Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemandirian pembangunan diperlukan baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah, hal ini tidak terlepas dari keberhasilan
penyelenggaraan pemerintah provinsi maupun kabupaten atau kota yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat dengan
kebijaksanaannya. Kebijakan tentang keuangan daerah ditempuh oleh
pemerintah pusat agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan
membiayai pembangunan daerahnya sesuai dengan prinsip daerah otonomi
yang nyata.
Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 dan diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah yang terfokus pada otonomi daerah dan
Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-
undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah, maka pemerintah daerah diberi kekuasaan
yang lebih besar untuk mengatur anggaran daerahnya. Untuk mendukung
pelaksanaan otonomi yang maksimal pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan di bidang penerimaan daerah yang berorientasi pada
peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai urusan rumah
tangganya sendiri dan diprioritaskan pada penggalian dana mobilisasi
sumber-sumber daerah. Tujuan dikeluarkannya kedua undang-undang
dibidang otonomi daerah tersebut adalah dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan daerah
yang berasal dari kegiatan ekonomi daerah itu sendiri. Pendapatan Asli
Daerah merupakan salah satu pilar kemandirian suatu daerah. Menurut
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah.

1
Undang- undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan prinsip
perundangan otonomi daerah pemerintahan daerah, maupun keuangan
daerah terutama demi terciptanya efektivitas dan efisiensi di daerah.
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Kabupaten TTS sebagai salah satu daerah otonomi yang berada di
daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur terus menggali potensi-potensi
keuangan daerah agara dapat meningkatkan Pendapatan Hasil Daerah.
Sumber pemerintah Daerah yang lebih memungkinkan untuk dikembang
saat ini yang menjadi perhatian peneliti adalah penerimaan Retribusi Pasar.
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dikemukakan Retribusi Pelayanan Pasar adalah retribusi
yang dipungut dari pedagang atas penggunaan fasilitas pasar
tradisional/sederhana Retribusi Pelayanan Pasar-Peralatan, Pelayanan
Pasar-Los, dan Pelayanan Pasar-Kios yang dikelola Pemerintah Daerah,
dan khusus disediakan untuk pedagang.
Pasar adalah salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk melakukan
kegiatan ekonomi. Dengan adanya pasar akan terjadi suatu perputaran
uang yang menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat Kabupaten
Timor Tengah Selatan (TTS). Menurut Kepala Badan Pendapatan Asli
Daerah (BAPENDA) TTS dalam rangka meningkatkan kontribusi
Retribusi Pasar perlu adanya upaya strategis dan berkelanjutan agar
pendapatan asli daerah semakin meningkat dan terasa manfaatnya bagi
masyarakat.
Salah satu upaya yang telah ditempuh antara lain meningkatkan
mutu pelaksanaan retribusi, meningkatkan perawatan fisik bangunan,
kebersihan pelayanan dan sumber daya manusia, agar para pengguna pasar
merasa nyaman dan mereka akan membayar retribusi pasar sesuai

2
kewajibannya. Dari sektor Retribusi Pasar di Kabupaten Timor Tengah
Selatan dari tahun ke tahun harus ada restorasi atau tindakan berani dan
tegas terutama pelaksana di lapangan untuk bertindak sesuai aturan.

Tabel 1.1 Data Perbandingan Target dan Realisasi Penerimaan

Retribusi Pasar Tahun Anggaran 2014-2019

Tahun Target Realisasi


2014 Rp. 884.450.000 Rp. 776.985.875
2015 Rp. 884.450.000 Rp. 912.780.455
2016 Rp. 854.950.000 Rp.650.394.000
2017 Rp. 710.036.000 Rp. 792.399.960
2018 Rp. 760. 536.000 Rp. 884.190.699
2019 Rp.795.834.000 Rp. 1.073.333.742
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan

Dilihat dari Tabel 1.1 di atas menunjukkan Jumlah realisasi


retribusi Retribusi Pasar Kabupaten Timor Tengah Selatan pada Tahun
2014 sebanyak 92,01%, kemudian mengalami peningkatan pada tahun
2015 sebesar 108,09%, pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi
76,07%, lalu pada Tahun 2017 mengalami peningkatan lagi menjadi
111,60% , pada Tahun 2018 meningkat menjadi 116,26% .
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pada setiap tahunnya retribusi
pasar mengalami pasang surut dan sering pendapatan retribusi tidak
mencapai target yang telah ditetapkan pada setiap tahunnya namun sering
juga pada tahun-tahun tertentu pendapatan retribusi meloncak tinggi
hingga melampaui target yang telah ditetapkan seperti pada Tahun
2015,2017,2018,2019.
Hal ini disebabkan Kabupaten TTS mempunyai jumlah pasar yang
cukup banyak dan jarak antar pasar sangat jauh sehingga tidak terjangkau
oleh petugas Bapenda untuk menarik retribusi pasar. Dengan demikian
petugas Bapenda dibantu oleh kepala desa setempat untuk menunjuk
masyarakat setempat yang berpengaruh disekitar area pasar untuk menarik
retribusi pasar. Hal ini mengakibatkan potensi Retribusi pasar di
Kabupaten TTS. Jika penarikan dilakukan oleh pegawai Bapenda TTS

3
bukan tidak mungkin terjadi peningkatan target Realisasi Pasar tiap
tahunnya. Kabupaten TTS mempunyai jumlah pasar yang cukup banyak
dan terdapat beberapa pasar yang besar, dimana bisa dilihat jumlah
pedagang dari tahun ke tahun yang semakin banyak dan ramai.
Tercapainya peningkatan Retribusi Pasar merupakan salah satu
penentu peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan sebagai Sumber
Pembiayaan Daerah dalam melaksanakan Otonomi Daerah. Penulis
tertarik mengangkat tema Retribusi Pasar karena melihat
proporsipenerimaan dan retribusi tersebut dari beberapa pasar Kabupaten
TTS cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah dan di samping itu penulis
mengambil tema Kontribusi Retribusi Pelayanan Pasar sebagai objek
Penelitian untuk mengetahui seberapa besar peningkatan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten TTS.
Dengan peningkatan kontribusi tiap tahunnya maka dapat
menguatkan retribusi daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan yang
bersumber dari Retribusi Jasa Umum ini sehingga mengurangi
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam
pembiayaan pembangunan daerah berupa dana alokasi umum ataupun
dana alokasi khusus dari pemerintah pusat. Artinya, semakin besar
pendapatan yang dapat dihasilkan oleh daerah untuk membiayai
pembangunan di daerahnya maka semakin kecil pula bantuan dana yang
diberikan oleh pemerintah pusat, tentunya hal ini menjadi harapan di
Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul
“Analisis Kontribusi Retribusi Pasar terhadap Retribusi Daerah di
Kabupaten Timor Tengah Selatan ”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar kontribusi Retribusi Pasar terhadap peneriman
retribusi daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan?

4
2. Seberapa besar kontribusi retribusi pasar terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian


Dengan mengacu pada rumusan masalah diatas maka tujuan
penelitian yang akan dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi Retibusi Pasar
terhadap penerimaan retribusi daerah Kabupaten Timor
Tengah selatan.
2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi Retribusi Pasar
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkannya, diantaranya :
a. Bagi Almamater
Sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk
menambah perbendaharaan bahan bacaan di perpustakaan
Politeknik Negeri Kupang.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan demi
pengembangan wawasan ilmu khususnya yang berkaitan
dengan perpajakan. Selain itu penelitian ini akan menjadi
bahan perbandingan atau acuan dalam pengembangan
penelitian yang sama selanjutnya, khususnya dibidang
retribusi daerah.
c. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukkan bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan
dalam mengelola penerimaan daerah khususnya yang
bersumber dari penerimaan retribusi pasar.

5
d. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
kontribusi retribusi pasar terhadap retibusi Daerah
Kabupatn Timor Tengah Selatan.

1.5 Batasan Masalah


Penulis membatasi analisis penelitian ini hanya pada kontribusi
Retribusi Pasar sebagai salah satu penunjang penerimaan retribusi daerah
pada Kabupaten Timor Tengah Selatan.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Otonomi Dearah
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:992),
Otonomi adalah pola pemerintah sendiri. Sedangka Otonomi
Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban Daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan
Undangg-Undang nomor 32 tahun 2004 sebagaimana telah
diamandemenkan Undang-Undang nomo 12 tahun 2008 tentang
Pemerintah Daerah “ Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan sendiri masyarakat setempat
sesuai peraturan perundang-undangan”.
Pelaksanaan otonomi daerah saat ini adalah otonomi daerah
yang luas, nyata dan bertanggungjawab yang akan memberikan
kepercayaan bagi daerah kabupaten atau kota untuk mengelola
keuangan kewenangan yang lebih besar dan luas. Disamping itu,
karena kedudukan daerah kabupaten dan daerah kota yang
merupakan daerah otonom tidak lagi dalam hubungan vertikal
dengan pemerintah daerah provinsi tetapi masing-masing daerah
itu berdiri dan tidak mempunyai hubungan hirarki satu sama lain.
Pengetian asas otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab
adalah sebagai berikut:
a. Otonomi yang luas, adalah kekuasaan daerah dalam semua
bidang pemerintah kecuali kewenangan dibidang politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama serta kewenangan bidang lain yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah daerah. Disamping itu keleluasan
otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat

7
dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian.
b. Otonomi yang nyata, adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggrakan kewenangan pemerintahan di bidang
tertentu yang nyata telah ada dan berpotensi untuk tumbuh,
hidup dan berkembang di daerah. Dengan demikian isi dan isi
otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah
lainnya.
c. Otonomi yang bertanggungjawab, adalah berupa perwujudan
pertanggungjawabann sesuai konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban yang dipikul daerah dalam mencapai tujuan dan
pemeberian otonomi berupa peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan yang semakin baik, pembangunan kehidupan
demokratis, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan
hubungan yang serasi antara pusat dengan daerah serta antar
daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

2.2 Pendapatan Asli Daerah


Menurut Darise ( 2009:33) dalam skripsi Rachmad (2016:25),
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Menurut Saragih (2003:123) dalam skripsi Rachmad (2016:25),
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari
sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Didalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah

8
daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari
pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak.
Berdasarkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah bahwa prinsip kesatuan pemerintah daerah
merupakan yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat, atas dasar
tersebut maka kemandirian daerah dalam rumah tangganya tidak
ditafsirkan bahwa setiap pemerintah daerah harus dapat membiayai
seluruh pengeluaran dari pendapatan asli daerah (PAD). Sebagai tindak
lanjut dari pemberian otonomi kepada daerah agar dapat mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam pelaksanaan pemerintah di daerah maka untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) adalah mutlak diperlukan
untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggung
jawab.
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi
sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan
menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli
Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber
pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang
maksimal. Proporsi pendapatan asli daerah yang rendah, di lain pihak
menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah
dalam mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin
maupun pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana
Alokasi Umum. Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan
Pemerintah Daerah adalah menggali dari Pendapatan Asli Daerah, Elita
(2007:22).
Menurut Bratakusumah dan Solihin (2004:90) dalam skripsi
Rachmad (2016:26), yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah
adalah Pendapatan daerah adalah semua hak Pemerintah Daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dalam arti luas
pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah

9
ekuitas dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi
hak Pemerintah Daerah. Menurut Barata dijelaskan bahwa pendapatan
daerah adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran bersangkutan.
Menurut Darise ( 2009:33) dalam skripsi Rachmad (2016:27),
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dipaksa kan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemda dan
pembangunan daerah.
2. Restribusi daerah adalah pemasukan yang berasal dari usaha
Pemda untuk menyediakan sarana dan prasarana yang
ditujukan untuk memenuhi kepentingan warga masyarakat
baik individu maupun badan atau koorporasi dengan
kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai
pemasukan ke kas daerah.
3. Dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan kemampuan
daerah dan antar daerah agar tidak ada satu daerah yang
tertinggal dari daerah lainnya dalam pembangunan
mencapai tujuan bangsa.
Jenis-jenis dana perimbangan antara lain sebagai berikut:
a. Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBD yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
b. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBD yang dialokasikan dengan tujuan

10
pemerataan kemampuan keuangan antar pusat dan
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
c. Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBD yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk
membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan
dasar masyarakat yang mencapai standar tertentu untuk
mendorong percepatan pembangunan masyarakat.
4. Lain-lain pendapatan yang sah
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan, pengadaan barang dan jasa oleh daerah

2.3 Retribusi Daerah


2.3.1 Pengertian Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pendaptan daerah yang diatur
dalam UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pemabayaran atau jasa atau pemeberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Pengertian Retribusi Daerah menurut Nirzawan (2009 : 86)
dalam skripsi Gusti (2016), menyatakan bahwa perbedaan antara

11
pajak daerah dan retribusi daerah tidak hanya didasarkan atas
objeknya. Tetapi juga perbedaan atas pendekatan tarif. Oleh sebab
itu tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi
dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
masing-masing untuk mengolah jenis pelayanan publik di
daerahnya.
Sedangkan pengertian retribusi daerah menurut Marihot P.
Siahaan (2010:6). “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”. Adapun cirri-ciri pokok
retribusi daerah antara lain yaitu :
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut
berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang
berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah
daerah.
c. Pihak yang membayar kontribusi mendapatkan kontra
prestasi (balas jasa) secara langsung dari pemerintah
daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati
oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi
secara ekonomis, yaitu jika membayar retribusi, tidak
akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.

Dari beberapa definisi di ata dapat disimpulkan bahwa


retribusi daerah ialah salah satu pendapatan asli daerah yang
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan juga pembangunan daerah,

12
untuk dapat meningkatkan serta meratakan kesejahteraan
masyarakat.

2.3.2 Ciri-ciri Retribusi Daerah


Adapun ciri-ciri retribusi daerah:
a. Retribusi dipungut oleh pemerintah Daerah
b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis
c. Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk
d. Retribusi dikenakan pada setiap orang atau badan yang
menggunakan jasa-jasa yang disiapkan negaran.

2.3.3 Tujuan Retribusi Daerah


a. Tujuan utama adalah untuk mengisi kas negara atau kas
daerah guna memenuhi kebutuhan rutinnya.
b. Tujuan tambahan adalah untuk mengatur kemakmuran
masyarakat melalui jasa yang diberikan secara langsung
kepada masyarakat.

2.3.4 Sifat Retribusi Daerah


Retribusi Daerah dalam pelaksanaannya mempunyai dua sifat
yaitu:
a. Retribusi yang sifatnya umum, maksudnya bahwa pungutan
tersebut mempunyai sifat berlaku secara umum bagi
mereka yang ingin menikmati kegunaan dari satu jasa yang
diberikan oleh pemerintah Daerah. Misalnya bagi mereka
yang masuk kedalam pasar untuk berjualan, walaupun
hanya sehari tetap dikenakan pungutan retribusi.
b. Retribusi yang pungutannya bertujuan, maksudnya adalah
retribusi yang dilihat dari segi pemakaiannya, pungutan
tertsebut bertujuan untuk memperoleh jasa, manfaat dan
kegunaan dari fasilitas yang disediakan oleh pemerintah
Daerah. Misalnya kewajiban retribusi yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan akte kelahiran.

13
2.3.5 Jenis-jenis Retribusi
Menurut UU No. 34 Tahun 2004, retribusi dikelompokan
menjadi 3 (tiga) yaitu:
A. Retribusi jasa umum
1. Retribusi jasa umum merupakan jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan masyarakat umum.
2. Kriteria yang di gunakan dalam menetapkan jenis
retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa umum
terdiri dari:
a. Jasa tersebut termasuk dalam kelompok urusan
pemerintah yang diserahkan kepada daerah
dalam pelaksanaan asa desentralisasi.
b. Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi
orang pribadi atau badan yang di haruskan
membayar retribusi.
c. Jasa tersebut, dianggap layak jika hanya
disediakan kepada badan atau orang pribadi
yang membayar retribusi.
d. Retribusi untuk pelayanan pemerintah daerah itu
tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.
e. Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif
dan efisien, serta dapat merupakan salah satu
sumber pendpatan daerah yang potensial.
f. Pelayanan yang bersangkutan dapat disediakan
secara baik dengan kualitas pelayanan yang
memadai.
3. Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri dari: retribusi
pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan
persampahan atau kebersihan, retribusi penggantian

14
biaya cetak kartu penduduk dan akte catatan sipil,
retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan
mayat, retribusi parkir di tepi jalan umum, retribusi
pasar, retribusi air bersih, retribusi pengujian
kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat
pemadaman kebakaran, retribusi penggantian biaya
cetak peta dan retribusi pengujian kapal perikanan.
4. Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat di
nikmati oleh orang pribadi atau badan.
5. Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi
atau badan yang menggunakan atau menikmati
pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subjek
retribusi jasa umum ini dapat merupakan wajaib
retribusi jasa umum.
6. Tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengeni jenis-jenis retribusi yang berhubungan
dengan kepentingan nasional serta disesuaikan pada
kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan.
B. Retribusi Jasa Usaha
1. Retribusi jasa usaha merupakan pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut
prinsip komersial krena pelayanan tersebut belum
cukup disediakan swasta.
2. Kriteria-kriteria yang di gunakan dalam menetapkan
jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa usaha
adalah:

15
a. Jasa tersebut bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh swasta tetapi pelayanan sektor
swasta dianggap belum memadai.
b. Harus terdapat harta yang di miliki atau dikuasai
oleh pemerintah daerah dan belum dimanfaatkan
secara penuh oleh pemerintah dearah seperti,
tanah, bangunan dan alat-alat berat.
3. Jenis-jenis retribusi jasa usaha yaitu: retribusi
pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir
dan atau pertokoan, retribusi terminal, retribusi
tempat khusus parkir, retribusi tempat penitipan
anak, retribusi tempat penginapan, retribusi tempat
penyedotan kakus, retribusi rumah potong hewan,
retribusi tempat pendaratan kapal, retribusi tempat
rekreasidan olah raga, retribusi penyebrangan di
atas air, retribusi pengolahan limbah cair dan
retribusi penjualan produksi usaha daerah.
4. Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah menganut
prinsip komersial.
5. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi
atau badan yang menggunakan atau menikmati jasa
pelayanan usaha yang bersangkutan. Subjek ini
dapat merupakan wajaib retribusi jasa usaha.
6. Tarif retribusi jasa usaha ditetapkan oleh daerah
sehingga tercapai keuntungan yang layak dan tarif
di dasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan
yang pantas di terima oleh pengusaha sejenis yang
beroperasi secra efisien dan berorientasi pada harga
pasar.

16
C. Retribusi perizinan tertentu
1. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas
kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalain dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam,
barang, prasarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
2. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam menetapkan
jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi perizinan
tertentu adalah:
a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan
pemerintah yang di serahkan kepada daerah
dalam rangka asas desentralisasi.
b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna
melindungi kepentingan umum; dan
c. Biaya yang menjadi beban daerah dalam
penyelenggara izin tersebut dari biaya untuk
menanggulangi dmpak negatif dan perizinan
tersebut cukup besar sehingga layak di biayai dri
retribusi perizinan.
3. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu terdiri dari
retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi tempat
penjualan minuman beralkohol, retribusi izin
gangguan, retribusi izin trayek.
4. Objek retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan
tertentu pemerintahan daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau bqdan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan

17
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
5. Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang
pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu
dari pemerintah daerah subjek ini dapat merupakan
wajib retribusi jasa perizinan tertentu.
6. Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan
sedemikian rupa sehingga hasil retribusinya dapat
menutup sebagian atau sama dengan perkiraan biaya
yang di perlukan untuk menyediakan jasa yang
bersangkutan.

2.3.6 Retribusi Lain-lain


Pernyataan retribusi lain-lain adalah Jenis retribusi selain
yang dapat ditetapkan dengan peraturan daerah, sesuai dengan
kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah
ditetapkn dalam undang-undang. Ketentuan ini bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengantisipasi
situasi dan kondisi serta perkembangn perekonomian daerah pada
masa mendatang yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
masyarakat atas pelayanan pemerintahan daerah, tetapi tetap
memperhatikan kesederhanaan jenis retribusi dan aspirasi
masyarakat serta memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Dalam peraturan pemerintah nomor 66 Tahun 2001
ditegaskan bahwa selain jenis retribusi yang di tetapkan dalam
peraturan pemerintah ini dengan peraturan daerah dapat ditetapkan
jenis retribusi lainnya sesuai kriteria yang ditetapkan dalam
undang-undang

18
2.3.7 Kriteria Retribusi
Ada beberapa kriteria yang harus di penuhi agar suatu potensi
pendapatan daerah dikenai retribusi yaitu:
a. Kecukupan dan elastisitas
Artinya, retribusi harus responsif terhadap variabel-
variabel yang mempengaruhi, misalnya pertumbuhan
penduduk dan pendapatan.
b. Keadilan
Retribusi yang bersangkutan tidak sewenang-wenang, tidak
memihak kepada golongan-golongan atau kelompok yang
berpendapat menengah dan tinggi.
c. Kemampun administrsi
Retribusi harus bersifat lebih sederhana, mudah untuk
ditaksir dan di pungut dan cepat terhimpun, yang di berikan
kepada daerah dan yang di butuhkan oleh daerah.
d. Kesepakatan politik
Retribusi harus dapat dimengerti dan sesuai keinginan yang
layak dan haruslah dapat dilaksanakan dari sudut
kemampuan politik.
e. Penilain retribusi oleh pemerintah
Retribui dapat memberikan kontribusi atau penilain yang
berarti terhadap sumber-sumber penerimaan daerah.

2.3.8 Pengecualian Objek Retribusi


Jasa yang di selenggarakan dan di kelolah oleh badan usaha
milik daerah bukan merupakan objek retribusi, tetapi sebagai
penerimaan badan usaha milik daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Apabila badan usaha milik daerah memanfaatkan jasa atau
perizinan tertentu yang diberikan oleh pemerintah daerah, maka
badan usaha tersebut wajib membayar retribusi.

19
2.3.9 Peraturan pemerintah tentang retribusi Daerah
UU No 34 Tahun 2000 yang merupakan revisi dari UU No
18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, serta
peraturan pemerintah RI No 66 Tahun 2001 tentang retribusi
daerah, dalam peraturan ini di atur hal-hal yang berkaitan dengan
ketentuan retribusi daerah. Seperti jenis-jenis retribusi daerah, tata
cara dan sarana pemungutan retribusi, perhitungan besarnya
retribusi terutang serta beberapa ketetuan lainnya.
UU No 34 tahun 2000 mengatur dengan jelas bahwa untuk
dapat dipungut pada suatu daerah, setiap jenis retribusi daerah
harus ditetapkan dengn peraturan daerah. Hal ini berarti untuk
dapat diterapkan dan dipungut pada suatu daerah provinsi,
kabupaten, atau kota, harus terlebih dahulu ditetapkan peraturan
daerah tentang retribusi daerah tersebut. Peraturan daerah tentang
suatu retribusi daerah tidak dapat berlaku surut dan tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum dan atau ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

2.3.10 Alasan pengenaan retribusi Daerah


Kebijaksanaan menurut bayaran untuk barang dalam
layanan yang disediakan pemerintah berpangkal pada efisien
ekonomi. Selanjutnya pertimbangan atas pengenaan retribusi bagi
konsumen atau pemakai adalah :
a. Pelayanan tersebut dapat berupa barang atau jasa
umum atau pribadi kepada setiap orang, maka tidak
adil jika membedakan biaya-biaya tersebut kepada
pembayar-pembayar pajak yang tidak mendapat jasa
tesebut.
b. Adanya bermacam-macam variasi di dalam pilihan
atas konsumen, individu, maka setidaknya perlu untuk
memilih dan tidak setiap individu memerlukannya.

20
c. Suatu sumber barang atau jasa yang dimiliki langka
atau mahal perlu disiplin dalam pemakaian dan
komsumsinya.
d. Jasa-jasa yang digunakan untuk mencari keuntungan
disamping memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu
di dalam negeri.
e. Dapat dipergunakan untuk menghitung atau menguji
arah dan skala permintaan masyarakat akan jasa,
dimana kebutuhan pokok atau bentuk dan standar-
standar penyediaan tidak dapat tegas ditentukan.

2.3.11 Lapangan retribusi daerah


Berdasarkan undang-undang No. 12 Drt tahun 1957 pasal 7
yang menyatakan bahwa “ Lapangan retribusi daerah ialah seluruh
lapangan pungutan yang diadakan untuk keuangan daerah sebagai
pengganti jasa daerah”.
Dalam pembagian di lapangan, terdapat perbedaan antara
pajak dan retribusi. Jika dalam pembagian pajak diadakan
pembatasan tertentu dari lapangan pajak antara negera dan daerah,
akan tetapi tidak demikian halnya dengan retribusi. Artinya bahwa
lapangan retribusi tidak ada pembatasan antara daerah dan pusat,
atau daerah tingkat atasan dengan daeah tingkat bawahan. Dengan
demikian ada kemungkinan, bahwa negara (pusat) dan daeah,
bahkan daerah tingkat atasan dan daerah tingkat bawahan
bedampingan memungut retibusi atas jasa masing-masing terhadap
objek yang sama. Pengertian lapangan retribusi tersebut di atas
ialah lapangan retribusi yang berlaku saat ini.

2.3.12 Tarif retribusi


Besarnya tarif retribusi yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dengan
cara mengalihkan tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa.

21
Menurut Marihot (2010:6390, Tarif retribusi adalah nilai rupiah
atau presetase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya
retribusi yang terutang.
Tarif dapat di tentukan seragam atau dapat diadakan
pembedaan mengenai golongan tarif sesuai dengan pinsip dan
sasaran tarif tertentu, misalnya pembedan retribusi tempat rekreasi
anak dan dewasa, retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil,
retribusi pasar antara kios dan los, dan retribusi sampah antara
rumah tangga dan industri. Besarnya tarif dapat dinyatakan dalam
rupiah per unit tingkat penggunaan jasa. Tarif retribusi ditinjau
kembali secara berkala paling lama 5 (lima) tahun sekali dengan
memperhatikan prinsip dan sasaran penetap tarif.
2.3.13 Tata cara pemungutan retribusi
Dasar tata cara pemungutan sesuai dengan pasal 27 ayat (1)
UU No. 18 Tahun 1997, tata cara pemungutan retribusi adalah
dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Selain tata cara dengan surat ketetapan retribusi
sebagaimana di atur dalam UU No. 18 Tahun 1997 tersebut, maka
tata cara pemungutan lain yang berlaku sampai saat ini dalam
pemungutan retribusi daerah adalah:
a. Sistem pemungutan dengan benda berharga seperti
karcis, kupon, formulir berharga, dan leges.
b. Sistem pemungutan dengan kartu baik sebagai tanda
terima maupun sebagai tempat tanda terima.
c. Sistem menetapkan sendiri/sektor tunai (contante
storting) yang oleh masyarakat lebih dikenal sebagai
sistem self assessment. Misalnya: retribusi kebersihan
yang sifatnya permanen dan berulang-ulang.

Ketika sistem ini sampai sekarang masih berlaku yang di


dasarkan pada kepmendagri No. 970-893 Tanggal 24 Desember

22
1981 tentang manual administrasi pendapatan daerah. Pemungutan
retribusi tidak dapat di borongkan dan di pungut dengan
menggunakan surat ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain
yang di persamakan. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak
membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan
sanksi administrasi 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi
terutang yang tidak atau kurang di bayar dan di tagih dengan
menggunakan surat tagihan Retribusi Daerah. Adapun sarana yang
digunakan untuk pemungutan retribusi daerah dan sarana
pelaporan retribusi daerah berupa surat ketetapan yeng di
keluarkan oleh pemerintah daerah meliputi:

1. Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD)


2. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)
3. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar
(SKRD-LB)
4. Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD)

2.4 Retribusi Pasar


2.4.1 Pengertian retribusi
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2001 menjelaskan
yang dimaksud dengan pelayanan pasar adalah fasilitas pasar
tradisional atau sederhana berupa pelataran, Los yang dikelolah
pemerintah daerah, yang khusus disediakan untuk pedagang, tidak
termasuk yang dikelolah oleh badan usaha milik daerah dan pihak
swasta. Fasilita-fasilitas lain yang dikelolah oleh pemerintah
daerah untuk pedagang yaitu keamanan, penerangan umum,
kebersihan dan penyedia alat-alat pemadam kebakaan.
Definisi Retribusi menurut Munawir (2005:170) dalam
Skripsi Gusti (2016), adalah iuran kepada pemerintah yang dapat
dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk, paksaan
ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa
balik dari pemerintah ia tidak akan dikenakan iuran tersebut.

23
Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Pengertian Retribusi pendapat Mardiasmo (2005:100)
Skripsi Gusti (2016), adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan
atau diberikan kepada Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
retribusi adalah pungutan kepada mereka mereka yang
menggunakan jasa-jasa secara langsung yang prestasinya ditunjuk
secara langsung dan pelaksanaannya dapat dipaksakan (paksaan
ekonomis) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka karakteristik Retribusi adalah :
Retribusi dipungut berdasarkan peraturan-peraturan (yang
berlaku umum).
a. Dalam Retribusi, prestasi yang berupa pembayaran dari
warga masyarakat akan mendapat jasa imbalan langsung
yang ditujukan pada individu yang membayar.
b. Uang hasil retribusi dibagikan bagi pelayanan umum
berkait dengan retribusi yang bersangkutan.
c. Pelaksanaanya dapat dipaksakan, biaya bersifat ekonomis.

Retribusi daerah sendiri merupakan pungutan daerah


melalui prosedur pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan pribadi atau badan. Dalam Pasal 18 UU RI No
34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dijelaskan tentang obyek dan golongan retribusi sebagai berikut:
Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi
Perizinan Tertentu

24
2.4.2 Retribusi Pasar
Dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah
khususnya Retribusi Daerah dari tahun ke tahun selalu diharapkan
ada peningkatan, demikian juga dengan Retribusi Pasar sebagai
salah satu Retribusi Jasa Umum yang memiliki penerimaan
terbesar dibanding dengan Retribusi Jasa Umum lainnya.
Retribusi pasar di banyak daerah dan kota di Indonesia
menjadi sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang cukup
berarti Menurut Kurniawan (2005:160) Skripsi Gusti (2016),
bahwa Retribusi pasar akan turut menentukan besarnya tingkat
kemandirian suatu daerah dalam arti mampu mendanai sendiri
segala urusan otonomi daerah. Pengertian Retribusi apabila
digabungkan dengan pengertian Pasar, maka Retribusi Pasar adalah
uang pungutan yang dikenakan bagi mereka yang menggunakan
tempat pasaran baik tetap maupun tidak tetap di pasar.

2.4.3 Subjek Retribusi Jasa Umum


Subjek retribusi pasar adalah orang atau pribadi yang
menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi atas fasilitas/jasa yang digunakan
sebagai tempat untuk berjualan barang atau jasa secara tetap
maupun tidak tetap di pasar daerah. Pembayaran adalah jumlah
yang diterima atau seharusnya di terima sebagai imbalan atas
penyerahan barang dan/jasa sebagai pembayaran kepada pemilik
fasilitas pasar yang menggunakan, menikmati dan memanfaatkan
tempat untuk berjualan atau penyelenggara tempat berdagang yang
di sediakan dan di kelola oleh pemerintah daerah setempat.
Pasar dalam arti sempit adalah Transaksi jual beli antara
pembeli dan penjual baik itu menyangkut jasa ataupun barang yang
dilakukan tanpa harus bertemu langsung. Interaksi ini akan
menghasilkan harga pasar tanpa harus terjadi pertemuan fisik.

25
Pasar secara luas ini banyak melibatkan teknologi sebagai media
pertemuan. Sedangkan pasar daerah adalah pasar yang dikuasai dan
dikelola oleh pemerintah daerah.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan wajib retribusi
pasar adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
peundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi atas pemakaian tempat untuk berjualan
barang atau jasa secara tetap maupun tidak tetap di pasar daerah.

2.4.4 Objek Retribusi Jasa Umum


Objek retribusi pasar adalah kegiatan transaksi jual beli
atau pemakaian tempat-tempat yang sudah di sediakan dan dikelola
oleh pemerintah daerah berupa Pelataran, Los, Kios, dan
sarana/prasarana khusus disediakan untuk pedagang. Sedangkan
sumbjek pelayanan pasar adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa pelayanan faslitas pasar
dalam wilaya pasar.
Wajib retribusi pelayanan pasar adalah orang pribadi atau
badan yang menurut ketentuan perundang-undangan retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi pelayanan
pasar. Tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan pasar adalah
diukur berdasarkan:
a. Tipe pasar
b. Penggunaan tempat
c. Sewa penggunaan tanah pasar sesuai peruntukan
d. Jenis bangunan yang disewa pertama kali
e. Jenis hewan yang dijual
f. Jenis penjualan
g. Biaya administrasi sewa
h. Jenis kendaraan dan jenis bongkar muat barang dan
i. Pemanfaatan pelatara pasar.

26
2.4.5 Tarif retribusi pasar
Tarif retribusi pasar adalah merupakan pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pemerintah daerah yang
diberikan kepada umum di dalam lingkungan pasar. Besarnya
pengenaan tarif retribusi pasar disesuaikan dengan kelas pasar
fasilitas yang tersedia serta jenis dagangan.
Pendapatan Daerah dari Retribusi Jasa Umum merupakan
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah atas pelayanan yang
diberikan oleh Pemerintahan Daerah denga menganut prinsip-
prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sector swasta. Perencanaan Anggaran dan Pendapatan Daerah dari
Retribusi Jasa Umum harus diselaraskan antara target pendapatan
dalam APBD dengan jenis dan besaran tarif yang dikenakan pada
Objek Retribusi Jasa Umum.

2.4.6 Sanksi keterlambatan retribusi


Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat
waktu atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga 2% setiap bulan dan retribusi yang terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan surat
tagihan retribusi daerah. Hambatan dalam pelaksanaan sanksi
administrasi adalah kurangnya kesadaran pedagang, kurang
tertibnya pelaksanaan administrasi, dan perpindahan hak milik dari
pedagang lama ke pedagang yang baru tanpa pemberitahuan
kepada UPTD pasar.

2.5 Kontribusi
Kontribusi dalam pemahaman Dany H (2006:267) Skripsi Gusti
(2016), adalah suatu bentuk sumbangan berupa material (uang) yang bisa
sokongan atau sumbangan. Sumbangan ini bisa dilakukan dengan kolektif

27
seperti yang dilakukan dalam salah satu situs kitabisa yang dikumpulkan
dalam pembangunan masyarakat.
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah
memberikan sumbangan dalam penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).
Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan
penerimaan pajak daerah periode tertentu dengan penerimaan asli daerah
(PAD) periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin
beasar pula penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah,
begitu pula sebaliknya jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti
peranan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah juga kecil Mahmudi
(2010:145) dalam Skripsi Gusti (2016).
Pengertian kontribusi menurut Guritno (2000:132) dalam Skripsi
Gusti (2016), adalah sumbangan yang diberikan seseorang sebagai upaya
membantu kerugian atau membantu kekurangan terhadap hal yang
dibutukan. Hal yang dibutuhkan ini bisa dilakukan secara bersama dalam
membantu masyarakat yang terkena bencana.
Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan
Kontribusi adalah sejumlah uang atau iuran yang diberikan oleh seorang
sebagai sebuah bentuk keikutsertaan didalam sebua kegiatan ataupun
sebagai bentuk sumbangan kepada seseorang atau badan. Kontribusi pada
umunya bukan sebuah hal yang nilainya wajib, namun hal tersebut bisa
saja bersifat relatif dan seiklas pemberian saja.

28
2.7 Penelitian terdahulu

Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu

No Judul Peneliti Variabel Hasil


1. Analisis Levi Variabel yang Hasil analisis menunjukan bahwa
kontribusi Malisan digunakan : Kontribusi Retribusi Pasar
Retribusi Pasar (2018) Pendapatan terhadap Pendapatan Asli Daerah
Terhadap Asli Daerah, Kota Samarinda periode2013-2017
Pendapatan Asli Retribusi Pasar, dikategorikan kurang berkontribusi
Daerah Kota Kontribusi (rata-rata hanya 1,21%). Kurangnya
Samarinda Pasar Kontribusi Retribusi Pasar yang
kecil terhadap PAD juga disebabkan
oleh kebijakan Pemerintah Kota
Samarinda yang relatif kecil dalam
menetapkan target untuk
penerimaan Retribusi Pasar Di Kota
Samarinda. Serta meningkatnya
pasar-pasar yang ada di Kota
Samarinda tidak diikuti dengan
pengawasan dan control kepada
dinas pasar sehingga masih banyak
kebocoran yang terjadi dan
menyebabkan banyak terdapat
pasar-pasar liar dan kurangnya
kerjasama masyarakat yang masih
menunggak dan tidak teridentifikasi
dengan tepat.

2. Analisis Novita Variabel yang Hsil analisis menunjukkan bahwa


efektivitas dkk digunakan Kontribusi retribusi pelayanan pasar
Retribusi (2015) yaitu terhadap Retribusi daerah berada
Pelayanan Pasar Efektivitas pada indikator yang sangat kurang,
Tanjung dan Retribusi serta tingkat efektivitas pemungutan
Kontribusinya Pelayanan retribusi pasar yang belum
terhadap Pasar, mencapai target dan laju
Pendapatan Asli Kontribusi dan pertumbuhan retribusi pelayan pasar
Daerah Kota Laju tahun 2009 – 2012 yang berada
Mojokerto Pertumbuhan pada kategori yang tidak berhasil.
3 Analisis Boby Variabel Hasil penelitian ini menunjukkan
Efektivitas Fandhi Efektivitas, bahwa tingkat efektivitas
Penerimaan Dan Putra, Kontribusi, penerimaan retribusi daerah
Kontribusi dkk Retribusi berdasarkan jenis-jenisnya selama

29
Retribusi Daerah (2014) Daerah, periode 2008-2012 secara
Terhadap Intensifikasi, keseluruhan sudah efektif. Tetapi
Pendapatan Asli Ekstensifikasi kontribusi retribusi daerah terhadap
Daerah Dinas dan Pendapatan pendapatan asli daerah selama
Pengelola asli Daerah periode tersebut masih kurang, serta
Keuangan Daerah program intensifikasi dan
Kota Blitar ekstensifikasi yang dilakukan
pemerintah belum optimal.
4 Efektivitas Dan Dandy Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Kontribusi Ahmad Efektivitas, bahwa efektifitas pemungutan
Retribusi Drajat Kontribusi, Retribusi Jasa Pasar selama tahun
Pelayanan Pasar (2017) Retribusi 2008 sampai dengan tahun 2014
Terhadap Pasar, rata-rata pencapaian “Sangat
Penerimaan Retribusi Efektif” sebesar 103,78% pertahun.
Retribusi Daerah Daerah.
Di Kabupaten
Berau

Analisis Eka Variabel Hasil analisis data dan pembahasan


5 Kontribusi dan Murni Kontribusi, yang dilakukan menunjukkan bahwa
Trend Asih, Retribusi rata- rata kontribusi Penerimaan
Penerimaan dkk Pasar, PAD Retribusi Pasar terhadap Pendapatan
Retribusi Pasar Asli Daerah 1,91% , masih dalam
di Kabupaten (2017)
kriteria kurang memiliki kontribusi.
Pencapaian target Penerimaan
Retribusi Pasar sudah Efektif yaitu
94,15%. Laju pertumbuhan
Penerimaan Retribusi Pasar pada
tahun 2009-2017 Tidak Berhasil.
Trend Penerimaan Retribusi Pasar
untuk empat tahun yang akan datang
menunjukkan peningkatan, tetapi
tidak signifikan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah diuraikan pada tabel diatas,


apabila dibandingkan dengan penelitian ini mempunyai beberapa perbedaan dari
segi waktu, lokasi, variabel dan penelitian di atas meneliti tentang kontribusi dan
efektivitas terhadap pendapatan asli daerah sedangkan penelitian ini peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai Anilisis Efektifitas dan Kontribusi Retribusi Pasar
Terhadap Retribusi Daerah di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Penelitian

30
dilakukan pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Dalam teknik analisis ini menguraikan, menafsirkan dan
menggambarkan data yang terkumpul secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena atau
permasalahan yang diteliti. Variabel dalam penelitian yang diambil mengetahui
jumlah penerimaan retribusi pasar dan jumlah penerimaan retribusi daerah.

2.8 Kerangka berpikir


Penelitian ini mengkaji satu masalah pokok yaitu jumlah kontribusi
Retribusi Pasar terhadap Retribusi Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan
tahun 2014 hingga 2019. Jika kontribusi retribusi pasar meningkat maka
dapat menguatkan penerimaan Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan, dengan demikian bagan kerangka
berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kontribusi Retibusi
Pasar Kabupaten Retribusi Pendapatan Asli
Timor Tengah Daerah Daerah
Selatan

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

31
BAB 3
METODE PENELITIAN

1.1 Lokasi dan Objek penelitian


1.1.1 Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kota Soe-
Kabupaten Timor Tengah Selatan – Nusa Tenggara Timur

3.1.2 Objek
Objek penelitian yang di ambil adalah untuk mengetahui
jumlah penerimaan retribusi pasar dari tahun 2014-2019 dan
jumlah penerimaan retribusi daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan dari tahun 2014-2019

3.2 Jenis dan sumber data


3.2.1 Jenis data
Jenis data dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Data Kualitatif
Data kualitatif menurut Sugiyono (2014:224) adalah data yang
tidak berbentuk bilangan. Dengan kata lain data yang bersifat
penjelasan atau keterangan-keterangan dalam bentuk kalimat.
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa gambaran umum
atau sejarah dari tempat penelitian.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif menurut Sugiyono (2014:224) adalah data
yang berbentu k bilangan atau angka seperti data realisasi
penerimaan retibusi pasar Kabupaten Timor Tengah Selatan
tahun 2016-2019 dan data realisasi penerimaan retibusi daerah
Kabupaten timor Tengah Selatan tahun 2014-2019.

32
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder :
a. Data primer Sugiyono (2014:224) adalah data yang
dikumpulkan dari sumber data pertama dan diperoleh
melalui observasi ataupun wawancara dengan pegawai
yang terkait dengan penerimaan retribusi pasar tahun
2014-2019, pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Timor Tengah Selatan.
b. Data sekunder menurut Sugiyono (2014:224) adalah
data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar sehingga
lebih informatif. Data sekunder adalah data yang
dikeluarkan oleh dinas atau instansi terkait, dalam hal
ini Dinas Pendapatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan mengeluarkan dokumen berupa:
a) Data realisasi penerimaan retribusi pasar
Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2014-
2019
b) Data realisasi penerimaan retribusi daerah
Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2014-
2019
c) Data lainnya yang berhubungan dengan
penelitian.

3.3 Teknik pengumpulan data


Teknik penmpulan data merupakan langka yang paling strategis
dalam penelitian, karna tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data Sugiyono (2013:224). Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan,
dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:

33
a. Obsevasi atau pengamatan merupakan suatu proses yang
kompleks dan suatu proses yang tersusun dari berbagai
prfoses biologis dan spikologis, Sugiyono (2013:145).
Obsevasi atau pengamatan juga dapat dikatakan teknik
pengumpulan data dengan adanya pengamatan dari peneliti
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek
penelitiannya.
b. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan
mempelajari literature-literatur yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang diteliti. Umar (2003:51).
c. Wawancara, adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu,
Sugiyono (2013:231). Wawancara juga ialah teknik
pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
berhadapan dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga
secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan
untuk dijawab pada kesempatan lain.
d. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen ini bisa bebrbentuk lisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seorang. Dukumen berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
Histories), Ceritra, Biografi, Peraturan, Kebijakan. Dukumen
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan
lain-lain. Dukumen yang berbentuk karya misalnya karia
seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain,
Sugiyono (2013:240). Dukumentasi juga dapat dikatakan
suatu cara pengumpulan data sekunder melalui dokumen-
dokumen, pencatatan ataupun softcopy atas data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini.

34
3.4 Teknik analisis data
Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang terkumpul
untuk kemudian dapat memberikan interpretasi dalam pengelolaan data ini
yang digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Dalam teknik analisis ini menguraikan, menafsirkan dan
menggambarkan data yang terkumpul secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena atau
permasalahan yang diteliti, Sugiyono (2013:78)
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis besarnya
kontribusi retribusi pasar terhadap retribusi daerah adalah sebagai berikut :

3.4.1 Analisa kontribusi


Menurut Halim (2004:109), Kontribusi retribusi adalah
seberapa besar pengaruh atau peran serta penerimaan retribusi
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), dapat dikatakan
juga kontribusi retribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan
daerah terhadap besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD).
1. Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Retribusi Daerah
Kontribusi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
bagian dari Retribusi Daerah yang merupakan sumbangan
dari Retribusi Pasar.
Rumus yang digunakan untuk mengukur kontribusi Retribusi
pasar terhadap Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:

Realisasi Retribusi Pasar


Kontribusi RPP = X 100%
Realisasi Retribusi Daerah

35
Kriteria Kontribusi menurut, Boby Fandhy Putra (2014:4),
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Kontribusi
Presentase kinerja Kriteria
keuangan
Kurang dari 10% Sangat kurang Berkontribusi
10% - 20% Kurang Berkontribusi
20% - 30% Cukup Berkontribusi
30% - 40% Berkontribusi Sedang
40%-50% Berkontribusi Baik
Lebih dari 50% Sangat Berkontribusi
Sumber data: Halim 2004 : 163

2. Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah


Kontribusi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
bagian dari Pendapatan Asli Daerah yang merupakan
sumbangan dari pos retribusi pasar.
Rumus yang digunakan untuk mengukur kontribusi Retribusi
pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai
berikut:

Total RPP
Kontribusi Penerimaan PAD= X 100%
Total Penerimaan PAD

Tabel 3.2 Kategori Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap PAD


Rasio Kontribusi
RetribusinPasar Terhadap Kategori
Pendapatan Asli Daerah
0%-0,9% Sangat Kurang
1% - 1,9% Kurang
2% - 2,9% Sedang
3% - 3,9% Cukup
≥ 4% Baik

36
≤ 5% Sangat Baik
Sumber data: Depertemen Dalam Negeri, 2012

3. Laju Pertumbuhan
Laju Pertumbuhan menunjukkan kemampuan pemerintah
dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang
telah dicapainya dari periode ke periode berikutnya.
Mengukur Laju Pertumbuhan Retribusi Pasar digunakan
rumus sebagai berikut (Abdul Halim : 163) :

RPP Tahun Sekarang – RPP Retribusi Tahun Lalu


X 100%
RPP Tahun Lalu

Laju pertumbuhan secara lebih rinci dapat diketahu


dengan menggunakan kriteria laju pertumbuhan sebagai
berikut:

Tabel : Kriteria Laju Pertumbuhan


Presentase Kriteria
>85% - 100% Sangat Berhasil
>70% - 85% Berhasil
>55% - 70% Cukup Berhasil
>30% - 55% Kurang Berhasil
≤30% Tidak Berhasil
Sumber : Halim, 20017: 291

37
3.5 Jadwal Penelitian
Rincian jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1
yaitu :

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Jadwal Pelaksanaan Bulan


penelitian Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 Persiapan awal
2 Pengumpulan dan
analisa data
3 Penyusunan dan
konsultasi Skripsi
4 Penyempurnaan Skripsi
5 Penyelesaian Skripsi
Sumber: Peneliti (2020)

38
DAFTAR PUSTAKA

Adi sasmita, Raharjo. 2011. Pengelolaan Pendapatan Dan Anggaran Daerah.


Yogyakarta : Graha ilmu.

Anggraini, Eka Novita. 2015. Analisis Efektivitas Penerimaan dan Kontribusi


Retribusi Pelayanan Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah
( Studi Pada Kota Mojokerto),volume 1 No. 1 Januari 2015
Asih, Murni Eka. 2017. Analisis Kontribusi dan Trend Penerimaan Retribusi
Pasar ( Studi Pada Kabupaten Kebumen ), volume 1 No. 03
November 2017

Drajat, Ahmat Dandy. 2017. Efektivitas Dan Kontribusi Retribusi Pelayanan


Pasar Terhadap Penerimaan Retribusi Daerah ( studi pada
Kabupaten Berau ), volume 1 No.2 Oktober 2017
Gusti,2016. Analisis Eektivitas dan Kontribusi Retribusi Pasar Terhada Retribusi
Daerah, Kupang

Handoko P, Sri. 2013. Analisis TingkaEfektivitas Retribusi Daerah Sebagai


Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Pontianak,
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JEDA2/article/view/1361 diakses 02
Agustus2017

Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.


Ghalia Indonesia. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.2008

Kusuma, Anggar Arta Krisna dan Wirawati Putu.2013.Analisis Pengaruh


Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Sekabupaten/Kota di Provinsi Bali.Jurnal
Akuntansi, volume 5.3:574-585.

Malisan Levi . 2018. Analisis Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan


Asli Daerah ( Studi Pada Kota Samarinda),volume 7 No. 2 Desember
2018.

Putra, Boby Fandhi. 2014. Analisis Efektivitas Penerimaan dan Kontribusi


Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah ( Studi Pada Dinas
Pengelola Keuangan Daerah Kota Blitar),volume 10 No. 1 Mei 2014.
Rachmad,2016. Efektivitas Pengelolaan Retribusi Pasar Dalam Meningkatkan
Retribusi Daerah, Aceh Barat

39
Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi
Jakarta : Rajawali Pers.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D.CV.
Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Sunarto. 2005. Pajak Dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: AMUS

Sunarto. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. AMUS Yogyakarta dan Citra
Pustaka. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah.
Undang-undang Nomor 66 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

40

Anda mungkin juga menyukai