Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

(SISTEM MUSKULOSKELETAL)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III

DOSEN PENGAMPU
Ns. Amzal Mortin Andas, M. Kep

DISUSUN OLEH
1. Algi Fahri (0432950319020)
2. Deni Krisna Wijaya (0432950319014)
3. Fadiyah Aryani (0432950319041)
4. Ilmi Firdaus Aliyah (0432950319025)
5. Inkka Okvyanda (0432950319046)
6. Lala Tiara (0432950319024)
7. Muhamad Rizky Pratama (0432950319028)
8. Muslima (0432950319033)
9. Nabila Putri Septiani (0432950319037)
10. Nurlaila (0432950319016)
11. Salsabila Anggraeni Zahra (0432950319009)
12. Siti Nurandini Aulia (0432950319007)

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S-1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah – Nya kepada para pembaca semua yang berupa ilmu,
amal, berkat Rahmat dan Hidayah – Nya pula penyusun dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medikal Bedah III yang insyaallah tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa
adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya, khususnya kepada :

1. Bapak Ns. Achmad Fauji, M. Kep., Sp. KMB selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III (KMB1)
2. Ns. Amzal Mortin Andas, M. Kep
3. Teman – teman kelompok 6 selaku penyusun makalah ini

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak banyak kekurangan.
Akhirnya kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penyusun butuhkan untuk
dijadikan pedoman dalam penyusunan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bekasi, 13 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................................1


B. Tujuan Penulisan ..............................................................................................................1
C. Manfaat Penulisan ............................................................................................................2

BAB II ISI ...................................................................................................................................3

A. Konsep Penyakit ..............................................................................................................3


B. Pengertian .........................................................................................................................3
C. Etiologi .............................................................................................................................3
D. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Masa Tulang Pada Usia Lanjut Menurut
(Asikin;dkk, 2012 : 103) ..................................................................................................4
E. Patofisiologi .....................................................................................................................4
F. Gejala Osteoporosis Menurut (Umi, 2017 : 120) .............................................................5
G. Manifestasi Klinis ............................................................................................................5
H. Diagnosis ..........................................................................................................................6
I. Penatalaksanaan dan Pencegahan ....................................................................................6
J. Pemeriksaan Fisik Osteoporosis ......................................................................................7
K. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................................9
L. Dampak Psikologis ..........................................................................................................9
M. Konsep Dasar kebutuhan Manusia ...................................................................................10
N. Pengertian Nyeri ..............................................................................................................10
O. Penyebeb Nyeri ................................................................................................................10

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................11

A. Pengkajian ........................................................................................................................11
B. Analisa Data .....................................................................................................................13
C. Diagnosa Keperawatan .....................................................................................................13
D. Intervensi Keperawatan ....................................................................................................13

i
E. Implementasi Keperawatan ..............................................................................................19
F. Evaluasi ............................................................................................................................20

BAB V PENUTUP ......................................................................................................................22

A. Kesimpulan ......................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. iv

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Osteoporis didefinisikan sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang, sehingga
tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Osteopororosis adalah peyakit yang harus diwaspadai karena dapat menyerang
semua orang, terutama pada wanita, dimana 1 diantara 3 perempuan diatas usia 50
tahun dan 1 diantara 5 pria menderita osteoporosis. Osteopororsis telah menyebabkan
1,5 miliar fraktur setiap tahun, dimana 700.000 terjadi pada tulang punggung, dan
lebih dari 50% adalah perempuan.
Penyakit osteoporosis atau tulang keropos merupakan salah satu penyakit yang
frekuensi kejadian tinggi di Indonesia. Terbatasnya jumlah pakar penyakit tulang serta
minimny pengetahuan masyarakat tentang penyakit tulang menjadi kendala mengapa
penyakit ini tidak mudah diatasi.
Osteoporosis adalah masalah tulang keropos benyaknya gejala yang mirip untuk
menentukan suatu penyakit tulang, menyebabkan paramedis harus berhati-hati
dalammendiagnosa, agar tidak menjadi kesalahan dalam penanganan penykit tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka rumusan masalah dalam tugas ini adalah
"apa itu osteoporosis, gejala, pemeriksaan, hingga asuhan keperawatan nya"

