komponen melakukan perawatan luka
dan kelompok kontrol sesudah pemberian secara steril, melakukan teknik pembalutan
pelatihan diperoleh t value = 2,316 dan p luka dengan benar. Sebaliknya kategori
= 0,028 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan cukup atau kadang-kadang pada komponen
bahwa ada perbedaan bermakna kejadian menyiapkan alat secara steril.
infeksi nokocomial pada pasien pasca Section Hasil uji t test sebelum dan sesudah pelatihan
Cesarea di rumah sakit sebelum dan sesudah menunjukkan hasil yang signifikan antara
pemberian pelatihan asuhan keperawatan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam
berbasis knowledge management. pencegahan infeksi nosokomial terhadap
kinerja tenaga keperawatan dengan hasil mean
PEMBAHASAN sebelum pelatihan antara 3,90 s/d 4,80–5 dan
delta t antara –2,449 s/d –11,000 dengan p 0,01
Hasil penelitian tingkat kemampuan s/d 0,005.
responden dalam pelaksanaan pencegahan
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)
Hasil penelitian tingkat kemampuan yang tergesa-gesa karena beban kerja yang
responden dalam melakukan cuci tangan melebihi kemampuan tenaga keperawatan.
dengan benar rata-rata dalam kategori sangat Hasil penelitian tingkat kemampuan
baik atau selalu dalam komponen melakukan responden dalam pelaksanaan mencegah
cuci tangan sesuai SPO. Kategori baik atau penularan melalui percikan ludah dengan
sering pada komponen mencuci tangan menggunakan masker baik pada komponen
setiap merawat pasien sebelum dan sesudah menggunakan masker ketika melakukan
melakukan asuhan. Sebaliknya kategori perawatan luka dan menggunakan masker
cukup pada komponen mencuci tangan dengan benar. Menurut Nursalam (2011)
setiap merawat pasien sebelum dan sesudah penggunaan masker dapat menurunkan 90
melakukan asuhan. Trasmisi penyakit dapat % penularan melalu udara, debu yang
diminimalisasi dengan menjaga kebersihan mengandung kuman. Penggunaan masker
tangan, tetapi kenyataannya, hal ini sulit yang baik pada waktu merawat luka dapat
dilakukan karena banyak alasan seperti mencegah penularan kuman melalui udara.
peralatan kurang, alergi produk pencuci Percikan ludah dapat menyebakan penularan
tangan, kurangnya pengetahuan mengenai infeksi pneumonia terutama pada pasien-
pentingnya hal ini, waktu mencuci tangan yang pasien yang menggunakan ventilator, tindakan
lama, kurang kesadaran dan budaya menjaga tracheostomy, intubasi, pemasangan NGT,
kebersihan. Selain itu penggunaan sarung terapi inhalasi. Kuman penyebab infeksi ini
tangan sangat dianjurkan bila akan melakukan paling sering berasal dari gram negative seperti
tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan klebsiella dan pseudomonas. Organisme ini
penyakit infeksi. Menurut Nursalam (2011), sering berada di mulut, hidung, kerongkongan
hal yang perlu diingat adalah memakai sarung dan perut. Keberadaan organisme ini dapat
tangan ketika akan mengambil atau menyentuh menyebabkan infeksi karena adanya aspirasi
darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja urine, oleh organisme ke tractus respiratorius
membran mukosa dan bahan yang kita anggap bagian bawah. Sedangkan dari klompok virus
telah terkontaminasi, segera mencuci tangan penyebab pneumonia adalah cytomegalovirus,
setelah melepas sarung tangan. influenzavirus, adenovirus, parainflunza virus,
Hasil penelitian tingkat kemampuan
enterovirus, dan coronavirus.
responden dalam pelaksanaan mencegah Hasil penelitian tingkat kemampuan
penularan dengan menyiapkan alat perawatan responden dalam pelaksanaan mencegah
secara steril rata-rata dalam kategori sering penularan dengan melakukan perawatan luka
atau baik pada komponen satu set alat steril secara steril rata-rata dalam kategori baik atau
dalam perawatan luka dan menggunakan sering pada komponen tindakan aseptic dan
alat sesuai standar atau satu pasie satu alat anti septic, perawatan luka sesuai SPO yang
disposible. Menurut Simonsen (1999) benar. Sebaliknya sebagian dalam kategori
menyimpulkan lebih dari 50% suntikan yang sangat baik atau sering pada komponen
dilakukan di negara berkembang tidak aman yang sama. Sebaliknya sebagian kecil dalam
(contonya jarum, tabung dan keduanya yang kategori cukup atau kadang pada komponen
dipakai berulang-ulang) dan banyak suntikan yang sama. Menurut ACHPR, (1994) teknik
tidak penting (misal penyuntikan antibiotika). aseptic dan anti septic harus diterapkan tenaga
Pengamatan di lapangan infeksi nosokomial perawatan pada saat merawat luka dengan
pada luka operasi disebabkan penggunaan menjaga sterilitas alat, tangan perawat, luka
alat perawatan luka yang tidak steril terutama serta setiap benda yang bersentuhan dengan
satu alat untuk beberapa pasien. Hal ini akan luka operasi. Perawatan luka secara steril dapat
menyebabkan penularan pada satu pasien ke menurunkan kejadian infeksi nosokomial.
pasien yang lain, keterbatasan alat dan jumlah Pembersihan luka dapat digunakan cairan
tenaga, jumlah tenaga yang tidak sebanding fisiologis (norma salin 0,9%) dengan teknik
dengan jumlah pasien yang dirawat, cara kerja mekanik yang tidak menimbulkan cedera,
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210
dengan cara yang lembut sehingga tidak protap perawatan luka dengan kejadian infeksi
menimbulkan perlukaan atau cedera yang luka pasca sectio caesaria.
dapat menjadi pintu masuk kuman. Menurut Nursalam (2011), indikator
Hasil penelitian tingkat kemampuan keselamatan pasien (patient safety) yang
responden dalam pelaksanaan mencegah tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat,
penularan melalui teknik pembalutan penggunaan sarana kurang tepat dan lain
luka dengan benar rata-rata dalam sebagainya. Indikator keselamatan pasien
kategori baik atau sering pada komponen meliputi adanya mutu pelayanan meliputi
melakukan teknik pembebatan sesuai usaha menurunkan angka Kejadian Tidak
indikasi, melakukan pembebatan dengan Diharapkan (KTD), yang sering terjadi selama
menyerap drainase, menjaga kebersihan. perawatan di rumah sakit disebabkan faktor
Pembalutan yang tepat dapat mempercepat beban kerja dari waktu ke waktu, area standar
penyembuhan luka, pemberian balutan pelayanan klinik tidak memenuhi standar yang
yang tidak sesuai karakteristik luka dapat diharapkan, tingginya variasi antar rumah
mengganggu penyembuhan luka Balutan sakit dan antar pemberi pelayanan, ketidak
juga harus dapat menyerap drainase untuk sepadanan antar unit pelayanan kesehatan.
mencegah terkumpulnya eksudat yang dapat Indikator keselamatan pasien menurut Joint
memungkinkan pertumbuhan bakteri dan Comition International (JCI), (2012), meliputi
maserasi di sekeliling luka akibat eksudat angka kejadian dekubitus, kesalahan
luka (Potter & Perry, 2005). pemberian obat oleh perawat, pasien jatuh
Hasil analisis jalur terbukti ada (patient fall), cedera akibat restraint, infeksi
hubungan pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial, phlebitis yang akan
nosokomial dengan kinerja perawat dalam mengakibatkan mutu pelayanan asuhan, lama
pencegahan infeksi meliputi subvariabel perawatan, biaya yang bertambah serta
(melakukan cuci tangan, upaya desinfeksi kepuasan pasien menurun (Nursalam, 2011).
dan sterilisasi, upaya tindakan isolasi dan Menurut Alvarado (2000), berbagai upaya
pencegahan transmisi melalui penggunaan yang dilakukan tenaga kesehatan untuk
masker, melakukan perawatan luka secara mencegah terjadinya infeksi nosokomial salah
steril, melakukan teknik pembalutan) terhadap satunya universal precaution (perlindungan
kejadian infeksi nosokomial yakni: Keadan diri). Angka kejadian infeksi nosokomial di
luka bersih, keluhan nyeri dan panas, keadaan seluruh dunia di ruang rawat inap (10%) dari
luka bengkak, keadaan luka kemerahan, total pasien yang dirawat di rumah sakit, di
keadaan luka bernanah, dinyatakan infeksi DKI Jakarta (2004) sebanyak (9,8%), di RS
oleh dokter yang merawat, hasil pemeriksaan Yogjakarta, 1999 (12,6%). Berdasarkan
laboratorium, hasil kultur luka (gram positif penelitian yang telah dilaksanakan
dan gram negatif). penggunaan antibiotika, penyakit penyerta,
Hasil penelitian Hamatussujana et al (2010) tidak didapatkan data pada dokumen rekaman
menunjukkan 1) Tingkat kepatuhan medik, kebersihan ruangan, peralatan
pelaksanaan prosedur tetap baik, perawat perawatan, lama pasien dirawat, dan kepadatan
dan bidan yang memiliki tingkat kepatuhan pengunjung. Dari ketujuh variabel ini yang
pelaksanaan prosedur tetap kurang, 2) berpengaruh terjadinya infeksi nosokomial
Responden (pasien) pasca sectio caesaria, adalah lama perawatan dan perawatan luka
terdapat kejadian infeksi sebesar 3) Responden karena p < 0,05.
