A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) dan The United Nations Childrens Fund
(UNICEF) telah bersama-sama menyusun visi global dan strategi untuk imunisasi pada tahun
2006-2015 bertajuk Global Immunization Vision and Strategy (GIVS) merupakan usaha untuk
mencegah penyakit yang bisa dihindari dengan imunisasi melalui rancangan kerja 10 tahun.
Tujuan dari program tersebut untuk mempertahankan cakupan dari suatu wilayah yang sudah
tercapai, dan memperluas layanan imunisasi bagi mereka yang belum terjangkau. Salah satu
target tahun 2015 dari program GIVS ini supaya imunisasi dipandang penting untuk
penguatan sistem kesehatan dan elemen utama (WHO, 2005).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan, Imunisasi dan kesehatan
merupakan upaya pencegahan penularan penyakit yang merupakan kegiatan prioritas
Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk
mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka
kematian pada anak. Penyelenggaraan Imunisasi mengacu pada kesepakatan-kesepakatan
internasional untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit, antara lain: WHO melalui
World Health Assembly (WHA) tahun 2012 merekomendasikan rencana aksi global tahun
2011-2020 menetapkan cakupan Imunisasi nasional minimal 90%, cakupan Imunisasi di
Kabupaten/Kota minimal 80% (Permenkes, 2017).
Dinas Kesehatan Kota Kediri sampai saat ini masih gencar dan aktif mengajak orang
tua untuk membawa anaknya terutama balita untuk imunisasi guna mencegah berbagai
macam penyakit terutama difteri. Difteri yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphteriae ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular, sangat serius, dan dapat
mengancam jiwa yang dapat dicegah oleh imunisasi. Menurut kepala Dinas Kesehatan Kota
Kediri, Fauzan Adima, walaupun kota Kediri dalam kondisi aman terhadap penyakut difteri
namun harus tetap meningkatkan cakupan imunisasi pada balita ini sebagai upaya antisipasi
supaya tidak terjadi outbreak difteri. Selain itu, imunisasi juga dapat meningkatkan daya
tahan tubuh anak itu sendiri (AntaraJatim, 2019. Diakses tanggal 30 september 2021 pukul
16.40)
B. Permasalahan
Pencegahan dan upaya antisipasi terhadap penyakit infeksi yang dapat dicegah
dengan imunisasi seperti difteri.
Penyakit infeksi pada anak dapat terjadi kapan saja. Jadi lebih baik untuk
melakukan tindakan pencegahan.
C. Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi
Melakukan kegiatan imunisasi dasar lengkap dan lanjutan pada bayi dan baduta
yang bertempat di puskesmas pembantu Banjaran pada tanggal 29 September 2021 pukul
08.00 WIB.
Berikut alur yang dilakukan pada pelaksanaan imunisasi :
1. Peserta hadir dan mengambil nomor urut antrian, selanjutnya akan dipanggil
oleh petugas urut sesuai dengan nomor antrian.
2. Petugas akan melakukan registrasi dan pengecekan data melalui kartu
keluarga (KK) dan buku KIA. Dilakukan pengecekan mengenai jadwal
imunisasi apa yang akan diberikan hari itu dan administrasi. Kemudian di tulis
ke dalam rekam medis.
3. Setelah itu dilakukan pengukuran berat badan, suhu, dan lain lain dan ditulis
ke dalam rekam medis dan buku KIA
4. Dilakukan imunisasi oleh petugas
5. Setelah imunisasi selesai dilanjutkan pemberian KIE mengenai efek samping
imunisasi, cara menangani serta tanggal kembali untuk imunisasi berikutnya.
Kemudian peserta diberikan obat paracetamol sirup untuk diminumkan ketika
sudah tiba di rumah.
6. Buku KIA dikembalikan ke peserta dan kegiatan imunisasi selesai.
A. PELAKSANAAN
Kegiatan telah dilakukan pada tanggal 29 September 2021 pukul 08.00 WIB sampai
selesai di Puskesmas Pembantu Banjaran.
Peserta yang diimunisasi: 23 bayi dan baduta.
Berikut alur yang telah dilakukan pada pelaksanaan imunisasi :
1. Peserta hadir dan mengambil nomor urut antrian, selanjutnya akan dipanggil
oleh petugas urut sesuai dengan nomor antrian.
2. Petugas akan melakukan registrasi dan pengecekan data melalui kartu
keluarga (KK) dan buku KIA. Dilakukan pengecekan mengenai jadwal
imunisasi apa yang akan diberikan hari itu dan administrasi. Kemudian di tulis
ke dalam rekam medis.
3. Setelah itu dilakukan pengukuran berat badan, suhu, dan lain lain dan ditulis
ke dalam rekam medis dan buku KIA
4. Dilakukan imunisasi oleh petugas
5. Setelah imunisasi selesai dilanjutkan pemberian KIE mengenai efek samping
imunisasi, cara menangani serta tanggal kembali untuk imunisasi berikutnya.
Kemudian peserta diberikan obat paracetamol sirup untuk diminumkan ketika
sudah tiba di rumah.
6. Buku KIA dikembalikan ke peserta dan kegiatan imunisasi selesai.