A. DATA PROYEK
1. Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : ‘REHABILITASI
MEUNASAH KOMPLEKS WALET’’.
2. Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Kota Sabang.
B. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang harus dilaksanakan pada lokasi tersebut di atas meliputi Skope Pekerjaan sebagai
berikut:
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan dan Pembongkaran Bangunan Existing
2. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
3. Papan Nama Proyek
C. PEKERJAAN TANAH
1. Galian Tanah (AB)
2. Galian Tanah Pondasi Umpak
3. Galian Tanah Pondasi Menerus
4. Urugan Tanah Kembali Bekas Galian
5. Urugan Pasir Dibawah Pondasi Menerus
6. Urugan Pasir Dibawah Lantai
D. PEKERJAAN PONDASI
1. Pemasangan Batu Kosong (Aanstamping)
2. Pemasangan Pondasi Batu Gunung, Campuran 1PC : 4PP
3. Pondasi Umpak Uk. 20/40 cm
- Membuat 1 M3 Beton Mutu f’= 14,5 MPa (K 175), slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,66
- Pemasangan 1 m2 Bekisting Untuk Pondasi
I. PEKERJAAN SALURAN
1. Galian Tanah
2. Pengecoran Dinding dan Lantai Saluran Mutu f'c K - 175
3. Bekisting Dinding Saluran
4. Penutup Saluran
- Beton Cor Mutu f'c K - 175
- Besi Beton Polos Ø 8 mm
- Bekisting Penutup Saluran
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time schedule)
keseluruhan kepada Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja.
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan mingguan
pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.
5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan mingguan
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
2. Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi
dan Perencana.
3. Shop Drawing tidak boleh merubah disain, mengurangi kuantitas, dan mengurangi kualitas
pekerjaan.
1. Kontraktor harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawing) yang sesuai dengan
pelaksanaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama.
2. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Perencana.
3. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah disetujui
kepada Konsultan Supervisi, Perencana, Owner, dan Pemilik/Pengguna Bangunan.
Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi. Pelaksana
konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di
lingkungan proyek.
1. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, yang
bisa dilihat di pedoman peraturan K3.
5. Kontraktor Pelaksana diharuskan untuk mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial
Tenaga Kerja sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.
6. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus
menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut Untuk melaksanakan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor harus menyediakan sejumlah obat-obatan dan
perlengkapan medis lainnya yang siap digunakan apabila diperlukan
7. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan yang serius,
maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan
segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas
8. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya maupun
yang berada dibawah pihak ketiga.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh material dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi, Perencana, dan Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap sah dan diakui
apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi atau Perencana.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Perencana dan Owner tidak
boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan) untuk pekerjaan
yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika request pekerjaan yang
diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus atas persetujuan Konsultan Supervisi.
1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan dan cacat
pekerjaan.
3. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena lemahnya
pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari
Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaikinya.
4. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada unsur-
unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
6. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
H. LAPORAN PELAKSANAAN
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor
pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana harus diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Supervisi serta diketahui
oleh Owner.
1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan harus melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi kecuali ditentukan
lain oleh Owner.
2. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar
proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap
wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.
1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap bulan, dipimpin oleh
Owner atau Konsultan supervisi.
6. Konsumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali ditentukan lain
oleh Owner.
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Konsultasi, maka
Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah
Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus
2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali
ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau perintah
yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
a. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.
d. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk mempercepat
proses pelaksanaan pekerjaan.
M. PERUBAHAN-PERUBAHAN DISAIN
a) Atas instruksi dan persetujuan Owner, Perencana dan Konsultan Supervisi berhak
mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis.
5. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek dan
Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Perencana dan disetujui oleh Owner.
A. BAHAN BANGUNAN
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana penggunaan bahan material yang akan
digunakan untuk penyelesaian pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua bahan material harus sesuai dengan rencana penggunaan bahan material
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan harus ada dilokasi pekerjaan.
B. SPESIFIKASI BAHAN
URAIAN
NO JENIS PEKERJAAN SPESIFIKASI BAHAN/MATERIAL
PEKERJAAN
1 PEKERJAAN - Pengukuran dan - Kontraktor Pelaksana harus
PERSIAPAN Pemasangan Bowplank membersihkan lokasi pekerjaan
dari segala sesuatu yang dapat
menggangu pelaksanaan
pekerjaan.
- Hasil Bongkaran gedung lama
materialnya tidak boleh digunakan
- Papan Nama Proyek kembali,dan harus dibuang
ketempat yang telah disetujui oleh
konsultan supervisi
- Pembuatan bowplank
mengunakan Kayu 5x5 dan papan
2/18 cm Kelas III Sembarang
- Pengukuran mengunakan meteran
biasa
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
a. Lingkup Pekerjaan
1) Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan
Gambar Kerja dan Spesifikasi.
2) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah, batu-
batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek, pembuangan
lapisan tanah atas atau humus, pembuangan bekas-bekas longsoran, yang
kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
3) Pekerjaan pengurugan kembali sesuai lingkup pekerjaan sampai pada elevasi
yang telah ditentukan didalam Gambar Kerja.
b. Persyaratan Pekerjaan
1) Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan rencana tata letak
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Bench Mark ( BM ) yang bersifat tetap
maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan atau pemindahan.
2) Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus diwakili oleh seorang
Pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan
penggalian/pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dikerjakan.
c. Pekerjaan Galian
1) Sebelum dilakukan pekerjaan galian pondasi Kontraktor Pelaksana harus memastikan
lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2) Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan tapak pondasi dan
ini harus dibuktikan dengan pekerjaan pengukuran posisi perletakan pondasi dengan
alat Theodolit atau cara manual dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3) Pekerjaan galian pondasi tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian pondasi.
4) Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.
5) Pengalian pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun maupun
memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan
pembersihan.
6) Perubahan-perubahan dari gambar Bestek yang diperlukan untuk kemudahan
pekerjaan pengalian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
7) Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya
sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
8) Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat
sehingga mencapai kepadatan yang cukup.
9) Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali
denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
2. Pasir urug
a. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan dan timbunan serta alas pekerjaan
Lantai Kerja Beton (Line Concrete).
b. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non
struktural.
c. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya
C. PEKERJAAN PONDASI
1. Pekerjaan Pondasi
a. Lingkup Pekerjaan
1) Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan
Gambar Kerja dan Spesifikasi.
2) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah,
batu- batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek,
pembuangan lapisan tanah atas atau humus, pembuangan bekas-bekas longsoran,
yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
3) Pekerjaan pengurugan kembali sesuai lingkup pekerjaan sampai pada elevasi
yang telah ditentukan didalam Gambar Kerja.
2. Batu Kosong
a. Batu kosong yang dipergunakan adalah dari kualitas baik dari jenis yang keras
(batu granit), tidak berlubang dan forius.
b. Batu kosong tidak boleh mengandung atau menempel tanah dan ukuran minimal
25 cm sedangkan ukuran maksimal 30 cm.
c. Untuk pekerjaan batu kosong (aanstamping) dipakai ukuran minimal 10 cm
sedangkan ukuran maksimal 15 cm.
d. Bahan yang digunakan untuk mencampur beton, harus memenuhi spesifikasi dan
ketentuan.
2) Kolom 30 x 30 (K1)
- Terdiri dari beton mutu K-200
- Tulangan Besi polos SNI
- Semen type 1 standar SNI
- Begisting multiplek tebal 9 mm 3 kali pakai
- Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan
di Laboratorium Beton.
- Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
- Air Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
- Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
2. Pekerjaan Bekisting
1) Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari arsitek dalam uraian
dan syarat-syarat pelaksanaannya.
2) Persyaratan bahan.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk: beton, baja, pasangan bata yang di
plester, pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Lain-lain bahan yang akan dipergunakan
harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis terlebih dahulu, acuan yang
terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau setara, ukuran kayu yang
dipergunakan tergantung dari perencanaan struktur dengan tebal multiplek minimum 12
mm.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
- Perancangan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-beban,
tekanan lateral dan tekanan yang di izinkan seperti tercantum pada “ Recommended
Practice For Concrete Formwork “ (ACI.347-68 ) dan peninjauan terhadap beban
angin dll, peraturan harus dikontrol terhadap Peraturan Pembangunan Pemerintah
Daerah setempat.
- Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam gambar
struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran /
finishing.
- Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus memberikan gambar-gambar dan
perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui oleh
Pengawas Teknis. Pada dasarnya tiap-tiap bagian bekisting harus mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum bekisting di buat pada bagian itu.
- Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk
dan cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai
dengan jalannya pengecoran beton.
- Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas Teknis.
Penyusunan harus sedemikian rupa sehingga pada pembongkarannya tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
- Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti potongan-
potongan kayu, kawat, tahi gergaji, tanah dan sebagainya.
- Acuan harus menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran,
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
- Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran, harus
dihindarkan dari kumpulnya air pada sisi bawah.
4) Pembongkaran.
- Pembongkaran dilakukan sesuai dengan peraturan beton Indonesia, dimana bagian
konstruksi yang di bongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan
beban- beban pelaksanaannya.
- Cetakan bagian konstruksi di bawah in boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut:
a) sisi-sisi balok dan kolom yang tidak dibebani minimal 7 hari .
b) sisi-sisi balok dan kolom yang dibebani minimal 21 hari.
- Setiap rencana pembongkaran bekisting harus diajukan terlebih dahulu secara tertulis
untuk disetujui oleh Pengawas Teknis.
- Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan di buka, tidak bergelombang,
berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala keropos.
- Apabila setelah cetakan di bongkar ternyata terdapat bagian beton yang keropos atau
cacat, mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka pemborong harus segera
memberitahukan kepada Pengawas Teknis meminta persetujuan tertulis cara
perbaikan pengisian atau pembongkarannya, pemborong tidak diperbolehkan
menutupi atau mengisi bagian beton yang keropos tanpa mendapat persetujuan
secara tertulis dari Pengawas Teknis. Semua resiko yang terjadi akibat pekerjaan
tersebut dan biaya-biaya perbaikan, pembongkaran atau pengisian atau penutupan
bagian tersebut menjadi tanggung jawab pemborong.
- Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Teknis
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi yang cacat seperti berikut :
a) konstruksi yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
b) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar rencana.
c) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang
telah direncanakan.
d) Dan cacat-cacat lainnya yang menurut pendapat Perencana/Pengawas Teknis
dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
1) Pedoman Pekerjaan:
Seluruh pekerjaan strukur beton bertulang harus berpedoman pada peraturan konstruksi
beton yang berlaku yaitu :
a) Perhitungan gaya gempa dalam SNI 1726-2012
b) ata cara perencanaan Struktur Beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-
2002
c) Tata cara perencanaan Struktur Baja untuk bangunan gedung SNI 03-1929-
2002
d) Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung S.K.B.I
1.3.53.1987 UDC 624.042
e) Peraturan- peraturan yang diperlukan tersebut di atas harus di sediakan
Pemborong di “Site” Sehingga memudahkan apa bila hendak digunakan.
3) Persyaratan Bahan
a) Semen
- Semen yang digunakan adalah semen Portland Lokal yang
memenuhi Syarat- Syarat dari :
Peraturan–Peraturan Relevan yang tercantum pada Pasal ini ayat 1.
Mempunyai Sertifikasi uji (Test Sertificate) dari Laboratorium yang
disetujui secara tertulis dari Pengawas Teknis .
- Semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam– macam jenis/merek semen
untuk suatu Konstruksi / struktur yang sama ), dalam keadaan baru
dan asli , dikirim dari kantong – kantong semen yang masih disegel
dan tidak pecah .
- Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, semen
diterimakan dalam zat (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan
tertutup rapat dan harus disimpan di gudang yang cukup Ventilasinya
dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari
lantai , zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya
melampaui 2 meter atau maksimum 10 zak, setiap pengiriman baru
harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian
semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
- Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat
salah penyimpanan, dianggap sudah rusak, membatu dan dapat
ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah
b) Agregat ( Aggregates )
- Semua pemakaian batu pecah ( Agregat kasar ) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat Bebas dari tanah liat (tidak bercampur
dengan tanah liat atau kotoran – kotoran lainnya).
- Kerikil dan batu pecah ( Agregat Kasar ) yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawasa Teknis, Gradasi dan Agregat-
agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu
beton yang diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan semen dan air, dalam Proporsi campuran yang akan dipakai.
Pengawas Teknis harus meminta kepada pemborong untuk
mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat
penimbunan yang ditunjuk oleh Pengawas Teknis, setiap saat di
laboratorium yang disetujui Pengawas Teknis atas biaya Pemborong.
- Dalam hal ini adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut
disuplai, maka pemborong diwajibkan untuk memberitahukan secara
tertulis kepada Pengawas Teknis.
- Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pencampuran
dengan tanah dan terkotori.
c) Air
- Air yang dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan
adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahn
kimia (asam alkali), tidak mengandung organisme yang dapat
memberikan efek merusak beton / tulangan, minyak atau lemak dan
memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta diuji terlebih
dahulu oleh Laboratorium yang disetujui oleh Pengawas Teknis.
- Air yang mengandung garam ( air laut ) sama sekali tidak
diperkenankan untuk dipakai .
d) Besi Beton
Semua beton yang digunakan harus memenuhi Syarat – Syarat :
- Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak / karat dan tidak
cacat (retak-retak), mengelupas, luka dan sebagainya.
- Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan
bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan
Peraturan Beton Indonesia.
- Mempunyai penampang yang sama rata.
- Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan –
ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan tertulis Perencana
Struktur, besi beton harus disuplai dari sumber (Manufacture) dan
tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam sumber besi
beton tersebut untuk pekerjaan Konstruksi.
4) Kualitas Beton
a) Kualitas beton dalam pekerjaan ini adalah Mutu beton K-225
b) Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan
di lain tempat dan dengan mengadakan trial-mix di Laboratorium.
c) Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton
dan kubus beton, menurut ketentuan-ketentuan yang di sebut dalam
Peraturan Beton Indonesia mengingat bahwa W/C factor yang sesuai disini
adalah sekitar 0,25-0,55 maka – pemasukan adukan ke dalam cetakan benda
uji dilakukan menurut peraturan beton Indonesia tanpa menggunakan
penggetar.
d) Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat min 1 benda uji per
1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang pertama,
pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
e) Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Pengawas Teknis dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton.
f) Laporan tertulis tersebut harus disertai setifikat dari Laboratorium
g) Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, selama pelaksanaan harus
ada pengujian slump, dengan syarat minimum 5 cm dan maksimum 12 cm.
Cara pengujian slump sebagai berikut :
- Contoh beton diambil tepat sebelum di tuangkan kedalam cetakan
beton (bekisting) cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas
kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang lebih
sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali
4. Pengecoran Beton.
1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian
struktur dari pekerjaan beton, Pemborong harus mengajukan permohonan izin
pengecoran tertulis kepada Pengawas Teknis minimum 3 (tiga) hari sebelum
tanggal / hari pengecoran.
2) Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila
bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborong sudah
mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga sesuai
dengan gambar dan spesifikasi.
3) Kontraktor wajib menyiapkan “concrete pump” apabila volume beton yang akan
dicor mencapai volume 15 m3 atau lebih.
4) Atas pertimbangan khusus Pengawas Teknis dan pada keadaan-keadaan khusus
misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor relatif sedikit / kecil dan
sederhana maka izin pengecoran dapat dikeluarkan lebih awal dari 3 (tiga) hari
tersebut.
5) Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apabila
terjadi salah satu keadaan seperti tersebut.
- Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana
pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.
- Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi
musalnya tulangan, pembersih bekisting atau hal – hal lain yang tidak sesuai
dengan gambar – gambar dan spesifikasi.
6) Jika tidak ada persetujuan dari Pengawas Teknis, maka Pemborong dapat
diperintahkan untuk menyingkir/membongkar beton yang sudah dicor tanpa
persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis atas biaya Pemborong sendiri.
7) Adukan beton harus secepatnya di bawah ketempat pengecoran dengan
menggunakan cara ( metode ) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan aggregrat dan tercampurnya kotoran –
kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat – alat pengangkut mesin
5. Pemadatan Beton
1) Beton Harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran
yang sesuai selama pengecoran berlangsung dan tidak merusak acuan
maupun posisi / rangkaian tulangan.
2) Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (huney comb), yaitu
memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
3) Pemborong harus menyiapkan vibrator–vibrator untuk menjamin
pemadatan yang baik.
4) Vibrator yang dipakai harus dengan frekuensi tidak kurang dari 3000 cyrcles
permenit dan kemampuan memberikan percepatan pada beton setelah kontak.
Pada umumnya jarum pengetar dimasukan kedalam adukan kira – kira
vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45’’.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakan kearah horizontal karena
hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan – bahan. Harus dijaga jarum
tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras.
Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan
atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar tulangan
tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan
getaran-getaran tidak merambat kebagian – bagian lain dimana betonnya
sudah mulai mengeras. Lapisan yang digetarkan tidak boleh tebal dari
panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30-50 cm.
Berhubung dengan itu maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang
sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap–tiap lapis dapat
dipadatkan dengan baik. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila
adukan mulai sampai mengkilap sekitar jarum ( air semen mulai memisahkan
diri dari aggregat ) yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik.
Penarikan jarum ini dilakukan secara perlahan-lahan, agar rongga bekas
jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
5) Pemborong harus menyediakan paling sedikit 2 vibrator ekstra / cadangan
untuk masing -masing ukuran yang digunakan, untuk digunakan pada saat
yang lain rusak, sehingga kontinuitas pengecoran beton tetap terjamin.
6. Siar Pelaksanaan
9. Pengganti Besi.
1) Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan
apa yang tertera pada gambar.
2) Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang
ada maka.
3) Pemborong dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tersedia dalam gambar. Usulan pengganti tersebut harus segera
dikonfirmasikan pada perencana.
4) Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai pekerjaan lebih,
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis
dari perencanaan Konstruksi.
5) Jika disusulkan perubahan dari rangkaian pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari perencana Konstruksi.
6) Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga keharusan
dari Pemborong.
7) Jika Pemborong tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan yang terdekat dengan catatan :
- Harus ada persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud
adalah jumlah luas). Khusus untuk balok induk, jumlah luas penampang besi
pada tumpuan juga tidak boleh beda jauh dari pembesian aslinya.
E. PEKERJAAN ATAP
a) Rangka atap hollow diproduksi untuk memudahkan perakitan dan pemasangan di lapangan.
Meskipun ringan dan tipis, material konstruksi ini memiliki derajat kekuatan tarik 550 MPa,
sementara baja biasa sekitar 300 MPa. Dengan ketebalan berkisar dari 0,4 mm – 1 mm, rangka
BAB V
PENUTUP
ERFINDO MAISYAHPUTRA, ST
Wakil Direktur