Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PADA KASUS KRITIS

DISUSUN

OLEH :

FITRIA RAHMADANI

18CP1030

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

PRODI S1. KEPERAWATAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat
rahmat dan karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Peran dan Fungsi Perawat pada Kasus Kritis” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam
menyusunnya, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah membantu tersusunnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan
saran ataupun masukan dari para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih.

Takalar, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 3

D. Manfaat Penulisan...................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Peran dan Fungsi Perawat............................................................ 4

B. Tujuan Peran Perawat …………………................................................... 4

C. Jenis-jenis Peran dan Fungsi Perawat........................................................ 4

D. Landadan Hukum Penerapan Peran Perawat............................................. 5

E. Definisi Peran Perawat............................................................................... 6

F. Penerapan Peran Perawat dalam Kasus Keperawata................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 17

B. Saran........................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah sebagai salah satu aset penting bagi sebuah rumah
sakit. Perawat menjadi garda terdepan rumah sakit yang berhubungan
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam. Kualitas asuhan sebagaimana
seharusnya dituntut penuh dalam peran penting perawat. Salah satunya peran
perawat sebagai advokat pasien dimana seorang perawat membutuhkan
perlindungan dari perawat dari setiap tindakan medis yang diberikan kepada
pasien dalam proses kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya (Afidah &
Madya, 2013). Sebagai contoh peran perawat pada tindakan pemasangan
ventilator peran perawat pada situasi ini adalah bagaimana perawat
memberikan penjelasan secara detail tentang tindakan yang diberikan dan
peran sebagai advokat dalam pemberian informed consent sebagai
persetujuan pasien dengan tindakan yang diberikan dan pasien atau keluarga
sudah memahami secara jelas tindakan yang akan dilakukan (Kandar, et al,
2015).
Peran advokasi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pemberian asuhan
keperawatan. Hal ini juga mencegah terjadinya malpraktik yang akibatnya
merugikan pasien bahkan kematian pasien (Suryani, et al, 2013). Selama
berada dalam masa perawatan dirumah sakit sangat mungkin terjadinya
human error oleh tenaga kesehatan yang mampu merugikan pasien. Sebagai
satu – satunya yang berhubungan langsung dengan pasien, seorang perawat
dituntut untuk lebih hati – hati dan teliti dalam setiap tindakan yang di
lakukannya, baik itu dalam kolaborasi dengan dokter dalam instruksi
pemberian obat – obatan oral, tindakan injeksi, bahkan sampai tindakan
pemberian transfusi. Perawat harus memastikan apakah hal tersebut dapat
berdampak baik kepada pasien. Bukan malah merugikan atau sampai
mengakibatkan kematian pasien.

1
Dalam penelitiannya Felle (2018) menuliskan bahwa ada beberapa
contoh kelalaian perawat yang merugikan pasien salah satunya adalah
seorang bayi menjadi hangus dalam incubator karena kelalaian perawat dalam
mengontrol suhu incubator. Sebagai dasar seorang perawat adalah
menghargai hak – hak pasien sebagai pengguna layanan kesehatan. Ada tiga
komponen perawat sebagai advokat bagi pasien yaitu pelindung penentuan
diri pasien, mediator, dan sebagai pelaku. Perawat juga harus melindungi
pasien sebagai manusia yang utuh sesuai dengan hukum yang berlaku
(Suyanti, dkk, 2014). Perawat sebelum memberikan tindakan tidak
menjelaskan informasi tentang tindakan prosedur pemberian terapi yang akan
dilakukan, dalam hal ini pasien berhak memutuskan tindakan terapi tersebut
ditolak atau diterima oleh pasien (Simamora, 2013). Berdasarkan
permasalahan di atas kami tertarik untuk menulis makalah tentang “Peran dan
Fungsi Perawat pada Kasus Keperawatan Kritis”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah definisi peran dan fungsi perawat?
2. Apakah tujuan peran perawat?
3. Apakah jenis-jenis peran dan fungsi perawat?
4. Apa landasan hukum penerapan peran perawat?
5. Apakah definis peran perawat?
6. Bagaimana penerapan peran perawat dalam kasus keperawatan kritis?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi peran dan fungsi perawat?
2. Untuk mengetahui tujuan peran perawat?
3. Untuk mengetahui jenis-jenis peran dan fungsi perawat?
4. Untuk mengetahui landasan hukum penerapan peran perawat?
5. Untuk mengetahui definis peran perawat?
6. Untuk mengetahui penerapan peran perawat dalam kasus keperawatan
kritis?

