Anda di halaman 1dari 16

46 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.

01 (2019) 35-46

JURNAL KELUARGA BERENCANA


e-ISSN : 2503-3379
p-ISSN : 2527-3132
http://ejurnal.bkkbn.go.id

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA


KEKERASAN PADA PEREMPUAN DI KOTA PEKANBARU

NL. Meilani1 & Hesti Asriwandari2


1,2
Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
Jalan HR. Soebrantas 1 Simpang Baru, Tampan, Pekanbaru
1
meilanimeilani09@gmail.com, 2asriwandari@yahoo.com

Diterima 10 Juni 2019; diterima dalam bentuk revisi 25 Juli 2019; diterima 14 Juli 2019
diterbitkan online 30 Juli 2019

Abstrak

Artikel ini bertujuan mengukur dan menganalisis faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan pada
perempuan di Kota Pekanbaru. Data Susenas 2015 menjadi sumber data yang dianalisis dengan
menggunakan software Stata 13. Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis bivariat dan multivariat.
Karakteristik latar belakang, aspek sosial ekonomi dan kependudukan menjadi variabel independen (X)
dan kekerasan pada perempuan sebagai variabel dependen (Y). Hasil analisis menunjukkan bahwa
karakteristik latar belakang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap munculnya kekerasan pada
perempuan di Kota Pekanbaru, terutama pada variabel umur dan status perkawinan. Pada aspek sosial
ekonomi, hanya variabel pendidikan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap munculnya kekerasan
pada perempuan di Kota Pekanbaru. Mobilitas sebagai salah satu derivasi aspek kependudukan
ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap munculnya kekerasan pada perempuan di Kota
Pekanbaru.

© 2019 Pusat Penelitian Kependudukan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera - Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC-SA
(https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/).

Kata kunci: Kekerasan, Perempuan, Kependudukan, Sosial ekonomi

Penduduk (SP) 2010, jumlah penduduk


I. PENDAHULUAN
Riau sebanyak 5.538.367 jiwa.
Pertumbuhan penduduk Riau pada periode
Dinamika kependudukan yang terjadi 2000 sampai dengan 2010 berada pada
di Provinsi Riau berjalan dengan sangat persentase 3,59 persen. Persentase ini tetap
fluktuatif dari tahun ke tahun. Dari segi berada di atas angka capaian nasional.
kuantitas, jumlah penduduk Riau tergolong Capaian ini menjadi kabar yang tidak
besar terutama jika dibandingkan dengan begitu menggembirakan sebab dengan
provinsi-provinsi lain yang ada di Pulau capaian yang melebihi angka nasional,
Sumatera. Berdasarkan data dari Sensus sama dengan menyumbangkan jumlah

©2019 - BKKBN All rights reserved


Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46 47

penduduk yang terus menerus bertambah Provinsi Riau dengan jumlah kasus 78
dari tahun ke tahun. kasus pada tahun 2015 dan menurun
Secara teoretis, berbagai literatur menjadi 75 kasus pada tahun 2016.
sepakat bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten Bengkalis menjadi daerah
sangat mempengaruhi stabilitas terbanyak kedua setelah Kota Pekanbaru,
pertumbuhan bidang lain. Birdsall, dkk dengan jumlah kasus di tahun 2015 dan
(2001); Adioetomo (2009); Wongboonsin, 2016 sebanyak 40 kasus. Dari paparan
dkk (2003) mengungkapkan temuan angka absolut jumlah kasus kekerasan
penelitian mereka bahwa pertimbuhan terhadap perempuan dan anak diatas, jika
penduduk yang tinggi menyebabkan dikonversikan dalam persentase, terdapat
kemiskinan, dan sebaliknya kemiskinan gap yang sangat besar antara Kota
menyebabkan pertumbuhan penduduk Pekanbaru dengan kabupaten/kota lainnya
yang tinggi. Selain menyasar pada aspek di Provinsi Riau. Secara persentase, kasus
kemiskinan, pertumbuhan penduduk juga kekerasan di terhadap perempuan dan anak
akan mempengaruhi perilaku ekonomi dan di Kota Pekanbaru sebesar 46,64 %.
kebutuhan manusia. Sementara kabupaten Bengkalis sebagai
Kriminalitas menjadi salahsatu dampak terbanyak kedua berada pada kisaran
negatif yang ditimbulkan karena adanya 12,19%. Data aktual ini tentunya
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data menimbulkan pertanyaan tersendiri terkait
dalam Statistik Kriminal (BPS, 2016), dengan besarnya kasus kekerasan terhadap
pada rentang waktu tahun 2014 ke 2015, perempuan dan anak di Kota Pekanbaru.
Provinsi Riau menjadi salahsatu provinsi Kasus kekerasan pada perempuan
yang menjadi perhatian pusat karena pada menjadi suatu hal yang urgent untuk
periode ini Riau mengalami kenaikan dihapuskan seiring dengan gencarnya
jumlah rumah tangga yang menjadi korban gerakan sosial (social movement) di
kejahatan (bergerak pada persentase 2,53 tingkat internasional maupun nasional
% menjadi 2,92%). Selain itu, masih pada dalam bentuk “Three Ends”. Yaitu gerakan
sosial yang mengkampanyekan komitmen
periode yang sama, Provinsi Riau juga
mengalami kenaikan dari segi jumlah dan upaya nyata untuk menghapuskan
penduduk yang menjadi korban kejahatan kekerasan pada perempuan dan anak (End
(dari 1,04 % menjadi 1,26%). Fenomena Violence Against Women and Children),
kejahatan di Provinsi Riau yang perdagangan manusia (End Human
mengalami peningkatan ini berhasil Trafficking), kesenjangan ekonomi (End
terjaring dalam proses pendataan Survei Barriers to Economic Justice).
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Selain dari faktor pendorong berupa
Salah satu bentuk kejahatan yang gerakan Three Ends, penghapusan
menjadi perhatian di Provinsi Riau adalah kekerasan pada perempuan khususnya di
kekerasan pada perempuan. Berdasarkan Kota Pekanbaru juga harus digesa sebab
Laporan Tahunan Pusat Pelayanan kota Pekanbaru telah menjadi kota
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan metropolitan dengan laju pertumbuhan
Anak (P2TP2A) Provinsi Riau Tahun penduduk yang cukup tinggi. Jika
2016, kota Pekanbaru menjadi wilayah persoalan kekerasan pada perempuan tidak
dengan jumlah kasus kekerasan terhadap digesa penyelesaiannya, jelas akan
perempuan dan anak yang terbanyak se- menimbulkan masalah- masalah sosial

©2019 - BKKBN All rights reserved


48 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46

kependudukan lainnya, misalnya sumber instrumen utama yang digunakan.


meningkatnya angka kriminalitas, Adapun jumlah sampel total dalam
menurunnya kualitas anak-anak karena si Susenas 205 adalah sebanyak 75.000
ibu yang mengalami kekerasan. Lebih jauh rumah tangga.
lagi jika kasus kekerasan dibiarkan marak Data dalam Susenas 2015 kemudian
terjadi di kota Pekanbaru, secara tidak dipilih dan dipilah berdasarkan variabel-
langsung justru akan menjadi sosialisasi variabel yang telah ditetapkan dalam
negatif bagi dunia anak-anak karena penelitian ini. Gambar 1 menunjukkan
mereka akan lekat dengan kasus-kasus kerangka analisis dan daftar pertanyaan
kekerasan tersebut, sehingga upaya dalam kuesioner Susenas yang dirujuk
Pemerintah Kota Pekanbaru untuk penulis. Software Stata 13 digunakan
mewujudkan masyarakat Kota Pekanbaru sebagai software utama untuk melakukan
yang Madani jelas akan terhambat. Artikel analisis bivariat dan multivariat guna
ini bertujuan untuk mengukur dan mengukur kekuatan hubungan/pengaruh
menganalisis faktor-faktor yang variabel sosial ekonoomi, kependudukan,
mempengaruhi munculnya kasus dan karakteristik individu terhadap
kekerasan pada perempuan di Kota kejadian kekerasan pada perempuan di
Pekanbaru dengan menggunakan data Kota Pekanbaru.
Susenas 2015.

II. METODE

Artikel ini merupakan analisis data


sekunder yang bersumber dari Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun
2015. Alasan pemanfaatan data Susenas ini
sendiri karena data dan indikator dari
Susenas telah dipergunakan secara luas
dan dipandang sebagai salah satu bukti Gambar 1. Kerangka Analisis Data Sekunder
penting yang dapat berguna untuk
perencanaan, monitoring dan evaluasi Secara operasional, umur didefinisikan
program pembangunan pemerintah. sebagai satuan waktu (dalam tahun) yang
Susenas merupakan survei tahunan mengukur lama hidup responden mulai
yang mengumpulkan data yang berkaitan dari lahir sampai pada saat dirinya
dengan kondisi sosial ekonomi diwawancarai dalam Susenas 2015. Status
masyarakat, yang meliputi kondisi perkawinan responden diklasifikasikan
kesehatan, pendidikan, fertilitas, Keluarga menjadi 4 yaitu (1) belum kawin; (2)
Berencana, perumahan dan kondisi sosial kawin, yaitu mempunyai istri (bagi laki-
ekonomi lainnya. Unit analisis yang laki) atau suami (bagi perempuan) pada
digunakan dalam Susenas adalah rumah saat pencacahan, baik tinggal bersama
tangga. Jenis kuesioner dalam Susenas ada maupun Dalam hal ini yang dicakup tidak
dua, yaitu kuesioner Kor serta kuesioner saja mereka yang kawin sah secara hukum
Konsumsi dan Pengeluaran. Dalam (adat, agama, negara dan sebagainya),
penelitian ini, kuesioner Kor menjadi tetapi juga mereka yang hidup bersama

©2019 - BKKBN All rights reserved


Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46 49

dan oleh masyarakat sekelilingnya berdomisili untuk tujuan apapun, misalnya


dianggap sebagai suami-istri; (3) cerai refreshing, pendidikan, bekerja, dan
hidup, yaitu berpisah sebagai suami-istri sebagainya. Sedangkan keberadaan
karena bercerai dan belum kawin lagi. pasangan merupakan kondisi sehari-hari
Dalam hal ini termasuk mereka yang terkait dengan dimana pasangan responden
mengaku cerai walaupun belum resmi bermukim, apakah dalam bangunan fisik
secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk yang sama dengan responden atau berada
mereka yang hanya hidup terpisah tetapi pada bangunan fisik yang berbeda dengan
masih berstatus kawin, misalnya responden. Selanjutnya, jumlah anak
suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke merupakan jumlah anak yang masih hidup
tempat lain karena sekolah, bekerja, sampai dengan saat pencacahan. Termasuk
mencari pekerjaan, atau untuk keperluan juga adalah anak angkat dan anak
lain. Wanita yang mengaku belum pernah sambung. Terakhir, status pekerjaan
kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai merupakan kondisi yang terkait dengan
hidup; dan (4) cerai mati, yaitu ditinggal upaya dan usaha dari responden untuk
mati oleh suami atau istrinya dan belum memperoleh penghasilan baik.
kawin lagi. Sedangkan daerah tempat Variabel kekerasan pada perempuan
tinggal merupakan wilayah administratif sebagai variabel dependen didefinisikan
dimana responden berdomisili, terdiri dari sebagai aalahsatu varian dari kejahatan.
pilihan perkotaan atau pedesaan. Seseorang dikatakan menjadi korban
Pada aspek sosial ekonomi, kejahatan bila dalam setahun terakhir ia
kepemilikan rumah didefinisikan sebagai atau harta bendanya mengalami/terkena
status kepemilikan yang membawa tindak kejahatan atau usaha/percobaan
konsekuensi pada aspek kebebasan tindak kejahatan. Tindak kejahatan yang
penggunaan sehari-hari atas rumah dimaksud dalam Susenas adalah semua
tersebut. Indeks kekayaan merupakan tindakan kejahatan dan pelanggaran yang
jumlah kepemilikan aset yang dimiliki dapat diancam dengan hukuman
oleh responden yang dilihat dari jenis atap, berdasarkan KUHP, sebatas yang
lamtai, dinding, sumber air, jenis toilet dan mengenai diri pribadi seseorang dan harta
status kepemilikan rumah. Juga aset yang kekayaannya, misalnya pembunuhan,
berupa alat elektronik dan kendaraan. penganiayaan, penculikan atau perampasan
Pendidikan merujuk pada jenjang kemerdekaan, pencurian dengan kekerasan
pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh maupun tanpa kekerasan, pembakaran,
responden. Sedangkan jenis pekerjaan perusakan, penggelapan, penipuan,
adalah jenis maupun sektor lapangan usaha perkosaan, penghinaan, perzinaan,
yang ditekuni yang mendatangkan materi narkotika, perjudian, penjualan anak, dan
pada saat responden diwawancarai pencemaran nama baik.
surveyor Susenas 2015.
Aspek yang ketiga terdiri dari III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mobilitas, keberadaan pasangan, jumlah
anak, dan status pekerjaan. Mobilitas Hasil olah data Susenas 2015 secara
merujuk pada perpindahan responden dari umum menunjukkan adanya 1,92%
daerah domisili ke tempat lain di luar dari responden perempuan di Kota Pekanbaru
kota/kabupaten tempat responden tersebut yang pernah menjadi korban kejahatan.