C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan, informasi dan pemahaman mengenai Osteoporosis
b. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian osteoporosis
b) Mengetahui etiologi osteoporosis
c) Mengetahui manifestasi klinis osteoporosis
d) Mengetahui patofisiologi osteoporosis
e) Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan osteoporosis

i
f) Mengetahui gejala osteoporosis
g) Mengetahui pemeriksaan fisik osteoporosis
h) Mengetahui asuhan keperawatan osteoporosis

D. MANFAAT PENULISAN
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan juga pembaca dalam hal
mempelajari tentang apa yang dimaksud dengan osteoporosis

i
BAB II

ISI

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan ketidakseimbangan
resorpsi tulang dan pembentukkan tulang . Pada osteoporosis terjadi peningkatan resorpsi
tulang dan penurunan pembentukan tulang (Asikin;dkk 2012: 101).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah
penyakit sekeletal sistemik dengan karakteristik masa masa tulang yang rendah dan
perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas
tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang (Lukman,ningsih 2013 : 141).

2. Etiologi
Osteoporosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor menurut (Asikin ;dkk 2012 :
101). Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis yaitu :
a. Defesiensi kalsium yaitu dapat disebabkan oleh :
1) Asupan kalsium dalam makanan yang tidak adekuat sehingga mudah
mempercepat penurunan masa tulang.
2) Tidak adekuatnya asupan vitamin D.
3) Penggunaan otot tertentu,misalnya penggunaan kortikoteroid dalam jangka
panjang.
b. Kurangya latihan teratur yaitu mobilitas dapat menyebabkan proses
penurunannya masa tulang . Sedangkan olahraga yang teratur dapat mencegah
penurunan masa tulang. Tekanan mekanisme pada latihan akan membuat otot
berkontraksi yang dapat merangsang formasi tulang.
c. Perbedaan jenis kelamin yaitu kekuatan tulang dipengaruhi oleh horman
reproduksi. Pada perempuan postmenopause, hormon reproduksi dan timbunan
kalsium tulang menurun. Hormon reproduksi yang dimaksud yaitu estrogen. Hal
ini menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan tanpa disertai pembentukan
tulang yang cukup. Oleh karena itu, perempuan lebih cepat mengalami
osteoporosis dibandingkan dengan laki-laki.

i
Selain tiga hal tersebut, gangguan pada kelenjar endokrin; kurangya terkena sinar
matahari : banyak mengonsumsi alkohol, nikotin atau kafein .
3. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Masa Tulang Pada Usia Lanjut Menurut
(Asikin;dkk 2012 : 103).
1) Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Pada
umunya mempunyai struktur tulang lebih kuat dibandingkan dengan bangsa
kaukasia.
2) Faktor mekanis
Selain faktor genetik, beban mekanisme juga berpengaruh terhadap massa tulang.
Penambahan akan mengakibatkan bertambahnya massa tulang, sedangkan
pengurangan beban akan mengakibatkan berkurangnya masa tulang.
3) Faktor makanan dan hormone :
a. Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tulang. Perempuan pada
masa perimenopasue dengan asupan kalsium yang renda dan absorpsinya tidak
baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsium menjadi negatif, sedangkan
bagi mereka yang asupan kalsiumnya baik dan asbsorpsinya juga baik akan
menunjukkan keseimbangan kalsium positif.
b. Estrogen
Berkurangya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium.
c. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi jumlah banyak cenderung akan mengakbatkan
penurunan masa tulang , terlebih jika disertai asupan kalsium yang rendah.
d. Alkohol
Alkoholisme merupakan masalah yang sering kali ditemukan pada saat ini.

4. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukkan tulang(remodeling)


terjadi secara terus-menerus dan seimbang. Jika terdapat perubahan dan keseimbanga ini,
misalnya proses resorpsi lebih besar dibandingkan dengan proses pembentukan , maka akan

i
terjadi penurunan massa tulang. Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan
meningkatkan masa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Sementara itu, prosess pembentukan
secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih
dini pada bagian trabekula. Setelah itu, secara berlahan resorpsi tulang akan lebih cepat
dibandingkan dengan pembentukan tulang. Pucak masa tulang akan dipengaruhi oleh faktor
genetik,nutrisi, pilihan gaya hidup, serta aktivitas fisik (Asikin;dkk 2012: 106).

