Makalah Fitokimia Metode Ekstraksi
Makalah Fitokimia Metode Ekstraksi
METODE EKSTRAKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fitokimia
Disusun oleh:
1. Andre Giovano (17020200009)
2. Putri Anggraini (17020200065)
3. Rezania Risa M (17020200069)
4. Novi Hartatik
2.1 Ektraksi
Ekstraksi atau penyarian merupakan proses pemisahan senyawa dari
matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ada
beberapa istilah yang banyak digunakan dalam ekstraksi, antara lain
ekstraktan (yakni, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi), rafinat (yakni,
larutan senyawa atau bahan yang akan diekstraksi), dan linarut (yakni,
senyawa atau zat yang diinginkan terlarut dalam rafinat). Metode ekstraksi
yang digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan
senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut yang digunakan tergantung pada
polaritas senyawa yang akan disari, mulai dari yang bersifat nonpolar hingga
polar sering disebut sebagai ekstraksi bertingkat. Pelarut yang digunakan
dimulai dengan heksana, petroleum eter, lalu selanjutnya kloroform atau
diklometana, diikuti dengan alcohol, methanol, dan terakhir apabila
diperlukan digunakan air.
2.2 Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III yang dimaksud dengan
ekstrak ialah sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif
dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai ,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakuan sedemikian hingga memenuhi buku yang telah
ditetapkan. Ekstrak cair diperoleh dari ekstraksi yang masih mengandung
sebagian besar penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar
cairan penyari sudah diuapkan, sedangkan esktrak kering akan diperoleh jika
sudah tidak mengandung cairan penyari.
2.3 Metode Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari
campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui.
Masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Pemilihan metode dilakukan dengan memerhatikan antara lain sifat senyawa,
pelarut yang digunakan, dan alat tersedia. Menurut Me Cabe (1999) dalam
Muhiedin (2008), ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara berdasarkan
wujud bahannya yaitu :
a. Ekstraksi padat – cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut
dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
b. Ekstraksi cair – cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang
saling bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah
satu zat.
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi,
soxhletasi, dan perkolasi. Metode yang digunakan tergantung dengan jenis
senyawa yang kita gunakan. Jika senyawa yang ingin kita sari rentan terhadap
pemanasan maka metode maserasi dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan
terhadap pemanasan maka metode refluktasi dan metode soxhletasi yang
digunakan (Safrizal, 2010).
2.3.1 Ekstraksi Padat – Cair
2.3.1.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerace (bahasa Latin, artinya
merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana
sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu
direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut non polar) atau
setngah air, misalnya eatnol encer, selama periode waktu tertentu
seusai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Anonim, 2014).
Pada maserasi, terjadi proses keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar dan di dalam selsehingga diperlukan penggantian pelarut secara
berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi seperti maserasi yang
dilakukan dengan pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi
yang dilakukan pada suhu yang lebh tinggi dari suhu kamar, yaitu 40-
60oC.
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah
kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan
pelarut penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk,
lalu disaring dan diambil filtratnya.
Kelebihan metode maserasi :
Alat yang dibutuhkan sederhana.
Biaya operasioal relative murah
Tidak memerlukan banyak penyari dan tidak memerlukan
pemanasan.
Kekuranga metode maserasi :
Proses penyariannya tidak sempurna karena zat aktif hanya
mampu teesktraksi sebesar 50% saja.
Proses ekstraksi membutuhkan waktu yang lama.
b. Perkolasi
Menurut Guentehr dalam Irawan (2010) perkolasi adalah cara
penyarian dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah
dibasahi. Perkolasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang
menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolai banyak
digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam,
terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Agutina, 2013).
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut serbuk simplisia
ditempatkan daam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktiv sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan
yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum,
larutan zat aktiv yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat,
sedangkan sisa setelah dilakukan penyarian disebut ampas atau sisa
perkolasi. Bentuk percolator ada 3 macam, yaitu percolator berbentuk
tabung, berbentuk corong, dan berbentuk paruh. Pemilihan percolator
tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.percolator
berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak cair,
percolator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan
ekstrak dengan kadar rendah, percolator berbentuk paruh biasanya
digunakan untuk pembuatan ekstrak dengan kadar tinggi.
Kelebihan dari metode perkolasi :
Tidak terjadi kejenuhan
Pengaliran menigkatka difusi (dengan dialliri cairan penyari
sehingga zat seperti terdorong untu keluar dari sel)
Kekurngan dari metode perkolasi adalah :
Membutuhkan lebih banyak cairan penyari.
Resiko cemaran mikroba untuk penyair air karena dilakukan
secara terbuka (Sulaiman, 2011).
2.3.1.2 Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relative konstan dengan adanya pendinginan balik.
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penaikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu
alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-
uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu
alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seteusnya yang berlangsung secara berkesinambungan
sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak
3 kali setiap 3-4 jam. Filtrate yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan (Akhyar, 2010).
Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan
tahan pemanasan langsung (Anonim, 2011).
Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume
total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator
(Mandiri, 2013).
c. Soxhletasi
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen
yang terdapat dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang-
ulang dengan pelarut yang sama, sehingga semua komponen yang
diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang
digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana untuk sampel kering, dan
methanol untuk sampel basah. Jadi pelarut yang digunakan tergantung
dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai
pengganti soxhletasi adalah pengekstrakan berulang-ulang dari sampel
pelarut (Rane, 2011).
Prinsip kerja dari metode soxhletasi yaitu bahan yang akan
diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi dibagian dalam
alat ekstraksi darri gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang
mengandung kantung diletakkan antara labu penyulingan dengan labu
pendingin aliran balik dan dihubungkkan dengan labu melalui pipa.
Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke
dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi didalamnya,
menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan
yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah
mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam
labu. Dengan demikina, zat yang terekstraksi terakumulasi melalui
penguapan bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini, diperlukan
bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya
suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus
menerus. Keburukannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk
ekstraksi cukup lama (sampai beberapa jam) sehingga kebutuhan
energinya tinggi (listrik, gas). Selanjutnya simplisia dibagian tengah
alat pemanas langsung berhubungan dengan labu, dimana pelarut
menguap. Pemanasan bergantung pada lama ekstraksi, khususnya titik
didih bahan pelarut yang digunakan, dapat berpengaruh negative
terhadap bahan tumbuhan yang peka suhu (glikosida, alkaloida).
Demikian pula bahan terekstraksi yang terakumulasi dalam labu
mengalami beban panas dalam waktu lama (Anonim, 2011).
Kelebihan dari metode soxhlet :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan
tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
Pemanasannya dapat diatur.
Kekurangan dari metode soxhlet :
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi
(Keloko, 2013).
Akhyar. 2010. Uji Daya Hambat dan Analisi KLT Bioautorafi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau Tehadap Vibrio Harveyi. Makassar: Program Studi Farmasi Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin.
Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irawan, Bambang. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut. Semarang: Universitas Negri
Gorontalo.
Muhiedin, Fuad. 2008. Efisiensi Proses Ekstraksi Oleoresin Lada Hitam dengan
Metode Ekstraksi Multi Tahap. Malang: Universitas Brawijaya.
Yasitho Takeuchi. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia Diterjemahkan dari Versi
Bahasa Inggrisnya oleh Ismunandar. Iwanani Shoten: Tokyo.