(pasien) paska sectio caesaria, sebagian besar Hubungan pelaksanaan pencegahan
mengalami infeksi pada hari ke–7 pasca sectio infeksi nosokomial dengan kinerja perawat
caesaria dan yang paling kecil responden dalam pencegahan infeksi nosokomial sangat
mengalami infeksi pada hari ke–3 pasca sectio signifikan karena perawat harus menjaga
caesaria. 4) Ada hubungan yang bermakna kebersihan, keseterilan alat yang digunakan
(signifikan) antara kepatuhan pelaksanaan dalam pemberian asuhan, serta menjaga jangan
Penurunan Insiden Infeksi Nosokomial Pasien Pasca Sectio Caesarea (Ahsan, dkk.)
sampai menimbulkan kecelakaan, cedera pada semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pasien serta melindungi pasien dari bahaya pelatrihan bahwa pada kelompok perlakuan
infeksi, penurunan daya tahan tubuh serta kejadian infeksi lebih kecil dari pada kelompok
komplikasi lain yang membahayakan kontrol.
kesehatan (Nursalam, 2011). Pelatihan dan observasi dilaksanakan selama
Mutu pelayanan keperawatan dapat 1 bulan dengan dimulai dari pelatihan dan
meningkatkan, mencegah penyebarluasan bimbingan pelaksanaan knowledge
infeksi nosokomial perlu diadakan pelatihan management dalam asuhan keperawatan
bagi tenaga kerja di lingkungan rumah sakit, pasien pasca sectio caesaria. Kegiatan ini
semua tenaga yang terlibat dalam pelayanan dilakukan selama 2 jam dengan metoda
dari cleaning service sampai orang-orang mempelajari modul, diskusi tanya jawab
yang terlibat dalam asuhan serta perbaikan dilanjutkan bimbingan asuhan pada pasien
pencegahan infeksi nosokomial, untuk peneliti kelolaan masing-masing selama 6 hari.
selanjutnya perlu parameter pemeriksaan Bimbingan dilakukan oleh peneliti dibantu
kultur pada beberapa aspek pada kasus infeksi kepala ruangan dan wakil kepala ruangan
nosokomial. Cempaka pada setiap siklus dinas. Untuk dinas
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil pagi dilakukan oleh peneliti dibantu kepala
test kultur luka pasca sectio caesaria ruangan dan wakil kepala ruangan dan untuk
sebagian besar hasil test dinyatakan positif dinas sore dibantu kepala jaga atau ketua tim,
baik dari kuman gram negatif maupun positif. pelatihan dan bimbingan berkaitan dengan
Hasil uji t test menunjukan terdapat hubungan proses pelaksanaan knowledge management
yang signifikan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian
pelaksanaan asuhan keperawatan berbasis pasien, diagnosa keperawatan, perencanaan
knowledge management terhadap kejadian asuhan kepe rawat an, implementasi
infeksi nosokomial dengan β = 1,274 dan p asuhan keperawatan, dan evaluasi asuhan
= 0,028. keperawatan.
Hasil analisis jalur menunjukkan ada
hubungan positif antara pelaksanaan
pengetahuan tentang asuhan keperawatan SIMPULAN DAN SARAN
infeksi nosokomial terhadap pelaksanaan Simpulan
pencegahan infeksi nosokomial. Jadi ada
pengaruh pelaksanaan knowledge management Ada perbedaan positif yang signifikan
terhadap kejadian infeksi nosokomial. kejadian infkesi nosokomial pada pasien pasca
Pengaruh pelaksanaan knowledge management sectio saesarea di rumah sakit sebelum dan
terhadap kejadian infeksi nosokomial sesudah pelatihan asuhan keperawatan
mempunyai nilai dengan tingkat signifikan. berbasis knowledge management.
Pelaksanaan knowledge management (X2)
Saran
mampu menjelaskan pelaksanaan knowledge
management sebesar 28%, sisanya ditentukan Model asuhan keperawatan berbasis
oleh faktor lain. knowledge management dapat dikembangkan
Hasil analisis dengan menggunakan uji t-test dan mempunyai kontribusi positif dalam
didapatkan nilai tvalue = 2,316 dan p = 0,028 < menurunkan kejadian infeksi nosokomial di
α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan rumah sakit pemerintah, 2) rumah sakit perlu
bahwa ada perbedaan bermakna kejadian melakukan pengembangan model asuhan
infeksi nokocomial pada pasien pasca section keperawatan berbasis knowledge management
sesarea di rumah sakit sebelum dan sesudah dan meningkatkan pengetahuan perawat
pemberian pelatihan asuhan keperawatan dan bidan dengan memberikan pelatihan
berbasis knowledge management. Nilai t dan bimbingan serta pendidikan tentang
value didapatkan nilai posutit yang berarti pentingnya menjaga sterilitas dan pencegahan
dengan pemberian pelatihan kejadian infeksi infeksi nosokomial.
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 202–210
KEPUSTAKAAN
ACHPR.1994. African Commition of Human Right Relation, Standar Praktik Luka Operasi, Infeksi
Nosokomial.
Alvarado, L. 2000. Tahap-Tahap dalam Evaluasi.Terjemahan Edisi ke-2, Jakarta.
Graham. 2003. Specifiying a Knowledge Management System, Journal.
Hammatussujana, et al. 2010. Hubungan Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan
Protap oleh Prawat, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilson. 2004. Local Government in the United Kingdom, London: Macmillan.
FORM ANALISIS JURNAL KUASI EKSPERIMEN PENURUNAN INSIDEN
INFEKSI NOSOKOMIAL PASIEN PASCA SECTIO CAESAREA DI RUMAH
SAKIT MELALUI PELATIHAN ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS
KNOWLEDGE MANAGEMENT