Karena epidemi diukur pada taraf populasi, maka disini yang tercakup adalah
populasi inang dan patogen
KERENTANAN
GENETIK
BENCANA
PESTISIDA
PENYALAHANGUNAAN
KARANTINA
KERENTANAN GENETIK
PADI
PISANG
KULTIVAR Cavendish YANG TAHAN TERHADAP Foc
TERNYATA RENTAN TERHADAP PENY.SIGATOKA HITAM
KELAPA
VIRIETAS LOKAL DITANAM DI A.. TENGGARA , TAHAN THD
LETHAL YELLOWING
KEMUDIAN DIINTRODUKSI VER.UNGGUL YANG
PRODUKSINYA TINGGI TETAPI TIDAK TAHAN THD LETAHL
YELLOWING DAN AKHIRNYA MENIMBULKAN EPIDEMI
BENCANA PESTISIDA
MANUSIA/ WAKTU
PERAN INANG DALAM EPIDEMIK SUDAH LAMA DIKENAL (300 SM) ---
THEOPHRATUS --- ADA VARIETAS YANG TAHAN DAN RENTAN
DALAM KASUS INI TELAH TERJADI INFEKSI PADA INANG SEHINGGA UNIT
PEMENCAR -------- UNIT INFEKSI (SPORA / MISELIA)
PERKEMBANGAN PADA
INANG
1 DAUR INFEKSI
DAUR INFEKSI UNTUK SATU PENYAKIT BERBEDA-BEDA
A. METODE KONVENSIONAL
TERMASUK DIDALAMNYA MENGENAL GEJALA, ISOLASI, KARAKTER
MIKROSKOPIS (POSTULAT KOCH)
PENGENALAN GEJALA BELUM CUKUP UNTUK MENGIDENTIFIKASI
PATOGEN -------- DIAMATI DI MEDIA BUATAN -------- PERLU DILANJUTKAN
PENELAAHAN BIOKIMIA DAN FISIOLOGIS (GRAM DAN LEVAN)
B. METODE IMMUNOLOGIS
DIDASARKAN PADA PEMERIKSAAN MOLEKULER
HASIL DIAGNOSA LEBIH CEPAT DAN AKURAT
MENDETEKSI TEMPAT PENGIKATAN ANTIBODI YANG KHAS TERHADAP
MOLEKUL ANTIGEN
DIKENAL DENGAN METODE DETEKSI ELISA (Enzyme-Linkrd
Immunosorbent Assay)
ASPEK KIMIAWI
MELIPUTI LINGKUNGAN KIMIAWI TERHADAP PATOGEN BAIK
PADA ATAU DILUAR TUMBUHAN
4. WAKTU
BARRAT (1945) MEMPELOPORI PENELITIAN TTG LAJU
SERANGAN EPIDEMI PENYAKIT
ATRIBUT POPULASI
WAKTU
LAJU KELAHIRAN (PENAMBAHAN DENGAN KELAHIRAN)
LAJU IMIGRASI (PENAMBAHAN DENGAN IMIGRASI)
LAJU KEMATIAN (INDIVIDU YANG MATI)
LAJU EMIGRASI (INDIVIDU YANG KELUAR)
LAJU PERTUMBUHAN POPULASI (HASIL LAJU LAHIR DAN LAJU
IMIGRASI – LAJU MATI DAN EMIGRASI)
RUANG
GENETIKA
PENGHITUNGAN LANGSUNG
PENGGUNAAN MEDIA PEMBENIHAN SELEKTIF
KOLONISASI SUBTRAT
UJI HAYATI
PENGHITUNGAN LANGSUNG
MEMBEBASKAN PROPAGUL DARI TANAH
MUDAH UNTUK PATOGEN YANG MEEMBENTUK
STRUKTUR BERTAHAN SEPERTI SCLEROTIUM ATAU
NEMATODA
PUNJA et al (1985) MEMISAHKAN DENGAN PROSEDUR
PENAPISAN (EKTRAKSI BERTINGKAT)
CARA YANG PALING MAJU ADALAH DENGAN METODE
