PENDAHULUAN
1
Undang- undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan prinsip
perundangan otonomi daerah pemerintahan daerah, maupun keuangan
daerah terutama demi terciptanya efektivitas dan efisiensi di daerah.
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Kabupaten TTS sebagai salah satu daerah otonomi yang berada di
daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur terus menggali potensi-potensi
keuangan daerah agara dapat meningkatkan Pendapatan Hasil Daerah.
Sumber pemerintah Daerah yang lebih memungkinkan untuk dikembang
saat ini yang menjadi perhatian peneliti adalah penerimaan Retribusi Pasar.
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dikemukakan Retribusi Pelayanan Pasar adalah retribusi
yang dipungut dari pedagang atas penggunaan fasilitas pasar
tradisional/sederhana Retribusi Pelayanan Pasar-Peralatan, Pelayanan
Pasar-Los, dan Pelayanan Pasar-Kios yang dikelola Pemerintah Daerah,
dan khusus disediakan untuk pedagang.
Pasar adalah salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk melakukan
kegiatan ekonomi. Dengan adanya pasar akan terjadi suatu perputaran
uang yang menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS). Menurut Kepala Badan Pendapatan Asli
Daerah (BAPENDA) TTS dalam rangka meningkatkan kontribusi
Retribusi Pasar perlu adanya upaya strategis dan berkelanjutan agar
pendapatan asli daerah semakin meningkat dan terasa manfaatnya bagi
masyarakat.
Salah satu upaya yang telah ditempuh antara lain meningkatkan
mutu pelaksanaan retribusi, meningkatkan perawatan fisik bangunan,
kebersihan pelayanan dan sumber daya manusia, agar para pengguna pasar
merasa nyaman dan mereka akan membayar retribusi pasar sesuai
2
kewajibannya. Dari sektor Retribusi Pasar di Kabupaten Timor Tengah
Selatan dari tahun ke tahun harus ada restorasi atau tindakan berani dan
tegas terutama pelaksana di lapangan untuk bertindak sesuai aturan.
3
bukan tidak mungkin terjadi peningkatan target Realisasi Pasar tiap
tahunnya. Kabupaten TTS mempunyai jumlah pasar yang cukup banyak
dan terdapat beberapa pasar yang besar, dimana bisa dilihat jumlah
pedagang dari tahun ke tahun yang semakin banyak dan ramai.
Tercapainya peningkatan Retribusi Pasar merupakan salah satu
penentu peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan sebagai Sumber
Pembiayaan Daerah dalam melaksanakan Otonomi Daerah. Penulis
tertarik mengangkat tema Retribusi Pasar karena melihat
proporsipenerimaan dan retribusi tersebut dari beberapa pasar Kabupaten
TTS cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah dan di samping itu penulis
mengambil tema Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar sebagai objek
Penelitian untuk mengetahui seberapa besar peningkatan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten TTS.
Dengan peningkatan kontribusi tiap tahunnya maka dapat
menguatkan retribusi daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan yang
bersumber dari Retribusi Jasa Umum ini sehingga mengurangi
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam
pembiayaan pembangunan daerah berupa dana alokasi umum ataupun
dana alokasi khusus dari pemerintah pusat. Artinya, semakin besar
pendapatan yang dapat dihasilkan oleh daerah untuk membiayai
pembangunan di daerahnya maka semakin kecil pula bantuan dana yang
diberikan oleh pemerintah pusat, tentunya hal ini menjadi harapan di
Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul
“Analisis Kontribusi Retribusi Pasar terhadap Retribusi Daerah di
Kabupaten Timor Tengah Selatan ”.
4
2. Seberapa besar kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan?
5
d. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
kontribusi retribusi pasar terhadap retibusi Daerah
Kabupatn Timor Tengah Selatan.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian.
b. Otonomi yang nyata, adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggrakan kewenangan pemerintahan di bidang
tertentu yang nyata telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,
hidup dan berkembang di daerah. Dengan demikian isi dan isi
otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah
lainnya.
c. Otonomi yang bertanggungjawab, adalah berupa perwujudan
pertanggungjawabann sesuai konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban yang dipikul daerah dalam mencapai tujuan dan
pemeberian otonomi berupa peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan yang semakin baik, pembangunan kehidupan
demokratis, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan
hubungan yang serasi antara pusat dengan daerah serta antar
daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8
daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak.
Berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah bahwa prinsip kesatuan pemerintah daerah
merupakan yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat, atas dasar
tersebut maka kemandirian daerah dalam rumah tangganya tidak
ditafsirkan bahwa setiap pemerintah daerah harus dapat membiayai
seluruh pengeluaran dari pendapatan asli daerah (PAD). Sebagai tindak
lanjut dari pemberian otonomi kepada daerah agar dapat mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam pelaksanaan pemerintah di daerah maka untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) adalah mutlak diperlukan
untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab.
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi
sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan
menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli
Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber
pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang
maksimal. Proporsi pendapatan asli daerah yang rendah, di lain pihak
menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah
dalam mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin
maupun pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana
Alokasi Umum. Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan
Pemerintah Daerah adalah menggali dari Pendapatan Asli Daerah, Elita
(2007:22).
Menurut Bratakusumah dan Solihin (2004:90) dalam skripsi
Rachmad (2016:26), yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah
adalah Pendapatan daerah adalah semua hak Pemerintah Daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dalam arti luas
pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah
9
ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi
hak Pemerintah Daerah. Menurut Barata dijelaskan bahwa pendapatan
daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan.
Menurut Darise ( 2009:33) dalam skripsi Rachmad (2016:27),
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksa kan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemda dan
pembangunan daerah.
2. Restribusi daerah adalah pemasukan yang berasal dari usaha
Pemda untuk menyediakan sarana dan prasarana yang
ditujukan untuk memenuhi kepentingan warga masyarakat
baik individu maupun badan atau koorporasi dengan
kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai
pemasukan ke kas daerah.
3. Dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan kemampuan
daerah dan antar daerah agar tidak ada satu daerah yang
tertinggal dari daerah lainnya dalam pembangunan
mencapai tujuan bangsa.
Jenis-jenis dana perimbangan antara lain sebagai berikut:
a. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBD yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
b. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBD yang dialokasikan dengan tujuan
10
pemerataan kemampuan keuangan antar pusat dan
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
c. Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBD yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk
membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan
dasar masyarakat yang mencapai standar tertentu untuk
mendorong percepatan pembangunan masyarakat.
4. Lain-lain pendapatan yang sah
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan, pengadaan barang dan jasa oleh daerah
11
pajak daerah dan retribusi daerah tidak hanya didasarkan atas
objeknya. Tetapi juga perbedaan atas pendekatan tarif. Oleh sebab
itu tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi
dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
masing-masing untuk mengolah jenis pelayanan publik di
daerahnya.
Sedangkan pengertian retribusi daerah menurut Marihot P.
Siahaan (2010:6). “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”. Adapun cirri-ciri pokok
retribusi daerah antara lain yaitu :
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut
berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang
berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah
daerah.
c. Pihak yang membayar kontribusi mendapatkan kontra
prestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah
daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati
oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi
secara ekonomis, yaitu jika membayar retribusi, tidak
akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
12
untuk dapat meningkatkan serta meratakan kesejahteraan
masyarakat.
13
2.3.5 Jenis-jenis Retribusi
Menurut UU No. 34 Tahun 2004, retribusi dikelompokan
menjadi 3 (tiga) yaitu:
A. Retribusi jasa umum
1. Retribusi jasa umum merupakan jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan masyarakat umum.
2. Kriteria yang di gunakan dalam menetapkan jenis
retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa umum
terdiri dari:
a. Jasa tersebut termasuk dalam kelompok urusan
pemerintah yang diserahkan kepada daerah
dalam pelaksanaan asa desentralisasi.
b. Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi
orang pribadi atau badan yang di haruskan
membayar retribusi.
c. Jasa tersebut, dianggap layak jika hanya
disediakan kepada badan atau orang pribadi
yang membayar retribusi.
d. Retribusi untuk pelayanan pemerintah daerah itu
tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.
e. Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif
dan efisien, serta dapat merupakan salah satu
sumber pendpatan daerah yang potensial.
f. Pelayanan yang bersangkutan dapat disediakan
secara baik dengan kualitas pelayanan yang
memadai.
3. Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri dari: retribusi
pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan
persampahan atau kebersihan, retribusi penggantian
14
biaya cetak kartu penduduk dan akte catatan sipil,
retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan
mayat, retribusi parkir di tepi jalan umum, retribusi
pasar, retribusi air bersih, retribusi pengujian
kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat
pemadaman kebakaran, retribusi penggantian biaya
cetak peta dan retribusi pengujian kapal perikanan.
4. Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat di
nikmati oleh orang pribadi atau badan.
5. Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi
atau badan yang menggunakan atau menikmati
pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subjek
retribusi jasa umum ini dapat merupakan wajaib
retribusi jasa umum.
6. Tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengeni jenis-jenis retribusi yang berhubungan
dengan kepentingan nasional serta disesuaikan pada
kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan.
B. Retribusi Jasa Usaha
1. Retribusi jasa usaha merupakan pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut
prinsip komersial krena pelayanan tersebut belum
cukup disediakan swasta.
2. Kriteria-kriteria yang di gunakan dalam menetapkan
jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa usaha
adalah:
15
a. Jasa tersebut bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh swasta tetapi pelayanan sektor
swasta dianggap belum memadai.
b. Harus terdapat harta yang di miliki atau dikuasai
oleh pemerintah daerah dan belum dimanfaatkan
secara penuh oleh pemerintah dearah seperti,
tanah, bangunan dan alat-alat berat.
3. Jenis-jenis retribusi jasa usaha yaitu: retribusi
pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir
dan atau pertokoan, retribusi terminal, retribusi
tempat khusus parkir, retribusi tempat penitipan
anak, retribusi tempat penginapan, retribusi tempat
penyedotan kakus, retribusi rumah potong hewan,
retribusi tempat pendaratan kapal, retribusi tempat
rekreasidan olah raga, retribusi penyebrangan di
atas air, retribusi pengolahan limbah cair dan
retribusi penjualan produksi usaha daerah.
4. Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah menganut
prinsip komersial.
5. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi
atau badan yang menggunakan atau menikmati jasa
pelayanan usaha yang bersangkutan. Subjek ini
dapat merupakan wajaib retribusi jasa usaha.
6. Tarif retribusi jasa usaha ditetapkan oleh daerah
sehingga tercapai keuntungan yang layak dan tarif
di dasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan
yang pantas di terima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secra efisien dan berorientasi pada harga
pasar.
16
C. Retribusi perizinan tertentu
1. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas
kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalain dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam,
barang, prasarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
2. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam menetapkan
jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi perizinan
tertentu adalah:
a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan
pemerintah yang di serahkan kepada daerah
dalam rangka asas desentralisasi.
b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna
melindungi kepentingan umum; dan
c. Biaya yang menjadi beban daerah dalam
penyelenggara izin tersebut dari biaya untuk
menanggulangi dmpak negatif dan perizinan
tersebut cukup besar sehingga layak di biayai dri
retribusi perizinan.
3. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu terdiri dari
retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi tempat
penjualan minuman beralkohol, retribusi izin
gangguan, retribusi izin trayek.
4. Objek retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan
tertentu pemerintahan daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau bqdan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan
17
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
5. Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang
pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu
dari pemerintah daerah subjek ini dapat merupakan
wajib retribusi jasa perizinan tertentu.
6. Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan
sedemikian rupa sehingga hasil retribusinya dapat
menutup sebagian atau sama dengan perkiraan biaya
yang di perlukan untuk menyediakan jasa yang
bersangkutan.
18
2.3.7 Kriteria Retribusi
Ada beberapa kriteria yang harus di penuhi agar suatu potensi
pendapatan daerah dikenai retribusi yaitu:
a. Kecukupan dan elastisitas
Artinya, retribusi harus responsif terhadap variabel-
variabel yang mempengaruhi, misalnya pertumbuhan
penduduk dan pendapatan.
b. Keadilan
Retribusi yang bersangkutan tidak sewenang-wenang, tidak
memihak kepada golongan-golongan atau kelompok yang
berpendapat menengah dan tinggi.
c. Kemampun administrsi
Retribusi harus bersifat lebih sederhana, mudah untuk
ditaksir dan di pungut dan cepat terhimpun, yang di berikan
kepada daerah dan yang di butuhkan oleh daerah.
d. Kesepakatan politik
Retribusi harus dapat dimengerti dan sesuai keinginan yang
layak dan haruslah dapat dilaksanakan dari sudut
kemampuan politik.
e. Penilain retribusi oleh pemerintah
Retribui dapat memberikan kontribusi atau penilain yang
berarti terhadap sumber-sumber penerimaan daerah.
19
2.3.9 Peraturan pemerintah tentang retribusi Daerah
UU No 34 Tahun 2000 yang merupakan revisi dari UU No
18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, serta
peraturan pemerintah RI No 66 Tahun 2001 tentang retribusi
daerah, dalam peraturan ini di atur hal-hal yang berkaitan dengan
ketentuan retribusi daerah. Seperti jenis-jenis retribusi daerah, tata
cara dan sarana pemungutan retribusi, perhitungan besarnya
retribusi terutang serta beberapa ketetuan lainnya.