2
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan tentang peran dan fungsi perawat
serta fungsi advokasi pada kasus keperawatan kritis.
2. Bagi Pembaca Memberikan wawasan tentang peran dan fungsi perawat
pada kasus keperawatan kritis serta sebagai bahan referensi dalam
pemenuhan tugas tugas yang terkait dengan peran dan fungsi dalam
keperawatan kritis.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Peran dan Fungsi Perawat Dalam dunia keperawatan modern
respons manusia sebagai pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan
sakit juga merupakan suatu fenomena perhatian perawat (Sudarman, 2016).
Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan
Praktik perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Praktik keperawatan harus
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam melaksanakan praktik
keperawatan, perawat juga dituntut melakukan peran dan fungsi sebagaimana
yang diharapkan oleh profesi dan masyarakat sebagai pengguna jasa
pelayanan keperawatan.
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sIstem
(Kusnanto, 2013) Dalam melakukan peran, seseorang diharapkan memiliki
pemahaman dasar yang diperlukan mengenai prinsip, dalam menjalankan
tanggungjawab secara efisien dan efektif dalam suatu sistem tertentu
(Bastable, 2012). Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya fungsi independent, fungsi dependen, dan fungsi interdependen
(Potter dan Perry, 2010).
B. Tujuan Peran Perawat
Sebagai (pembelaan) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
proses bertindak untuk, atau atas nama orang lain yang tidak mampu
bertindak untuk diri mereka sendiri (Basford & Slevin, 2016). Murphy dan
Hunter dalam Basford & Slevin (2016) mengatakan bahwa peran perawat
dalam mengeksplorasi konsep pembelaan terangkum dalam pernyataan,

4
“Tujuan perawat bukan untuk mendapatkan kepuasaan dari professional
kesehatan lain tetapi lebih untuk membantu pasien mendapatkan asuhan yang
terbaik, bahkan jika itu berarti pasien masuk ke rumah sakit dan mencari
professional asuhan kesehatan lain”. Oleh karena itu, fokus utama dari peran
advokasi perawat bagi pasien adalah menghargai keputusan pasien dan
meningkatkan otonomi pasien (Blais, et al, 2012).

C. Jenis-Jenis Peran dan Fungsi Perawat


Peran Perawat Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan
(Doheny, 2012) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat
professional, meliputi:
a. Care Giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan; Sebagai pelaku/
pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan pelayanan keperawatan
secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian
dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan
diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisa data, merencanakan
intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul
dan membuat langkah/ cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan 10 melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukannya.
b. Client Advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien. Sebagai
advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional.

5
c. Counsellor, sebagai pemberi bimbingan/ konseling klien;Berfungsi untuk
memberikan konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehata sesuai prioritas.
d. Educator, sebagai pendidik klien ; Sebagai pendidik klien, membantu
klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang
terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga
klien/ 11 keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya.
e. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam menentukan rencana
maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan
kesehatan klien.
f. Coordinator, sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumbersumber
dan potensi klien Perawat berfungsi untuk mengkoordinasi, mengatur,
mengembangkan, memberikan informasi untuk perkembangan pelayanan
kesehatan.
g. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan
perubahan-perubahan; Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi
dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan
ketrampilan klien/ keluarga agar menjadi sehat (Kustanto,2003).
h. Consultat, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan
masalah.
2. Fungsi Perawat Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan
berbagai fungsi diantaranya:
a. Fungsi Independen Tindakan keperawatan bersifat mandiri, berdasarkan
pada ilmu keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab
terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil.
b. Fungsi Dependen Perawat membantu dokter memberikan pelayanan
pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan
seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat,
dan melakukan suntikan