ANALISIS ASAM NUKLEAT DARI PATOGEN (MATI DAN
HIDUP)
ANTIBODI MONOKLONAL (ELISA TEST) HANYA YANG
HIDUP SAJA
MEDIUM SELEKTIF
MENGGUNAKAN MEDIUM KHUSUS YANG NUTRISI, PH ,
ANTIBIOTIK YANG ADA DALAM MEDIUM HANYA
MEMUNGKINKAN SATU SPESSIES PATOGEN SAJA YANG
TUMBUH
PERTUMBUHAN PATOGEN LAIN DITEKAN
UJI HAYATI
MENGGUNAKAN MAKLUK HIDUP
MENGHITUNG PROPAGUL DALAM TUBUH VEKTOR
MENGAMBIL PROPAGUL DARI DAUN ATAU BENIH
DENGAN MENCUCINYA TERLEBIH DAHULU -- DIHITUNG
EPIDEMIOLOGI DESKRIPSI
Tiori Sistem Epidemik
penetrasi
infeksi
Kontak
kolonisasi
penyebaran
Inokulum
Xo sekunder
EPIDEMIOLOGI DESKRIPSI
Y = f (P,I,L,M,t)
PATOGEN
Sifat-sifat patogen yang mempengaruhi epidemik
INANG
Resisten dan rentan relatif
Cara budidaya (mono dan poli kultur)
LINGKUNGAN :
Semua pengaruh luar disekitar organisme patogen/inang ----
biotik / abiotik
I dan IV = Inang ada, Lingkungan tidak cocok, patogen tidak virulen ----
Tidak ada Penyakit
II = Beratnya penyakit berubah-ubah, karena faktor lingkungan berubah-ubah
III = Terjadi epidemik yang regular dengan frekwensi penyakit yang tinggi dan
kerusakan berat
V dan VI = Inang tidak ada namun daerah ini potensi untuk penyakit tertentu
karena lingkungan dan Patogen komptibel
VI
V
III
II II
V
VI
IV
Pengaruh Iklim Makro dan Mikro dalam Epidemik
Hampir semua fase dari siklus penyakit terjadi dalam kondisi iklim
mikro ------- (dalam kanopi tanaman)
Iklim makro yang mempengaruhi epidemik penyakit :
Presipitasi, radiasi,angin dan temperatur
Iklim Mikro yang mempengaruhi epidemik penyakit :
Kelembaban tanah, RH, embun,Radiasi antara kanopi dan tempt.
Sumber kelembaban :
Hujan, Embun, Air irigasi dan air gutasi
Hubungan antara kepadatan Inang, Iklim Mikro dan Penyakit
Dua pengaruh yang terjadi :
Efek langsung Kepadatan inang
Perubahan dalam jumlah inang sasaran dapat menghambat penyebaran
inokulum melalui jarak dan waktu
Perubahan jarak tanam --- dapat digunakan untuk menghambat penyebaran
inokulum karena selain mempengaruhi kelembaban(embun) --- juga
mempengaruhi jarak tertentu yang harus ditempuh inokulum – infeksi
Semakin jauh jarak – banyak energi --- dan butuh waktu
Efek tidak langsung