UU No 34 tahun 2000 mengatur dengan jelas bahwa untuk
dapat dipungut pada suatu daerah, setiap jenis retribusi daerah
harus ditetapkan dengn peraturan daerah. Hal ini berarti untuk
dapat diterapkan dan dipungut pada suatu daerah provinsi,
kabupaten, atau kota, harus terlebih dahulu ditetapkan peraturan
daerah tentang retribusi daerah tersebut. Peraturan daerah tentang
suatu retribusi daerah tidak dapat berlaku surut dan tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum dan atau ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
20
c. Suatu sumber barang atau jasa yang dimiliki langka
atau mahal perlu disiplin dalam pemakaian dan
komsumsinya.
d. Jasa-jasa yang digunakan untuk mencari keuntungan
disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu
di dalam negeri.
e. Dapat dipergunakan untuk menghitung atau menguji
arah dan skala permintaan masyarakat akan jasa,
dimana kebutuhan pokok atau bentuk dan standar-
standar penyediaan tidak dapat tegas ditentukan.
21
Menurut Marihot (2010:6390, Tarif retribusi adalah nilai rupiah
atau presetase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya
retribusi yang terutang.
Tarif dapat di tentukan seragam atau dapat diadakan
pembedaan mengenai golongan tarif sesuai dengan pinsip dan
sasaran tarif tertentu, misalnya pembedan retribusi tempat rekreasi
anak dan dewasa, retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil,
retribusi pasar antara kios dan los, dan retribusi sampah antara
rumah tangga dan industri. Besarnya tarif dapat dinyatakan dalam
rupiah per unit tingkat penggunaan jasa. Tarif retribusi ditinjau
kembali secara berkala paling lama 5 (lima) tahun sekali dengan
memperhatikan prinsip dan sasaran penetap tarif.
2.3.13 Tata cara pemungutan retribusi
Dasar tata cara pemungutan sesuai dengan pasal 27 ayat (1)
UU No. 18 Tahun 1997, tata cara pemungutan retribusi adalah
dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Selain tata cara dengan surat ketetapan retribusi
sebagaimana di atur dalam UU No. 18 Tahun 1997 tersebut, maka
tata cara pemungutan lain yang berlaku sampai saat ini dalam
pemungutan retribusi daerah adalah:
a. Sistem pemungutan dengan benda berharga seperti
karcis, kupon, formulir berharga, dan leges.
b. Sistem pemungutan dengan kartu baik sebagai tanda
terima maupun sebagai tempat tanda terima.
c. Sistem menetapkan sendiri/sektor tunai (contante
storting) yang oleh masyarakat lebih dikenal sebagai
sistem self assessment. Misalnya: retribusi kebersihan
yang sifatnya permanen dan berulang-ulang.
22
1981 tentang manual administrasi pendapatan daerah. Pemungutan
retribusi tidak dapat di borongkan dan di pungut dengan
menggunakan surat ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain
yang di persamakan. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak
membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan
sanksi administrasi 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi
terutang yang tidak atau kurang di bayar dan di tagih dengan
menggunakan surat tagihan Retribusi Daerah. Adapun sarana yang
digunakan untuk pemungutan retribusi daerah dan sarana
pelaporan retribusi daerah berupa surat ketetapan yeng di
keluarkan oleh pemerintah daerah meliputi:
23
Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Pengertian Retribusi pendapat Mardiasmo (2005:100)
Skripsi Gusti (2016), adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan
atau diberikan kepada Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
retribusi adalah pungutan kepada mereka mereka yang
menggunakan jasa-jasa secara langsung yang prestasinya ditunjuk
secara langsung dan pelaksanaannya dapat dipaksakan (paksaan
ekonomis) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka karakteristik Retribusi adalah :
Retribusi dipungut berdasarkan peraturan-peraturan (yang
berlaku umum).
a. Dalam Retribusi, prestasi yang berupa pembayaran dari
warga masyarakat akan mendapat jasa imbalan langsung
yang ditujukan pada individu yang membayar.
b. Uang hasil retribusi dibagikan bagi pelayanan umum
berkait dengan retribusi yang bersangkutan.
c. Pelaksanaanya dapat dipaksakan, biaya bersifat ekonomis.