5. Gejala-gejala osteoprosis menurut (umi 2017 : 120) ;


a. Kekuatan otot melemah. Klien merasa kekuatan melemah sehingga tak mampu
mengangkat beban atau naik tangga.
b. Penurunan tinggi badan. Pengukuran tinggi badan menunjukkan penurunan
dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, misalnya tubuh memendek 3cm selama
tiga tahun. Ha ini mungkin disebabkan adanya fraktur pada vertebra.
c. Bungkuk. Osteoporosis menimbulkan fraktur kompresi atau terjadinya kolaps.
Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi bungkuk.
d. Tulang rapuh. Kondisi tulang yang semakin rapuh walaupun belum pernah
mengalami post traumatic (patah atau retak.)
e. Patah tulang. Kasus umum penyebab osteoporosis yang sering kali tidak menyadari
adalah ketika pasien pernah mengalami patah tulang.
f. Dowager’ hump . Kondisi ketika tulang belakang menjadi condong ke arah depan
dan memunculkan punuk di atas punggung.
g. Stress fratures. Kondisi tress fratures umumnya jarang disadari penderita.
h. Nyeri punggung. Rasa nyeri pada bagian punggung juga mungkin menjadi gejala
osteoporosis, terutama jika nyeri muncul akibat fraktur vertebra.

6. Manifestasi Klinis
Kepadatan tulang berkurang secara berlahan (terutama pada penderita osteoporosis
senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa
penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi
kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk (Lukman, ningsih
2013 : 144).

i
7. Diagnosis
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan
berdasarkan gejala , pemeriksaan fisik, dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut
mungkin diperlukan untuk menyingkirnya keadaan lainnya yang menyebabkan
osteoporosis.
Untuk mendiagnosa osteoporosis pada pasien diperlukan:
1. Riwayat penyakit dan pengobatan pasien
2. Identifikasi faktor risiko
3. Pemeriksaan fisik lengkap
4. Tes laboratorium untuk mengidentifikasi kemungkinan osteoporosis
sekunder,Parameter laboratorium yang umum digunakan adalah kadar 25 (OH)
vitamin Dserum, sebagai indikator status vitamin D total tubuh. Kadar 25 (OH)
vitamin Dserum dalam berbagai kondisi :
Normal :230 ng/ml.
Insufisiensi : 11-29 ng/ml
Defisiensi vit D: <atau sama dengan 10 ng/mL.
5. Pengukuran massa tulang
Terdapat berbagai metode pengukuran massa tulang, namun yang menjadi standar
diagnosis osteoporosis saat ini adalah pengukuran densitas mineral tulang sentral
(tulang punggung dan panggul) dengan Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA).
Tulang punggung dan pinggul dikelilingi berbagai jaringan halus, termasuk lemak,
otot, pembuluh darah, dan organ-organ perut. DXA memungkinkan untuk melakukan
pengukuran massa tulang di permukaan maupun bagian yang lebih dalam.
Densitas mineral tulang dari pengukuran tersebut dapat dinyatakan dengan Tscore.
Nilai T-score dalam berbagai kondisi :
Tulang normal : ≥ -1 (10% di bawah SD rata-rata atau lebih tinggi)
Osteopenia :-1 sampai -2,5 (10-25% di bawah SD rata-rata )
Osteoporosis : < atau samadengan-2,5 (25% di bawah SD rata-rata)

8. Penatalaksanaan dan Pencegahan


Menurut (Asikin;dkk 2012 :2019) :
a. Penatalaksaan farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu :

i
1) Meningkatkan pembentukkan tulang. Obat-obatan yang dapat meningkatkan
pembentukan tulang, misalnya steroid anabolik.
2) Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat resorpsi
tulang yaitu estrogen,kalsitonim,difosfat, dan modulator reseptor selektif.
Seluruh pengobatan ini harus ditambah dengan konsumsi kalsium dan vitamin D
yang cukup.
b. Pencegahan. Terapi pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin yaitu
sejakmasa kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis pada usia muda mempunyai
tujuan mencapai masa tulang dewasa (proses konsolidasi) yang optimal. Sejumlah
pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya :
1) Mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup
2) Latihan/olahraga secara teratur setiap hari
3) Mengonsumsi protein hewani
4) Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoprosis misalnya
merokok,alkohol, dan kafein.