6
c. Fungsi Interdependen Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan
tim perawatan atau tim kesehatan. Perawat berkolaborasi mengupayakan
kesembuhan pasien bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat
bertanggung jawab lain terhadap kegagalan pelayanan kesehatan terutama
untuk bidang keperawatannya (Potter dan Perry, 2010).
D. Landasan Hukum Penerapan Peran Perawat
Untuk menjamin pelindungan terhadap masyarakat sebagai
penerima Pelayanan Keperawatan dan untuk menjamin pelindungan terhadap
Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan, diperlukan pengaturan
mengenai keperawatan secara komprehensif yang diatur dalam undang-
undang. Selain sebagai kebutuhan hukum bagi perawat, pengaturan ini juga
merupakan pelaksanaan dari mutual recognition agreement mengenai
pelayanan jasa Keperawatan di kawasan Asia Tenggara. Ini memberikan
peluang bagi perawat warga negara asing masuk ke Indonesia dan perawat
Indonesia bekerja di luar negeri untuk ikut serta memberikan pelayanan
kesehatan melalui Praktik Keperawatan. Ini dilakukan sebagai pemenuhan
kebutuhan Perawat tingkat dunia, sehingga sistem keperawatan Indonesia
dapat dikenal oleh negara tujuan dan kondisi ini sekaligus merupakan bagian
dari pencitraan dan dapat mengangkat harkat martabat bangsa Indonesia di
bidang kesehatan.
Atas dasar itu, maka dibentuk Undang-Undang tentang
Keperawatan untuk memberikan kepastian hukum dan pelindungan hukum
serta untuk meningkatkan, mengarahkan, dan menata berbagai perangkat
hukum yang mengatur penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik
Keperawatan yang bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang-Undang ini
memuat pengaturan mengenai jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan,
registrasi, izin praktik, dan registrasi ulang, praktik keperawatan, hak dan
kewajiban bagi perawat dan klien, kelembagaan yang terkait dengan perawat
(seperti organisasi profesi, kolegium, dan konsil), pengembangan, pembinaan,
dan pengawasan bagi perawat, serta sanksi administratif. Latar belakang
disahkannya UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah :

7
1. Bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan
nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan
pembangunan kesehatan
2. Bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan.
3. Bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh
perawat yang memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi.
4. Bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam
Peraturan Perundang-undangan guna memberikan pelindungan dan
kepastian hukum kepada perawat dan masyarakat. Bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keperawatan.
Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
E. Definis Peran Perawat
Nelson dalam Blais et al (2012) menjelaskan tujuan utama dari
pasien adalah melindungi hak-hak pasien. Peran pasien memiliki tiga
komponen utama, yaitu sebagai pelindung, mediator, dan pelaku tindakan atas
nama pasien. Dari ketiga komponen utama peran perawat sebagai advokat,
maka dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Sebagai pelindung, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama
b. yaitu untuk membantu pasien dalam membuat keputusan. Peran perawat
dalam hal ini ditekankan untuk menyerahkan segala keputusan tentang
perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri,
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Tindakan perawat yang
termasuk di dalamnya yaitu perawat memberikan alternatif pilihan kepada
pasien saat akan mengambil keputusan tentang terapi yang akan diambil,
menyediakan format persetujuan tindakan penjelasan atas pemulangan dini
pasien dari perawatan, serta memutuskan dokter yang akan merawatnya.

8
c. Sebagai mediator, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan untuk
menjembatani komunikasi antara pasien dengan tim kesehatan lain di
rumah sakit. Tindakan perawat yang termasuk di dalamnya yaitu perawat
menemani pasien saat kunjungan dokter, menentukan menu diet bersama
ahli gizi, dan juga memberikan penjelasan kepada pasien mengenai
pengobatan yang diterimanya
d. Sebagai pelaksana tindakan, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan
utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan yang
dibutuhkan pasien. Tindakan perawat yang termasuk didalamnya yaitu
dengan memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien,
melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan
memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.
e. Perannya sebagai advokat, perawat diharapkan mampu untuk bertanggung
jawab dalam membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya serta
mempertahankan dan melindungi hak–hak pasien. Hal ini harus dilakukan,
karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan.
F. Penerapan Peran Perawat dalam Kasus Keperawatan Kritis
Perawat yang berada di area keperawatan kritis memberikan
pelayanan secara langsung dan intensif kepada pasien yang berada pada kondisi
kritis atau mengancam jiwa yang berada pada ruang perawatan khusus (ruang
intensif). Selain memiliki keterampilan untuk melakukan kaji cepat terhadap
perubahan kondisi yang dapat berisiko mengancam jiwa pasien dan
kemampuan untuk menggunakan peralatan yang spesifik di ruangan kritis,
perawat kritis juga diharapkan mampu untuk bekerja sama dengan dokter dan
anggota tim kesehatan lainnya maupun keluarga pasien. Perawat kritis
diharapkan harus kompeten secara fisik, mental, dan emosional dalam bekerja
menangani pasien yang berada dalam berada pada kondisi yang tidak stabil
sehingga membutuhkan peralatan untuk memonitor jantung dan paru begitu
juga dengan pengobatan lainnya. Perawat kritis yang ideal mempunyai

9
komunikasi interpersonal, jiwa kepemimpinan, perencanaan strategis, berpikir
kritis, dan pengambilan keputusan yang baik.
Perawat kritis diharapkan mampu berperan sebagai mediator, fasilitator
yang baik antara pasien, keluarga, maupun tim kesehatan lain. Perawat kritis
bisa membela hak dan nilai pasien dan keluarganya, mengkomunikasikan
harapan dan keinginan pasien dan keluarganya kepada anggota tim kesehatan
lainnya begitu pula sebaliknya. Contoh kasus penerapan peran advokasi
perawat dalam kasus keperawatan kritis yaitu sebagai berikut.
Peran perawat saat orientasi pasien dan keluarga masuk ke ruang
ICU. Perawat melakukan orientasi dan edukasi kepada keluarga pasien yang
baru masuk. Perawat memberikan informasi tentang jam berkunjung, dokter
penanggungjawab (DPJP), hak pasien dan keluarga, alur layanan, rencana
terapi, perencanaan, keperluan yang diperlukan oleh pasien, mengajarkan cuci
tangan, pengenalan peralatan dalam perawatan, dll. Perawat juga menjawab
semua pertanyaan keluarga/kakak pasien dan melakukan evaluasi terhadap
tindakan yang dilakukan. Perawat mengarahkan dan langsung menunjukkan
ruangan atau alat, perlu untuk diorientasian nama perawat, ruangan, waktu dan
tempat apabila pasien berada dalam kondisi kesadaran penuh (composmentis),
penggunaan gelang identitas harus ada dimulai saat pasien masuk ke rumah
sakit. Kelompok sudah menjelaskan dengan baik semua informasi saat orientasi
dan melakukan edukasi pada keluarga pasien yang masuk ke ruang intensif.
Peran perawat saat edukasi pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan peralatan hemodinamik di ICU. Perawat melakukan penjelasan
tentang fungsi alat ke pasien dan keluarga, penjelasan kondisi kepada keluarga,
penjelasan oksimetri, alat elektrokardiogram (EKG) dan interpretasinya, nadi,
nilai normalnya, saturasi oksigen dan perlunya untuk pemberian oksigen,
pemantauan tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh dan ooordinasi dengan
keluarga apabila akan diberikan tindakan perawat memberikan inform consent
untuk ditandatangani keluarga. Peran perawat ketika advokasi kondisi pasien
kritis saat ronde multidisiplin tentang rencana perawatan pasien. Dalam kasus
ronde multidisiplin ini perawat hendaknya berfungsi sebagai penyelia,
mediator, fasilitator antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan. Advokasi

10
perawat dalam ronde multidisiplin adalah dimana perawat dapat
menyampaikan keinginan dan harapan keluarga, begitu pula sebaliknya
perawat dapat menjelaskan kondisi dan keputusan tim kesehatan saat ronde.
Perawat dapat memfasilitasi keluarga untuk pengambilan keputusan dalam
keluarga. Perawat diharapkan untuk tidak mengarahkan keluarga untuk
mengambil keputusan tertentu. Peran perawat saat memberikan kabar tidak
baik untuk keluarga pasien. Pada situasi ini perawat memberikan edukasi
kepada pada salah seorang anggota keluarga yang dapat bertanggung jawab dan
mengambil keputusan dalam situasi yang kritis. Perawat dapat memfasilitasi
keluarga untuk dapat mendampingi pasien dalam fase terminal sehingga pasien
dapat meninggal dengan bermartabat.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan serta uraian tentang peran dan fungsi perawat serta fungsi
advokasi pada kasus keperawatan kritis tersebut, maka dapat diambil berbagai
kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan. Dalam menjalankan
perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya fungsi
independent, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.
2. Tujuan peran perawat bukan untuk mendapatkan kepuasaan dari
professional kesehatan lain tetapi lebih untuk membantu pasien
mendapatkan asuhan yang terbaik.
3. Peran perawat dibedakan menjadi : care giver, client advocate,
counsellor, educator, collaborator, coordinator, change agent,consultat,
fungsi perawat dibedakan menjadi :fungsi independen, fungsi dependen,
dan fungsi interdependen.
4. Landasan hukum penerapan peran advokasi perawat UU Nomor 38 tahun
2014 tentang Keperawatan.
5. Tujuan utama pasien adalah melindungi hak-hak pasien. Peran advokat
pasien memiliki tiga komponen utama, yaitu sebagai pelindung, mediator,
dan pelaku tindakan atas nama pasien.
6. Perawat yang berada di area keperawatan kritis memberikan pelayanan
secara langsung dan intensif kepada pasien yang berada pada kondisi
kritis atau mengancam jiwa yang berada pada ruang perawatan khusus
(ruang intensif).
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh perawat agar mampu menjadi
advokator yang baik dan handal, yang berkerja secara profesional, yang tidak
hanya menjadi advokator pasien/klien, tapi juga menjadi pembela kelayakan
untuk keluarga pasien, baik itu dari segi kenyamanan, kelayakan dan juga
pelayananpelayanan keperawatan lainnya, selain itu sebagai sejawat yang

12
berhubungan langsung dengan pasien perlu saling mengingatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan, meskipun banyak kesenjangan, konflik, dan
latarbelakang yang berbeda, sebagai suatu tim harus bekerjasama dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas dan berintegritas.

13
DAFTAR PUSTAKA
Afidah, E.N., & Madya, S. (2013). Gambaran Pelaksanaan Peran Perawat Di
Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang, Vol.1, No.2.
Diakses dari https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/article/view/1008
Basford, L. dan Slevin. (2016) Teori & Praktek Keparawatan.
Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC Bastable.
(2012). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip Pengajaran. Jakarta: EGC.
Blais, K. K., Hayes, J. S., & Kozier, B. (2012). Praktek keperawatan
professional. Jakarta: EGC Doheny. (2012). Peran Perawat Sebagai
Pemberi Asuhan Keperawatan. Diakses dari.
Ul84iKI8PhY Felle, Z.R. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat
Tentang Advokat Bagi Pasien Di Rumah Sakit Umum Abepura,
Jurnal Tropis Papua Vol.1, No.1, ISSN: 2654 – 5756.
Kandar, Maria S., & Tofi’ah. (2015). Pelaksanaan Peran Perawat Sebagai
Dalam Pemberian Informed Concent Tindakan ECT Premedikasi Di
RSJD Dr. Amino Gondhoutomo Provinsi Jawa Tengah. Diakses dari
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1602/
1654
Kusnanto. 2013. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and
Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC Simamora, R.H. (2013).
Upaya Pembinaan Perawat di Rumah sakit
Ngesti Waluyo Parakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal keperawatan
soedirman, Vol. 8, No.2.Diakses dari
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/482/249
Sudarman, M. (2016).

14

Anda mungkin juga menyukai