24
2.4.2 Retribusi Pasar
Dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah
khususnya Retribusi Daerah dari tahun ke tahun selalu diharapkan
ada peningkatan, demikian juga dengan Retribusi Pasar sebagai
salah satu Retribusi Jasa Umum yang memiliki penerimaan
terbesar dibanding dengan Retribusi Jasa Umum lainnya.
Retribusi pasar di banyak daerah dan kota di Indonesia
menjadi sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang cukup
berarti Menurut Kurniawan (2005:160) Skripsi Gusti (2016),
bahwa Retribusi pasar akan turut menentukan besarnya tingkat
kemandirian suatu daerah dalam arti mampu mendanai sendiri
segala urusan otonomi daerah. Pengertian Retribusi apabila
digabungkan dengan pengertian Pasar, maka Retribusi Pasar adalah
uang pungutan yang dikenakan bagi mereka yang menggunakan
tempat pasaran baik tetap maupun tidak tetap di pasar.
25
Pasar secara luas ini banyak melibatkan teknologi sebagai media
pertemuan. Sedangkan pasar daerah adalah pasar yang dikuasai dan
dikelola oleh pemerintah daerah.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan wajib retribusi
pasar adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
peundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi atas pemakaian tempat untuk berjualan
barang atau jasa secara tetap maupun tidak tetap di pasar daerah.
26
2.4.5 Tarif retribusi pasar
Tarif retribusi pasar adalah merupakan pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pemerintah daerah yang
diberikan kepada umum di dalam lingkungan pasar. Besarnya
pengenaan tarif retribusi pasar disesuaikan dengan kelas pasar
fasilitas yang tersedia serta jenis dagangan.
Pendapatan Daerah dari Retribusi Jasa Umum merupakan
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah atas pelayanan yang
diberikan oleh Pemerintahan Daerah denga menganut prinsip-
prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sector swasta. Perencanaan Anggaran dan Pendapatan Daerah dari
Retribusi Jasa Umum harus diselaraskan antara target pendapatan
dalam APBD dengan jenis dan besaran tarif yang dikenakan pada
Objek Retribusi Jasa Umum.
2.5 Kontribusi
Kontribusi dalam pemahaman Dany H (2006:267) Skripsi Gusti
(2016), adalah suatu bentuk sumbangan berupa material (uang) yang bisa
sokongan atau sumbangan. Sumbangan ini bisa dilakukan dengan kolektif
27
seperti yang dilakukan dalam salah satu situs kitabisa yang dikumpulkan
dalam pembangunan masyarakat.
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah
memberikan sumbangan dalam penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).
Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan
penerimaan pajak daerah periode tertentu dengan penerimaan asli daerah
(PAD) periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin
beasar pula penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah,
begitu pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti
peranan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah juga kecil Mahmudi
(2010:145) dalam Skripsi Gusti (2016).
Pengertian kontribusi menurut Guritno (2000:132) dalam Skripsi
Gusti (2016), adalah sumbangan yang diberikan seseorang sebagai upaya
membantu kerugian atau membantu kekurangan terhadap hal yang
dibutukan. Hal yang dibutuhkan ini bisa dilakukan secara bersama dalam
membantu masyarakat yang terkena bencana.
Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan
Kontribusi adalah sejumlah uang atau iuran yang diberikan oleh seorang
sebagai sebuah bentuk keikutsertaan didalam sebua kegiatan ataupun
sebagai bentuk sumbangan kepada seseorang atau badan. Kontribusi pada
umunya bukan sebuah hal yang nilainya wajib, namun hal tersebut bisa
saja bersifat relatif dan seiklas pemberian saja.
28
2.7 Penelitian terdahulu
29
Retribusi Daerah (2014) Daerah, periode 2008-2012 secara
Terhadap Intensifikasi, keseluruhan sudah efektif. Tetapi
Pendapatan Asli Ekstensifikasi kontribusi retribusi daerah terhadap
Daerah Dinas dan Pendapatan pendapatan asli daerah selama
Pengelola asli Daerah periode tersebut masih kurang, serta
Keuangan Daerah program intensifikasi dan
Kota Blitar ekstensifikasi yang dilakukan
pemerintah belum optimal.
4 Efektivitas Dan Dandy Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Kontribusi Ahmad Efektivitas, bahwa efektifitas pemungutan
Retribusi Drajat Kontribusi, Retribusi Jasa Pasar selama tahun
Pelayanan Pasar (2017) Retribusi 2008 sampai dengan tahun 2014
Terhadap Pasar, rata-rata pencapaian “Sangat
Penerimaan Retribusi Efektif” sebesar 103,78% pertahun.
Retribusi Daerah Daerah.
Di Kabupaten
Berau
30
dilakukan pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Dalam teknik analisis ini menguraikan, menafsirkan dan
menggambarkan data yang terkumpul secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena atau
permasalahan yang diteliti. Variabel dalam penelitian yang diambil mengetahui
jumlah penerimaan retribusi pasar dan jumlah penerimaan retribusi daerah.
Kontribusi Retibusi
Pasar Kabupaten Retribusi Pendapatan Asli
Timor Tengah Daerah Daerah
Selatan
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.2 Objek
Objek penelitian yang di ambil adalah untuk mengetahui
jumlah penerimaan retribusi pasar dari tahun 2014-2019 dan
jumlah penerimaan retribusi daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan dari tahun 2014-2019
32
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder :
a. Data primer Sugiyono (2014:224) adalah data yang
dikumpulkan dari sumber data pertama dan diperoleh
melalui observasi ataupun wawancara dengan pegawai
yang terkait dengan penerimaan retribusi pasar tahun
2014-2019, pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
b. Data sekunder menurut Sugiyono (2014:224) adalah
data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar sehingga
lebih informatif. Data sekunder adalah data yang
dikeluarkan oleh dinas atau instansi terkait, dalam hal
ini Dinas Pendapatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan mengeluarkan dokumen berupa:
a) Data realisasi penerimaan retribusi pasar
Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2014-
2019
b) Data realisasi penerimaan retribusi daerah
Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2014-
2019
c) Data lainnya yang berhubungan dengan
penelitian.
33
a. Obsevasi atau pengamatan merupakan suatu proses yang
kompleks dan suatu proses yang tersusun dari berbagai
prfoses biologis dan spikologis, Sugiyono (2013:145).
Obsevasi atau pengamatan juga dapat dikatakan teknik
pengumpulan data dengan adanya pengamatan dari peneliti
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek
penelitiannya.
b. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan
mempelajari literature-literatur yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang diteliti. Umar (2003:51).
c. Wawancara, adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu,
Sugiyono (2013:231). Wawancara juga ialah teknik
pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga
secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan
untuk dijawab pada kesempatan lain.
d. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen ini bisa bebrbentuk lisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seorang. Dukumen berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
Histories), Ceritra, Biografi, Peraturan, Kebijakan. Dukumen
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan
lain-lain. Dukumen yang berbentuk karya misalnya karia
seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain,
Sugiyono (2013:240). Dukumentasi juga dapat dikatakan
suatu cara pengumpulan data sekunder melalui dokumen-
dokumen, pencatatan ataupun softcopy atas data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini.
34
3.4 Teknik analisis data
Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang terkumpul
untuk kemudian dapat memberikan interpretasi dalam pengelolaan data ini
yang digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Dalam teknik analisis ini menguraikan, menafsirkan dan
menggambarkan data yang terkumpul secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena atau
permasalahan yang diteliti, Sugiyono (2013:78)
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis besarnya
kontribusi retribusi pasar terhadap retribusi daerah adalah sebagai berikut :
35
Kriteria Kontribusi menurut, Boby Fandhy Putra (2014:4),
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Kontribusi
Presentase kinerja Kriteria
keuangan
Kurang dari 10% Sangat kurang Berkontribusi
10% - 20% Kurang Berkontribusi
20% - 30% Cukup Berkontribusi
30% - 40% Berkontribusi Sedang
40%-50% Berkontribusi Baik
Lebih dari 50% Sangat Berkontribusi
Sumber data: Halim 2004 : 163
Total RPP
Kontribusi Penerimaan PAD= X 100%
Total Penerimaan PAD
36
≤ 5% Sangat Baik
Sumber data: Depertemen Dalam Negeri, 2012
3. Laju Pertumbuhan
Laju Pertumbuhan menunjukkan kemampuan pemerintah
dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang
telah dicapainya dari periode ke periode berikutnya.
Mengukur Laju Pertumbuhan Retribusi Pasar digunakan
rumus sebagai berikut (Abdul Halim : 163) :
37
3.5 Jadwal Penelitian
Rincian jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1
yaitu :
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi
Jakarta : Rajawali Pers.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D.CV.
Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sunarto. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. AMUS Yogyakarta dan Citra
Pustaka. Yogyakarta.
40