Terdapat dua tipe interaksi alkohol dan obat lain, yaitu interaksi farmakokinetik
dimana alkohol mempengaruhi efek obat, dan interaksi farmakodinamik dimana alkohol
mengubah efek obat, umumnya di sistem saraf pusat (contoh: sedasi). Interaksi
farmakokinetik umumnya terjadi di hati, dimana alkohol dan banyak obat-obatan di
metabolisme, kebanyakan oleh enzim yang sama (Wayan, 2008).
Interaksi alkohol dan obat juga dapat terjadi secara farmakodinamik, yaitu alkohol
mempengaruhi efek obat tanpa mempengaruhi konsentrasi obat dalam darah, tidak
melibatkan enzim penghambatan atau aktivasi, melainkan meruju editif dari alkohol dan
obat-obatan tertentu. Sering terjadi paling umum.
Peminum alkohol kronis (dalam jangka waktu lama), alkohol akan mengaktifkan
enzim metabolisme. Ini akan menurunkan dan mengurangi efek kerja obat.
Setelah enzim diaktifkan, mereka akan selalu ada meskipun tanpa adanya
peminum alkohol, hanya peminum ringan hingga peminum berat yang mabuk
1) Tidak adanya alkohol dalam tubuh, aktivitas CYP (cytochrome) relatif rendah.
dikeluarkan.
samping pengobatan tersebut. Sebagai hasil dari kompetisi untuk CYP antara
dalam tubuh. Selain itu, interaksi antara alkohol dan obat dapat terjadi pada
menurun.
a. Farmakokinetik Alkohol
1) Absorbsi
Setelah diminum, alkohol kebanyakan diabsorpsi di duodenum melalui
(Wayan, 2008):
lambung.
sirkulasi.
2) Distribusi
komposisi tubuh antara pria dan wanita, dimana wanita memiliki proporsi
cairan tubuh yang lebih rendah dibandingkan pria, meskipun mereka memiliki
berat badan yang sama. Karena itu, meskipun seorang wanita dengan berat
badan yang sama, mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang sama dengan
pria, wanita tersebut akan memiliki kadar alkohol darah yang lebih tinggi
(Angriani, 2013).
Pada tahap awal, alkohol dioksidasi menjadi acetaldehyde oleh enzim alkohol
dehydrogenase (ADH). Enzim ini terdapat sedikit pada konsentrasi alkohol
yang rendah dalam darah. Kemudian saat kadar alkohol dalam darah
bahkan berbeda pula pada orang yang sama dari hari ke hari.
akan menimbulkan gejala seperti sakit kepala, gastritis, mual, pusing, hingga
dari koenzim A menjadi lemak, atau karbondioksida dan air. Tahap ini juga
dapat terjadi pada semua jaringan dan biasanya merupakan bagian dari
Fatty acid akan membentuk plug pada pembuluh darah kapiler yang
mengelilingi sel hati dan akhirnya sel hati mati yang akan berakhir dengan
cirrosis hepatis.
berbeda pada setiap orang. Selain itu, menurut Weathermon jika sejumlah
alkohol di konsumsi dalam jangka waktu yang lama maka BAC menjadi lebih
kendaraan.
b. Farmakodinamik Alkohol
Alkohol lebih banyak bekerja pada sistem saraf, terutama otak. Pada otak,
akan mengalami inhibisi. Terjadi pembebasan pusat otak yang lebih rendah dari
kontrol pusat yang lebih tinggi dan inhibisi. Sedangkan pada kulit alkohol
dengan GABA-A reseptor, namun melalui tempat yang berbeda dari tempat
dan hyperexcitability.
Alkohol tidak bekerja secara langsung pada reseptor DA, namun secara
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa
khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Tanin merupakan
komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar
dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa
dengan protein tersebut (Desmiaty et al., 2008). Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu
tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks
mulai dari pengendap protein hingga Interaksi antara obat dengan minuman
• Teh mengandung senyawa tanin yang dapat mengikat berbagai senyawa aktif obat
sehingga sukar diabsorbsi atau diserap dari saluran pencernaan. Contohnya antihistamin,
obat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi seperti alergi hidung (rhinitis), gatal-
gatal pada kulit, galidata (urtikaria).
Obat yang memberi efek samping sedasi (rasa kantuk) ini tidak boleh bersamaan dengan
makanan atau minuman yang mengandung tanin. Misalnya, teh pekat.
• Tanin akan mengendap pada saluran pencernaan, sehingga obat akan sulit
diabsrobsi. Namun teh encer tidak menjadi masalah bagi orang yang mengkonsumsi
anthihistamin karena kadar taninya tidak begitu tinggi.
Kopi,mengandung kafein. Kafein bekerja merangsang susunan syaraf pusat. Jadi agar efek
stimulan terhadap susunan syaraf pusat tidak berlebihan, hindari mengkonsumsi bahan-
bahan yang mengandung kafein seperti kopi, teh, coklat, minuman kola dan beberapa
merek minuman berenergi (energy drink) ketika sedang dalam pengobatan menggunakan
obat-obat yang juga dapat merangsang susunan syaraf pusat seperti obat-obat asma yang
mengandung teofilin atau epinefrin
Kandungan kafein yang tinggi pada daun teh kurang diinginkan karena sifat farmakologinya
dapat merangsang sistem syaraf sentral (Takeda, 1994 cited in Mitrowihardjo, 2012).
Meskipun kafein aman dikonsumsi, tetapi zat tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak
dikehendaki jika dikonsumsi secara berlebihan seperti tidak dapat tidur (insomnia), rasa
gelisah (neurosis), mengigau (delirium), denyut jantung tak beraturan (takikardia), denyut
jantung prematur sebelum denyut jantung kembali normal (ekstrasistole), pernapasan
meningkat, tremor otot, dan peningkatan produksi urin oleh ginjal (diuresis) (Misra, Mehta,
Mehta, Soni, & Jain, 2009). Efek farmakologi dan efek samping kafein pada setiap orang
berbeda tergantung pada tingkat kepekaannya.
Tanin adalah kelompok senyawa dalam makanan yang masuk dalam golongan besar
senyawa polifenol. Senyawa ini secara alami terkandung dalam berbagai bagian tumbuhan,
seperti daun, kacang, biji, buah, dan kulit batang. Tanin diproduksi oleh tumbuhan untuk
melindungi diri dari hama.