9. Pemeriksan Fisik Osteoporosis


Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan osteoporosis antara lain meliputi
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, uji laboratorium, dan studi imaging . Informasi yang
diperoleh pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut ditujukan agar klinisi dapat mencegah
komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada seorang yang
diduga menderita asteoporosis antara lain:
1. Pengukuran tinggi badan dengan sebuah stadiometer. Penurunan tinggi badan sekitar
2 cm atau lebih dibandingkan dengan tinggi sebelumnya menandakan adanya traktur
pada tulang vertebrae.
2. Pemeriksaan berat badan. Seseorang dengan osteoporosis biasanya memiliki berat
badan yang rendah (BMI<19 kg/m2) atau mengalami penurunan berat badan 5% atau
lebih.
3. Pemeriksaan kurvatura, perhatikan ada atau tidaknya skoliosis atau lordosis.
4. Pemeriksaan range of motion secara aktif dan pasif. Pemeriksaan ini bermanfaat
untuk mengetahui apakah terdapat keadaan patologis pada oseos atau tidak.
5. Pemeriksaan neurologis untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada spinal cord
atau sistem saraf perifer.

i
6. Tes Timed Up and Go.
a) Equipment : arm chair, tape measure, tape, stop wacth.
b) Begin the test with the subject sitting correctly in a chair with arms, the
subject’s back should resting on the back of the chair. The chair should be
stableand positioned such that it will not move when the subject moves
fro sitting to standing.
c) Place a piece of tape or other marker on the floor 3 meters away form the chair
so that is easily deen by the subject.
d) Instructuions : “On the word Go you will stand up, walk to the line on the
floor, turn arounf and walk back to the chair and sit down. Walk at your
regular pace.
e) Start timing on the word “Go” and stop timing when the subject is seated
again correctly in the chair with their back resting on the back of the chair.
f) The subject wears their regular footwear, may use any gait aid that they
mormaly use during ambulation, but may not be assisted by another person.
There is no time limit. The may stop and rest (but bot sit down) if they need
to.
g) Normal healthy elderly usually complete the task in ten seconds or less. Very
frail or weak erdely with poor mobility may take 2 minutes or more.
h) The subject should be give a practice trial that is not timed before testing.
i) Results correlate with gait speed, balance, functional level, the ability to got
out, and can follow change over time.
j) Interpretation < 10 seconds = normal
< 20 seconds = good mobility, can go out alone, mobile without a gait aid.
< 30 seconds = problems, cannot go outside alone, requires a gait aid.
A score of more than or equal to fourteen seconds has been shown to indicate
high risk of falls.
Penelitian menyatakan bahwa risiko fraktur nonvertebrae dan fraktur pada
pinggul lebih besar secara signifikan pada orang yang melakukan TUG test
dengan lambat. Hasil ini menunjukkan bahwa TUG tes merupakan faktor
risiko indenden pada kejadian fraktur nonvertebrae. Tes ini disenangi kareana
selain tidak mahal ,hasilnya dapat digunakan sebagai skirining awal pasien
dengan risiko fraktur.

i
7. Pemeriksaan fraktur
Seseorang dengan fraktur kompresi tulang vertebrae akan mengalami thoracic
kyphosis dengan cervical lordosis yang berlebihan (dowager hump). Hal ini diikuti
dengan hilangnya lumbar lordosis. Setelah kejadian fraktur kompresi dan kifosis yang
progresif, pasien tersebut biasanya akan mengalami penurunan tinggi badan sekitar 2-
3 cm.
Bila dilakukan perkusi di sekitar tulang vertebrae yang patah, punggung pasien
akan terasa lebih empuk. Pasien dengan traktur pada pubis dan sakrum ditandai
dengan adanya nyeri yang hebat saat menggerakkan sendi sakroiliakanya. Fraktur
pada bagian tubuh yang lain termasuk distal radius dan humerus biasa ditandai dengan
rasa nyeri dan mengakibatkan pembatasan ROM pada sendi yang bersangkutan.
8. Pemeriksaan defek kolagen
Seseorang dengan osteoporosis akan mengalami defek kolagen yang ditanda dengan
pemendekan jari-jari, penurunan fungsi pendengaran, hyperlaxity, dan sebagainya.
9. Kesulitan menahan keseimbangan & abnormalitas pada siklus Gait dan postur tubuh
Seseorang dengan asteoporosis juga biasanya mengalami kesulitan dalam berdiri pada
satu kaki dikarenakan perubahan pusat gravitasi tubuh akibat adanya fraktur
kompresi.

10. Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Asikin;dkk 2012: 107) yaitu , sejumlah pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada osteoporosis yaitu pemeriksaan sinar X, CT scan densitas tulang, rontgen,
pemeriksaan labolatorium , dan penilaian masa tulang.

11. Dampak psikologis


Dampak psikologis osteoporosis pada wanita , merupakan bahasan yang banyak
disampaikan dan akan diuraikan secara singkat pada buku ini. Menurut Dharmono S
(2008), fraktur osteoporosis menimbulkan banyak kesulitan bagi penderitanya. Perubahan
bentuk tubuh ( deformitas, kifosis), kehilangan kemampuan aktivitas mandiri, gangguan
nyeri kronis, dan keterbatasan aktivitas. Depresi, ansietas, gangguan tidur, dan ketakutan
akan jatuh (Lukman, ningsih 2013 : 147).

i
B. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia
Menurut (Kasiati, Wayan 2016 : 176) kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan
telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman(suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari) dan transenden(keadaan tentang suatu yang
melebihi masalah atau nyeri). Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri merupakan kondisi
yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman yang ditunjukkan dengan timbulnya tanda dan
gejala.
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya.

2. Penyebab Nyeri
Menurut (Potter. Perry 2010 : 221) mengidentifikasi penyebab nyeri merupakan
langkah pertama untuk mencapai keberhasilan dalam pengobatan nyeri.
a. Nyeri nosiseptif : proses normal dari stimulus yang merusak jaringan-jaringan normal
atau memiliki potensial untuk merusak apabila diperpanjang.
b. Nyeri somatik : berasal dari tulang,sendi,otot,kulit, atau jaringan penghubung.
c. Nyeri visceral : timbul dari organ-organ dalam
d. Nyeri neuropatik : proses abnormal dari input sensorik oleh system saraf pusat atau
perifer ; pengobatan biasanya mencakup beberapa tambahan analgesic.

i
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dalam
bentuk pelayanan yang komprehensif secara bio – psiko – social – spiritual, ditujukan
pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang
sakit dan mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemajuan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari – hari secara mandiri, (Nurilawati,
2016).

Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau


langkah – langkah proses keperawatan yaitu :

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien (Istianah,
2017).

Pengumpulan data

1) Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
2) Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman, antara lain nyeri, kekakuan pada tangan atau kaki
dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan sendi.
3) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan,
pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).

i
 Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi.
Catat jika terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadinyeri saat
sendi digerakkan.
 Ukur kekuatan otot

 Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.


4) Riwayat psikososial
Penderita mungkin merasa khawatir mengalami deformitas pada sendi- sendinya. Ia
juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada
kegiatan sehari-hari.
5) Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat, dan
pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
6) Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
7) Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,keputusasaan
dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan
8) Makanan / cairan
Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat. Dan
menganjurkan makanan yang mengandung vit K,E dan C.
9) Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri.
Ketergantungan pada orang lain.
10) Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan,
pembengkakan sendi simetris.
11) Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak 24 pada
sendi. Rasa nyeri akut dan kekakuan pada pagi hari.
12) Keamanan

i
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga,kekeringan pada mata dan membran mukosa.
13) Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.

2. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dari data subjektif dan data objektif kemudian dianalisa
untuk menentukan masalah klien. Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi
kegiatan menyeleksi data, mengklarifikasi, mengelompokkan data, mengaitkan dan
menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan standar,
menginterprestasikan serta akhirnya membuat diagnosa keperawatan( Herdman dan
Kamitsuru, 2015).

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Osteoporosis
adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisiologi
2) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
3) Risiko jatuh b.d kekuatan otot menurun
4) Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal

4. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

i
1. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
agen Pencedera (I.08238)
fisiologi (D.0077) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam Observasi :
diharapkan nyeri menurun  Identifikasi lokasi,
dengan karakteristik,
kriteria hasil : durasi, frekuensi,
 frekuensi nadi kualitas , insentitas
membaik nyeri
 pola nafas membaik  Identifikasi skala
 keluhan nyeri nyeri
menurun  Identifikasi respon
 gelisah menurun nyeri non verbal
 kesulitan tidur  Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
dan memperingan
hyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri

Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitrasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan

i
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
merekana nyeri

Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik Observasi :
b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan  Indentifikasi
muskuloskeletal keperawatan 3x24 jam adanya nyeri atau
(D.0054) diharapkan mobilitas fisik keluhan fisik
meningkat lainnya
kriteria hasil :  Indetifikasi
 Pergerakan toleransi fisik
ekstremitas meningkat melakukan
 Kekuatan otot pergerakan
meningkat  Monitor frekuensi
 Nyeri menurun jantung dan
 Kaku sendi menurun tekanan darah
sebelum memulai
i
 Gerakan terbatas mobilisasi
menurun  Monitor kondisi
 Kaku fisik menurun umum selama
melakukan
mobilisasi

Terapeutik :
 Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
 Fasilitasi
melakukan
pergerakan, jika
perlu
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
yang harus
dilakukan
(misalnya duduk di
tempat tidur)

i
3. Risiko jatuh b.d Termoregulasi Pencehagan cidera
kekuatan otot Observasi :
menurun Setelah dilakukan Tindakan  Indentifikasi obat
(D.0143) keperawatan 3x8 jam, yang berpotensi
keparahan dan cidera yang di menyebabkan
amati atau dilaporkan cidera
menurun  Indentifikasi
Kriteria hasil : kesesuaian alas
 Kejadia cidera kaki atau stoking
menurun elastis pada
 Luka atau lecet ekstremitas bawah
menurun
 Pendarahan menurun Teraupetik :
 Fraktur menurun  Sediakan
pencahayaan yang
memadai
 Sosialisasikan
pasien dan
keluarga dengan
lingkungan rawat
inap
 Sediakan alas kaki
antislip
 Sediakan urinal
atau urinal untuk
eliminasi di dekat
tempat tidur, jika
perlu
 Pastikan barang-
barang pribadi
mudah dijangkau
 Tingkatkan
frekuensi observasi

i
dan pengawasan
pasien, sesuai
kebutuhan

Edukasi :
 Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan jatuh
ke pasien dan
keluarga
 Anjurkan berganti
posisi secara
perlahan dan
duduk beberapa
menit sebelum
berdiri

i
4. Defisit Perawatan diri Dukungan perawatan
perawatan diri diri
b.d gangguan Setelah dilakukan Tindakan
muskuloskeletal keperawatan 3x24 jam Observasi :
(D.0109) diharapkan perawatan diri  Indentifikasi
meningkat kebiasaan aktivitas
Kriteria hasil : keperawatan diri
 Kemampuan mandi sesuai usia
meningkat  Monitor tingkat
 Kemampuan kemandirian
mengenakan pakaian  Indentifikasi
meningkat kebutuhan alat
 Kemampuan makan bantu kebersihan
meningkat diri,berpakaian,ber
 Kemampuan ke toilet hias dan makan
(BAK/BAB) Terapeutik :
meningkat  Sediakan
 Verbalisasi keinginan lingkungan yang
melakukan perawatan teraupetik
diri meningkat  Siapkan keperluan
 Mempertahankan pribadi
kebersihan mulut  Damping dalam
meningkat melakukan
perawatan diri
sampai mandiri
 Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
 Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi :
 Anjurkan

i
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemapuan

5. Implementasi
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
baik dengan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien, faktor – faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhankeperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan
komunikasi (Dinarti dan Mulyani, 2017).
Prinsip – prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah sebagai
berikut :

1. Berdasarkan respon pasien


2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan
profesional, hukum dan kode etik keperawatan
3. Berdasarkan sumber –sumber yang tersedia
4. Sesuai dengan tanggungjawab dan tanggung gugat profesi keperawatan
5. Mengerti dengan jelas pesanan – pesanan yang ada dalam intervensi keperawatan
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self care)
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan
8. Menjaga rasa aman, harga diri, dan melindungi pasien
9. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan
10. Bersifat holistik
11. Kerjasama dengan profesi lain
12. Melakukan dokumentasi

6. Evaluasi

i
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Wahyuni, 2016).
Teknik penulisan SOAP menurut (Zaidin Ali, 2009) adalah sebagai berikut :
 S (Subjective) : bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang didapatkan dari
klien setelah mendapatkan tindakan, seperti klien menguraikan gejala sakit atau
menyatakan keinginannya untuk mengetahui tentang pengobatan. Ada tidaknya data
subjektif dalam catatan perkembangan tergantung pada keakutan penyakit klien.
 (Objective) : Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan perawat setelah tindakan. Misalnya pemeriksaan fisik,
hasil laboratorium, observasi atau hasil radiologi.
 A (Assesment) : Membandingkan antara informasi subjektif & objektif dengan
tujuan&kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah
teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah tidak teratasi
 P (Planning) : Perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Rencana dapat meliputi instruksi untuk mengatasi masalah klien,
mengumpulkan data tambahan tentang masalah klien, pendidikan bagi individu atau
keluarga, dan tujuan asuhan. Rencana yang terdapat dalam evaluasi atau catatan
SOAP dibandingkan dengan rencana pada catatan terdahulu, kemudian dapat ditarik
keputusan untuk merevisi, memodifikasi, atau meneruskan tindakan yang lalu.

Rencana tindak lanjut dapat berupa : rencana diteruskan jika masalah tidak berubah,
rencana dimodifikasi jika masalah tetap dan semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
belum memuaskan, rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan, rencana atau diagnosa selesai jika
tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi
yang baru (Hemanus, 2015).

Menurut Olfah (2016), ada 3 keputusan pada tahap evaluasi antara lain :

1. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga rencana mungkin
dihentikan.

i
2. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga pada
penambahan waktu, resources, dan intervensi sebelum tujuan berhasil.
3. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu :
a. Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
b. Membuat outcome yang baru, mungkin autcome pertama tidak realistis atau
mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap tujuan yang disusun oleh
perawat.
c. Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk mencapai
tujuan sebelumnya. Evalusi yang di harapkan dari rencana intervensi
manajemen nyeri yaitu :
 Keluhan nyeri menurun
 Fokus membaik
 Meringis menurun
 Sifat protektif menurun
 Gelisah menurun
 Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
 Kesulitan tidur menurun
 berfokus pada diri sendiri menurun
 Diaforesis menurun
 Frekuensi nadi membaik Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, (2018)

BAB V

PENUTUP

i
A. Kesimpulan
Osteoporis didefinisikan sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh
penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang, sehingga
tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Osteopororosis adalah peyakit yang harus diwaspadai karena dapat menyerang
semua orang, terutama pada wanita, dimana 1 diantara 3 perempuan diatas usia 50
tahun dan 1 diantara 5 pria menderita osteoporosis. Osteopororsis telah menyebabkan
1,5 miliar fraktur setiap tahun, dimana 700.000 terjadi pada tulang punggung, dan
lebih dari 50% adalah perempuan.
Gejala osteoporosis, sebagai berikut:
1. Kekuatan otot melemah.
2. Penurunan tinggi badan.
3. Bungkuk..
4. Tulang rapuh
5. Patah tulang.
6. Dowager’ hump .
7. Stress fratures.
8. Nyeri punggung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat, R. De Jong, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.

i
2. https://id.scribd.com/doc/306473942/Askep-Osteoporosis
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
4. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
5. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
6. Sari, Mike Permata, Realize. 2019. Sistem pakar Mendiagnosa Penyakit Osteopoosis
Pada Lansia Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Jurnal Ilmiah
Informatika. 7(1): 24-30
7. https://www.academia.edu/resource/work/7566363
8. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/912/5/6.%20BAB%20II-dikonversi.pdf

Anda mungkin juga menyukai