Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CA TULANG

UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP

PRODI S1 KEPRAWATAN

TAHUN 2022/2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu)
menimbulkan nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang
menjadi lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau
payudara).Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara periosteal (bila dibandingkan dengan tumor
primer).Yang paling penting, hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda.Jarang dapat
dikenali tumor primer dari mana metastase berasal.( Tucker.1993 ) 2. Etiologi Beberapa tumor ganas
yang sering bermetastasis ke tulang antara lain :  Prostat ( paling sering bagi pria )  Payudara (paling
sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan metastasis ke tulang.  Paru-paru, 1/3 dari
kasusmenunjukkan metastasis ke tulang.  Ginjal  Multypel myeloma merupakan tumor ganas
tulang,dengan gejala klinis nyeri yang menetap, nyeri pinggang yang kadang-kadang disertai radikuler
serta kelemahan gerak. Gejala umum anemia,anoreksia, muntah-muntah.dan gangguan psikis. 
Gambaran radiologisnya;densitas tulang tampak berkurang akibat osteoporosis . Gambaran ini bisa
berbentuk lubang-lubang pukulan yang kecil (punched out) yang bentukya bervariasi serta daerah
radiolusen yang berbatas tegas.  Lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan menyebar ketulang
lain, paling sering tulang belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak. 3. Klasifikasi Keganasan tulang
primer diklasifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel atau jaringan yang mendasarinya.Tipe
tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa, retikuloendotelial dan vaskular. Secara umum,
kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang sekunder dan kanker tulang primer. Kanker
tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari organ lain
dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya kanker tulang sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker
sebelumnya seperti kanker paru-paru yang menyebar ke tulang kemudian berkembang menjadi kanker
tulang. Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada tulang-tulang
rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada tubuh, jenis
kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti kanker paru-paru,
kanker payudara dan kanker prostat. Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan
oleh sel-sel kanker yang berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada
tulang.
4. Patofisiologi Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain : - Perluasan
secara langsung - Mengikuti aliran darah balik vena - Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan
limfe. Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapilerkapiler pada tulang.
Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler tulang bagian
distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang. Sel-sel kanker yang telah
menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan
substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis
sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) α dan β, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ),
dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini
menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase
ke tulang oleh kanker payudara. Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang
dapat menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau
osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan
ini dapat menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi
lebih mudah patah. 5. Pathway
Kanker Tulang Zat karsinogen ↓ Timbulnya sel kanker ↓ Bermetastase melalui PD ↓ Sumsum tulang ↓
Mengalami kerusakan yang luas Aktivitas hematopoetik Pembentukan substrat ↓ perkembangan sel
kanker di tulang ↓ ↓ ↓ Plasma tdk matang Anemia proses penyakit gangguan ortopedik ↓ ↓ ↓ ↓
Pembelahan sel Oksigenasi sel ↓ kurang pengetahuan tindakan operasi yang abnormal ↓ ↓ ↓ ↓
Gangguan metabolic persepsi tentang penyakit hilangnya anggota tubuh jumlah sel meningkat ↓
ansietas gangguan harga diri ↓ Transport nutrisi ke sel tubuh ↓ ↓ Menekan saraf nyeri ↓ koping tidak
efektif ↓ Gangguan Nutrisi Nyeri Akut 6. Manifestasi Klinik a. Nyeri tulang Nyeri tulang adalah gejala
yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang
disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum
oleh tumor.Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat. b.
Fraktur Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan
beresiko untuk mengalami fraktur.Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya.Daerah
yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta
vertebra. c. Penekanan medula spinalis Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla
spinalis menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga
parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen. d.
Peninggian kadar kalsium dalam darah Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium
dari tulang.Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi,
kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran. e. Gejala lainnya Apabila metastasis sampai ke sum-sum
tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah yang terkena.Anemia dapat terjadi apabila
mengenai sel darah merah.Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah
terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan. 7. Pemeriksaan
Penunjang a. Foto tulang konvensional Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter
metastasis ke tulang. b. Gambaran CT-Scan CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada
tulang yang susah atau tidak dapat ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau
keterlibatan jaringan. c. MRI Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk
mendeteksi suatu metastasis lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning. Pada pemeriksaan MRI
didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering soliter),lesi multipel dengan
metastasis ke aksis dari pada rangkaian. d. Scintigraphy ( nuclear medicine ) Skintigrafi adalah metode
yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai metastasis ke tulang. e. Pemeriksaan
bone survey (foto seluruh tubuh) Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik
konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik
yaitu skelet, foto bone survey dapat memberikan gambaran klinik yaitu: - Lokasi lesi lebih akuran apakah
daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada organ-organ tertentu. - Apakah tumor bersifat soliter
atau multiple. - Jenis tulang yang terkena. - Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor 8.
Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan medis Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat
jaringan ganas dengan metode seefektip mungkin : - Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan
mengamputasi - Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500- 3000ml/hari)
unutuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia. - Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat
metastasis. - Kemoterapi dan terapi hormonal Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-
sel kanker didalam tubuh.Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon
digunakan untuk menghambat aktivitas hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.  Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area
metastasis.  Pembedahan Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.Biasanya
pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan
beberapa ornament untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis. b.
Penatalaksanaan keperawatan 1. Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik
relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika). 2.
Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke
ahli psikologi atau rohaniawan. 3. Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual,
muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi
yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian
nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. 4. Pendidikan kesehatan Pasien dan
keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi,
dan teknik perawatan luka di rumah (Smeltzer. 2001) BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS : Tn.Y umur
25 thn mengeluh nyeri pada bagian kaki bagian kanan. Nyeri hilang timbul sejak 2 bln yang lalu dan
terasa nyeri berat saat digunakan aktivitas berat. Terlihat ada pembengkakan dibagian kaki kanan. Klien
mengeluh demam saat nyeri muncul. Klien terlihat jalan timpang. A. PENGKAJIAN Tanggal pengkajian : 5
Mei 2012 Ruangan : Ruang Bedah 1. Identitas klien a. Nama : Tn.X b. No. MR : 16.05.05 c. Umur : 25 thn
d. Pekerjaan : swasta e. Agama : Islam f. Jenis kelamin : Laki-Laki g. Alamat : Jombang h. Tanggal masuk
RS : 05-05-2016 i. Alasan masuk RS : nyeri pada bagian kaki j. Cara masuk RS : melalui IGD k. Penanggung
jawab : Diri sendiri l. Riwayat alergi : tidak ada 1) Obat : - 2) Makanan : - m. Alat bantu yang terpakai :
cruth 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki
kanan dan mengalami pembengkakan. b. Riwayat kesehatan dahulu Pasien merasakan nyeri kaki kurang
lebih 2 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul. c. Riwayat kesehatan sekarang Pasien mengalami adanya
masa / pembengkakan pada tulang, demam, nyeri progresif, kelemahan, pasien berjalan timpang, kaki
terasa nyeri saat dipakai untuk melakukan aktivitas berat. Pembengkakan pada tumor mungkin teraba
hangat dan agak memerah. d. Riwayat kesehatan keluarga Ada keluarga ( keturunan sebelumnya) yang
menderita kanker tulang tumor lainnya. 3. Tanda- tanda vital Tekanan darah : 130/90 mmHg Nadi :
80x/mnt Pernafasan : 24x/mnt Suhu : 37,5 C 4. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum klien 1) Timgkat
kesadaran : compos metis 2) Berat badan : 45 kg 3) Tinggi badan : 159 cm b. Rambut Keadaan kulit
kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok, tidak ada lesi, warna rambut hitam, tidak bau dan
tidak ada edema c. Wajah Tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada lesi d. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik e. Hidung Simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada polip, dan tidak
ada lesi f. Telinga Simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik. g. Mulut Berwarna pucat dengan
sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih. h. Leher Tidak ada
pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP i. Dada
dan Thorax : Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris Palpasi : getaran dada kiri
dan kanan sama (vocal premitus). Perkusi : bunyi suaranya sonor. Auskultasi : Bunyi pernapasan
vesikuler. j. Kardiovaskuler : Inspeksi : ictus cordis terlihat Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari Perkusi : di
intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak
ada bunyi tambahan k. Abdomen : Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut
sirkulasi kolateral. Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus. Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran
pada abdomen,tidak kram pada abdomen. Perkusi : Biasanya tympani l. Genitaurinaria : Biasanya
adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna kehijauan karena bercampur dengan
empedu dan bersifat banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diserat oleh usus. m.
Lengan-Lengan Tungkai : Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak
pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis, biasanya
terabanya benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang. n. Sistem Persyarapan : Biasanya kelemahan
otot dan penurunan kekuatan 5. Pengkajian Nyeri P : Nyeri saat kaki kanan digerakkan Q : Nyeri seperti
tertusuk pisau R : Ujung kaki sampai paha kanan S : Skala 7 ( 1 – 10 ) T : 15 – 30 Menit 6. Pemeriksaan
diagnostik a. Rontgen tulang yang terkena b. Pemeriksaan radiogram untuk melihat aktifitas osteoblas
dan osteoklas pada kanker tulang terjadi peningkatan osteoklas atau osteoblas c. Ct scan tulang yang
terkena d. Ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru e. Biopsi terbuka dilakukan
untuk identifikasi histologik, biopsi harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya
penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor f. Skening tulang untuk melihat
penyebaran tumor g. Labor pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)
B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI NIC NOC No Diagnosa NOC NIC 1 Nyeri Definisi : Pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedekimikian rupa (international) Association for
the studay of pain: awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensits ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi > 6 bln Batasan karakteristik  Perubahan selera makan 
Perubahan tekanan darah  Perubahan frekuensi jantung  Perubahan frekuensi pernafasan  Laporan
isyarat  Diaforesis  Prilaku distraksi (mis, berjalan mondar-mandir mencari orang lain atau aktivitas
lain, aktivitas yang berulang)  Mengekskresikan prilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)  Masker
wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus
meringis)  Pain level  Pain kontrol  Compor level Kriteria hasil  Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan )  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu
mengennali nyeri ( skala intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang Pain managemen  Tentukan riwayat nyeri, misal: lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensita
(skala 0-10), dan tindakan penghilangan yang digunakan  Evaluasi/ sadari terapi tertentu misal: radiasi,
pembedahan, kemoterapi, bioterapi, ajarkan pasien atau orang terdekat apa yang diharapkan  Berikan
tindakan kenyamanan dasar, misal: resposisi, gosokan punggung dan aktifitas hiburan misal: musik dan
televisi  Dorong penggunaan keterampilan manejemen nyeri(misal: teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi), tertawa, musik dan sentuhan teraupetik.  Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol
nilai aturan pengobatan bila perlu  Sikap melindungi area nyeri  Fokus menyempit (mis, gangguan
persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan  Indikasi
nyri yang dapat diamati  Perubahan posisi untuk menghindari nyeri  Sikp tubuh melindungi  Dilatasi
pupil  Melaporkan nyeri secara verbal  Gangguan tidur Faktor yang berhubungan  Agen cedera (mis,
biologis, zat kimia, fisik, psikologis) 2. Resiko terhadap cedera Defenisi : berisiko mengalami cedera
sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defensif individu
Faktor resiko :  Eksternal - Biologis (mis, tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme - Zat kimia (mis,
racun, polutan, obat, agenes farmasi, alkohol, nikotin, pengawat, kosmetik, pewarna) - Manusia (mis,
agen nosokomial, pola ketegangan, atau fakror kognitif, afektif, dan psikomotor ) - Cara
pemindahan/transpor Risk kontrol Kriteria hasil klien terbebas dari cedera  klien mampu
menjelaskan cara/ metode untuk mencegah injury/cedera  klien mampu menjelaskan faktor risiko dari
lingkungan/perilaku personal  mampu memodifikasigaya hidup untuk mencegah njuri menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada  mampu mengenali perubahan status kesehatan Environment
management(manajemen lingkungan) sediakan lingkungan yang aman untuk pasien  identifikasi
kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien  menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
memasang side rali tempat tidur  menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih 
menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien - Nutrisi ( mis, desain, struktur, dan
pengaturan komunitas, bangunan,dan peralatan  Internal - Profil darah yang abnormal (mis,
leukositosis/leukopenia, gangguan faktor koagulasi, trombositopenia, sel sabit, talasemia, penurunan
hemoglobin) - Disfungsi biokimia - Usia perkembangan (fisiologis, psikososial) - Disfungsi efektor -
Disfungsi imun-auto imun - Disfungsi integratif - Malnutrisi - Fisik (mis, integritas kulit tidak utuh,
gangguan mobilitas) - Psikologis(orientasi efektif) - Disfungsi sensorik - Hipoksia jaringan membatasi
pengunjung menganjurkan keluarga untuk menemani pasien mengontrol lingkungan dari kebisingan
 memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan menyebabkan penyakit. 3 Intoleransi
aktifitas : Definisi: ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan
karakteristik:  respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas  respon frekwensi jantung abnormal
terhadap aktivitas  perubahan EKG yang mencerminkan aritmia  perubahan EKG yang mencerminkan
iskimia  ketidaknyamanan setelah beraktifitas  dipsnea setelah beraktifitas energy conservion
aktivity tolerance self care : ADLS Kriteri hasil:  berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR  mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLS) secara
mandiri tanda-tanda vitas normal energy psikomotor level kelemahan a. Diskusikan dengan pasien/
orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi
pasien/rumah dan aktifitas kerja b. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan
pengobatan tertentu, termasuk kemungkinan efek aktifitas seksual dan rasa ketertarikan / keinginan
misal alopesia, kecatatan bedah, beri tau pasien bahwa tidak semua efek samping terjadi  menyatakan
merasa letih  menyatakan merasa lemah faktor yang berhubungan:  tirah baring atau imobilitas 
kelemahan umum  ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen  imobilitas  gaya hidup
monoton  mampu perpindah: dengan atau tanpa bantuan alat status kardiopulmunari adekuat
sirkulasi status baik  status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat c. Dorong diskusi tentang/
pecahkan masalah tentang efek kanker / pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua,
dan sebagainya. d. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa konseling
sering perlu dan penting dalam proses adaptif e. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan
oleh pasien / orang terdekat f. Berikan dukungan emosi untuk pasien / orang terdekat selama tes
diagnostik dan fase pengobatan g. Gunakan sentuhan selama interksi, bila diterima pada pasien dan
dapat mempertahankan kontak mata. BAB IV PEMBAHASAN Pada
pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori pada BAB II dengan asuhan keperawatan pada Tn
”X” dengan Ca Tulang pada tanggal 05 Mei 2012 sampai di ruang Bedah . Pembahasan meliputi : berikut
ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan keperawatan pada pasien Tn “X” dengan Ca Tulang di ruang
Bedah sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan
perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Menurut (Tucker.2000) Tumor Tulang yaitu pertumbuhan
abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas. Gejalanya nyeri tulang, fraktur, penekanan medula
spinalis, kadal kalsium dalam darah tinggi. Pada pasien dengan kasus ca tulang kami temukan dengan
keluhan nyeri di daerah kaki kanan dan mengalami pembengkakan. Nyeri disebabakan karena
pembelahan sel yang abnormal sehingga jumlah sel meningkat dan menekan syaraf nyeri sehingga
pasien dengan kasus ca tulang mengalami nyeri dan bengkak pada kaki kanan A. Pembahasan
Pengkajian Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis membandingkan antara teori pengkajian
menurut Doengoes (2002) dengan data hasil pengkajian pada Tn “X” dengan Ca Tulang. Untuk
memperoleh data tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga, melakukan
pemeriksaan fisik observasi serta dari mempelajari satus pasien. Data yang dikaji sesuai dengan Data
dasar pengkajian menurut Doengoes (2002), pengkajian pada klien dengan Ca Tulang. yaitu meliputi
identitas pasien, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, pola kebiasaan sehari-hari. Data yang sesuai
denga Doengoes (2002) muncul pada kasus adalah nyeri pada kaki kanan, aktivitas terganggu, dan
memar serta bengkak pada kaki yang terasa nyeri. Nyeri timbul saat kaki kanan digerakkan terasa seperti
tertusuk pisau menjalar sampai ujung kaki kanan sampai paha dengan skala 7 ( 1-10) selama 15 – 30
menit dengan diposisikan yang nyaman, nyeri berkurang. Pada tahap pengkajian penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti dikarenakan pasien dan keluarga cukup kooperatif. B. Diagnosa
keperawatan Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis menggunakan pendapat
Doengoes (2002) sebagai dasar untuk perumusan diagnosis keperawatannya, penulis mengacu pada
rumusan diagnosa NANDA (2009-2011). Menurut Doengoes (2002) diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien Tn “X” dengan Ca Tulang adalah 1. Nyeri Menurut NANDA 2009-2011 Pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedekimikian rupa awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensits ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi > 6 bln. Diagnosa
ini muncul karena padasaat pengkajian kepada pasien Tn “D” Penulis mendapatkan data-data yang
menunjang untuk ditegakkanya diagnosa Nyeri. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan
data pada pasien Tn “D” pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan. 2. Resiko Cedera Menurut NANDA
2009-2011 berisiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan
sumber adaftif dan sumber defensif individu. Diagnosa ini muncul karena padasaat pengkajian kepada
pasien Tn “D” Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa Resiko
Cedera. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien Tn “D” pasien
mengatakan menggunakan alat bantu saat melakukan aktivitas. 3. Intoleransi aktivitas Menurut NANDA
2009-2011 ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan
aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Diagnosa ini muncul karena
padasaat pengkajian kepada pasien Tn “D” Penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk
ditegakkanya diagnosa Resiko Cedera. Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada
pasien Tn “D” pasien mengatakan cepat lelah saat aktifitas, dan aktifitasnya terganggu. Diagnosa yang
terdapat dalam Doengoes (2002) namun tidak ditemukan pada pasien Tn “W” 1. Kurang pengetahuan
Menurut NANDA 2009-2011 kurang pengetahuan adalah tidak ada atu kurang informasi kognitif
berhubungan dengan topik yang spesifik. Pada saat pengkajian pasien dan keluarga tidak menunjukan
adanya kurang pengetahuan. Dikarenakan pasien dan keluarga sudah sering mendapatkan informasi
dari petugas kesehatan lain mengenai Ca Tulang, sehingga pada saat penulis menanyakan pasien dan
keluarga mampu menjawab dengan benar tentang penyakit yang dialaminya. Faktor pendukung, saat
dilakukan pengkajian dan observasi pasien dan keluarga kooperatif. Faktir penghambat tidak ada. C.
Intervensi/perencanaan Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah.
Dalam penetuan prioritas, penulis menetukan berdasarkan teori Hirarki Maslow dan masalah yang
mengancam jiwa pasien diprioritaskan terlebih dahulu. Penetuan prioritas dilakukan karenan tidak
semua masalah dapat diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-masing diagnosa
untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih banyak melihat dari kondisi pasien, keadaan
tempat/ruangan dan sumberdaya dari tim kesehatan. Pada penetuan kriterian waktu, penulis juga
menetapkan berdasarkan kondisi pasien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah disusun
dan telah ditetapkan dapat tercapai. Adapaun pembahasan perencanaan kepada pasien Tn “X” dengan
Ca Tulang, sesuai prioritas diagnosa keperawatan sebagi berikut : 1. Nyeri akut berhubungan dengan
penyakit, tujuan utamanya adalah mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : tanda vital dalam
rentang normal (Tekanan darah : 110/80 mmHg, sampai 120/80mmHg, Nadi : 60-100x/menit, respirasi
rate : 18-24x/mrnit), skala nyeri menurun. Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC), perencanannya adalah
monitor TTV, kaji nyeri, manajemen nyeri, teknik relaksasi dan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat. 2. Resiko Cedera, tujuan utamanya adalah mampu mengontrol cidera dengan kriteria
hasil : mampu mencegah cedera, bebas dari cedera, mampu menggunakan alat bantu. Perencanaan
untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC), perencanannya adalah sediakan lingkungan yang nyaman, identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, anjurkan keluarga menemani pasien, kontrol lingkungan. 3. Intoleransi aktifitas,
tujuan utamanya adalah terpenuhinya ADL dengan kriteria hasil : mampu melakukan aktifitas sendiri,
mampu berpindah dengan alat bantu tanpa cedera. Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai
dengan Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC),
perencanannya adalah kaji kebutuhan aktifitas pasien, tinjau ulang efek samping dan antisipasinya,
diskusikan tentang masalah yang ada, ajarkan pasien melakukan aktifikasnya, berikan dukungan pada
pasien. D. Implementasi/pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan
dengansusunan perencanaan , dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara
optimal. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim
kesehatan lain sehingga dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien .
dalam pelaksanaan penulis juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan kolaborasi dengan
dokter dan tim kesehatan lainya. Dalam hal ini. Faktor pendukung pasien, keluarga dan tim kesehatan
lain mudah untuk dilakukan kerjasama. Dalam hal hubungan baik antara pasien, keluarga dan tim
kesehatan lain memper mudah untuk penyembuhan pasien. Adapun pembahasan pelaksanaan dari
masing-masing diagnosa yang telah tersusun adalah sebagai berikut : 1. Nyeri akut berhubungan dengan
penyakit. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori Nursing Interventions
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-
2011). a. Monitor TTV TD : 130/90mmHg, N : 89x/m, RR : 20x/m, S : 36 0C b. Meng kaji nyeri P : Nyeri
saat kaki kanan digerakkan Q : Nyeri seperti tertusuk pisau R : Ujung kaki sampai paha kanan S : Skala 7
( 1 – 10 ) T : 15 – 30 Menit c. Manajemen nyeri d. Mengajarkan teknik relaksasi e. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat anti nyeri 2. Resiko Cedera. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah
sesuai dengan teori Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC)
. Diagnosa ini diambil dari NANDA (2009-2011). a. Menyyediakan lingkungan yang nyaman b. Meng
identifikasi kebutuhan keamanan pasien c. Menganjurkan keluarga menemani pasien d. Mengontrol
lingkungan pasien 3. Intoleransi aktifitas. Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan
teori Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) . Diagnosa ini
diambil dari NANDA (2009-2011). a. Mnegkaji kebutuhan aktifitas pasien b. Meninjau ulang efek
samping dan antisipasinya c. Melakukan diskusi dengan pasien tentang masalah yang ada d.
Mengaajarkan pasien melakukan aktifikasnya e. Memberikan dukungan pada pasien E. Evaluasi Pada
evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanakan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi
disesuaikan dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan dan waktu yang telah ditentukan pada
tujuan keperawatan. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya.
(Nursalam, 2008). Adapun evaluasi hasil dari masing-masing diagnosa keperawatan adalah sebagai
berikut : 1. Nyeri akut berhubungan dengan penyakit, tujuan tercapai dengan idikator : TTV dalam batas
normal sebagi berikut TD : 130/90mmHg, N : 89x/m, RR : 20x/m, S : 36 0C, skala nyeri menurun dengan
skala 5 (1-10). 2. Resiko cedera, tujuan tercapai dengan indikator : mampu mencegah cedera, bebas dari
cedera, mampu menggunakan alat bantu 3. Intoleransi aktifitas, tujuan tercapai dengan indikator :
mampu melakukan aktifitas sendiri, mampu berpindah dengan alat bantu tanpa cedera BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu)
menimbulkan nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang
menjadi lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau payudara).
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat asalnya
( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari suatu tumor
primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran darah ataupun
aliran limfe. Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja. Osteosarkoma merupakan
tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada
umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir
masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti tidak
diketahui. bukti- bukti mendukung bahwa osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan. Untuk
kanker tulang sekunder merupakan metastase dari kanker primer diorgan lain, misalnya pada payudara
paru, prostat, ginjal dll. B. SARAN Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Asuhan Keperaatan Kanker
tulang(Metastasis) ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian sangat saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini. DAFTAR PUSTAKA 1.
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGCDonges Marilynn, E.
(1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC 2. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar
Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi 8.Vol 3. Jakarta. EGC 3. Price Sylvia,A (1994),Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .Edisi 4. Jakarta. EGC 4. Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie
Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan Dewasa). Yokyakarta: Nuha Medika 5.
Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC 6. Nurarif Amin Huda, Kusuma
Hardhi,2013. Panduan penyusunan asuhan keperawatan profesional. Jakarta: EGC 7. Pearce. C Evelyn,
2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai