Pertemuan 16 - Analisis Fundamental
Pertemuan 16 - Analisis Fundamental
PERTEMUAN KE-16
ANALISIS FUNDAMENTAL
1. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut :
Mahasiswa mampu memahami Analisis Industri, Siklus Kehidupan Industri/Siklus
Bisnis, Prospek Industri, Analisis Perusahaan terhadap investasi
2. URAIAN MATERI
Kalau kita kembali ke pendekatan berdasar atas present value, maka nilai
intrinsik suatu saham merupakan present value dari dividen-dividen yang akan diterima
oleh pemodal di kemudian hari. Dengan demikian maka dua pertanyaan dapat diajukan.
Pertama, berapa tingkat bunga yang akan dipakai untuk menghitung present value
dividen-dividen yang diharapkan? jawaban pertanyaan ini menyangkut penentuan
(atau estimasi) r. Semakin tinggi risiko suatu saham, semakin besar r yang
dipergunakan. Kedua, bagaimana menaksir dividen yang diharapkan akan diterima oleh
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
pemodal? Jawaban atas pertanyaan ini berarti analis harus memperkirakan kemampuan
perusahaan memperoleh laba.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Pengenalan pola cyclical dan pasar modal yang bersifat antisipatif akan
membantu dalam rnelakukan perarnalan terhadap kondisi pasar. Harga saharn
akan turun pada saat kondisi ekonomi mengalami resesi. Meskipun
demikian, para analis atau pemodal) perlu memperkirakan kapan resesi
tersebut akan berakhir, dan berbalik ke kondisi yang membaik, sehingga dapat
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Dengan demikian pemodal yang melakukan prakiraan terhadap kondisi pasar dengan
menggunakan faktor siklus perekonomian perlu mernperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Apabila pemodal dapat memperkirakan kondisi perekonornian terburuk
(bottoming out) sebelum kondisi tersebut terjadi, membaiknya kondisi pasar
dapat diperkirakan paling tidak sebelum kondisi terburuk tersebut tercapai.
2. Pada saat kondisi perekonomian membaik (recover), harga saham mungkin
sudah stabil atau bahkan sedikit menurun. Dengan demikian pertanyaannya
adalah, seberapa lama kondisi perekonomian yang baik tersebut akan bertahan
sebelum mengalami penurunan. Sebelum mengalami penurunan, harga saham
mungkin sudah turun.
3. ANALISIS INDUSTRI
Para pemodal yang percaya bahwa kondisi ekonomi dan pasar cukup baik untuk
melakukan investasi, selanjutnya periu menganalisis industri-industri apa yang
diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik, Pada akhir dasawarsa 1990-an,
para pemodal mungkin tidak terlalu antusias untuk melakukan investasi pada industri
tekstil dan produk tekstil, berbeda dengan dasawarsa 1980-an sewaktu antusiasme
mereka masih sangat tinggi untuk masuk dalam industri tersebut.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Pada sub bab ini akan dibicarakan berbagai masalah konseptual dalam
melakukan analisis industri. Konsep analisis yang akan dipergunakan berkaitan erat
dengan prinsip-prinsip valuasi. Dengan demikian taksiran tentang seberapa besar risiko
Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, kita perlu melihat
perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut, sehingga dapat memberikan
gambaran arah perkembangan industri/sektor tersebut. Seharusnya pengamatan
perlu dilakukan untuk periode yang cukup panjang sehingga barangkali dapat
dideteksi pola perkembangannya atau pengaruh akibat kondisi ekonomi. Sebagai misal,
suatu industri mungkin mengalarni perkembangan yang cukup tinggi pada dua
dasawarsa yang lalu, tetapi sekarang mungkin menunjukkan kondisi yang relatif stabil.
Industri yang lain mungkin nampak sangat erat perkembangannya apabila
dibandingkan dengan siklus perekonomian, sedangkan lainnya lagi mungkin tidak.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
lebih tinggi dari rata-rata). Meskipun demikian, risiko tersebut akan bergerak dalam
dua arah, yaitu menjadi lebih buruk dari pasar, atau sebaliknya. Dengan kata lain,
kalau kondisi pasar membaik, maka sektor/industri yang mempunyai kepekaan tinggi
juga akan membaik lebih besar dari pasar.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Menganalisis industri
Industri dianalisis Iewat penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang
penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi
dan sebagainya.
Untuk melakukan analisis industri, Iangkah pertama yang dapat dilakukan adalah
dengan mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk
mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih
akan berkembang cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah
menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga
adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu
pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Tahap kedewasaan. Pada tahap ini pertumbuhan penjualan masih terjadi, tetapi sudah
dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Karena produksi sudah
dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi pennintaan pasar, umumnya laba yang
diperoleh cukup untuk membiayai pertumbuhan usaha. Dengan kata lain, internal financing
cukup untuk mendukung penjualan, dan karenanya proporsi laba yang dibagikan sebagai
dividen(dividend payout ratio), lebihbesar daripadatahap pertumbuhan.
Tahap penurunan. Pada tahap penurunan permintaan akan produk yang dihasilkan
perusahaan menurun, maka pertumbuhan penjualan produk akan menjadi negatif. Apabila
tidak dapat
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
diketemukan penggunaan lain dari produk tersebut, sehingga pennintaan dapat didorong
kembali, strategi yang dipergunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk yang
sudah masuk dalam tahap ini adalahmelakukandiversifikasiki produk lain.
Apabila pertumbuhan penjualan cukup tinggi, maka pada akhirnya pertumbuhan laba
(dan juga dividen) akan meningkat cukup tinggi pula. Sebagai akibatnya, g akan tinggi.
Apabila kita pegang konstan faktor-faktor yang lain, rnaka semakin besar g akan
menghasilkan PER yang makin tinggi pula.
Karena itulah tidak mengherankan kalau pada dasawarsa 1980-an, di Inggris PER
rata• rataperusahaan yang beroperasi pada industri tekstil menunjukkan angka yang lebih
rendah daripada rata-rata PER perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada industri
elektronika. Hal tersebut disebabkan karena pemodal menafsirkan bahwa industri tekstil
sudah berada pada tahap kedewasaan, sedangkan elektronika masih pada tahap
pertumbuhan.
Pemodal yang lebih berminat untuk memperoleh capital gains sebaiknya menghindari
saham dari perusahaan-perusahaan yang berada pada tahap kedewasaan. Perusahaan•
perusahaan tersebut lebih sesuai untuk pemodal yang menginginkan dividen
dalarnjumIah yang cukup besar. Perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan
menunjukkan bahwa daya tarik bidang tersebut diharapkan masih akan cukup lama,
dividen yang dibagikan relatif rendah, tetapi akan dikompensir oleh kenaikan harga
saham yang cukup tinggi.
Karena itu para analis industri mengelompokkan industri menjadi growth industry.
defensive industry dan cyclical industry. Growth industry menunjukkan industry yang
mengalami pertumbuhan lebih tinggi diatas rata-rata industri. Industri telekomunikasi
nampaknya merupakan industri yang terrnasuk growth industry. Defensive industry
menunjukkan industry yang mampu bertahan akibat kondisi perekonomian. Industri makanan
dan minuman biasanya merupakan contoh defensive industry. Sedangkan cyclical
industry menunjukkan industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi
perekonornian. Contohnya seperti industri otomotif, dan barang konsumsi elektronika
tahan lama. Ada juga yang menambahkan interest rate sensitive industry, seperti
industri perbankan dan properti.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
kinerja di waktu yang lalu, beberapa jenis industri menunjukkan kinerja yang terus
menerus baik di waktu yang lalu. Kinerja seperti ini tentu saja tidak dapat
diabaikan dalam analisis. Indikator yang dapat dilihat adalah pertumbuhan penjualan
dan laba, dan perkembangan harga.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
1. Industri apa yang jelas akan merupakan (calon) industri yang akan berkembang
dan berhasil pada masa, misalnya, dasawarsa yang akan datang?
2. Industri apa yang akan mengalami kesulitan pada saat suatu negara
mengalami peru bah an lingkungan perekonomian secara struktural? Misal,
perubahan dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri, dari kondisi yang
relatif tertutup ke kondisi yang lebih terbuka terhadap persaingan asing.
Berbagai cara mungkin dilakukan dalam melakukan analisis industri. Pada
dasarnya pendekatan-pendekatan yang dipergunakan mendasarkan diri pada common
sense. DaIam melakukan analisis industri, beberapa sumber yang mungkin
dipergunakan adalah (1) Penerbitan dan Biro Pusat Statistik (BPS), (2) penerbitan dari
Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), (3) penerbitan dari lembaga penelitian. Informasi
dari BPS. masih berupa data mentah yang perlu diolah lebih lanjut, sedangkan publikasi
dad lembaga penelitian umumnya sudah mengandung unsur analisis, sehingga
hanya memerlukan interpretasi lebih lanjut.