©2019 - BKKBN All rights reserved


50 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46

Dalam bentuk apapun, kejahatan pada


perempuan di segala usia (dewasa maupun
Tabel 1. Pengaruh Karakteristik Latar Belakang terhadap
anak-anak) merupakan tindakan kekerasan,
Munculnya Kekerasan pada Perempuan di Kota
baik fisik maupun psikis (verbal, seksual, Pekanbaru
dan lain sebagainya). Membicarakan
persoalan kejahatan/kriminal, seluruh Kekerasan pada
Karakteristik perempuan
elemen nampaknya harus bersepakat latar belakang Ya Tidak
Sig.
bahwa kejahatan dalam bentuk apapun dan (%) (%)
kepada siapapun harus diminimalisasi Kelompok Umur 0.015*
11-14 1.06 98.94
sehingga mencapai kondisi zero accident. 15-19 1.53 98.47
Oleh karena itu, angka 1,92 % tersebut 20-24 4.78 95.22
tentu saja merupakan angka yang 25-29 3.02 96.98
30-34 2.95 97.05
mengindikasikan bahwa tingkat kekerasan
35-39 3.38 96.62
pada perempuan di Kota Pekanbaru masih 40-44 3.78 96.22
tinggi. Karena kondisi idealnya adalah 0 45-49 7.95 92.05
%. Dalam rangka mewujudkan kondisi Status perkawinan 0.000**
Belum kawin 1.32 98.68
ideal tersebut (menurunkan sekaligus Kawin 4.2 95.80
memberantas fenomena kekerasan pada Cerai hidup 0 100
perempuan), perlu diidentifikasi faktor- Cerai mati 1.33 98.67
Daerah tempat tinggal 0.211
faktor apa saja yang mempengaruhi Perkotaan 2.64 97.36
munculnya fenomena itu sendiri. Pedesaan 1.12 98.88
Tabel 1 menunjukkan analisis Sumber : Data diolah, 2017
deskriptif dan multivariat pengaruh
karakteristik latar belakang terhadap Dari hasil analisis data multivariat,
munculnya kekerasan pada perempuan di ditemukan bahwa faktor umur memiliki
Kota Pekanbaru. Analisis statistik pengaruh yang signifkan terhadap
deskriptif menujukkan bahwa kekerasan munculnya kasus kekerasan pada
pada perempuan di Kota Pekanbaru paling perempuan di Kota Pekanbaru. Nilai
banyak dialami oleh perempuan pada pengaruhnya sebesar 0,015. Nilai ini lebih
kelompok umur 45-49, yaitu sebesar kecil dari taraf signifikansi yang
7,95%. Terbanyak kedua adalah ditetapkan dalam penelitian ini (0,05),
perempuan pada kelompok umur 20-24 sehingga dapat dirumuskan 0,015 < 0,05.
tahun. Kasus kekerasan pada kelompok Oleh karena itu temuan bahwa faktor umur
umur anak-anak tidak terlalu menonjol di berpengaruh terhadap fenomena kekerasan
Kota Pekanbaru. pada perempuan dapat digeneralisasi untuk
level kota Pekanbaru dengan persentase
kepercayaan/keyakinan sebesar 95% (dan
potensi kesalahannya sebesar 5%).
Masih dalam variabel karakteristik
latar belakang, ditemukan bahwa status
perkawinan berpengaruh secara sifnifikan
terhadap terjadinya kekerasan pada
perempuan di Kota Pekanbaru (0,000 <
0,05). Sedangkan daerah tempat tinggal

©2019 - BKKBN All rights reserved


Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46 51

tidak berpengaruh terhadap munculnya


kekerasan pada perempuan di Kota
Pekanbaru.
Tabel 2. Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Munculnya
Selanjutnya, faktor sosial ekonomi Kekerasan pada Perempuan di Kota Pekanbaru
menjadi variabel kedua yang dianalisis
dalam artikel ini. Hasil analisis dapat Kekerasan pada
dilihat dalam Tabel 2. Secara deskriptif perempuan
Sosial ekonomi Sig.
Ya Tidak
diperoleh temuan bahwa perempuan (%) (%)
dengan status kepemilikan rumahnya Kepemilikan rumah 0.879
menyewa/kontrak lebih banyak yang Milik sendiri 2.49 97.51
Kontrak/sewa 3.11 96.89
terkena kekerasan (yaitu sebanyak 3,11%). Bebas sewa 2.54 97.46
Sedangkan antara perempuan dengan Indeks kekayaan 0.607
status kepemilikan rumah adalah milik Terbawah 2.25 97.75
Bawah 3.16 96.84
sendiri dan bebas sewa prosentase yang Menengah 3.06 96.94
terpapar kekerasan jumlahnya relatif Atas 2.14 97.86
seimbang yaitu 2,49% dan 2,54%. Teratas 2.02 97.98
Pendidikan 0.018*
Kasus kekerasan terjadi hampir merata
SD/MI 0.98 99.02
di semua tingkatan/level dalam indeks SMP/Mts 4.03 95.97
kuintil kekayaan perempuan. Mulai dari SMK/MA 2.54 97.46
level terbawah, bawah, menengah, atas, SMA/MA 3.27 96.73
Diploma & S1 5.45 94.55
dan teratas, persentase kejadiannya tidak S2 6.25 93.75
ada selisih yang besar karena hanya Jenis Pekerjaan 0.815
bergerak pada kisaran persentase 2,02% Pertanian 3.67 17
Industri pengolahan 4 96
sampai dengan 3,16%. Meskipun begitu, Konstruksi/bangunan 6.12 93.88
pada perempuan dengan indeks kekayaan Perdagangan, hotel 3.38 96.62
bawah menjadi yang paling banyak terjadi Transportasi, 4.23 95.77
pergudangan
kekerasan. Keuangan & 8.33 91.67
Temuan menarik pada tingkat asuransi
pendidikan. Dimana secara deskriptif Jasa 3.67 96.33
Lainnya 3.7 96.3
ditemukan bahwa perempuan dengan
Sumber : Data diolah, 2017
pendidikan S2 menjadi yang terbanyak
yang pernah mengalami kekerasan, yaitu Berdasarkan jenis/bidang
persentase 6,25%. Kemudian disusul pekerjaannya, kasus terbanyak terjadi pada
perempuan dengan pendidikan D1 - D4/S1 perempuan yang bekerja di bidang
sebanyak 5,25%. Jika diklasifikasikan, keuangan dan asuransi yaitu sebesar
perempuan dengan pendidikan tinggi yang 8,33%, disusul kemudian pada bidang
pernah menjadi korban kekerasan sebesar konstruksi/bangun sebesar 6,12%.
11,70%; perempuan dengan pendidikan Dari analisis deskriptif diatas, dapat
menengah sebesar 9,84%; dan perempuan disimpulkan terkait dengan capaian
yang menamatkan pendidikan dasar hanya signifkansinya. Variabel pendidikan
sebesar 0,98%. sebagai salahsatu variabel dalam faktor
sosial ekonomi diketahui memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
munculnya fenomena kekerasan pada

©2019 - BKKBN All rights reserved


52 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46

perempuan di kota Pekanbaru (0,018 < tinggal bersama dengan pasangan/suami


0,05). Disisi lain, variabel kepemilikan mengalami kasus kekerasan yang lebih
rumah, indeks kuintil kekayaan, dan jenis banyak (4,2%) daripada mereka yang
pekerjaan tidak memiliki pengaruh yang hidup tidak dalam satu bangunan fisik
signifikan terhadap fenomena kekerasan dengan pasangannya.
pada perempuan di Kota Pekanbaru
dengan angka absolut hasil analisis Tabel 3. Pengaruh Aspek Kependudukan terhadap
Munculnya Kekerasan pada Perempuan di Kota
statistik di STATA 13 masing-masing Pekanbaru
sebesar 0,879; 0,607; dan 0,815.
Pada aspek dampak kependudukan Kekerasan pada
dalam kajian ini diturunkan ke dalam Aspek perempuan
Sig.
Kependudukan Ya Tidak
beberapa variabel yang terkait yang (%) (%)
tercover dalam pertanyaan- pertanyaan di Mobilitas 0.005**
Kuesioener Kor Susenas 2015. Variabel Ya 3.93 96.07
Tidak 2,03 97.97
yang akhirnya ditetapkan dalam dampak Pasangan tinggal dalam satu rumah 0.96
kependudukan merupakan hal-hal apa saja Ya 4.2 95.8
yang menjadi efek atau dampak dari Tidak 4.00 96
Jumlah anak 0.235
aktivitas kependudukan. Misalnya, migrasi
0-1 3.96 96.04
akan menyebabkan seorang individu 2-3 2.28 97.72
melakukan proses perpindahan 4-keatas 0 100
(mobilisasi) dari satu tempat ke tempat Status pekerjaan 0.435
Bekerja 3.83 96.17
lain. Dari migrasi ini juga akan Tidak bekerja 2.26 97.74
menyebabkan pasangan suami istri apakah Sumber : Data diolah, 2017
tinggal pada rumah (bangunan fisik) yang
sama atau tidak, karena seringkali salah Perempuan dengan jumlah anak 0-1
satu diantara pasutri tersebut harus mobile orang paling banyak terkena kekerasan
dengan alasan tertentu (biasanya karena dibandingkan dengan perempuan dengan
alasan ekonomi/pekerjaan, sehingga jumlah anak 2 orang atau lebih. Terakhir,
pasangan tersebut menempuh long perempuan bekerja lebih banyak
distance relationship/LDR. Selanjutnya, mengalami kekerasan jika dibandingkan
fertilitas penduduk juga akan dengan yang tidak bekerja.
menyebabkan banyak atau sedikitnya Hasil analisis data dalam Tabel 3
jumlah anak yang dimiliki. Pada menunjukkan bahwa mobilitas menjadi
gilirannya, jumlah anak akan satu-satunya faktor yang memiliki
merepresentasikan tentang beban atau pengaruh yang signifikan terhadap
tanggungan (ekonomi) dari penduduk yang munculnya fenomena kekerasan pada
menuntut mereka untuk mengambil pilihan perempuan dan anak di kota Pekanbaru
bekerja atau tidak bekerja. dengan angka absolut signifikannya
Hasil analisis deskriptif (Tabel 3) sebesar 0,005. Sedangkan keberadaan
menunjukkan bahwa kekerasan terjadi pasangan (tinggal serumah atau tidak),
pada perempuan yang melakukan jumlah anak, dan status pekerjaan tidak
mobilisasi jumlahnya lebih banyak memiliki pengaruh yang signifikan
daripada perempuan yang tidak melakukan terhadap munculnya fenomena kekerasan
mobilisasi. Perempuan yang hidup dan pada perempuan dan anak di Kota

©2019 - BKKBN All rights reserved


Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46 53

Pekanbaru. pergaulan dan sosialisasi dari perempuan


Selanjutnya, dilakukan analisis pada kelompok umur 20-24 tahun. Pada
inferensial yang menunjukkan seberapa rentang usia ini, seorang perempuan masih
tinggi pengaruh dari faktor-faktor yang termasuk dalam kategori remaja akhir, usia
telah terukur memiliki pengaruh yang produktif dan merupakan angkatan kerja.
signifikan terhadap munculnya fenomena Sebagai contoh dari perempuan pada
kekerasan pada perempuan dan anak di kelompok umur ini yang banyak ditemui
Kota Pekanbaru. Analisis inferensial di kota Pekanbaru adalah lulusan sarjana
bertujuan untuk mengukur seberapa tinggi yang tengah intens mencari pekerjaan. Hal
pengaruh dan/atau hubungan dari masing- ini menyebabkan mobilitas mereka
masing indikator terhadap peluang/potensi menjadi relatif tinggi sehingga
terjadinya kekerasan. mengondisikan mereka bertemu dengan
banyak orang di banyak lokasi. Disinilah
Tabel 4. Estimasi Nilai Odds Ratio pada Aspek mungkin yang bisa membuka peluang
Karakteristik Latar Belakang
terjadinya kekerasan.
Karakteristik Selanjutnya, pada status perkawinan
Odds [95% Conf.
latar
ratio
SE p>|z|
Interval] menunjukkan bahwa perempuan dengan
belakang
status “cerai mati” berpeluang terkena
Kelompok Umur
11-14 0.707 0.617 -0.40 0.128 3.911 kekerasan lebih besar (sebesar 5,526 kali)
15-19 1.000 jika dibandingkan dengan yang bersatus
20-24 2.476 1.450 1.55 0.785 7.807 cerai hidup. Sedangkan perempuan dengan
25-29 0.974 0.718 -0.03 0.230 4.129
30-34 0.742 0.560 -0.39 0.169 3.256 status “kawin” berpeluang sekitar 2,948
35-39 0.831 0.620 -0.25 0.192 3.590 kali lebih besar dibandingkan dengan yang
40-44 0.986 0.683 -0.14 0.201 3.994 berstatus cerai hidup. Temuan ini
45-49 2.036 1.482 0.98 0.489 8.479
Status perkawinan
nampaknya dapat dikaitkan dengan unsur
Belum kawin 1.000 sosiologis dan psikologis. Perempuan
Kawin 2.948 1.332 2.39 1.215 7.151 dengan status cerai hidup secara sadar
Cerai hidup 1
dapat dikatakan telah membangun
Cerai mati 5.526 6.577 1.44 0.536 56.957
Daerah tempat tinggal semacam “self-defense” untuk dirinya
Perkotaan 0.255 0.259 -1.34 0.034 1.874 sendiri sebelum akhirnya dia memutuskan
Pedesaan 0.062 0.072 -2.39 0.006 0.606
untuk bercerai. Artinya ketika dia sudah
Sumber : Data diolah, 2017
resmi bercerai dari suaminya, si
Dari Tabel 4 kolom Odds Ratio (OR) perempuan itu telah memiliki kesiapan
menunjukkan bahwa perempuan pada baik mental maupun non-mental yang
kelompok umur 20-24 tahun memiliki sengaja dia bangun sebelum bercerai.
peluang/potensi lebih besar (sebanyak Kesiapan ini pada gilirannya menjadi
2,476 kali) jika dibandingkan dengan modal bagi dirinya untuk menghadapi
perempuan pada kelompok umur 15-19 banyak cobaan dan tantangan pasca
tahun. Kemudian perempuan pada perceraian.
kelompok umur 45-49 mempunyai potensi Berbeda dengan perempuan dengan
terkena kekerasan lebih besar (sebesar status cerai mati. Kejadian kematian
2,036 kali) jika dibandingkan dengan menjadi suatu hal yang tidak dapat
perempuan pada kelompok umur 15-19 diprediksi (unpredictable). Dalma
tahun. Hal ini bisa jadi terkait dengan pola konstruksi sosial, perempuan berada pada

©2019 - BKKBN All rights reserved


54 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46

posisi subordinat. Maka wajar jika dalam asuransi


Jasa 0.969 1.035 -0.03 0.119 7.865
masyarakat berkembang stereotype bahwa Lainnya 0.012 0.015 -3.62 0.001 0.135
istri bergantung kepada suami, bukan Sumber : Data diolah, 2017
suami yang bergantung kepada istri.
Ketika kemudian mereka dipisahkan oleh Kasus kekerasan pada perempuan
kematian, tentu saja si perempuan akan seringkali memang dikorelasikan dengan
mengalami keterkejutan secara psikis. kemiskinan. Kemiskinan identik dengan
Fatal dampaknya ketika sang istri memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sampai
ketergantungan yang sangat tinggi disini, asumsi umum (common sense)
terhadap suami yang telah meninggal selama ini menyatakan bahwa perempuan
tersebut. Karena dirinya tidak akan dengan pendidikan rendah akan lebih
memiliki kesiapan yang mumpuni untuk mudah terkena kekerasan. Namun hasil
menghadapi tantangan dan tuntutan hidup olah data dalam kajian ini menunjukkan
pasca ditinggalkan oleh sang suami. temuan yang berbeda. Perempuan dengan
Kondisi ini yang bisa jadi menguatkan pendidikan S2 teridentifikasi memiliki
secara kualitatif mengapa perempuan peluang lebih besar daripada perempuan
dengan status cerai mati jauh lebih rentan dengan pendidikan SD/MI dengan angka
terkena kekerasan jika dibandingkan Odds Ratio sebesar 6,605 kali. Masih pada
dengan perempuan dengan status cerai jenjang pendidikan tinggi, perempuan
hidup. dengan pendidikan Diploma dan S1 juga
lebih rentan terhadap fenomena kekerasan
Tabel 5. Estimasi Nilai Odds Ratio pada Aspek Sosial
jika dibandingkan dengan perempuan
Ekonomi
dengan pendidikan SD/MI. Temuan ini
Aspek Sosial Odds [95% Conf. mengindikasikan bahwa makin tinggi
SE p>|z|
Ekonomi ratio Interval] tingkat pendidikan seorang perempuan,
Kepemilikan rumah justru membuatnya makin rentan terhadap
Milik sendiri 1.00
kekerasan. Hal ini bisa jadi terkait dengan
Kontrak/sewa 0.934 0.472 0.894 0.347 2.517
Bebas sewa 0.586 0.362 0.388 0.174 1.969 kepemilikan economy capital oleh
Indeks kekayaan perempuan dengan pendidikan tinggi jauh
Terbawah 1.000
lebih besar dibanding dengan perempuan
Bawah 1.223 0.550 0.45 0.506 2.955
Menengah 1.302 0.723 0.48 0.438 3.870 dengan pendidikan rendah, sehingga
Atas 1.147 0.565 0.28 0.436 3.014 membuka peluang terjadinya kekerasan,
Teratas 1.061 0.528 0.12 0.399 2.818 pencurian/perampokan ataupun kekerasan
Pendidikan
SD/MI 1.000
dengan motif ekonomi lainnya, misalnya.
SMP/Mts 4.020 2.670 2.09 1.093 14.777 Dari sisi indeks kekayaan, perempuan pada
SMK/MA 1.406 1.164 0.41 0.277 7.122 kelompok ekonomi menengah lebih rentan
SMA/MA 2.685 1.745 0.41 0.277 7.122
Diploma & S1 4.288 2.904 2.15 1.137 16.170
terkena kekerasan dibandingkan dengan
S2 6.605 6.408 1.95 0.986 44.233 perempuan pada level terbawah. Temuan
Jenis pekerjaan dalam variabel pendidikan dan indeks
Pertanian 1.325 1.672 0.22 0.111 15.718
kuintil kekayaan ini tentu saja menjadi
Industri pengolahan 1.343 1.552 0.26 0.139 12.932
Konstruksi/bangunan 1.866 2.082 0.56 0.209 16.616 temuan yang relatif berbeda dengan
Perdagangan, hotel 1.026 1.095 0.02 0.126 8.308 hasil/temuan pada kajian-kajian terdahulu.
Transportasi, 1.169 1.389 0.13 0.114 11.997 Hal inilah yang kemudian menuntut reaksi
pergudangan
Keuangan & 1.996 2.405 0.57 0.188 21.175 sekaligus intervensi yang sifatnya

©2019 - BKKBN All rights reserved


Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46 55

affirmative di Kota Pekanbaru. Penelusuran singkat dari media ini


nyatanya sejalan dengan data yang
diungkapkan oleh P2TP2A Provinsi Riau
Tabel 6. Estimasi Nilai Odds Ratio pada Aspek
tentang jumlah dan jenis kasus kekerasan
Kependudukan
yang selama ini mereka tangani (Gambar
Aspek Odds [95% Conf.
SE p>|z| 2).
Kependudukan ratio Interval]
Mobilitas
Ya 0.908 0.169 0.606 0.629 1.309
Tidak
Pasangan tinggal di rumah yang sama
Ya 1 (omitted)
Tidak
Jumlah anak
0-1 1.000
2-3 0.727 0.525 0.659 0.176 2.993
4- keatas 1
Status pekerjaan
Bekerja 0.063
Tidak bekerja 0.063 0.053 0.001 0.012 0.333
Sumber : Data diolah, 2017
Gambar 2.
Persentase kasus Kekerasan pada Perempuan yang
Analisis multivariat untuk aspek yang Ditangani P2TP2A Provinsi Riau (Tahun 2014-2016)
terakhir yaitu aspek kependudukan
menunjukkan bahwa perempuan yang Sampai dengan saat ini, P2TP2A
melakukan mobilitas (berpergian) Provinsi Riau menjadi garda terdepan
memiliki potensi terkena kekerasan lebih dalam upaya penghapusan kekerasan pada
besar (0,908 kali) daripada yang tidak perempuan di Kota Pekanbaru pada
melakukan mobilitas (Tabel 6). Temuan khususnya dan Provinis Riau pada
ini bukan lantas berimplikasi bahwa umumnya. Kajian ini mengidentifikasi
perempuan harus dibatasi ruang geraknya. langkah dan upaya yang telah dilakukan
Akan tetapi temuan ini mengindikasikan oleh P2TP2A Provinsi Riau dalam rangka
masih lemahnya sistem keamanan menghapus kekerasan pada perempuan,
lingkungan di Kota Pekanbaru. Artinya yaitu sebagai berikut :
bahwa hak atas keamanan dan 1. Pencegahan
kenyamanan lingkungan sebagai salahsatu Pada tingkat pencegahan, P2TP2A
hak dasar, masih menjadi pekerjaan rumah melakukan kampanye serta sosialisasi
bagi pihak-pihak yang berwenang di Kota melalui media yang ada. Baik media
Pekanbaru. masyarakat maupun media
Dari hasil olah data kuantitatif diatas, pemberitaan. Kegiatan tersebut antara
nampaknya linier dengan hasil penelusuran lain :
via media massa (online) yang a. Pusat Informasi. P2TP2A akan
menunjukkan bahwa kasus aktual mengoptimalkan fungsi awalnya
kekerasan pada perempuan di Kota adalah sebagai sumber informasi
Pekanbaru didominasi sebagaian besar termasuk informasi tentang
kasus kekerasan perempuan yang lowongan kerja, informasi
terlaporkan adalah kekerasan seksual dan pelatihan untuk perempuan dll,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

©2019 - BKKBN All rights reserved


56 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46

sehingga diharapkan dapat minimum di P2TP2A Provinsi


membuat perempuan mandiri. Riau.
b. Day Care, Tim mengunjungi e. Melakukan intervensi dan
tempat-tampat yang sudah kerjasama dengan berbagai pihak
dipetakan sebagai potensi terjadi dalam penanganan korban
kekerasan. Misalnya di Pasar, kekerasan agar sesuai dengan SPM.
Terminal, dll.
c. Sosialisasi, melalui media yang ada 3. Pemberdayaan
dan melibatkan seluruh unsur yang Bidang pemberdayaan akan dilakukan
ada dalam masyarakat antara lain, pemberdayaan pada para korban, baik
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, pemberdayaan secara ekonomi maupun
Tokoh Adat, dll melalui program secara mental hingga mereka bisa
PATBM. mandiri dan tidak akan menjadi korban
d. Kampanye Anti Kekerasan, melalui lagi justru diharapkan akan menjadi
berbagai media, antara lain pada tokoh yang akan menentang kekerasan
kegiatan Car Free Day, serta pada itu sendiri. Kegiatan tersebut antara
saat moment tertentu yang juga lain :
melibatkan beberbagai unsur yang a. Pelatihan Life Skill sesuai dengan
ada, baik pemerintah, dunia minatnya dan akan dirujuk pada
pendidikan, dunia usaha dan instansi atau lembaga terkait jika di
masyarkat serta komunitas- P2TP2A tidak tersedia.
komunitas yang ada. b. Pendampingan intervensi Ekonomi
2. Penanganan oleh Pekerja Sosial P2TP2A
Dalam Penanganan kasus kekerasan hingga bisa mandiri dengan
perempuan dan anak di riau, P2TP2A bekerjasama dengan Lembaga
mencoba meningkatkan kapasitasnya Rehalibitasi “Tengku Yuk”.
dengan melatih berbagai pihak yang c. Pendampingan Psiko-sosial oleh
berkaitan dengan Penanganan, antara relawan Pekerja sosial sehingga
lain : korban mampu bangkit dan bisa
a. Pelatihan capacity building pada berhubungan dengan masyarakat
petugas kesehatan ( pada bidan, sekitarnya.
Puskesmas dan Rumah Sakit).
b. Pelatihan capacity building pada IV. PENUTUP
penegak hukum ( Kepolisian dari
Polres hingga Polsek yang banyak Hasil analisis deskriptif menunjukkan
memiliki kasus tersebut, serta bahwa fenomena kekerasan pada
Jaksa). perempuan di Kota Pekanbaru paling
c. Pelatihan bagi relawan P2TP2A banyak dialami oleh perempuan (a) pada
baik tingkat Provinsi maupun kelompok umur 45-49, yaitu sebesar
tingkat kabupaten serta Satgas yang 7,95% dan umur 20-24 tahun; (b) berstatus
ada hingga tingkat desa. kawin; (c) perempuan bekerja; (d)
d. Penyediaan Ruang khusus sesuai berpendidikan S2; (e) indeks kekayaan
dengan standar pelayanan pada level menengah; (f) bidang pekerjaan
keuangan dan asuransi serta bangunan dan

©2019 - BKKBN All rights reserved


Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46 57

konstruksi; (g) jumlah anak 0-1 orang dan (janda) miskin dengan banyak
hidup/tinggal pada bangunan fisik yang anak).
sama dengan pasangan. c. Pemprov Riau (c.q. Dinas
Lebih lanjut, faktor karakteristik latar Perumahan dan Pemukiman Prov
belakang memiliki pengaruh yang Riau) dengan Program Rumah
signifikan terhadap munculnya kekerasan Layak Huni/RLH (kelompok
pada perempuan di Kota Pekanbaru, prioritas adlah janda tua dan laki-
terutama pada variabel umur dan status laki tua umur diatas 60 tahun yang
perkawinan. Dari 4 (empat) variabel tidak bekerja)
dalam faktor sosial ekonomi, hanya 4. Menjadi urgent dan penting untuk
variabel pendidikan yang memiliki dilakukan oleh Perwakilan BKKBN
pengaruh signifkan terhadap munculnya Provinsi Riau agar memberikan uluran
kekerasan pada perempuan di Kota tangan kepada P2TP2A Provinsi Riau
Pekanbaru. Mobilitas sebagai salahsatu dan Kota Pekanbaru dalam rangka
manifestasi dari dampak kependudukan menghapuskan segala bentuk
ditemukan memiliki pengaruh yang kekerasan pada perempuan di Kota
signifikan terhadap munculnya kekerasan Pekanbaru, karena selama ini masih
pada perempuan di Kota Pekanbaru. minim ditemui adanya kerjasama dan
Beberapa saran rekomendasi yang koordinasi yang konkret diantara kedua
diberikan dari analisis data sekunder ini instansi ini.
adalah, Artikel ini memiliki keterbatasan pada
1. Perlu adanya advokasi kepada pihak aspek sumber data—data sekunder dan
Kepolisian agar lebih meningkatkan teknik analisis yang digunakan—analisis
sistem keamanan (jalan raya, public kuantitatif murni. Oleh karena itu, untuk
space, dan lainnya). Selain itu juga komprehensivitas dan kedalaman dalam
perlu digesa serta digiatkan kembali memahami fenomena kekerasan pada
peran dari Sistem Keamanan perempuan di Kota Pekanbaru, perlu
Lingkungan (Siskamling). dilakukan kajian primer sebagai follow up
2. Inisasi hidden curriculum pada dari temuan dalam kajian sekunder ini,
kurikulum pendidikan (dasar sampai khususnya dengan pendekatan kualitatif.
dengan pendidikan tinggi) tentang
pentingnya self-defense bagi siswi dan REFERENSI
mahasiswi.
3. Optimalisasi program-program Abel. Kathryn, et al. 1996. Planning
pemerintah yang SUDAH berbasis Community Mental Health
pemberdayaan perempuan dan anak. Services for Women, Routledge,
a. BKKBN dengan program BKR, London.
Genre, PIK-R, serta UPPKS Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005.
(kelompok sasarannya lebih Bonus Demografi Menjelaskan
banyak perempuan dan remaja Hubungan antara Pertumbuhan
perempuan). Penduduk dengan Pertumbuhan
b. Kementerian Sosial dengan Ekonomi. Pidato pengukuhan Guru
program Keluarga Harapan Besar Tetap Bidang Ekonomi pad
(kelompok sasaran keluarga Fakultas Ekonomi Universitas