Melalui lingkungan terhadap pertumbuhan inang
Mempengaruhi status hara tanaman
Area daun –--- ada kompetisi dengan mikroba lain
Bila ada patogen --- kec.tumbuh inang dihambat
Melalui ling. Dan perilaku inokulum
Perubahan transmisi cahaya melalui kanopi --- mengubah To dan kecepatan
angin --- mempengaruhi prod.inokulum,pembebasan dan pemebncaran
Melalui Lingkungan dan Perilaku Vektor
Untuk penyakit yang ditularkan vektor, ling. akan mempengaruhi
perilaku serangga vektor (cahaya dalam kanopi)
Bulai pada jagung / blast pada padi --- produksi asexual spora yang
tinggi untuk mengkompensasi tidak adanya spora sexual pada
kondisi tropis
KOMPONEN INFEKSI UNTUK MENENTUKAN
KECEPATAN PERKEMBANGAN EPIDEMIK
1. Efisiensi Penyakit : DE = jumlah spora yang menghasilkan infeksi
Total spora
a. Mengukur perkembangan epidemi dalam suatu ruang dan waktu secaa kuantitatif
b. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit
Jumlah spora
Hubungan antara Kepadatan Inokulum dengan kurva penyakit (Disease Curve)
Jumlah spora
Jumlah
bercak
Jumlah spora
Hubungan antara Kepadatan Inokulum dengan kurva penyakit (Disease Curve)
Jumlah
bercak
Jumlah spora
Jumlah spora
Hubungan antara Kepadatan Inokulum dengan kurva penyakit (Disease Curve)
• Tipe Tiori Generasi Spontan : Bercak sudah terjadi walau belum ada
spora
Jumlah
bercak
Jumlah spora
ANALISIS PERKEMBANGAN PENYAKIT
1. Kurva Perkembangan Penyakit (KPP/DPC)
t
1 2
• Ko = Rp. 1.000 r = 10 %
• Kt 1 = 1000 + 100 = 1100
• Kt 2 = 1000 + 100 + 100 = 1200
PERKEMBANGAN PENYAKIT
Xt = Xo e rt
Xo = Inokulum awal
e = log natural (2.718)
r = laju
t = waktu
Xt = Intensitas penyakit pada waktu t
PERKEMBANGAN PENYAKIT
Karena ln Xt / 1 – Xt = logit Xt
KEGUNAAN r
• Menduga (ektrapolasi) nilai KP di luar range data yang kita peroleh dan
meramalkan berapa lama epidemik dapat ditunda
• LOGISTIK
• WEILBULL
PR
• GOMBELG
• STATISTIK
• MONOMOLEKULAR
x
• Ada 2 macam r :
Logit X = a + r t ---------- Y = a + r t
Varietas resisten
Sanitasi
Biokontrol
Seed treatment
r = ? ----------- PR
PENGUKURAN PENYAKIT TUMBUHAN
PARAMETER PENYAKIT
A. INSIDENSI PENYAKIT
MERUPAKAN PROPORSI ATAU % JUMLAH TANAMAN YANG
SAKIT
B. SEVERITAS PENYAKIT
PROPORSI / LUAS / ISI JARINGAN YANG SAKIT
D. INDEK PENYAKIT
GABUNGAN ANTARA INSIDENSI DAN SEVERITAS PENYAKIT
MARCHETTI (1991) MENGAMATI HAWAR DAUN PADI PADA SUATU
LAHAN, IA MEMBAGI INSIDENSI PENYAKIT SBB :
40 – 60% = 5 DARI AREAL TERSEBUT DIDAPAT 25% = 5,
61 – 90% = 7 50 % = 7 DAN 0,15% = 9 MAKA
> 90% = 9 INDEK PENYAKIT =
< 40% = tidak ada IP = (0,25 x 5)+ (0,50 x 7)+ (0,15 x 9) = 6,1
SKALA PENGUKURAN
KUALITATIF KUANTITATIF
RASA, BAU,LICIN, DENGAN PENGUKURAN
ATAU KASAR (%)
INTERVAL
NOMINAL ORDINAL
RATIO
A. SKALA NOMINAL : SKALA YANG MENGGUNAKAN LAMBANG /
ANGKA UNTUK MENGIDENTIFIKASI
BEBERAPA KELOMPOK YANG MASING-
MASING TERDIRI ATAS BANYAK OBJEK
METODE PENGUKURANPENYAKIT
PENGUKURAN LANGSUNG
1. SKALA Ordinal
PENGUKURAN LANGSUNG DILAKUKAN UNTUK TAN. SAMPEL
HASIL PENILAIAN BERSIFAT GRADUAL : BEBAS, RINGAN, BERAT,
SANGAT BERAT
UMUMNYA TIDAK DIOLAH LANJUT (SEBAIKYA DIHINDARI)
VISUAL - SUBJEKTIF
2. SKALA INTERVAL
MERUPAKAN TRANSFORMASI SKALA ORDINAL YANG DIGUNAKAN
SEBELUMNYA
CONTOH TERKENAL McKINNEY (NUMERICAL RATING) YANG
KEMUDIAN DISEBUT INDEKS McKinney / Heuberger
0,0 = tidak ada penyakit
0,75 = serangan sangat sedikit
1,00 = serangan ringan
2,00 = serangan sedang
3,00 = serangan berat
∑ ni x vi
X = --------- 100 %
N x V max
VISUAL - SUBJEKTIF
SEBAIKNYA MEMBAKUKAN TRANSFORMASI SKALA ORDINAL UNTUK
MENGUKUR SEMUA SEVERITAS PADA INANG TERTENTU
SKOR YANG DIPEROLEH TENTU SAJA TERUKUR DALAM SKALA
INTERVAL
3. SKALA RATIO
DILAKUKAN DENGAN PENGUKURAN LANGSUNG
BIASANYA MENGGUNAKAN UNIT PERSENTASE
SEVERITAS PENYAKIT TIAP INDIVIDU DITAKSIR SECARA VISUAL
KEMUDIAN DIRERATAKAN SEBAGAI DUGAAN SEVERITAS PENYAKIT
POPULASI
SELAIN DIGUNAKAN PENDUGAAN TITIK, UNIT PENGUKURAN
PERSENTASE JUGA DIGUNAKAN UNTUK MENDUGA SELANG
SEVERITAS
KELEMAHANNNYA ADALAH MATA MANUSIA PUNYA
KETERBATASAN UNTUK MELIHAT KESAMAAN ATAU PERBEDAAN
VISUAL - SUBJEKTIF
MISALNYA MATA MANUSIA TIDAK DAPAT MEELIHAT
DENGAN PERSIS KESAMAAN ANTARA RENTANG
PEERSENTASEE 0% - 25% DAN 50% - 75%.
FENOMENA WEBER – FECHNEER : KETEPATAN
PENGLIHATAN MANUSIA BERBANDING LURUS DENGAN
LOG STIMULUS ARTINYA SEMAKIN BESAR STIMULUS
MAKA DAYA DISKRIMINASI MATA SEMAKIN
BERKURANG.
HORSFALL DAN BARRATT (H-B) MENGEMBANGKAN
SISTIM PENGUKURAN
MENURUT H-B ; MATA MANUSIA PALING TEPAT
MEMBEDAKAN JARINGAN SAKIT BILA INTENSITASNYA
DIBAWAH 50 %. UNTUK LEBIH BESAR DARI 50% HARUS
MENGACU PADA JARINGAN YANG SEHAT
SISTIM HORSFALL DAN BARRAT UNTUK
25 – 50
50 – 75
12 – 25
75 – 88
6 -12
88 – 94
3–6
94 – 97
0 -3
97 - 100
0
KUNCI PENYAKIT DESKRIPTIF
MENGGUNAKAN KUNCI PENYAKIT
DESKRIPTIF (KUNCI PENYAKIT)
DESKRIPSI PERKEMBANGN PENYAKIT
DIURAI MENURUT URUTAN WAKTU
TIAP TINGKAT PERKEMBANGAN PENYAKIT
TELAH DIBUAT DESKRIPSINYA
DAPAT MENGGUNAKAN SKALA
ORDINAL,INTERVAL DAN RATIO
KUNCI PENYAKIT DESKRIPTIF
A. SKALA ORDINAL
CONTOHNYA PENYAKIT JAMUR AKAR
PUTIH PADA KARET (DITJENBUN, 1992)
PENILAIAN DESKRIPSI PENYAKIT
TINGKAT I (AWAL) TIDAK TERLIHAT GEJALA PADA DAUN,
TETAPI LEHER AKAR TERDAPAT
RHIZOMORF
TINGKAT II DAUN PADA POHON TERINFEKSI
BEWARNA KUNING,KULIT AKAR MULAI
MEMBUSUK
TINGKAT III DAUN SEMUANYA KUNING DAN KULIT
AKAR SEMUA MEMBUSUK
KUNCI PENYAKIT DESKRIPTIF
PENGHITUNGAN LANGSUNG
PENGGUNAAN MEDIA PEMBENIHAN SELEKTIF
KOLONISASI SUBTRAT
UJI HAYATI
PENGHITUNGAN LANGSUNG
MEMBEBASKAN PROPAGUL DARI TANAH
MUDAH UNTUK PATOGEN YANG MEEMBENTUK
STRUKTUR BERTAHAN SEPERTI SCLEROTIUM ATAU
NEMATODA
PUNJA et al (1985) MEMISAHKAN DENGAN PROSEDUR
PENAPISAN (EKTRAKSI BERTINGKAT)
CARA YANG PALING MAJU ADALAH DENGAN METODE
ANALISIS ASAM NUKLEAT DARI PATOGEN (MATI DAN
HIDUP)
ANTIBODI MONOKLONAL (ELISA TEST) HANYA YANG
HIDUP SAJA
MEDIUM SELEKTIF
MENGGUNAKAN MEDIUM KHUSUS YANG NUTRISI, PH ,
ANTIBIOTIK YANG ADA DALAM MEDIUM HANYA
MEMUNGKINKAN SATU SPESSIES PATOGEN SAJA YANG
TUMBUH
PERTUMBUHAN PATOGEN LAIN DITEKAN
UJI HAYATI
MENGGUNAKAN MAKLUK HIDUP
MENGHITUNG PROPAGUL DALAM TUBUH VEKTOR
MENGAMBIL PROPAGUL DARI DAUN ATAU BENIH
DENGAN MENCUCINYA TERLEBIH DAHULU -- DIHITUNG
EPIDEMIOLOGI DESKRIPSI
Tiori Sistem Epidemik
infeksi
Kontak
kolonisasi
penyebaran
Inokulum
Xo sekunder
EPIDEMIOLOGI DESKRIPSI
Y = f (P,I,L,M,t)
PATOGEN
Sifat-sifat patogen yang mempengaruhi epidemik
INANG
Resisten dan rentan relatif
Cara budidaya (mono dan poli kultur)
TUGAS
2,3 1 1
r untuk monosiklik = r = ---- ( log ------- - log ------)
t2-t1 1 – X2 1 – X1
Metode Umum Pengendalian Penyakit dan
Pengaruhnya pada Karakteristik Epidemiknya
A. Eksklusi patogen dari area geografis Pengaruhnya pada
Perlakuan benih X0 -
Sertifikasi Benih X0 -
Rotasi tanaman X0 -
Perlakuan tanah X0 -
D. Proteksi Tanaman Pengaruhnya pada
Proteksi silang X0 r
Modifikasi lingkungan - r
Vertikal resisten X0 r
Horizontal resisten r
Kemoterapi - r
Perlakuan panas X0 -
Imunitas (kekebalan)
: Patogen sama sekali tidak dapat membentuk
suatu hubungan dengan inang
Contoh : P. oryzae (blast) punya ras 1 - 20 , pada varietas padi galur A
ras 3 tidak mampu menyerang A ---- A imun terhadap ras 3
atau ras 3 tidak patogenik terhadap galur A
Suseptibeliltas (kerentanan)
: suatu relatif ketahanan yang rendah
• Patogenisitas dan Virulensi ------------- atribut patogen
Agresivines (keganasan)
: sama dengan virulensi , tetapi sudah memasukkan satuan
waktu tertentu
Inang Peka : Inang menderita karena faktor abiotis (pH, cahaya dll)
Co-evolution dari inang dan patogen (Nelson)
Frekwensi genotipe dari suatu parasit untuk menimbulkan parasitik terhadap suatu populasi
inang dipengaruhi oleh frekwensi gen resisten dari populasi inang
Inang sangat heterogen ---- adanya campur tangan manusia dalam ekosistim –
terganggu equilibrum
1973 ,Roland Biffen memulai hukum Mendel dalam genetika--- Pemuliaan untuk
resistensi ---- manusia memulai EVOLUSI
Memasukan gen resisten pada inang (Stripe rust oleh P.streptoformes --- gandum
Stakman ---- mendapatkan beberapa varietas gandum yang tahan Stripe rust
Untuk Stem rust diket : 1 gen yang mengatur resistensi ------ Sr gen
Kentang (blight) 1 gen ------ R gen
Frekwenesi perubahan pada inang selalu diikuti oleh frekwensi
perubahan oleh patogen
Tiap gen resinten inang yang dibentuk akan diikuti oleh patogen
yang melakukan evolusi membentuk gen virulen
HR VR
Poligenik Monogenik
discontinous Continous
Ghost Effect : (Nelson) ---- Meskipun resistensi patah, beberapa
inang menunjukan sebahagian
bentuk resistensi, dimana
perkembangan penyakit lebih lambat
dibandingkan inang yang tidak punya
R gen
Semua varietas yang mencegah terjadinya infeksi dan kolonisasi --- VR (N)
VR ---- lebih ke onset (awal epidemi), ras sspeesifik dan Hipersensitif Reaction
(V)
Periode menular
Waktu yang dibutuhkan suatu bercak untuk memproduksi
inokulum, umumnya umlah spora diproduksi ketika bercak masih
muda
Kendala pengembangan HR
Bagi breeder : tidak mudah direkayasa
tidak mudah dievaluasi/determinasi
Kelebihan – HR resistensinya relatif stabil karena sifat nya
general resisten diatur oleh banyak gen
Toleran : kemampuan relatif suatu kultivar untuk dapat
menekan kehilangan produksi secara kwantitatif akibat
serangan dan perkembangan patogen dibandingkan
dengan kultivar lain.
Toleran bersifat relatif dan juga dapat dipatahkan
Varietas toleran tidak dianjurkan oleh Fitopatologis
Multi line bekerja mirip dengan spesies liar, dimana patogen tidak
dapat menyebar karena sukar menginfeksi inang yang memiliki
resistensi berbeda, ------ Pada spesies modren --- patogen
menyebar dengan cepat karena gen yang seragam
Mekanisme MULTI LINE menghadapi serangan patogen :
Mengurangi jumlah Xo
Dengan sanitasi gen, misal kita punya 2 line, 1 tahan, 1 rentan, berarti dapat
mengurangi 50 % inokulum , jika punya 10, tiap galur – menyumbang 1/10
Mengurangi r
Membangun hambatan inter infeksi diantara tanaman yang berbeda galur
Mengurangi r karena sanitasi genetik, kalau Xo tertekan akibatnya mengurangi r
Tiap tindakan harus dibuat untuk membatasi komponen rentan dalam multi line,
misal : dalam 10 galur dengan 50% punya R gen artinya ½ nya terdiri dari
komponen rentan, sehingga peluang virulensi patogen tinggi
Gen resisten dalam multi line yang digunakan harus bertujuan hanya
mengurangi epidemik --- mengingatkan kewaspadaan untuk terbentuknya ras
patogen yang lebih virulen dimasa yang akan datang
Hanya varietas yang memiliki r rendah yang dapat digunakan dalam membangun
multi line
Dalam memilih galur pembangun multi line pilihlah varietas yang sifat
agronomisnya baik dan r yang relatif rendah
Ras yang memiliki banyak gen virulen akan berkurang kemampuannya untuk
bertahan pada kultivar yang diatur oleh 1 atau beberapa gen
Misalnya Host : R1
Patogen : gen virulen a) 1 dan b) 0,1,2,3,4,5
Ras a) akan lebih baik dalam menyerang R1 dibandingkan dengan ras b) ---
akibatnya ras b) akan hilang dari populasi karena frekwensi tinggi dari super ras a)
PARASITIC FITNESS (sifat alami yang dimiliki oleh patogen)
Kemampuan relatif dari suatu gen parasitik yang dapat menginfeksi inang pada
kondisi dan waktu tertentu
Sangat berhubungan dengan r, oleh karena itu untuk mengukur PF dari 2 isolat
berbeda dilakukan dengan membandingkan r dari 2 isolat patogen yang
menginfeksi inang yang sama
Perubahan PF dari suatu generasi inokulum dapat dilihat dari perubahan jumlah
penyakit yang terjadi (Xt) pada inang, lingkungan dan waktu yang sama.
Eradikan :
Bersifat spesifik site action, hemoterapi, dapat bertahan lebih lama
Tetapi bisa saja terjadi walaupun pestisidanya protektan secara keseluruhan menekan r
Kenapa ?
Pestisida sistemik dapat mempengaruhi :
Xo, mencegah perkeembangan sel atau hifa
Mengurangi jumlah dan ukuran bercak
Menekan r
Pestisida sistemik :
Pengendaliannya lebih panjang dan kerjanya spesifik
PERKIRAAN KEHILANGAN HASIL TANAMAN
Perkembangan epidemi penyakit pada tanaman budidaya biasanya akan menimbulkan luka (injury)
yang tentu akan merusak fungsi fisiologis tanaman ------ penurunan hasil / kehilangan hasil
(kwantitas/kualitas)
Batasan
Hasil umumnya adalah kuantitas produk ekonomis yang dipanen baik produk primer atau olehan
darinya
Dalam prakteknya tidak selalu tercapai kuantitas dan kualitas yang optimum – serangan penyakit
Selisih antara hasil tanpa penyakit (Hasil potensial) dengan hasil akibat adanya penyakit (aktual) ----
KEHILANGAN HASIL
Kerugian hasil ----- beban yang ditanggung oleh pelaksana akibat adanya serangan penyakit
Hasil potensial pada umumnya lebih besar dari hasil aktual, jarang yang sebaliknya ----- tinggi
intensitas serangan – tinggi kehilangan hasil
Kehilangan hasil dalam bentuk kuantitas biasanya mudah diukur (ton/kg/Ha) yang s penurunan
kualitas produk, sehingga yang tepat digunakan untuk penurunan kualitas adalah satuan uang
Kehilangan hasil Potensial
Kehilangan hasil yang timbul akibat tidak adanya tindakan perlindungan sama
sekali
Kehilangan langsung primer : kehilangan langsung oleh penyakit tanaman pada waktu
sebelum dan sesudah panen
HASIL TEORITIS
Hasil yang akan dicapai tanaman dalam keadaan fisiologis prima
Tanaman tidak terserang penyakit; pupuk dan ZPT
HASIL OPTIMUM
Hasil yang akan diperoleh apabila tanaman tumbuh dibawah
keadaan optimum yang tentunya menggunakan input teknologi
modren --- ubinan
HASIL EKONOMIS
Hasil yang dicapai tanaman dengan menggunakan praktek
manajemen yang ekonomis
HASIL PRIMITIF
Hasil yang dicapai pada usaha pertanian yang yang tidak
menggunakan unput teknologi
Kehilangan Hasil