Anda di halaman 1dari 1

REFLEKSI KRITIS FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

Tanggal 2 Mei setiap tahunnya dirayakan sebagai Hari Pendidikan Nasional atau dikenal
dengan HARDIKNAS. Pada tanggal tersebut ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia untuk
memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara yang merupakan pelopor pendidikan di Indonesia
sehingga beliau dikenal “ Bapak Pendidikan”. Beliau juga merupakan menteri pendidikan
pertama di Indonesia yang diangkat oleh presiden Ir. Soekarno.
Perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan dilihat dari terbentuknya Taman
Siswa yang merupakan gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Menurut
Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah tempat persemaian segala benih – benih kebudayaan
hidup masyarakat kebangsaan. Sehingga pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh
yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan adalah modal untuk mewujudkan kebudayaan yang kita
inginkan dan kebudayaan yang terbentuk tersebut akan melahirkan peradaban yang kita cita-
citakan. Sejatinya pendidikan merupakan landasan pembentukan peradaban bangsa. Pendidikan
yang unggul akan melahirkan peradaban yang unggul pula.
Inti sari dari filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah perubahan. Kebudayaan
tidak boleh statis, harus terus berubah sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kita akan
menemukan kebudayaan yang dimiliki peserta didik berbeda-beda. Mereka memiliki
keunikannya sendiri. Maka tidak boleh memaksakan anak sesuai kehendak kita atau menuntut
mereka sama dengan anak yang lain. Tetapi bagaimana menuntun mereka mencapai budi pekerti
tertinggi, profil pelajar Pancasila dan perubahan yang mengaktualisasi nilai- nilai kemanusiaan.
Perubahan hendaknya dapat menjawab tantangan zaman yang terus berkembang.
Untuk itu, kita sebagai pendidik hendaknya merefleksi diri secara kritis yang dapat
dilakukan dengan menginternalisasi filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Dengan merujuk
pada asas Taman Siswa yang berbunyi “ Bebas dari segala ikatan. Dengan suci hati mendekati
sang anak. Tidak untuk meminta suatu hak. Namun untuk berhamba pada sang anak”. Berhamba
disini maksudnya bagaimana pembelajaran berpihak pada murid ( student centered). Orientasi
pembelajaran adalah murid, murid dan murid.
Pendidikan itu memerdekakan. Biarlah anak-anak berputar sesuai orbitnya masing-
masing. Pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arah agar anak tidak kehilangan
arah dan membahayakan dirinya. Bebaskan anak belajar dengan gayanya sendiri. Dan ajarkan
anak mandiri menemukan apa yang penting baginya. Anak tidak boleh menjadikan guru satu
satunya sumber belajar. Ingatkan anak bahwa mereka dapat menemukan pembelajaran dimana
saja selama itu adalah hal yang benar. Angka di kertas bukanlah tujuan utama pendidikan.
Namun pembelajaran di sekolah mengarahkan anak mencapai budi pekerti dan kebijaksanaan.
Karena orang yang memiliki kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan
merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap.
SALAM GURU PENGGERAK
SALAM BAHAGIA

Anda mungkin juga menyukai