Anda di halaman 1dari 15

SUMBER AGAMA

ISLAM
KELOMPOK 3
c

Lutri khairun niska


2114142011089

Dito maulana c
hafzan
2114142011002
Putri amelia
c
Bunga vanesha 2114142011102
angel
2114142011069
AL-QURAN
Al-Quran sebagai wahyu yang bersifat global (mujmal) yang
mememerlukan perincian misalnya perintah sholat, shaum,
kutiba ‘alaikum as-shiam, wa atimmu alhajj sedangkan
tentang tata cara mengerjakan tidak dijelaskan dalam al-quran
’’Untuk menjelaskannya, datanglah rasulullah SAW
memberikan penjelasan dari mulai tata cara dalam sholat,
berumah tangga berekonimi sampai berurusan negara
penjelasan itu disebut sunah rasul’’.
Al-Qur'an, Qur'an, atau Quran adalah sebuah kitab suci utama
dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab
ini diturunkan oleh Tuhan, kepada Nabi Muhammad. Kitab ini
terbagi ke dalam beberapa surah (bab) dan setiap surahnya
terbagi ke dalam beberapa ayat.
AL-QURAN
SEBAGAI WAHYU

Ayat ayat alquran yang berisi informasi tentang alam


semesta yang dapat dijadikan BUKTI bahwa ALQURAN
adalah WAHYU ALLAH, bukan karya manusia :
1. Tentang awal kejadian langit dan bumi di dalam
QS.21:30
2. Tentang pergerakan gunung dan bumi QS. 27:88
3. Tentang allah menciptakan 11 planet QS. 12:4
BAHASA
ALQURAN
Allah menegaskan “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-
Qur’an dalam bahasa Arab”. Ini penegasan dari Allah SWT,
bahwa Al-Qur’an adalah bahasa Arab, bahasa yang dipakai
oleh nabi Muhammad dan oleh masyarakat Arab.
Tujuannya sudah pasti agar Al-Qur’an mudah difahami.
(QS. 13:37, 16:103, 41:44, 14:4, 20:113, 26:195, 39:28,
41:3, 42:7, 43:3, 46:12)
FUNGSI ALQURAN
• Fungsi Al-Qur’an Aturan Allah yang terdapat di dalam Al-Qur'an
memiliki tiga fungsi utama, yakni sebagai hudá (petunjuk), bayyinát
(penjelasan) dan furqán (pembeda) (QS. 2:185)

Sebagai hudá, artinya Al-Qur’an merupakan aturan yang harus diikuti


tanpa tawar menawar sebagaimana papan petunjuk arah jalan yang
dipasang di jalan-jalan. Kalau seseorang tidak mengetahui arah jalan
tetapi sikapnya justeru mengabaikan petunjuk yang ada pada papan itu,
maka sudah pasti ia akan tersesat ( QS. 13: 37).
• Fungsi kedua Al-Qur’an sebagai bayyinát berfungsi memberikan
penjelasan tentang apa-apa yang dipertanyakan oleh manusia. Dalam
fungsinya sebagai bayyinát, Al-Qur'an harus dijadikan rujukan semua
peraturan yang dibuat oleh manusia, jadi manusia tidak boleh membuat
aturan sendiri sebab sistem aturan produk akal manusia sering hanya
bersifat trial and error.
• Fungsi ketiga Al-Qur’an adalah sebagai furqán atau pembeda antara
yang haq dan yang báthill, antara muslim dan luar muslim, antara nilai
yang diyakini benar oleh mukmin dan nilai yang dipegang oleh
orangorang kufur.
• Fungsi lain Al-Qur’an sebagai Syifa (obat, resep). Ibarat resep dokter,
pasien sering sulit membaca resep dokter apalagi memahaminya, akan
tetapi walaupun begitu, pasien tetap percaya bahwa resep itu benar
mustahil salah karena dokter diyakini tidak mungkin bohong.
Cara menafsirkan Al-Qur’an
Dilihat dari caranya, dikenal dua macam penafsiran yakni:

Tafsir Tahili ialah menafsirkan Al-Qur’an secara runtut, ayat perayat, dari mulai
surat Al-Fátihah ayat pertama sampai surat An-Nás ayat terakhir, tanpa terikat
oleh tema, judul atau pokok bahasan. Sedangkan
tafsir Maudlu‘i ialah penafsiran berdasarkan tema-tema yang dipilih
sebelumnya. Caranya semua ayat yang berkaitan dengan tema (maudlu’i) yang
dibahas diinventarisir tanpa terikat oleh urutan surat, kemudian disistimatisir dan
ditafsirkan sehingga antara ayat yang satu dengan ayat yang lain saling
melengkapi pembahasan tema. Misalnya pembahasan tentang Riba, maka
seluruh ayat yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan masalah riba,
diinventarisir kemudian dibahas menurut sub-sub tema, sehingga sampai
kepada kesimpulan.
• Dilihat dari pendekatannya, tafsir terbagi dua, yakni Tafsir bi
alMa’tsur dan Tafsirr bi al-Ma‘qul. Yang dimaksud Tafsir bi al-
Ma’tsur ialah menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadits
(Inilah cara tafsir terbaik). Sedangkan Tafsir bi al-ma‘qul adalah
penafsirkan alQur’an dengan logika. Tafsir kedua ini sering juga
disebut tafsir bi arRa’yi. Jadi yang dimaksud dengan tafsir bi ar-
Ra’yi adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan dalil-dalil
logika.
• Dari sisi perspektifnya, tafsir Al-Qur’an juga beragam corak
Apabila penafsiran Al-Qur’an dilihat dari perspektif cabang ilmu
pengetahuan tertentu seperti psikologi, sosiologi, Biologi, dll, maka
disebutlah tafsir bi ‘ilmi. Sedangkan apabila didekati dari perspektif
tasawuf disebutlah tafsir Tasawuf
NAMA NAMA LAIN AL-QURAN
 Al-Kitab (Buku)  At-Tanzil (Yang diturunkan)
 Al-Furqan (Pembeda benar salah)  Ar-Rahmat (Karunia)
 Ar-Ruh (Ruh)
 Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
 Al-Bayan (Penerang)
 Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)  Al-Kalam (Ucapan/firman)
 Al-Hukm (Peraturan/hukum)  Al-Busyra (Kabar gembira)
 Al-Hikmah (Kebijaksanaan)  An-Nur (Cahaya)
 Asy-Syifa (Obat/penyembuh)  Al-Basha'ir (Pedoman)
 Al-Huda (Petunjuk)  Al-Balagh (Penyampaian/kabar)
 Al-Qaul (Perkataan/ucapan)
STRUKTUR AL-QURAN
Al-Qur'an terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat
menurut riwayat Hafsh,[50] 6262 ayat menurut riwayat ad-
Dur, atau 6214 ayat menurut riwayat Warsy.[51][52] Secara
umum, Al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal
dengan nama juz. Pembagian juz memudahkan mereka
yang ingin menuntaskan pembacaan Al-Qur'an dalam
kurun waktu 30 hari. Terdapat pembagian lain yang disebut
manzil, yang membagi Al-Qur'an menjadi 7 bagian.
Makkiyah dan Madaniyah
Menurut tempat diturunkannya, surah-surah dapat dibagi atas golongan
Makkiyah (surah Mekkah) dan golongan Madaniyah (surah Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu yang diperkirakan terjadi
penurunan surah maupun ayat tertentu, di mana surah-surah yang turun
sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah digolongkan sebagai surah Makkiyah
sementara surah-surah yang turun setelahnya tergolong sebagai surah
Madaniyah.

Surah yang turun di Mekkah pada umumnya surah-surah dengan jumlah ayat
yang sedikit, berisi prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan
kepada manusia. Sedangkan surah-surah yang turun di Madinah pada
umumnya memiliki jumlah ayat yang banyak, berisi peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan, ataupun seseorang dengan
lainnya (syari'ah) maupun pembahasan-pembahasan lain. Pembagian berdasar
fase sebelum dan sesudah hijrah ini dianggap lebih tepat, sebab terdapat surah
Madaniyah yang turun di Mekkah.
Penggolongan menurut
jumlah ayat
Dari segi jumlah ayat, surah-surah yang ada di dalam Al-Qur'an terbagi menjadi
empat bagian:

Al-Sab' al-ṭiwāl (tujuh surah yang panjang), enam di antaranya surah Al-Baqarah, Ali
Imran, An-Nisaa', Al-A'raaf, Al-An'aam, dan Al Maa-idah. Surah yang ketujuh adalah
Surah Al-Anfal dan Surah At-Taubah sekaligus.
Al-Mi'ūn (seratus ayat lebih), seperti Syu'ara, Hud, Yusuf, Al-Mu'min, As-Saffat, Ta Ha,
An-Nahl, Al-Anbiya, Al-Isra dan Al-Kahfi.
Al-Maṡānī (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr. Maryam, Al-
Waqi'ah, An-Naml, Az-Zukhruf, Al-Qasas, Shaad, Al-Mu'minun, Yasin dan sebagainya.
Al-Mufaṣṣal (surah-surah singkat), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan
sebagainya.
Periode penurunan Al-Qur'an
Al-Qur'an tidak turun secara sekaligus dalam satu waktu melainkan berangsur-angsur
supaya meneguhkan diri Rasul.Menurut sebagian ulama, ayat-ayat al-Qur'an turun
secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari; dan ada pula
sebagian ulama lain yang berpendapat bahwa Al-Qur'an diwahyukan secara bertahap
dalam kurun waktu 23 tahun (dimulai pada 22 Desember 603 M).Para ulama membagi
masa turunnya ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode
Madinah yang membentuk penggolongan surah Makkiyah dan surah Madaniyah.
Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan surah-
surah yang turun pada waktu ini tergolong surah Makkiyyah. Sementara periode
Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surah
yang turun pada kurun waktu ini disebut surah Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang
membahas mengenai latar belakang maupun sebab suatu ayat atau beberapa ayat al-
Qur'an diturunkan disebut Asbabun Nuzul.
Hubungan Al-Qur'an dengan
kitab-kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad yakni Shuhuf
Ibrahim, Kitab Taurat, Zabur, maupun Injil, Di antara kitab-kitab suci tersebut, Allah secara khusus menyebut kedudukan
"Al-Kitab yang diberikan kepada Musa" memiliki kaitan paling erat dengan Al-Qur'an. Terdapat berbagai ayat di Al-Qur'an
tentang penegasan kedudukan terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah beberapa pernyataan Al-Qur'an, mengenai
hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:

• Bahwasanya Al-Qur'an menuntut kepercayaan umat Islam terhadap kebenaran kitab-kitab tersebut.
• Bahwasanya Al-Qur'an diposisikan sebagai penggenapan dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya.
• Bahwasanya Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara umat-umat rasul yang
berbeda.
• Bahwasanya Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat riwayat-riwayat mengenai kaum dari rasul-rasul
terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut serta meluruskan beberapa aspek
penting pada teks-teks lain di kalangan Bani Israil, Ahli Kitab, Yahudi dan Kristen.
• Bahwasanya Taurat, Injil beserta Al-Qur'an merupakan kesatuan utuh yang saling berkaitan dalam keimanan terhadap
Kitab-Kitab Allah.

Anda mungkin juga menyukai