Anda di halaman 1dari 39

ALAT BERAT & PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

BULLDOZER

Disusun oleh:
Leonard Ardian Nugroho
(NIM 1901413025)
3 - JALAN TOL

Dosen Pengajar :
Kusumo Dradjad Sutjahjo, S.T., M.Si.
(NIP. 196001081985041002)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


KONSENTRASI JALAN TOL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan izinNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar mata
kuliah Pemindahan Tanah Mekanis / Alat Berat yang berjudul “Bulldozer”. Tugas ini
merupakan pertanggungjawaban dari apa yang telah penulis tinjau mengenai Mata Kuliah
Pemindahan Tanah Mekanis / Alat Berat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu seluruh
proses pembuatan makalah ini . Makalah ini dibuat agar dapat melengkapi tugas makalah
mata kuliah Pemindahan Tanah Mekanis / Alat Berat serta memberikan informasi dan pada
para pembaca, semoga dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekurangan atau kelemahan isi makalah ini, sehingga saran dan kritik yang bersifat
membangun akan sangat diharapkan agar dapat lebih baik di waktu mendatang.

Jakarta, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 1

1.3 Metode Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Bulldozer ............................................................................................... 3

2.2 Fungsi Bulldozer ..................................................................................................... 4

2.3 Jenis – Jenis Bulldozer ............................................................................................ 4

2.4 Bagian – Bagian Umum Bulldozer ....................................................................... 10

2.5 Teknik Pengopersian Bulldozer ............................................................................ 11

2.6 Produksi Bulldozer ............................................................................................... 16

2.7 Spesifikasi Bulldozer ............................................................................................ 22

BAB III KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA............................................. 22

3.1 Pengertian K3 ....................................................................................................... 23

3.2 Dasar Hukum K3 .................................................................................................. 23

3.3 Tujuan K3 ............................................................................................................. 23

3.4 Pedoman K3 Pada Pekerjaan Pemadatan .............................................................. 24

3.5 Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................................... 25

3.5.1 Pakaian Kerja ................................................................................................. 25

3.5.2 Sepatu kerja (safety shoes) ............................................................................ 26

3.5.3 Alat Pelindung Mata dan Muka ..................................................................... 26

3.5.4 Sarung Tangan ............................................................................................... 27

3.5.5 Helm .............................................................................................................. 27

3.5.6 P3K ................................................................................................................ 28

ii
3.6 Keselamatan Pengoperasian.................................................................................. 28

3.7 Penanganan Kecelakaan Kerja.............................................................................. 30

BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 34

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 34

4.2 Saran ..................................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini proyek konstruksi bangunan bertingkat semakin berkembang, dalam
pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat. Salah satunya
adalah perencanaan penggunaan peralatan konstruksi (alat berat) yang tepat dan efisien agar
dapat menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Perkembangan alat berat di Indonesia pun cukup tinggi sejalan dengan makin
berkembangnya pasar dalam negeri sebagai dampak dari meningkatnya permintaan akan
alat berat dari sektor konstruksi, sektor pertambangan, dan agroindustri. Hal ini dapat dilihat
dari periode tahun 1983 hingga pertengahan Juni 1997 mencapai sekitar 44.701 unit. Periode
1997 hingga tahun 2000 menurun 30% - 40% menjadi sekitar 24.313 unit karena adanya
krisis ekonomi. Pada tahun 2001 mulai membaik dengan permintaan sekitar 5000 unit. Dan
untuk tahun-tahun berikutnya diprediksi akan meningkat sekitar 15%-20% (Konstruksi,
November-Desember 2001; Pikiran Rakyat, 2003).
Dalam pemilihan alat berat yang terpenting adalah mengidentifikasi alat untuk
mengetahui fungsi serta dapat memperkirakan produktifitas kerja alat. Dengan adanya
peningkatan alat berat tersebut perlu untuk di tentukan metode pengadaan yang sesuai.
Keuntungan dari penggunaan alat berat yang tepat adalah menghemat waktu, menghasilkan
mutu yang lebih baik, menghemat tenaga manusia dan dapat menghemat biaya tentunya.

Penggunaan alat berat yang kurang tepat dengan kondisi dan situasi lapangan
pekerjaan akan berpengaruh berupa kerugian antara lain: rendahnya produksi, tidak
tercapainya jadwal atau target yang telah ditenukan. Oleh karena itu sebelum menetukan
tipe dan jumlah peralatan dan attachement sebaiknya dipahami terlebih dahulu fungsi dan
aplikasinya. Terdapat beraneka ragam alat berat yang sering dipergunakan dengan sebaik-
baiknya sesuai fungsi dan kegunaan yang dimiliki oleh alat berat tersebut.
Adapun jenis-jenis alat berat yang sering digunakan pada jasa-jasa konstruksi adalah
Bulldozer, Excavator, Crane, Motor Grader, Compactor, Dozer Shover

1.2 Tujuan
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Kusumo D.S, selaku dosen mata
kuliah Pemindahan Tanah Mekanik (PTM) dan Alat Berat serta mengetahui pengertian

1
bulldozer, fungsi bulldozer, metode kerja bulldozer, bagian bulldozer, menghitung
produktifitas bulldozer, tipe-tipe bulldozer, serta menghitung biaya produksi.

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan ini berdasarkan studi pustaka dari buku-buku dan literatur yang
berhubungan dengan pembahasan dan berasal dari internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bulldozer


Bulldozer menjadi salah satu alat berat yang sering digunakan di berbagai industri di
Indonesia. Bulldozer merupakan sebuah alat berat yang menggunakan traktor sebagai
penggerak utama dengan roda rantai maupun ban untuk bergerak. Alat berat ini juga
memiiliki semacam tambahan alat yang sering disebut blade di bagian depan.
Bulldozer juga memiliki kemampuan traksi atau tenaga dorong yang besar. Alhasil
alat berat ini dapat digunakan untuk pekerjaan mendorong, menggusur, meratakan hingga
menarik. Desain alat berat ini cukup efisien untuk kondisi medan kerja yang kasar sekalipun
seperti daerah pegunungan, daerah berbatu hingga hutan. Desain roda rantainya juga
memudahkan untuk bergerak di tanah kering hingga tanah lembab seperti lumpur.
Bulldozer memiliki gigi track yang lebih panjang dibanding excavator untuk
memperkuat cengkeraman ke tanah. Bisa memanfaatkan bebannya sendiri untuk mendorong
(menyeret) sesuatu. Alat utamanya adalah berupa blade dan ripper.
Posisi blade pada bulldozer ada 2 (dua), yaitu posisi tegak lurus dan posisi miring. Posisi
blade tegak lurus hanya dapat bergerak maju, dan posisi miring dapat bergerak-gerak sesuai
dengan jarak kemiringannya (ke depan dan ke samping).

Gambar 1. II-1 Bulldozer

3
2.2 Fungsi Bulldozer
Bulldozer digunakan untuk mendorong tanah, seperti meratakan tanah dan mengupas
permukaan humus tanah. Fungsi lain dari bulldozer adalah :
a. Membersihkan site dari kayu-kayuan, pokok/tonggak pohon dan batu-batuan.
b. Membuka jalan kerja di pegunungan maupun daerah berbatuan
c. Memindahkan tanah yang jauhnya hingga 300 feet ( ± 90 meter).
d. Menarik Scrapper.
e. Menghampar tanah isian (fill).
f. Menimbun kembali bekas galian.
g. Membersihkan site atau medan kerja.

2.3 Jenis – Jenis Bulldozer


Bulldozer dapat dibedakan berdasarkan hal berikut :

• Berdasarkan Jenis blade nya:

1. Universal Blade (U – BLADE)

Blade ini dilengkapi dengan sayap yang bertujuan untuk meningkatkan


produktivitas. Sayap ini akan membuat bulldozer mendorong atau membawa
muatan lebih banyak, karena memungkinkan kehilangan muatan lebih kecil. Kebanyakan
blade tipe ini dipakai untuk pekerjaan reklamasi tanah, pekerjaan penyediaan bahan (stock
pilling), dan lain-lain.

Gambar 1. II-2 Universal Blade (U - Blade)

4
2. STRAIGHT BLADE (S –BLADE)
Blade jenis ini sangat cocok untuk berbagi kondisi medan. Blade ini merupakan
modifikasi dari U-Blade. Banyak digunakan untuk mendorong material cohesive,
penggalian struktur dan penimbunan. Dengan memiringkan blade dapat berfungsi untuk
menggali tanah keras. Manuver blade jenis ini lebih mudah dan dapat menangani material
dengan mudah.

Gambar 1. II-3 Straight Blade (S – Blade)

3. ANGLING BLADE (A – BLADE)

Blade dengan posisi lurus dan menyudut, juga dibuat untuk:


a. Pembuangan kesamping (side casting)
b. Pembukaan jalan (pioneering roads)
c. Penggalian saluran (cutting ditches)
d. Sangat efektif untuk pekerjaan side hill cut atau back hilling
e. Dan lain-lain pekerjaan yang sesuai

Gambar 1. II-4 Angling Blade (A - Blade)

4. CUSHION BLADE (C – BLADE)


Blade tipe ini dilengkapi dengan rubber cushion (bantalan karet) untuk meredam
tumbukan. Selain untuk push dozing, blade juga dipakai untuk pemeliharaan jalan dan

5
pekerjaan dozing yang lain. Lebar C-blade memungkinkan peningkatan manuver.
Selain perlengkapan standar bulldozer ini juga memiliki beberapa option/ peralatan
tambahan seperti : pisau garuk, garu batuan, pembaajak akar, pemotong pohon jenis V,
kanopi pelindung operator, roda pencacah, kap pelindung untuk pekerjaan berat, dsb.

Gambar 1. II-5 Cushion Blade (C – Blade)

5. BOWL DOZER
Blade ini dibuat untuk membawa/mendorong material dengan kehilangan sesedikit
mungkin, karena adanya dinding/besi pada sisi blade yang cukup lebar. Bentuknya seperti
mangkuk, menyebabkannya disebut dengan bowl-dozer.

Gambar 1. II-6 Bowl Dozer

6. LIGHT BLADE
Alat ini didesain untuk pekerjaan material non-kohesif yang lebih ringan. Contohnya
seperti stock pile dari tanah lepas/gembur.

Gambar 1. II-7 Light Blade


6
7. Power Angle and Tilt Blade (PAT-Blade)

Dirancang untuk pekerjaan penyebaran dan perataan tanah, pengisian kembali


material landscapping,dan pembersihan tanah. Blade jenis ini dapat diatur pemakaiannya
dengan melakukan pengangkatan maupun memiringkan ke arah kanan atau kiri.

Gambar 1. II-8 Power Angle and Tilt Blade (PAT – Blade)

8. AEM U-Blade

Merupakan pengembangan dari U-Blade, sehingga dapat digunakan untuk


memindahkan material dengan volume yang lebih besar.

Gambar 1. II-9 AEM U – Blade

9. K/G Blade

Khusus digunakan untuk beberapa pekerjaan pembersihan tanah, seperti membabat


semak – semak, menebas pepohonan, menimbun pohon sisa penebasan, membuat saluran
penirisan, dan juga mampu untuk memadamkan timbunan kayu kering.

Gambar 1. II-10 K/G Blade

7
10. Landfill Blade

Dirancang untuk menangani material bangunan dan material lapisan penutup bagian
atas; bilah dilengkapi dengan saringan untuk melindungi radiator mesin. Bentuk blade yang
melengkung menyebabkan material yang didorong menyebar lebih merata

Gambar 1. II-11 Landfill Blade

11. V-tree Cutter Blade

Dirancang khusus untuk memotong semak belukar, pepohonan, dan sisa tunggul agar
rata dengan tanah. Bilah ini membentuk huruf V dengan ujung pemotong yang bergerigi
menyerupai gergaji.

Gambar 1. II-12 V – tree Cutter Blade

12. Rake Blade

Bentuknya mirip garu yang bergerigi rapat, sudu bentuk ini digunakan untuk mencabut
semak semak, membuat akar pohon, meminahkan tunggul – tunggul kecil, memisahkan
bongkahan batuan dan lain-lain

Gambar 1. II-13Rake Blade

8
• Berdasarkan Alat geraknya / Trackshoe
o Crowler tractor Dozer (roda rantai)
a. Daya dorong lebih besar, terutama pada lapangan-lapangan yang lunak,
seperti pada tanah lumpur, dan tanah gembur
b. Dapat beroperasi pada tanah yang berlumpur
c. Dapat beroperasi pada tanah yang berbatu, dimana mungkin ban akan
rusak berat
d. Dapat beroperasi pada tanah yang kasar, hal ini bisa mengurangi biaya
pemeliharaan jalan
e. Daya apung lebih besar, karena ground contact lebih besar sehingga
tekanan roda persatuan luas kecil
f. Penggunaannya lebih fleksibel dan lebih luas (untuk berbagai jenis
lapangan)
o Wheel tractor Dozer (roda karet)
a. Kecepatan gerak yang lebih besar untuk bergerak dari lokasi pekerjaan
satu ke lokasi pekerjaan yang lain
b. Tidak memerlukan alat angkut untuk membawa alat ke lokasi pekerjaan
c. Output lebih besar, terutama jika dalam pelaksanaan diperlukan jalan
yang cepat
d. Kelelahan operator kecil
e. Tidak merusak permukaan jalan, jika berjalan di atas jalan raya
f. Tidak dapat bekerja pada medan yang jelek, lembek, becek
o Swamp bulldozer (untuk daerah rawa)
Dengan swamp dozer (dozer rawa) untuk daerah yang sangat lunak

• Berdasarkan alat kendali blade:

o Cable Controlled

Sifat – sifat cable controlled :


• Sederhana dalam pemasangan
• Sederhana dalam perbaikan dan perawatan
• Menyadari akan adanya kerusakan mesin, karena blade dapat
mengangkat sendiri jika menemui rintangan
• Diperlukan alat bantu dalam operasinya, misalnya blasting dalam
pengerjaan penggusuran

9
o Hydraulic Controlled

Sifat – sifat hydraulic controlled

• Dapat menekan blade ke tanah, dengan tambahan beban sendiri dari


bulldozer
• Lebih cepat mengatur posisi blade sesuai yang dikehendaki
• Pemeliharaan lebih rumit dan teliti
Sulit untuk menyediakan minyak hidrolik jika site jauh dari kota

• Berdasarkan Pengoperasian Bulldozer


- Slot Dozing
Dengan melakukan beberapa lintasan dan membiarkan tanah yang
berceceran di kiri kanan dozer, hal ini akan merupakan penghalang
terhadap tercecernya tanah pada lintasan-lintasan berikutnya. Cara ini
menambah produksi 20%

- Side by side dozing

Cara bekerja dengan dua dozer berdampingan, sehingga ujung blade dozer
yang satu dengan ujung blade dozer yang lain hampir bersentuhan dan
berjalan pada arah yang sama. Cara ini menaikkan produksi antara 15% -
25%
2.4 Bagian – Bagian Umum Bulldozer

1. Blade : Untuk mendorong material


2. Lift Silinder : Menggerakkan blade
3. Carrier Roller : Penahan main frame
4. Ripper : Penggeruk
5. Sproket : Menggerakkan track
6. Main Frame : Alur carrier roller
7. Straight Frame : Batang penyanggah blade
8. Track : Roda untuk excavator
9. Cutting Edge : Meratakan permukaan tanah
10. End Bit : Menyerok material

10
Gambar 1. II-14 Bagian – Bagian Bulldozer

2.5 Teknik Pengopersian Bulldozer

1. Slot and Dozing

a. Cara ini memungkinkan muatan besar dapat didorong di depan blade. Teknik ini
banyak dipakai dalam penimbunan dan penggusuran besar besaran
b. Selalu mempergunakan gigi satu dan tidak memaksakan steering, track shoe
dijaga agar tidak terjadi spinning, atur tenaga dan blade control pada saat
membawa beban material
c. Setiap melakukan perpindahan gigi transmisi baik dari gigi transmisi maju ke
gigi transmisi mundur atau sebaliknya, bulldozer harus benar-benar berhenti dan
pindahkan ke gigi transmisi yang sesuai, dan perhatikan selalu indikator suuhu
di transmiti agar tidak overheating
d. Jika hendak berbelok pada saat sedang membawa muatan gunakan alat kendali
kemiringan bulldozer untuk berbelok, kedalaman parit tidak boleh melebihi
tinggi blade

2. Straight Dozing

a. Isilah material semaksimal mungkin, dorong material dengan selalu


menggunakan gigi satu, dan jangan memaksakan pekerjaan diluar kemampuan
bulldozer
b. Atur tenaga bulldozer, atur blade control dan jangan sampai track shoe slip.
Perhatikan kebersihan area kerja
c. Untuk mendapatkan hasil dorongan yang bagus, pertahankanlah ketinggian blade
agar permukaan tetap rata

11
d. Menggusur lurus (straight dozing) : jika blade menggali kedalam dan bagian
belakang traktor sedikit terungkit, naikan blade sedikit keatas untuk melanjutkan
pemotongan rata. Jika beban gusuran menghambat laju traktor, pindahkan gigi
transmisi rendah atau mengangkat blade sedikit.

Gambar 1. II-15 Straight Dozing

3. Dozing Up and Down (menggusur di lereng)

a. Jika bekerja di daerah kemiringan usahakan mendorong material dari area yang
lebih tinggi ke area yang lebih rendah

Gambar 1. II-16 Dozing up and down

b. Berhati-hati bila bekerja di lereng agar tidak terbalik, bila traktor tergelincir ke
samping segera putar tractor ke arah menurun
c. Jangan memotong bagian bawah tebing berlebihan karena akan mempertajam
tebing, jaga jarak jangan terlalu dekat dengan pinggiran jurang atau persis di
bawah tebing

12
Gambar 1. II-17 Memotong Bagian Bawah Tebing

d. Melakukan pekerjaan dari daerah rendah ke daerah yang lebih tinggi akan memaksa
dozer bekerja lebih berat, untuk itu operator harus selalu menggunakan gigi transmisi
satu dan perhatikan indikator suhu oli transmisi agar tidak overheating, hindarkan slip
pada track shoe

Gambar 1. II-18 Dozing down to Up

e. Memotong lereng bukit


Jika mungkin, mulailah melakukan potongan menurun. Bekerjalah dengan
posisi traktor agak miring kesebelah dalam pemotongan. Teras yang dibuat harus
cukup lebar

Gambar 1. II-19 Memotong Lereng Bukit

13
f. Bila operator akan memotong suatu perbukitan, maka lakukan teknik mendorong depan
seperti gambar dibawah

Gambar 1. II-20 Memotong Perbukitan

4. Ripping

a. Posisi saat sebelum menurunkan shank, shank harus berada pada posisi
keluar penuh, untuk menghujamkan shank ripper kedalam material,
miringkan sudut shank ripper tersebut sehingga ujung tip pada posisi yang
tepat untuk bisa masuk kedalam material yang harus dibongkar

Gambar 1. II-21Penurunan Shank

b. Setelah shank diturunkan, operator harus mengatur kecepatan putaran engine


(rpm) untuk mengantisipasi kekerasan material yang akan di ripping. Sambil
bergerak maju, masukkan shank ripper kedalam material. Setelah mencapai
kedalaman yang diinginkan, gerakkan shank ripper ke depan agar besarnya
sudut pada posisi yang paling efektif. Sudut tersebut biasanya terletak
dianatara posisi tegak lurus dan maju.

14
Gambar 1. II-22Mengatur Kecepatan Shank

c. Atur kecepatan putaran engine (rpm) bersamaan dengan mengatur posisi


shank mengarah kedalam material. Gerakkan shank ripper kedepan atau
posisi “shank in” bila menghadapi material yang sulit diangkat.

Gambar 1. II-23 Posisi Shank In

d. Setelah posisi shank diarahkan ke dalam, disesuaikan dengan jenis kekerasan


material, operator diharuskan tetap mengatur kecepatan putaran engine (rpm)
unruk menjaga agar tidak terjadi slip pada track shoe. Gerakkan shank ripper
ke belakang atau posisi “shank out” bila diperlukan jarak yang lebih lebar
antara shank ripper dan track

Gambar 2. 1 Posisi Shank Out

Gambar 1. II-24 Posisi Shank Out

e. Pada saat melakukan ripping, operator harus tetap menggunakan gigi


transmisi satu dan tidak diperkenankan mempergunakan gigi transmisi tinggi

15
f. Pada saat ripping, operator dilarang membelokkan bulldozer
g. Pada saat melakukan pembongkaran (ripping) bisa dilakukan dengan cara
menyilang, hanya dilakukan bila diperlukan

Gambar 1. II-25Ripping Cara Menyilang

h. Penambahan jarak ripping antara 1,5 m menjadi 2,0 m kearah kanan sampai
mendapatkan kondisi loading point yang tepat. Penambahan jarak 2,0 m bisa
dilakukan pada ripping pertama dan 1,5 m bisa dilakukan pada ripping kedua
(second ripping) untuk mendapatkan bongkahan yang diinginkan (dilihat dari jenis
kekerasan material)

Gambar 1. II-26 Loading Point

2.6 Produksi Bulldozer

Untuk menghitung produksi bulldozer, beberapa pabrik pembuat alat memperkirakan


produksi dozing dengan menggunakan unversal blade dan straight blade untuk bulldozer
16
tipe D7 sampai D10 Caterpillar. Sedangkan produksi didasarkan atas kondisi sebagai
berikut :
1. Efisiensi kerja 100% (60 menit perjam)
2. Fixed time (waktu tetap untuk pindah gigi) 0,005 menit
3. Berat volume tanah yang digusur 1790 kg/m3 (BM), atau 1370 kg/m3 (LM)
4. Swell 30% atau Load Factor = 0,769
5. Koefisien traksi untuk : track = 0,5 atau lebih , wheel = 0,4\
6. Blade dengan hydraullic controlled

Beberapa faktor koreksi perlu diberikan jika kondisi kerja dan ada faktor-faktor lain yang
tidak sesuai

Selain faktor- faktor tersebut diatas, ada satu faktor lagi yang harus dihitung. Yaitu
faktor “grade correction” adalah koreksi akibat landai jalan yang ditempuh.
Keterangan: + (landai naik) - (landai turun)
Apabila dari pabrik tidak ada grafik/tabel yang dapat membantu untuk estimasi
produksi, produksi dapat ditentukan secara teoritis, dengan menghitung kapasitas blade,
kemudian produksi rata – rata dihitung dengan estimasi jumlah lintasan perjamnya.
Pada kedudukan A, Bulldozer mula-mula atau dalam keadaan berhenti, pisau
sedikit masuk kedalam tanah dengan tujuan untuk menggali/menggusur. Dalam kedudukan
yang demikian ini, traktor mulai dijalankan maju, biasanya harus dalam keadaan gigi
terendah

17
Kedudukan B adalah keadaan menggusur/mengangkut tanah dengan kecepatan
tetap, jika dipandang perlu traktor dapat menambah kecepatan dengan pindah gigi, dan hal
ini akan memerlukan waktu tetap yang disebut fixed time
Kedudukan C adalah posisi membuang muatan pada akhir jalan angkut, pisau
diangkat naik sehingga tanah dapat lewat di bawah pisau. Apabila tanah di depan pisau
sudah habis tertinggal traktor dihentikan, kemudian dalam posisi pisau masih terangkat
traktor dijalankan mundur menuju kedudukan A
Jarak L adalah jarak angkut dozer, sedang waktu yang dibutuhkan untuk menjalani
jarak L pulang balik disebut waktu pulang balik atau cycle time (roundtrip time). Waktu
yang diperlukan untuk menjalani satu roundtrip dirinci sebagai berikut:
1) Waktu tetap (fixed time), adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan
tindakan-tindakan yang selalu harus dijalankan, misalnya memasukkan gigi,
menambahkan kecepatan, dan memindah gigi
2) Waktu yang tidak tetap (variable time), ialah waktu untuk bergerak maju
mendorong muatan dan waktu kembali mengambil muatan, waktu ini besarnya
tergantung jarak dan kecepatan gerak dari traktor.

Untuk estimasi produksi dapat digunakan rumus berikut :

60 m³/jam
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝑥𝐵𝐶𝑥𝐽𝐸𝑥𝐿𝐹
𝑇

Keterangan : T = cycle time, menit


BC = kapasitas blade (pisau) m³
JE = efisiensi kerja
LF = load faktor

Contoh :
Estimasikan produksi rata-rata bulldozer jika ditentukan tanah lempung berpasir,
berat volume 2700 lbs/cu-yd (BM), swell 25%, jarak gusur 100 ft. Traktor 72 HP, ukuran
blade panjang 9,5 ft, tinggi 3 ft, kecepatan maju/gusur 1,5 mph, kecepatan mundur 3,5 mph,
efisiensi kerja 50 menit/jam
Hitungan :
Kapasitas blade dihitung dengan pendekatan sbb
• Lereng tanah ditentukan 2:1

18
1 1
• Kapasitas Blade = 𝑥 𝐻 𝑥 2𝐻 𝑥 𝐿 = 2 . (3)2 . 9,5 = 85,5 𝐶𝑢 − 𝑓𝑡
2 2

85,5
= = 3,167 𝑐𝑢 − 𝑦𝑑 (𝐵𝑀)
33
• Kapasitas blade dalam BM = 3,167 : 1,25 = 2,5336 Cu-yd (BM)
• Round trip time :
100
- Dorong / maju = 1,5 𝑥 5280 60 = 0,758 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
100
- Kembali = 3,5 𝑥 5280 60 = 0,324 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
- Fixed time = 0,30 menit
- Total waktu = 1,382 menit

60 50 𝑦𝑑
• Produksi = . . 2,5336 = 91,664 𝑐𝑢 − (𝐵𝑀)
1,382 60 𝑗𝑎𝑚

Contoh 2
Suatu proyek jalan baru panjang 10 km (10000 m) dan lebar 12 meter, kondisi
topografi rata-rata datar, diketahui rata-rata kedalaman penggalian 1,5 meter, jenis
tanah biasa mudah didorong untuk dionggokkan.
Pelaksanaan penggalian menggunakan alat Bulldozer Ceterpillar D6D
dengan blade tipe straight, panjang 3.2 meter, tinggi 1.13 meter.
Metode kerja yang digunakan:
- Kecepatan maju 4.5 km/jam
- Kecepatan mundur 6 km/jam
- Effesiensi kerja 50 menit/jam
- Operator pandai
- Cuaca cerah
- Tanah gembur
- Cara kerja side by side
- Waktu pergantian gigi (ft) 0.1 menit (0.0017 jam)

Hitung:
1. Produktivitas alat dalam 1 jam.
2. Durasi pekerjaan galian.

19
3. Biaya pelaksanaan pekerjaan (Real Cost) apabila Biaya Pemilikan
(BP) sebesar Rp 300.000,00/jam dan Biaya Operasi (BO) sebesar Rp
600.000,00/jam.
4. Berapa harga satuan pekerjaan (HSP) pekerjaan galian tanah per m3?
5. Berapa biaya penawaran untuk pekerjaan galian apabila profit 10%
dan pajak 15%?

Langkah Penyelesaian:
a. Tentukan faktor yang memperngaruhi (E). Dengan menggunakan tabel
2.4, maka didapatkan:

b. Hitung volume pekerjaan gali.


V = panjang x lebar x tinggi
= 10000 x 8 x 1,5
V = 120000 m3

c. Hitung volume pekerjaan gali dalam kondisi loose.


V loose = V x nilai swell
= 120000 x 1.25
V loose = 150000 Lm3

d. Hitung kapasitas blade (B).


B = Lblade x Hblade2 x nilai swell
= 3.2 x 1.132 x 1.25
B = 5.11 Lm3

e. Hitung waktu siklus (CT).


CT = (p/v.maju) + (p/v.mundur)+ ft
= (5/4.5) + (5/6) + 0.0017
20
CT = 1.95 jam

f. Hitung faktor koreksi (E).


E = e1 x e2 x e3 x e4 x e5 x e6 x e7
= 0.84 x 1 x 1 x 1.2 x 1.2 x 0.81 x 1
E = 0.98

g. Hitung produksi alat (Q).


Q = (60 x B x E)/CT
= (60 x 5.11 x 0.98)/1.95
Q = 154.29 Lm3/jam

h. Hitung durasi pekerjaan dengan 2 alat.


Durasi = V loose/(2 x Q)
= 150000/(2 x 154.29)
Durasi = 486,097 jam

i. Hitung biaya pelaksanaan (Real Cost).


- BP dan O = BP + BO
= Rp 300.000 + Rp 600.000
BP dan O = Rp 900.000/jam

- BP dan O keseluruhan = BP dan O x durasi


= Rp 900.000 x 486,097 jam
BP dan O keseluruhan = Rp 437.487.847,6

- Real Cost = BP dan O keseluruhan + (profit x BP dan O keseluruhan)


= Rp 437.487.847,6 + (10% x Rp 437.487.847,6)
Real Cost = Rp 481.236.632,3

j. Hitung harga satuan pekerjaan (HSP) per m³.


HPS = Real Cost/V
= Rp 481.236.632,3 / 120000
HSP = Rp 4.010,30 per m3

21
k. Hitung Biaya penawaran.
Biaya Penawaran = Real Cost + (pajak x Real Cost)
= Rp 481.236.632,3 + (15% x 481.236.632,3)
Biaya Penawaran = Rp 553.422.127,1

2.7 Spesifikasi Bulldozer


Spesifikasi Bulldozer Komatsu D65 (contoh)
• Model engine : komatsu SAA6D114E-3
• Jumlah Silinder : 6 Cyl
• Tenaga : Net 153 KW 205 HP
• Rated RPM : 1950 RPM
• Undercarriage
- Jumlah Track Roller : 8 Un tiap sisi
- Jumlah Shoe : 45 Un tiap sisi
- Lebar shoe : 915 mm
- Ground contact area : 60115 cm²
- Ground pressure area : 29.8 Kpa atau 4.32 Psi
Pelumas dan bahan bakar (contoh)
• Bahan bakar : 514 lt (full tank)
• Oil mesin : 28 lt
• Oil final drive : 27 lt
• Oil transmisi : 48 lt
• Oil hidrolik : 55 lt
• Grease : untuk under carriage dan nipple

BAB III
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

22
3.1 Pengertian K3
K3 merupakan singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja. K3 merupakan hal
yang wajib diterapkan diseluruh lingkungan kerja, baik perkantoran, rumah sakit, pabrik,
sekolah-sekolah, perguruan tinggi, maupun militer.

3.2 Dasar Hukum K3


Dasar Hukum K3 yang utama adalah Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945
kemudian diteruskan dengan UU no 1 Tahun 1970, undang undang ini membahas tentang
KESELAMATAN KERJA. Dari undang-undang tersebut diteruskan dengan Permen, PP,
SE, undang-undang daerah dan lain sebagainya.Pengertian Kegiatan K3 adalah kegiatan
yang bertujuan untuk menjamin agar para pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dalam
kondisi sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat terhindar dari resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja

3.3 Tujuan K3
Tujuan utama k3 adalah mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan resiko
kecelakaan kerja (zero accident). Maksud utama dibutuhkannya k3 adalah untuk mencegah
terjadinya cacat/kematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan peralatan
kerja, mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan norma
kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yg menciptakam dan memelihara derajat
kesehatan kerja
"Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest
degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among
workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of
workers in their employment from risk resulting from factors adverse to health; the placing
and maintenance of the worker in an occupational environment adapted to his physiological
and psychological equipment and to summarize the adaptation of work to man and each
man to his job" by World Health Organization – 2002

Bila dicermati definisi K3 di atas maka definisi tersebut dapat dipilah-pilah dalam
beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah:

a. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.

23
b. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan mereka.
c. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor
yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan
dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya.

Dari pengertian di atas dapat diambil suatu tujuan dari K3 yaitu untuk menjaga dan
meningkatkan status kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi dan terbebas dari factor -
faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.

3.4 Pedoman K3 Pada Pekerjaan Pemadatan


Pekerjaan Pemadatan pada Pekerjaan Lapis Pondasi Tanah Semen mempunyai
potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu:
1) Terjadi iritasi pada kulit dan paru-paru oleh debu pada pemadatan yang kering,
2) Terjadi gangguan lalu lintas kendaraan,
3) Terjadi gangguan lalu lintas penduduk sekitar,
4) Kecelakaan akibat tanah bagian pinggir jalan tidak stabil,
5) Terluka akibat pengoperasian mesin pemadat (grader) tidak benar,
6) Terluka oleh alat kerja akibat jarak antar pekerja terlalu dekat.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan


Pemadatan pada Pekerjaan Lapis Pondasi Tanah Semen yaitu:

1) Harus dilakukan penyiraman hamparan sebelum dipadatkan,


2) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas serta penugasan petugas bendera pengatur lalu
lintas,
3) Pembuatan jalan sementara bagi penduduk sekitar,
4) Dilakukan pemeriksaan stabilitas tanah terutama dibagian pinggir jalan, bila perlu
diadakan pengujian,

24
5) Dilakukan pengecekan kelayakan mesin pemadat, operator harus tenaga terampil
danberpengalaman dan pengoperasian alat pemadat harus benar, senantiasa menjaga
jarak aman antara pekerja satu dengan pekerja lainnya.

3.5 Alat Pelindung Diri (APD)


Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk
melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa
terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang
bekerja dalan suatu lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh
seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak
yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan konstraktor berkewajiban menyediakan semua
keperluan peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau personal protective
Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu:

3.5.1 Pakaian Kerja


Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-
pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi
proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka
selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang
dikenakan oleh karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul
masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

Gambar 1. III-1Pakaian Kerja di Proyek

25
3.5.2 Sepatu kerja (safety shoes)

Sepatu kerja (safety shoes merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap


pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas
berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh
kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak
terluka kalau tertimpa benda dari atas.

Gambar 1. III-2 Sepatu Kerja

3.5.3 Alat Pelindung Mata dan Muka


Alat pelindung mata dan muka digunakan untuk melidungi mata dan muka
dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat
partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata.
Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan.

Gambar 1. III-3Alat pelindung mata dan muka

26
3.5.4 Sarung Tangan
Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi
tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan
kegiatannya.

Gambar 1. III-4 Sarung Tangan

3.5.5 Helm
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala,
dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk
mengunakannya dengar benar sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk
melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada
barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas.

Gambar 1. III-5 Helm Proyek

27
3.5.6 P3K
P3K Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan
ataupun berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan
pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib
menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.

Gambar 1. III-6 Kotak P3K

3.6 Keselamatan Pengoperasian


Dengan semakin meningkatnya penggunaan alat berat khususnya compactor di bidang
industri dan jasa, dimana alat berat dapat juga menyebabkan kecelakaan yang dapat
menimbulkan kerugian baik terhadap harta maupun jiwa manusia, maka perlu diusahakan
pencegahan.

Agar pengoperasiannya dapat dilaksanakan dengan aman maka perlu diperhatikan beberapa
hal berikut:

1. Operator

Hanya operator yang telah ditunjuk yang berhak mengoperasikan Bulleozer –


Catpillar yang ditunjuk haruslah sesuai dengan kualifikasi dan syarat-syarat sebagai
berikut:

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. PER.05/ MEN/ 1985 tentang pesawat
angkat dan angkut;
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi R.I. No. PER. 09/ MEN/
VII/2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut;
• Undang-Undang No.1 Thn 1970 tentang Keselamatan Kerja.

28
2. APAR (Alat Pemadam Kebakaran)

Alat berat harus dilengkapi dengan Alat Pemadam Kebakaran (APAR).

3. Alat Lengkap dan Berfungsi dengan baik

Alat indikator pada mesin harus lengkap dan berfungsi.

29
4. Memperhatikan Petunjuk Penggunaan

Lihatlah label peringatan dan stiker yang ada di sekitar mesin untuk
peringatan spesifik lainnya atau instruksi pada mesin tertentu.

Gambar 1. III-7Label Petunjuk Penggunaan dan Peringatan


5. Pada
saat berhenti bekerja / istirahat alat berat harus diparkir di tempat yang rata.
6. Pada saat pengisian bahan bakar mesin harus dimatikan.
7. Pengecekan sebelum operasi: pelumas, air, radiator, air accu, attachment, lampu
spion, dan APAR dll.

3.7 Penanganan Kecelakaan Kerja


Dalam pelaksanaan tanggap darurat harus sesuai dengan prosedur
pengevakuasian lapangan (medevac) yang telah direncanakan seperti
pada bagan berikut ini:

30
Gambar 1. III-8Kecelakaan Meninggal Dunia

31
Gambar 1. III-9Bagan Alir Penanganan Keluhan

32
z

Gambar 1. III-10Kecelakaan Kerja Meninggal Dunia

33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Bulldozer merupakan sebuah alat berat yang menggunakan traktor sebagai
penggerak utama dengan roda rantai maupun ban untuk bergerak.
2. Fungsi dari bulldozer diantaranya adalah untuk mendorong tanah, seperti meratakan tanah
dan mengupas permukaan humus tanah.
3. Bulldozer dibedakan menjadi berbagai macam jenis yaitu berdasasarkan jenis blade,
berdasarkan alat gerak/track shoe, berdasarkan alat kendali blade, dan berdasarkan
pengoperasian bulldozer
4. Bagian-bagian umum bulldozer terdiri dari blade, lift silinder, carrier roller, ripper,
sproket, main frame, straight frame, track, cutting edge, dan end bit
5. Setiap perusahaan konstruksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting
dalam masa pembangunan konstruksi. Oleh karena itu, setiap perusahaan konstruksi
wajib menyediakan semua keperluan peralatan/ perlengkapan perlindungn diri
(APD) atau Personal protective equipment (PPE) untuk semua karyawan yang
bekerja.

4.2 Saran
Sebelum menentukan tipe dan jumlah peralatan dan alat berat sebaiknya dipahami
terlebih dahulu fungsi dan aplikasinya. Terdapat beraneka macam alat berat yang sering
dipergunakan dalam pekerjaan konstruksi. Sehingga tidak akan terjadi penggunaan alat
berat yang kurang tepat. Apabila itu terjadi, kondisi dan situasi di lapangan pekerjaan akan
berpengaruh berupa kerugian antara lain : rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau
target yang telah ditentukan

34
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, F. T. (2009). Alat-Alat Gusur. Medan.


Realminers. (2012, Desember). Teknik Operasi Bulldozer. Retrieved from Mining New:
http://www.miningnew.com/2012/12/teknik-operasi-bulldozer.html
Rengkodriders. (2011, Desember 17). Bulldozer. Retrieved from Rengkodriders:
https://rengkodriders.wordpress.com/2011/12/17/bulldozer/
Soemardikatmodjo, I. (2003). Alat-Alat Berat. Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai