Nova Widia Teori Rando
Nova Widia Teori Rando
TEORI RANDO
OLEH :
Nova widia
2007201012
Dosen pembimbing : Ns. Sri Andalan, S.Kep., M.Kep
MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkah
kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan dalam makalah ini,
yang berjudul “ TEORI RANDO “.
Saya sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan semua itu
datangnya dari saya dan apabila terdapat sedikit kelebihan itu dating dari Allah SWT.
BAB I
2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat
universal dan unik secar individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan pencapaian. Seorang
anak yang mulai belajar berjalan mencapai kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia
dengan perubahan fisual dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan – dirinya. Penyakit
dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai kehilangan.Lahir, kehilangan, dan
kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual
dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau
disekitarnya.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian ( Potter & Perry, 2005 ).
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang kami angkat dari masalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka.
C. TUJUAN
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah
a. Tujuan Umum
- Mengetahui konsep kehilangan dan berduka
- Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan dan berduka
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui jenis – jenis kehilangan
3
- Menjelaskan konsep dan teori dari konsep berduka
- Mengetahui factor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.KONSEP KEHILANGAN
1.Pengertian kehilangan
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
4
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian ( Potter & Perry,
2005).Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan
adalah penarikan sesuatu dan atau seseorang stau situasi yang berharga / bernilai , baik sebagai
pemisahan yang nyata maupun yang diantisipasi.Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan
signifikan yang membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi apabila
sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi di temui,diraba,didengan,diketahui,atau dialami. Tipe dari
kehilangan mempengaruhi tingkat distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak
menimbulkan distress yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun
demikian setiap individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang
anggota keluarga mungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan
peliharaan, tetapi bagi seseorang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebabkan
distres emosional yang lebih besar dibanding dengan sodaranya yang sudah tidak pernah ketemu
selama bertahun-tahun. Tipe kehilangan penting artinya untuk proses berduka : Namun perawat
harus mengenali bahwa setiap interpretasi seseorang tentang kehilangan sangat bersifat
individualistis.
Kehilangan dapat bersifat actual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat actual dapat
dengan mudah di identifikasikan, misalnya seorang anak yang teman sepermainnya pindah
rumah atau seorang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai. Kehilangan yang
dirasakan kurang nyata dan daapat di salah artikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau
5
prestise. Makin dalam makna kata yang hilang, maka makin besar rasa kehilangan tersebut.
Klien mungkin mengalami kehilangan maturasional ( Kehilangan yang diakibatkan oleh transisi
kehidupan normal untuk pertama kalinya ), Kehilangan situasional ( Kehilangan yang terjadi
secara tiba-tiba dalam merespon kejadian eksternal, spresifik, seperti kematian mendadak orang
yang dicintai ), atau keduanya. Anak yang mulai belajar berjalan kehilangan citra tubuh semasa
bayinya, wanita yang menopause kehilangan kemampuan untuk mengandung, dan seorang pria
yang tidak bekerja mungkin kehilangan harga dirinya.
6
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan
kematian.
f. Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock
dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat
kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.
C.TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu :
1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai
2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.
7
misalnya ketika seorang lansia pindah keruang perawatan, atau situasi situasional, contohnya
kehilangan rumah akibat bencana alam atau mengalami cedera atau penyakit.
c. Kehilangan Orang Terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung
guru,pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja,. Artis atau atlet yang terkenal mungkin menjadi
orang terdekat bagi orang muda. Riset telah menunjukan bahwa banyak orang menganggap
hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan , pindah,
melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.
d. Kehilangan Aspek Diri
Kehilangan aspek diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologi, atau psikologis.
Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, payudara.
Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan control kandung kemih atau usus, mobilitas,
kekuatan , atau fungsi sensoris. Kehilangan Fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa
humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respek, atau cinta. perkembangan, atau situasi.
Kehilangan seperti ini dapat menurunkuan kesejahteraan individu,. Orang tersebut tidak hanya
mengalami kedukaan,akibat kehilangan, tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam
citra tubuh dan konsep diri.
e. Kehilangan Hidup
Doka ( 1993 ) menggambarkan respons terhadap penyakit yang mengancam hidupke
dalam 4 fase. Fase prediagnostik terjadi ketika di ketahui ada gejala klien atau factor resiko
penyakit. Fase akut berpusat pada krisisdiagnosis. Klien dihadapkan pada serangkaian
keputusan, termasuk medis interpersonal, psikologis seperti halnya cara menghadapi awal krisis
penyakit. Dalam fase kronis klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya, yang sering
melibatkan serangkaian krisis yang di akibatkannnya. Akhirnya terjadi pemulihan atau fase
terminal. Kadang dalam fase akut atau kronis seseorang dapat mengalami pemulihan. Klien yang
mengalami fase terminal ketika kematian bukan lagi halnya kemungkinan,tetapi itu sudah pasti
terjadi. Pada setiap hal dari penyakit ini klien dan keluarga dihadapkan dengan kehilangan yang
beragam dan terus berubah.
D. Rentang Respon Kehilangan
Denia l—–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi ——> Acceptance
8
Fase Denial ( menyangkal )
Menyangkal adalah respons segera terhadap kehilangan baru atau kehilangan yang
mengancam.Respon fisiologis dapat mencakup kelemahan muscular, tremor, menghela napas,
ruam kulit, atau dingin dan pucat, berkeringat banyak, anoreksia, dan ketidaknyamanan.
Implikasi Keperawatan: Dukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan.
Tawarkan diri untuk tetap bersama klien, tanpa mendiskusikan alas an perilaku atau kebutuhan
untuk mengatasi, kecuali klien mengawalinya. Tawarkan klien perawatan dasar seperti makanan,
minuman, oksigensi, kenyamanan, dan keamanan.
Fase Anger atau Marah
Individu mengekspresikan marah dan di tunjukan kepada keluarga, staf perawta, dokter,
atau yang maha kuasa. Yang kedua dapa mengekspresikan marah yang di tunjukan pada orang
yang mati. Marah dapat mencetuskan rasa bersalah dan mengarah pada ansietas dan menurunkan
harga diri.
Implikasi Keperawatan: Berikan pedoman antisipasi tentang perasaan dan intensitasnya
yang mereka alami sebagai bagian dari kedukaan. Fokuskan terutama poada kemarahan,Jangan
mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien. Penuhi kebutuhan yang menyebabkan
respons marah. Berikan dorongan kepada klien dan keluarganya untuk mengekspresikan
perasaan mereka.
Fase Bergaining ( Tawar Menawar )
Individu berkeinginan untuk melakukan apa saja untuk menghindari kehilangan atau
mengubah prognosis atau nasib.Individu membuat penawaran dengan yang maha kuasa. Individu
menerima bentuk terapi baru.
Implikasi Keperawatan: Beriakan informasi yang di perlukan untuk membuat keputusan.
Fase Depresi
Realitas dan sifat katetapan dari kehilangan telah dikenali. Kebingungan, kurang
motivasi, tidak menunjukan minat, tidak membuat keputusan, dan menangis adalah umum.
Menarik diri dari hubungan dan aktivitas sering terjadi. Individu dapat menjadi pendiam dan
tidak komunikatif. Timbul perasaan kesepian, Mulai mengenang tentang masa lalu dan benda
yang hilang. Individu kehilangan minat dalam pena,pilan. Individu melakukan bunuh diri,atau
berperilaku tidak sehat seperti penggunaan obat secar berlebihan.
9
Implikasi Keperawatan: Berikan dukungan dan empati. Dukung menangis dengan
memberikan sentuhan yang mengomunikasikan kepedulian. Mendengarkan dengan penuh
perhatian, mengkaji resiko yang membahayakan diri dan rujuk ke tetangga professional
kesehatan mental jika di perluklan.
Fase Akomodasi
Individu menerima kehilangan dan kematian dan mulai merencanakan hal tersebut.
Individu dapat berbagi perasaan tentang kehilangan. Mengenang kejadian masa lalu, Terjadi
periode depresi, waktu yang baik untuk mulai membandingkan dengan waktu buruk. Hidup
mulai menjadi stabil.
Implikasi Keperawatan: Berikan kesempatan untuk berbagi perasaan secara verbal, dalam
bentuk tulisan, bentuk seni, atau dengan rekaman. Biarkan dan dorong pengungkapan sesering
yang klien ingin lakukan, tunjukan penerimaan kelabilan perasaan klien, bantu dalam
mendiskusikan rencana masa mendatang.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
E.DUKA CITA
a. Pengertian Duka Cita
Duka cita adalah proses mengalami reaksi psikologis, social, dan fisik terhadap
kehilangan yang di persepsikan ( Rando, 1991 ). Respon ini termasuk keputusasaan, kesepian,
ketidak berdayaan, kesedihan, rasa bersalah, dan marah. Berduka diantisipasi adalah suatu status
yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang
dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum
terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan
10
mencakup berupaya untuk melewati duka cita. Proses duka cita dan berkabung bersifat
mendalam, internal, menyedihkan, dan berkepanjangan.
Duka cita mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. Tujuan duka cita adalah untuk
mencapai fungsi yang lebih efektif dengan menintegrasikan kehilangan kedalam pengalaman
hidup klien.Pencapaian ini membutuhkan waktu dan upaya. Istilah “ Upaya melewati duka cita”
berasal dari seorang psikiater Erich Lindemann ( 1965 ) yang menggambarkan tugas dan proses
yang harus di selesaikan dengan berhasil agar duka cita terselesaikan. Orang yang mengalami
duka cita mencoba berbagai strategi untuk menghadapinya. Worden ( 1982 ) menggaris bawahi 4
tugas dukacita yang memudahkan penyesuaian yang sehat terhadap kehilangan, dan Harper
( 1987 ) merancang tugas dalam akronim “ TEAR” :
1. T – Untuk menerima realitas dari kehilangan
2. E – Mengalami kepedihan akibat kehilangan
3. A – Menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang, benda, atau aspek
diri yang hilang.
4. R – Memberdayakan kembali energy emosional ke dalam hubungan yang baru.
Tugas ini tidak terjadi dalam urutan yang khusus. pada kenyataannya, orang yang
berduka mungkin melewati keempat tugas tersebut secara bersamaan, atau hanya satu atau dua
yang menjadi prioritas.
7. Respon Dukacita Khusus
v ada dua respon dukacita khusus,yaitu:
a. Dukacita adaptif
Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi, perencanaan, dan
pengenalan psikososial. Hal ini dimulai dalam merespon terhadap kesadaran tentang suatu
ancaman kehilangan dan pengenalan tentang kehilangan yang berkaitan dengan masa lalu, saat
ini dan masa mendatang. Duka cita yang adaptif terjadi pada mereka yang menerima diagnosis
yang mempunyai efek jangka panjang terhadap fungsi tubuh, seperti pada lupus eritomatosus
sistemik. Klien merasa sehat ketika didiagnosis tetapi mulai berduka dalam merspon informasi
kehilangan dimasa mendatang yang berkaitan dengan penyakit. Dalam situasi seperti ini, duka
cita adaptif dapat mendalam lama dan dapat terbuka. Duka cita adaptif bagi klien menjelang ajal
mencakup melepas harapan impian, dan harapan terhadap masa mendatang.
11
b. Dukacita Terselubung
Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan yang tidak atau
tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas, atau didukung secara social. Dukacita mungkin
terselubung dalam situasi dimana hubungan anatara yang berduka dan meninggalkan tidak di
dasarkan pada ikatan keluarga yang dikenal. Dukacita ini mencakup teman, pemberi perawatan,
dan rekan kerja atau hubungan non tradisional, seperti hubungan diluar perkawinan. Keunikan
dari dukacita terselubung menimbulkan situasi dimana perawat sering menjadi pengganti social
dan kekeluargaan bagi klien.
8. Konsep Dan Teori Berduka
Dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan. Perilaku dan perasaan yang
berkaitan dengan proses berduka terjadi pada individu yang menderita kehilangan seperti
perubahan fisik atau kematian teman dekat. Proses ini juga terjadi ketika individu menghadapi
kematian mereka sendiri. Tidak terdapat cara yang tepat untuk berduka. Konsep dan teori
berduka hanya cara yang dapat di gunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan
keluarganya dan merencanakan intervensi untuk membantu mereka memahami duka cita dan
meghadapinya.
Perbandinga tiga teori proses berduka:
ENGEL ( 1964 ) KUBLER-ROSS ( 1969 ) RANDO ( 1991 )
Syok dan tidak percaya Menyangkal, marah, tawar Penghindaran
menawar
Mengembangkan kesadaran Depresi Konfrontasi
Mengenali dan restitusi Penerimaan Akomodasi
Penjelasan teori:
Teori Rando
Meskipun proses berduka mempunyai perjalanan yang secara umum dapat di perkirakan
dan mempunyai gejala yang jelas, tidak ada dua orang individu yang berkembang melalui proses
tersebut dalam cara yang sama. Rando ( 1993 ) mendefinisikan kembali respon berduka menjadi
tiga ketegori: penghindaran, dimana terjadi syok, menyangkal dan ketidak percayaan ;
12
konfrontasi , dimana terjadi luapan emosi yg sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan
kehilangan mereka dan akomodasi, ketika terdapat secara bertahap penurunan kedukaan akut dan
m ulai memasuki kembali secara emosional dan social dunia sehari- hari diman aklien belajar
untuk menjalani hidup dengan kehilangan mereka.
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi tiga kategori:
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling
akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk
menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
13
Diagnosa Keperawatan
Mengidentifikasi batasan karakteristik yang menbentuk dasar untuk diagnose akurat juga
mengembangkan intervensi dalam rencana perawatan. Respon berduka yang memburuk dan
memanjang harus di identifikasi. Perawat mungkin juga mendiagnosa masalah kesehatan yg
umum untuk klien berduka ( misal gangguan pola tidur ).
Intervensi
Ketika merawat klien menjelang ajal, tanggung jawab perawat termasuk
mempertimbangkan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis dan social yang unik. Perawat
harus lebih toleran dan rela untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama klien menjelang ajal,
untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas
hidup mereka.
Implementasi
Sensitivitas terhadap klien adalah yang paling penting agar perawat dapat berfungsi
secara efektif. Perawat juga harus sensitive terhadap budaya, etnisitas, gaya hidup atau kelas
social klien dan keluarganya. Mereka harus sensitive terhadap keterbatasan dan sifat peran
mereka sendiri. Mereka harus mengintervensi secara sensitive dan mahir ketika di perlukan. JIka
klien ingin menghindari perasaan emosional yang dapat di ekspresikan ketika seseorang
membentuk ikatan denga klien yang sedang melawan hidup dan mati, maka perawat harus juga
sensitive terhadap kebutuhan mereka sendiri.
Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya:
· Peningkatkan kenyamanan
· Pemeliharaan kemandirian
· Pencegahan kesepian dan isolasi
· Peningkatan ketenangan spiritual
· Dukungan untuk keluarga yang berduka.
Evaluasi
Meskipun penyelesaian proses dukacita membutuhkan waktu beberapa bulan atau tahun,
sebagian besar klien berada di bawah perawatan perawat hanya dalam waktu singkat. Perawat
14
mungkin menjadi frustasi ketika klien atau keluarganya mulai mengekspresikan dukacita, klien
meninggalkan institusi perawatan kesehatan atau meninggal.
Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat
kenyamanan klien dengan penyakit dan kwalitas hidupnya. Keberhasilan evaluasi tergantung
sebagian pada ikatan yang terbentuk denganklien kecuali klien mempercayai perawat,
pengekspresian dari perasaan dan kekuatiran yang sebenarnya tidak mungkin terjadi. Tingkat
kenyamanan klien di evaluasi dengan dasar hasil seperti penurunan nyeri, control gejala,
pemeliharaan fungsi system tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan dan ketenangan
emosional.
BAB III
PENUTUP
15
A . Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek
atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan,
objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal,
atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori
kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang
sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan
kehilangan kehidupan/meninggal.
B. Saran
perawat harus bisa menyelami lebih dalam perasaan pasienya guna mendapatkan data-data
yang valid nantinya, karena didalam mencari data pasien dibutuhkan kejelian dan ketepatan oleh
karena itu perawat harus benar-benar memahami konsep kehilangan dan duka cita.
16
DAFTAR PUSTAKA
17