ANALISIS PERUSAHAAN
Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analis perlu memahami
variable-variabel yang mempengarnhi nilai intrinsik saham, Untuk menaksir nilai
intrinsik saham, dua metode yang kita bicarakan adalah dengan menggunakan
1. dividend discount model, dan
2. multiplier laba (yaitu PER).
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Penggunaan multiplier laba (yaitu PER) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Apabila harga di bursa lebih rendah dari nilai intrinsik yang kita taksir, maka saham
tersebut merupakan saham yang sebaiknya dibeli, dan sebaliknya.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Untuk keperluan pembahasan, dalam Sub Bab ini kita akan berkonsentrasi pada laba
dan PER. Ada dua alasan mengapa dua variabel tersebut yang menjadi perhatian kita.
Pertama, untuk dapat meningkatkan pembayaran dividen, perusahaan harus mampu
meningkatkan laba yang diperoleh. Kedua, umumnya terdapat korelasi yang kuat
antara pertumbuhan laba (EPS) dengan pertumbuhan harga saham (Jones, p.377).
Angka EPS diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima (generally accepted
accounting principles). Karena itu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Komponen utama
laporan keuangan yang utama, adalah Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Rugi
Laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial, dan modal sendiri
pada waktu tertentu (biasanya pada akhir Desember). Sedangkan Laporan Rugi
Laba menunjukkan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang
ditanggung, dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu
tertentu (biasanya selama satu tahun). Ilustrasi neraca dan rugi laba suatu
perusahaan disajikan berikut ini.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
= Rp761
Hal yang sarna juga berlaku apabila perusahaan marnpu mempertahankan ROA dengan
rnenggunakan hutang yang makin besar (leverage-nya meningkat). Kalau perusahaan
mampu mempertahankan ROA dengan penggunaan hutang yang makin besar, maka
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
hal tersebut berarti bahwa penggunaan hutang tersebut mampu memberikan keuntungan
yang lebih besar dari biayanya. Sebagai akibatnya ROE meningkat.
Sisi sebelah kanan dari persamaan diatas, dinyatakan sebagai income ratio dan operating
efficiency.
Income ratio = Laba setelah pajak/Laba operasi
= Rp366 miliar/Rp670 miliar
= 0,546
Operating efficiency = Laba operasi/Penjualan bersih
= Rp670 miliar/Rp5.594 miliar
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
= 0,1198
Income ratio menunjukkan darnpak pembayaran bunga dan pajak pada laba bersih
setelah pajak. Sedangkan operating efficiency menunjukkan kemampuan menghasilkan
laba operasi dari tiap nilai rupiah hasil penjualan atau dikatakan juga sebagai profit margin).
Dalarn contoh ini,
Karena EPS1 = EPS0 (1+g), rnaka pertanyaan yang wajar diajukan adalah bagaimana
memperkirakan pertumbuhan EPS di masa yang akan datang. Sesuai dengan penjelasan
di Bab 13, maka apabila diasumsikan tidak terdapat penambahan dana dan luar
perusahaan, pertumbuhan laba (=g) akan merupakan perkalian antara proporsi laba yang
ditahan dengan ROE.
Dengan kata lain, g = b(ROE). Dengan demikian apabila diharapkan bahwa pada
tahun depan PT. Gudang Garam akan menghasilkan ROE sebesar 30%, sedangkan
laba yang dibagi sebesar 40%,
maka g akan diperkirakan sebesar (0,6) x 24 % = 18%.
Dengan EPS1995 = Rp761,
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Dengan menggunakan model pertumbuhan konstan, maka taksiran harga untuk awal
tahun 1996 adalah,
P1996 = 359/r-0,18
Tergantung pada taksiran kita akan r, maka taksiran harga pada tahun 1996 dapat
diperoleh. Perhatikan juga bahwa penggunaan rumus dengan pertumbuhan konstan akan
menghasilkan harga saham yang sangat peka terhadap taksiran r dan/atau g.
Penggunaan PER
Teknik analisis lainnya adalah dengan menggunakan model kelipatan laba (atau
PER). Teknik ini mungkin dipilih apabila perusahaan tidak mengadopsi kebijakan
payout ratio yang konstan dan/atau analis mengalami kesulitan untuk menggunakan
model berdasar atas cashflow, terutama model dengan pertumbuhan konstan. Sarna seperti
analisis dengan menggunakan EPS, analis perlu memahami terlebih dulu faktor-faktor
yang mempengaruhi PER.
PER = (1-b)/(r-g)
Dalam hal ini b adalah proporsi laba yang ditahan. Dengan demikian (1-b) tidak lain
merupakan dividend payout ratio. Sedangkan r dan g berturut-turut adalah discount rate
yang dipandang relevan dan pertumbuhan dividen.
Analisis PER dapat dilakukan secara individual saham, maupun secara cross sectional untuk
menentukan apakah PER suatu saham sudah terlalu tinggi ataukah tidak.
Berikut ini diberikan suatu contoh model peramalan harga saham yang sederhana, dengan
mengandalkan atas variabel-variabel:
1. Pertumbuhan penjualan
2. Nilai penjualan
3. Penghasilan di luar operasi (kalau ada)
4. Net profit margin (yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total
penghasilan)
5. Price Earnings Ratio (PER)
Model diterapkan untuk peramalan harga saham per triwulan (di Bursa Efek-pun
perusahaan yang terdaftar di bursa diharuskan memberikan laporan keuangan per triwulan).
Misalkan laba bersih per lembar saham (EPS) pada triwulan terakhir (Q0) = Rp310.
Sedangkan pada triwulan sebelumnya (Q1) = Rp290, dan pada Q2 dan Q1 berturut-turut
adalah Rp280 dan Rp2 60. Dengan dernikian maka EPS selarna empat triwulan
terakhir (atau EPS dalam tahun terakhir) adalah Rp1.140. Dengan harga saham saat
ini sebesar Rp 13.625, maka PER berkisar 12,00x.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
6. Dividend payout ratio (yaitu proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen)
sebesar 40%.
Berdasarkan atas informasi tersebut maka dapat dibuat model peramalannya sebagaimana
dicantumkan pada b e r i k u t . Dengan rnenggunakan input di atas, maka diperkirakan
bahwa harga saham akan mencapai Rp 16.575 pada tahun depan (atau empat triwulan
lagi). Dengan harga saat ini sebesar Rp13.625, dan perkiraan penerirnaan dividen sebesar
Rp550 (= 130 + 130 + 140 + 150), rnaka diharapkan dalam satu tahun tingkat
keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar,
r = [(550 + 16.575) - 13.625] /
13.625
= 25,69%
Tentu saja kita dapat memberikan kritik pada model tersebut. Salah satu kritik yang
dengan segera dapat dikemukakan adalah bahwa dengan memegang konstan nilai
PER, maka peningkatan harga saharn akan proporsional dengan pertumbuhan penjualan.
Dalamjangka panjang rnungkin PER rnengalami perubahan. Karena pertirnbangan
itu pulalah yang menyebabkan peramalan hanya dibatasi selarna empat triwulan.
RANGKUMAN
Analisis fundamental digunakan untuk memprediksi harga saham di masa yang
akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dengan demikian,
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
karena dipergunakan nilai-nilai estimasi, maka taksiran harga saham dapat saja berbeda
antara satu analis dengan analis yang lain, apabila estimasi yang dipergunakan
berbeda. Konsep efisiensi pasar modal diterapkan dalam analisis ini dalam aspek
bahwa informasi yang diterima oleh para analis akan mempengaruhi estimasi
mereka. Dengan kata lain, apabila diperoleh informasi baru, maka dapat saja informasi
tersebut merubah estimasi nilai-nilai yang dipergunakan untuk memperkirakan
harga saham.
tetapi faktor-faktor eksternal (yaitu kondisi ekonomi/pasardan industri) juga ikut mempengaruhi
kondisi perusahaan. Karena itu seringkalidalam analisis dipergunakanberbagai ahli, seperti ahli
ekonomi makro/moneter, dan ahli industn, bukan hanya ahli keuangan perusahaan
saja,
TUGAS :
1. Apa yang dimaksud dengan siklus bisnis, jelaskan ?
2. Carilah PER, PBV, DER, ROE pada emiten-emiten masing-masing indeks di BEI,
berikan pendapat anda emiten mana secara fundamental layak untuk investasi jangka
panjang maupun jangka pendek
DAFTAR PUSTAKA
1. Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedelapan, BPFE-
Yogyakarta, September 2013
2. Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas, Edisi Keempat,
UPP STIM YKPN, Agustus 2005
3. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE
Yogyakarta. Yogyakarta
4. William F. Sharpe, Gordon J. Alexander, Jeffrey V. Bailey, Investasi, Jilid I, PT.
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM
Modul Kuliah Pasar Modal & Portofolio Manajemen
Dr. Zulfitra, S.Si, MM – Sahroni, SST, MM - Arif Surahman, SE, MSM – Reza Octovian, SE, MM