©2019 - BKKBN All rights reserved


58 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46

Indonesia. Press.
Afandi, Dedi dkk. 2012. Karakteristik Elmira N. Sumintapradja. 2014. Kekerasan
Kasus Kekerasan dalam Rumah Terhadap Perempuan Dalam
Tangga. Jurnal Indonesian Med PerspektifPsikologi.http://repositor
Assoc, Volum: 62, Nomor: 11, y.unpad.ac.id/18659/1/Kekerasa n-
November 2012. Artikel Penelitian. Terhadap-Perempuan.pdf. Diakses
http://indonesia.digitaljournals.org/ tanggal 25 Agustus 2017.
index.php/idnmed/article/down Erich Fromm. 2008. Akar Kekerasan.
load/1263/1239. Diakses tanggal Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
20 Agustus 2017. Gelles, Richard J. 2004. Child Abuse.
Apriwal Gusti, Nelwitis, dan Nilma Dalam Encyclopedia Article from
Suryani, Kriminologi, Encarta.
http://scribd.com Diakses pada Giddens. 1995. The Constitution of
tanggal 01 Oktober 2017. Society: The Outline of The
Asep Sopari, Gender dan Kependudukan Theory of Structuration, Policy
serta Implikasinya dalam Press Cambridge.
Pembangunan di Indonesia, Harnoko, B. Rudi. 2010. Dibalik Tindak
https//nad.bkkbn.go.id/unduh/progr Kekerasan Terhadap Perempuan.
am/47/, diakses pada tanggal 30 Jurnal Muwazah Vol. No 1, juli
September 2017. 2010.
Birdsall, Nancy, et.al. 2001. Population Heise, L.L. 1998. Violence Against
Matters : demographic Change, Women : An Integrated, Ecological
Economic Growth and Poverty in Framework, Sage Publications Inc.
Developing World. New York : Huraerah, Abu. 2012. Kekerasan Terhadap
Oxford University Press. Anak. Nuansa Cendekia :
BKKBN. Dampak Kependudukan Bandung. Kanti Bajpai, 2000.
Terhadap Keamanan Manusia dan Human Security : Concept and
Kriminalitas. 2011. Jakarta : Measurement. Kroc Institute
Direktorat Analisis Dampak Occasional Paper. Komariah Emong
Kependudukan BKKBN Pusat. Sapardjaja dan Lies Sulistiani.
BPS. Statistik Kriminal Tahun 2016. 2014. Kekerasan Terhadap
Badan Pusat Statistik (BPS). Perempuan Dalam Perspektif Ilmu
Jakarta (ISSN : 2089.5291) Hukum.
Brannen, Julia. 2005. Memadu Metode http://repository.unpad.ac.id/18659
Penelitian; Kualitatif & Kuantitatif. /1/Kekerasan-Terhadap-
Pustaka Pelajar Offset : Perempuan.pdf. Diakses tanggal 25
Yogyakarta. Agustus 2017.
Clement A. Tisdell. 1998. Population, Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pusat
Economic Change, and Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Environmental Security dalam Perempuan dan Anak (P2TP2A)
buku Population and Global Provinsi Riau Tahun 2016
Security, disunting oleh Nicholas M.J. Kasiyanto. 1985. Masalah
Polunin. Cambridge, United of Kependudukan dan Pembangunan
Kingdom: Cambridge University dalam buku Ilmu Kependudukan:

©2019 - BKKBN All rights reserved


Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46 59

Suatu Kumpulan Bacaan, cet. 2, Suharto, Edi. 1997. Pembangunan,


Jakarta: Lembaga Studi Kebijakan Sosial, dan Pekerjaan
Pembangunan dan Penerbit Sosial. Lembaga Studi
Erlangga. Pembangunan Sekolah Tinggi
Mason, Andrew (ed). 2001. Population Kesejahteraan Sosial : Bandung.
Change and Economic Susiana, Sali. 2012. Kekerasan Seksual
Development in East Asia : Terhadap Perempuan Di Ruang
Challenge Met Opprtunities Publik. Jurnal info singkat
Seized. Stanford, California : kesejahteraan sosial Vol. IV,
Stanford University Press. No.04/II/P3DI/Februari/2012.
Mulkan dkk, 2002. Membongkar Praktek Suwarno dan Syah, Pairul. 2013. Buku
Kekerasan, PSIF Universitas Ajar Sosiologi Kriminalitas.
Muhammadiyah Malang. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Ochberg, Frank M. 1988. Post-Traumatic Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Therapy and Victims of Violence, Lampung.
Brunner/Mazel, Publishers, New Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial
York. Anak. Penerbit Kencana Prenada
Paludi, Michele A. 1998. The Psychology Media Group : Jakarta
of Women. Prentice-Hall, New UNDP. 1995. Human Development
Jersey. Report, World Summit on Social
Paul W. Tappan, “Who is the Criminal?” Development in Copenhagen.
dalam The Sociology of Crime and _______. 2009. Human Security Today
Delinquency, (New York: John and Tomorrow. Bangkok : UNDP
Wiley & Sons, Inc),. Thailand.
Pradipta, Khinanty Gebi 2013. Tinjauan Windhu 1992. Kekuasaan dan Kekerasan
Sosiologi Hukum Terhadap Menurut Galtung. Kanisius
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yogyakakarta.
yang Dilakukan oleh Istri; Hukum Kehidupan Keluarga. Jakarta: Puslitbang
Masyarakat dan Pembangunan. KB dan KS BKKBN
Fakultas Hukum Universitas Kompas. 2013. Pengetahuan Kesehatan
Hasanuddin Makasar. Remaja Sangat Rendah. Kompas. 3
http://repository.unhas.ac.id/bitstre April 2013. Diaksesdari http://life
am/handle/123456789/6354/s style. kompas. com/read/2013 /04/ 03/
kripsi%20lengkap-hmp- 09412787/ Pengetahuan. Kesehatan.
khinanty%20gebi%20pradipta.pdf? Reproduksi.Remaja.Sangat.Rendah
sequence=1,diakses pada tanggal Sarwono, S.W. 2010). Psikologi Remaja.
20 Agustus 2017. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada
Ross, John. 2004. Understanding the Socolov, D.G, Magdalena Iorga, Alexan
Demographic Deviden. The Policy dru Carauleanu, et.all. 2017. Research
Project, Future Group, Washington Article Pregnancy during Adolescence
DC. and Associated Risks: An 8-Year
Sherr, Lorraine and St Lawrence. 2000. Hospital-Based Cohort Study (2007–
Women, Health and The Mind. 2014) in Romania, the Country with
John Wiley & Sons. New York. the Highest Rate of Teenage

©2019 - BKKBN All rights reserved


60 Meilani & Asriwandari / Jurnal Keluarga Berencana Vol.3 No.01 (2019) 35-46

Pregnancy in Europe. Publishe d


Januari 2017 Hindawi Publishing
Corporation BioMed Research
International Volume 2017, Article ID
9205016,8 pages http://dx.doi.org/
10.1155 /2017/9205016

©2019 - BKKBN All rights reserved


©2019 - BKKBN All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai