Oleh
Dra. NI NYOMAN RATINI, M.Si
19670401 199303 2 001
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
Termodinamika dalam arti sempit merupakan salah satu ranting dari
I KONSEP DASAR TERMODINAMIKA Ilmu Alam, Ilmu fisika yang mempelajari materi yang ada dalam
keadaan setimbang terhadap perubahan temperatur, tekanan,
1.1. Pengertian volume, dan komposisi kimia. Termodinamika didasarkan pada empat
konsepsi empiris, yaitu: hukum ke nol, pertama (yang berkaitan
Termodinamika merupakan bagian dari cabang Fisika yang namanya dengan kerja suatu sistem), kedua, dan ketiga Termodinamika. Oleh
Termofisika (Thermal Physics). Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari karena itu, sebagian ahli menyatakan, Termodinamika merupakan
hubungan antara energi dan kerja dari suatu sistem. Termodinamika hanya ranting Fisika yang mempelajari hubungan antara kalor dan kerja.
mempelajari besaran-besaran yang berskala besar (makroskopis) dari Secara umum Termodinamika dapat dimanfaatkan untuk:
sistem yang dapat diamati dan diukur dalam eksperimen. Besaran-besaran 1. menjelaskan kerja beberapa sistem termodinamis.
yang berskala kecil (mikroskopis) dipelajari dalam Teori Kinetik Gas (Kinetic 2. menjelaskan mengapa suatu sistem termodinamis tidak bekerja
Theory of Gas) atau Fisika Statistik (Statistical Physics). sesuai dengan yang diharapkan.
Termodinamika juga dapat diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan kaitan 3. menjelaskan mengapa suatu sistem termodinamis sama sekali
antara besaran fisis tertentu yang menggambarkan sikap zat di bawah tidak mungkin dapat bekerja.
pengaruh kalor. Besaran fisis ini disebut koordinat makroskopis sistem. Kaitan
atau rumus yang menjelaskan hubungan antar besaran fisis diperoleh dari
eksperimen dan kemudian dapat digunakan untuk meramalkan perilaku zat
di bawah pengaruh kalor. Jadi, Termodinamika merupakan ilmu yang
berlandaskan pada hasil-hasil eksperimen.
2.3 Diagram PT Untuk Zat Murni (dlm gb θ=T) 2.4 Permukaan PVT
2.7. Teorema Matematis Dari ketiga koordinat tsb hanya ada dua yang bebas, yaitu x dan z.
Jika ada hub. antara tiga koordinat yaitu x,y dan z; jadi jadi, jika dz=0, maka dx ≠0, kita dapatkan
f(x,y,z) = 0, kemudian : x y
x y x 1
x z z
x=x(y,z) dx dy dz.....(1)
y z z y x 1
y
y
atau
y y ......(2)
z
y=y(x,z) x
dy dx dz z
dx dx dz dz x y
y z x z z x z y y z
x
z x z y
x y x y x
dx dx dz x y z
y z x z y z z x z y y z x 1
z x y
Perubahan tekanan
Dalam hal sistem hidrostatik, terorema di atas menghasilkan : P P
x y z P=P(T,V) dP dT dV
f (x,y,z) =0 y z x 1 T V V T
z x y
atau 1
P V P dP dT dV
V
f(P,V,T) =0 V T T P T V
untuk volume tetap (dV=0):
didefinisikan : 1 V
V T P dP dT
1 V dgn mengintegralkan kedua keadaan itu, kita dapatkan:
T
V P T
f
jadi
V
P f Pi
dT
T
i
P P V P
T
V
perubahan infinitesimal : P Pi T Ti
T V V T T
f f
P
P T
2.8. Kawat teregang Turunan ini berkaitan dgn kuantitas fisis, kita difinisikan kemuaian
linier α :
Untuk seutas kawat dlm koordinat
termodinamika ( ,L,T) pada temperatur tetap,
1 L
hukum Hooke berlaku L T
Menurut definisi, modulus Young isoterm, yg dilambangkan Y :
tetapan( L L0 ) L
Y
A L T
dgn L0 menyatakan panjang ketika dengan :
tegangannya nol = gaya tegangan kawat (N)
Jika kawat mengalami perubahan Y = modulus Young ( N / m 2 )
perubahan panjang infinitesimal : A= luas penampang kawat
L = panjang kawat
L L
L L(T , ) dL dT d T = temperatur gas ideal
T T
M
B o Sistem hidrostatik Tekanan P Volum V
V Kawat teregang Gaya tegang Panjang L
berdasarkan percobaan bahwa magnetisasi sebagian besar Selaput permukaan Tegangan permukaan
Luas A
padatan paramagnetik mrpkan fungsi dari hasil bagi intensitas Sel listrik Elektromotansi ε Muatan Z
magnetik dgn temperatur, yaitu : Lempeng dielektrik Intensitas listrik E Polarisasi П
H
M Cc pers Curie Batang paramagnetik Intensitas magnetik H Magnetisasi M
T
dgn :
Cc = tetapan Curie
A.m 2
Cc K m3 K
A/ m
v f
PA W if
vi
PdV
maka
dW PdV
3.4 Kerja bergantung pada lintasan 3.5. Kerja dalam proses kuasi-statik
Pemuaian atau pemampatan isoterm yang kuasi-statik dari gas ideal
(isobar) : vf
2 Po
W PdV
i a
vi
(isovolum)
Wbf Po dV PoVo Vf
● garis lurus dari i ke f : W 2 ,30 nRT log
vo
Vi
2 vo
1 3
W if
vo
2
( Po 2 Po ) dV Po V o
2
Pertambahan tekanan, proses isoterm yang kuasi-statik pada zat padat bila :
m m
: V W ( P f2 Pi 2 )
2
W PdV o
Contoh : untuk tembaga pada 0 C
V V diketahui : 8930 kg / m 3
V=V(P,T) dV dP dT
P T T P 7 ,16 x 10 12 Pa 1
m 100 kg
ingat ketermampatan isoterm (kompresibilitas): Pi 0
P f 1000 atm 1 , 01 x 10 8 Pa
1 V
V P T
dV VdP
jadi : W
100 kgx 7 ,16 x10 12 Pa 1 x (1, 01 x10 8 Pa ) 2
substitusika dV, kita peroleh : 2 x 8930 kg / m 3
Pf
V 0 , 411 kJ
W ( P f2 Pi 2 )
W VPdP
Pi
2
Tabel kerja sistem sederhana Soal
Sistem sederhana Kuantitas Kuantitas Kerja (J) 1. Hitunglah kerja yang dilakukan oleh 1 mol gas
intensif ekstensif
dalamv i proses pemuaian
v f isoterm kuasi-statik
Sistem hidrostatik P (pa) V (m3 ) dW PdV dari volume awal ke volume akhir bila
Kawat F (N) L(m)
persamaan keadaannya :
dW FdL
Selaput permukaan S (N/m) A(m2 ) a. P(v b) RT (R,b = tetapan)
dW SdA
Sel terbalikkan ε (V) Z (C) dW dZ
B
Padatan dielektrik E (V/m) П (C.m)
dW Ed b. Pv RT (1 ) [ R =tetapan, B=f(T)]
v
Padatan magnetik Н (A/m) М (A. m2) ) dW 0 dM
IV KALOR DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA 4.2. Kesetaraan Kerja dan Kalor
4.1. Definisi dan Satuan Kalor Untuk mengubah keadaan sistem, tidak hanya dilakukan dengan
cara melibatkan kerja pada sistem. Tinjau kasus-kasus berikut
Kalor disebut juga dengan panas didefinisikan sebagai ini:
energi yang mengalir atau berpindah (masuk atau keluar) – Sejumlah fluida mengalami pemuaian adiabat dalam suatu
sistem, karena adanya perbedaan temperatur. Kalor berpindah kombinasi silinder piston yang tergandeng dengan lingkungan
melalui benda tergantung, sehingga ketika pemuaian terjadi akan
dari sistem bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur mengakibatkan benda terangkat, sedangkan fluidanya selalu
rendah. Kalor yang masuk ke dalam sistem dianggap positif dan mendekati kesetimbangan (kerja adiabat)
kalor yang keluar dari sistem dianggap negatif. Simbol Q – Sejumlah cairan yang dalam kesetimbangan dengan uapnya,
digunakan untuk menyatakan kalor. Proses yang menyatakan melalui dinding diatermal, bersentuhan dengan suatu pembakar
Bunsen dan mengalami penguapan disertai dengankenaikan
tidak ada perubahan panas (Q=0) disebut sebagai proses temperatur dan tekanan tanpa adanya kerja (Aliran kalor tanpa
adiabat. kerja)
Kalor seperti halnya juga dengan kerja sama-sama terkait – Sejumlah fluida dimuaikan ketika bersentuhan dengan
pembakaran Bunsen (kerja dan kalor).
dengan energi, sehingga satuan kalor sama saja dengan satuan
energi yaitu joule (J).
Tabel Hukum pertama termodinamika untuk 4.6. Persamaan Untuk sistem Hidrostatik
sistem sederhana Hukum I untuk sistem hidrostatik adalah :
Sistem sederhana Hukum Pertama U fungsi dari dQ dU PdV
dua antara Untuk U fungsi T dan V di dapat
Sistem hidrostatik P, V, T U U
dU dQ PdV dU dT dV
Kawat F, L, T T V V T
dU dQ FdL Sehingga hukum I dapat ditulis sebagai:
Selaput permukaan dU dQ SdA S, A, T
U U
dQ dT P dV
Sel terbalikkan dU dQ dZ Ε, Z, T T V V T
Padatan dielektrik dU dQ Ed E, П, T
dQ U U dV
P
Padatan magnetik dU dQ 0 dM Н, M, T dT T V V T dT
b) jika P tetap, maka:
Persamaan ini berlaku untuk setiap proses yang menyangkut
perubahan temperatur dT dan perubahan volume dV.
dQ U U V
a) jika V tetap, dV = 0, maka: P
dT P T V V T T P
V
dQ U menurut definisi: dQ
CP dan juga V , shg:
dT P T
dT V T V
U
Nisbah ruas kiri merupakan definisi kapasitas kalor pada volume C P CV P V
tetap V T
U atau
CV U C CV
T V P P
V T V
Jika U dihitung secara matematis dengan menggunakan
pengandaian khusus tentang atom suatu bahan khusus, maka
dilakukan dengan mendefinisikan U terhadap T pada V tetap, Persamaan terakhir ini menyatakan (∂U/∂V)T yang terukur
dan membandingkannya dengan CV yang terukur dari percobaan. dengan CP , CV , , V, P yang bisa diukur.
PROSES ISOKHORIK
KERJA :
PROSES-PROSES TERMODINAMIKA
Vf
W pdV
Proses Isobarik (1) Vi
Tekanan konstan
Vf Vi W0
Proses Isotermis (2)
Temperatur kontan KALOR
Proses Adiabatik (3)
dQ CV dT CV (T f Ti )
Tidak ada kalor yang hilang
Proses Isokorik (4) PERUBAHAN ENERGI DALAM :
Volume konstan dU dQ dW dU CV dT
CV = Kapasitas panas volume konstan
PROSES ISOBARIK
KERJA : • Soal
Vf
W pdV p kons tan Andaikan konduksi kalor terjadi pada laju yang
Vi tetap Q melalui dinding silinder berongga
W p (V f Vi ) dengan jejari dalam r1 pada temperatur T1 dan
KALOR jejari luar r2 pada temperatur T2 . Tunjukkan
dQ C P dT C P (T f Ti ) untuk silinder yang panjangnya L dan
PERUBAHAN ENERGI DALAM : konduktivitas termal tetap K, perbedaan
dU dQ dW dU C P dT pdV temperatur antara kedua permukaan dinding
diberikan oleh pers.
pV nRT pdV nRdT
Q r
T1 T2 ln 2
C P CV nR dU C P dT nRdT CV dT 2LK r1
R = Konstanta gas universal = 8.31 J/mol.K
CP = Kapasitas panas tekanan konstan
V GAS IDEAL Dalam tekanan antara 0 hingga 40 atmosfer baku, hubungan P
dengan 1/ praktis linier, sehingga suku pertama dan kedua
5.1. Persamaan Gas Ideal yang berperan
Andaikan tekanan P, dan volume V dari n mol gas yang B
P A1
dipertahankan pada temperatur tetap, diukur dalam daerah
harga tekanan yang besar dan perkalian P, dengan =V/n, Sifat gas menjadi faktor penting dalam termometri. Perkalian P
dinyatakan sebagai fungsi 1/. Hubungan P dan 1/ dapat yang dirajah terhadap P untuk 4 macam gas berbeda, semuanya
dinyatakan sebagai deret pangkat (uraian virial) yang berbentuk: pada temperatur titik didih air , pada temperatur titik triple air ,
dan pada temperatur CO2 padat . Pada setiap kasus, terlihat
B C D ketika tekanannya mendekati nol, perkalian P mendekati harga
P A(1 ...) yang sama untuk semua gas pada temperatur yang sama.
2 3
dengan A, B, C, D, … merupakan koefisien virial pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya, yang bergantung pada temperatur dan
jenis gas.
Akhirnya, karena (∂U/∂P)T dan (∂U/∂V)T keduanya sama dgn nol, Dengan mensubstitusikan pers. di atas, kita dptkan:
maka
dQ (CV nR )dT VdP
U = fungsi (T) saja
Khusus untuk gas ideal U merupakan fungsi temperatur T dQ dP
(CV nR ) V
saja, sehingga turunan parsial terhadap Tsama dengan turunan dT dT
totalnya, jadi: pada P tetap :
C C nR, jadi utk gas ideal C P CV
dU
CV
P V
dan dQ CV dT PdV
dT U = fungsi (T) saja, maka :
semua keadaan setimbang dinyatakan oleh pers. gas ideal dU
CV = fungsi dari T saja, dan
PV nRT dT
C P CV nR = fungsi dari T saja
dan untuk proses kuasi statik infinitesimal
dan juga dQ C P dT VdP
PdV VdP nRdT
5.3. Penentuan Kapasiatas Kalor Menurut Percobaan 3) Untuk gas dwiatomik permanen, yaitu udara, H2, D2, O2, N2,
NO, dan CO, berlaku:
Hasil pengukuran ini untuk gas bertekanan rendah (mendekati gas idela) a. cV, tetap untuk kisaran temperatur biasa dan hampir
dapat dinyatakan secara sederhana dalam bentuk kapasitas kalor molar
sama dengan 5/2 R, serta bertambah ketika temperatur
1) Untuk semua gas berlaku: dinaikkan
a. cV fungsi dari T saja
b. cP, tetap untuk kisaran temperatur biasa dan hampir
b. cP fungsi dari T dan cP > cV sama dengan 7/2 R, serta bertambah ketika
c. cP - cV =tetap = R temperatur dinaikkan
d. = cP/cV= fungsi dari T saja dan > 1 c. = cP/ cv, tetap untuk kisaran temperatur biasa dan
2) Untuk gas monoatomik, seperti He, Ne, Ar, serta hampir semua uap hampir sama dengan 7/5, serta bertambah ketika
metalik seperti uap NA, Cd, dan Hg, berlaku temperatur dinaikkan
a. cV, tetap untuk kisaran temperatur yang cukup besar dan 4)Untuk gas poliatomik dan gas yang aktif secara kimiawi seperti
hampir sama dengan 3/2 R CO2, NH3, cH4, Cl2, dan Br2, maka cV, cP, dan bervariasi terhadap
b. cP, tetap untuk kisaran temperatur yang cukup besar dan temperatur, variasinya berbeda untuk masing- masing gas.
hampir sama dengan 5/2 R
c. = cP/ cv, tetap untuk kisaran temperatur yang cukup
besar dan hampir sama dengan 5/3
dU dQ dW
Soal
dW dQ dU 1. Uraikan persamaan berikut dlm bentuk :
B C D
P A(1 ...)
2 3
Isokhorik 0 nCV dT nCV dT
tentukan koefisien virial untuk persamaan
Isobarik p(Vf Vi ) nCP dT nCV dT a
(P )(v b) RT
2
Isotermis 0 a. RT a / RTv van der Waals
Vf Vf P e
nRT ln nRT ln vb
V1 V1
Adiabatik 0 b. Dieterici
1
pi Vi p f Vf nC V T
1