b. Etiologi
c. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
e. Diagnosa
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera diberikan.
f. Penatalaksanaan
1) Obat-obatan
Sedativa yang siring diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan seperti dramamin,
ovamin pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin.
2) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara
baik. Cacat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita. Sampai muntah berhenti dan penderita mau
makan, tidak diberikan makan/minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3) Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4) Cairan Parenteral
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C
dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena.
5) Penghentian kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
komplikasi organis adalah delirium, kebutuhan, takikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya
a) Gangguan kejiwaan
(1) Delirium
(2) Apatis, somnolen sampai koma
(3) Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicle
b) Gangguan penglihatan
(1) Pendarahan retina
(2) Kemunduran penglihatan
c) Gangguan faal
(1) Hati dalam bentuk ikterus
(2) Ginjal dalam bentuk anuria
(3) Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
(4) Tekanan darah menurun
1) Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup.
2) Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah:
a) Karbohidrat tinggi
b) Lemak rendah
c) Protein sedang
d) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan
sering dalam porsi kecil
f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam
g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
3) Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :
a) Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum
berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi
bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di
dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b) Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan
bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali
kebutuhan energi.
4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
a) Roti panggang, biskuit, crackers
b) Buah segar dan sari buah
c) Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan
yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan
makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan
(pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga tidak dianjurkan.
c. Riwayat Kehamilan
Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa
dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada
kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
(Prawihardjo, 2005).
ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
nutrisi dan cairan yang berlebihan dan intake yang kurang.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Berat badan tidak turun.
2. Pasien menghabiskan porsi makan yang di sediakan.
3. Mengkonsumsi suplemen zat besi / vitamin sesuai resep
Intervensi :
a. Tunjukkan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu / sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut, kulit dan kuku.
b. Monitor tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit, mukosa mulut dan diuresis.
c. Monitor intake dan output cairan.
d. Singkirkan sumber bau yang dapat membuat pasien mual, seperti : deodorant /
parfum, pewangi ruangan, larutan pembersih mulut.
e. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravida biasanya. Berikan
inforamasi tentang penambahan prenatal yang optimum.
f. Tingkatkan jumlah makanan padat dan minuman perlahan sesuai dengan
kemampuan.
g. Anjurkan pasien untuk minum dalam jumlah sedikit tapi sering.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah
yang sering.
Tujuan : Nyaman terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. Nyeri berkurang / hilang
2. Ekspresi wajah tenang / rilek, tidak menunjukan rasa sakit.
Intervensi :
a. Kaji nyeri (skala, lokasi, durasi dan intensitas)
b. Atur posisi tidur senyaman mungkin sesuai dengan kondisi pasien.
c. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi.
d. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien dan keluarga pasien.
e. Beri kompres hangat pada daerah nyeri.
f. Kaji tanda-tanda vital.
g. Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan analgetika dan antiemetik.
usia ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola, kondisi
psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor risiko dari hiperemesis gravidarum yang
berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan
juga merupakan faktor risiko
hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen dan
progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada
trimester pertama, tepatnya sekitar minggu ke 14-16. Oleh karena itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada
trimester pertama.4 Peningkatan kadar hCG mengakibatkan perubahan atau gangguan (dismotilitas) sistem
pencernaan serta gangguan sistem imun humoral yang diduga sebagai pencetus infeksi H.pilory selama
kehamilan.8 Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu
hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress yang lebih besar dari ibu yang sudah
pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu
beradaptasi terhadap perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali
hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor risiko penyakit
hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola
makan, aktifitas dan stres pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA