1-2 Politik Hukum Islam Di Masa Kerajaan Islam Musa
1-2 Politik Hukum Islam Di Masa Kerajaan Islam Musa
A. Pendahuluan
1
Abdul Halim, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. xii-xiv.
2
Mahsun Fuad, Hukum Islam Indonesia: Dari Nalar Partisipatoris Hingga
Emansipatoris, (Yogyakarta: LKIS, 2005), h 49.
3
Amran Suadi, Mardi Candra, Politik Hukum: Perspektif Hukum Perdata dan
Pidana Islam serta Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group: 2016), h 5.
1
Berdasarkan kenyataan di atas, menarik kiranya untuk
dibicarakan, bagaimana sejarah politik hukum Islam di kerajaan Islam
di Nusantara? Bagaimana arah kebijakan penguasa dalam
mengundangkan hukum Islam tersebut? Apa substansi dari produk
hukum yang dibuat pada masa kerajaan tersebut? Bagaimana
pengaruh raja dan ulama pada masa kerajaan? Serta bagaimana politik
pemberlakuan hukum Islam yang diundangkan tersebut? Pertanyaan-
pertanyaan rumusan masalah tersebut akan ditemukan jawabannya
pada penelitian ini, dengan menggunakan metodologi penelitian
pustaka dengan mengkaji dokumen kesejarahan yang memuat tentang
produk hukum yang telah diundangkan di kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia, serta dengan mengkaji hasil penelitian-penelitian yang
terkait dengannya. Hasil dari penelusuran itu dapat dianalis dengan
pendekatan penelitian kualitatif, lalu disajikan dalam makalah ini.
9
Hamka, Antara Fakta dan Khayal “Tuanku Rao”, cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), h 192.
10
Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, terj. Sori Siregar dkk.,
(Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004), h. 101.
5
seorang qadhi (hakim) dan para ulama dari mancanegara 11. Bahkan,
ada yang berpendapat bahwa formalisasi hukum Islam oleh negara
sudah ada pada masa Kesultanan Perlak yang berdiri pada 1
Muharram 225 H atau 12 November 839 M. 12 Oleh karena itu, hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan atau formalisasi hukum Islam di
Nusantara sudah berlangsung sejak kesultanan Islam pertama.
Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam, Kesultanan Malaka dan
beberapa kesultanan Islam di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku merupakan kekuatan politik baru setelah masa kemunduran
Kesultanan Samudra Pasai dan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
pada 1511.
11
M. Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h 136.
12
A. H. Arifin, Malikussaleh: Mutiara dari Pasai. (PT. Madani Press, 2005), h
XXXVI.
13
Sarkowi, S. dan Akip, M. “Kulturasi Ajaran Islam Melalui Sistem dan Lembaga
Pendidikan Islam pada Masyarakat Masa Kesultanan di Nusantara”. SINDANG:
Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Kajian Sejarah, 1 (2): 36-53. https://doi.org/
https://doi.org/10.31540/sdg.v1i2.318
6
yang dilakukan secara patuh oleh masyarakat atau komunitas Islam
karena kesadaran dan keyakinan mereka bahwa hukum Islam adalah
hukum yang benar14
17
G. Uwik, “Penerapan Syariah di Bumi Nusantara”. Majalah Al-Wa’ie No. 130,
2011. h 70.
18
Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, Jilid I, cet. I, (Medan: Iskandar Muda,
1961), h 252.
19
Mukmin, Mohd. Jamil bin, Melaka Pusat Penyebaran Islam di Nusantara,
(Kuala Lumpur: Murni Interprise, 1994), h 116.
20
Winstedt, “Digest Undang-undang” (terjemahan dari “Digest of Law”,
(JMBRAS, vol. XXXI, part 3, 1958) dalam Abd Jalil bin Borhan, Sejarah
Perundangan Islam di Malaysia, cet. I, (Kuala Lumpur: Penerbit Amal, 1993.), h
181.
8
Undang-Undang Melaka Pokok, Undang-Undang Melaka versi Aceh,
Undang-Undang Melaka versi Patani, Undang-Undang Melaka versi
Panjang, Undang-Undang Melaka versi Islam dan Johor, dan Undang-
Undang Melaka versi Fragmentaris21.
33
Hasan Basori, Hukum Islam Nusantara: Diaspora Undang-Undang Malaka Di
Kesultanan Aceh Abad Ke-17”, Jurnal Tashwirul Afkar, Vol. 38, No. 02, Tahun
2020. h. 235
34
Madjid, Catatan Pinggir Sejarah Aceh, Perdagangan, Diplomasi dan Perjuangan
Rakyat, h. 150.
35
Madjid, Catatan Pinggir Sejarah Aceh, Perdagangan, Diplomasi dan Perjuangan
Rakyat, h. 110-112.
36
Madjid, Catatan Pinggir Sejarah Aceh, Perdagangan, Diplomasi dan Perjuangan
Rakyat, h. 150-152.
14
sebagai pejabat kenegaraan. Sedangkan pejabat satunya lagi,
mengurusi masalah keagamaan, termasuk pengadilan dengan 4
mazhab, yang disebut Qadli Malikul Adil.
37
Hasan Basori, Hukum Islam Nusantara: Diaspora Undang-Undang Malaka Di
Kesultanan Aceh Abad Ke-17”, Jurnal Tashwirul Afkar, Vol. 38, No. 02, Tahun
2020. h 238 .
38
Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Iskandar Muda, 1607-1636, h. 118-119.
15
G. Politik Hukum Islam di Kerajaan Demak
39
Amran Suadi dan Mardi Candra, Politik Hukum..., hlm. 345-346.
40
16
Daftar Pustaka
Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, terj. Sori Siregar
dkk., (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2004.
Hamka, Antara Fakta dan Khayal “Tuanku Rao”, cet. I, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974.
17
Mukmin, Mohd. Jamil bin, Melaka Pusat Penyebaran Islam di Nusantara,
(Kuala Lumpur: Murni Interprise, 1994.
18