Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG

MANAJAMEN LIMBAH AYAM RAS PETELUR (LAYER) PADA CV.


D’SIALLE FARM KABUPATEN GOWA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Praktik


Kerja Lapang Pada Jurusan Ilmu Peternakan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

YURIO YUSUF
60700118038

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................5
D. Manfaat......................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................7
A. Ayam Petelur.............................................................................................7
B. Limbah Ayam Petelur.............................................................................14
C. Manfaat Pupuk Organik Dari Sisa Kotoran Unggas...............................16
D. Pengomposan Limbah Kotoran Unggas..................................................18
BAB III..................................................................................................................21
METODE PTAKTIK KERJA LAPANG...........................................................21
A. Waktu Dan Tempat.................................................................................21
B. Prosedur Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang...........................................21
C. Jadwal Kegiatan PKL..............................................................................22
BAB IV..................................................................................................................31
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................31
A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Kerja Lapangan Pada CV.D’Sialle
Farm................................................................................................................31
B. Manajemen Pengolahan Limbah.............................................................33
BAB V....................................................................................................................39
PENUTUP..........................................................................................................39
A. Kesimpulan..............................................................................................39
B. Saran........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi praktik kerja lapang............................................................................34

Gambar 2 kandang 1.......................................................................................................34

Gambar 3 kandang 2.......................................................................................................34

Gambar 4 pengangkutan limbah......................................................................................36

Gambar 5 pengangkutan kotoran ayam...........................................................................36

Gambar 6 Pemuatan kotoran ayam untuk dijual ke luar daerah.....................................37

Gambar 7 pembuatan kompos 1......................................................................................39

Gambar 8 pembuatan kompos 2......................................................................................39


PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini

menyatakan bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini benar adalah hasil karya

penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa laporan Praktek Kerja

Lapangan ini merupakan duplikat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka laporan Praktek Kerja Lapang dan nilai yang diperoleh batal.

 Samata, 20 Januari 2022

Penyusun

Yurio Yusuf
NIM 60700118038
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah STW atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Prektek Kerja

Lapangan sesuai dengan waktu yang ditargetkan, dan laporan ini sebagai salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi di jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Melengkapi rasa syukur dan sekaligus ucapan banyak terima kasih atas

segala himbauan dan pengarahan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan, maka

perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih dan pengharapan yang sebesar-

besarnya kepada :

1.     Kepada bapak pemilik Cv.D’Sialle Farm yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di salah satu usahanya.

2.      Ketua Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin

Makassar,Dr. Muh. Nur Hidayat, S.Pt, M.P selaku penanggung jawab Praktek

Kerja Lapangan

3.      Dosen Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin

Makassar, Dr. Ir. Muh. Basir Paly, M.S selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukannya.

4.      Bapak dan Ibu serta keluarga tersayang atas doa dan dukunganya dalam

pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini


5.      Kakanda dan adinda tercinta Fakultas Sains dan Teknologi terkhusus Jurusan

Ilmu Peternakan serta teman-teman seangkatan Ilmu Peternakan 2018 atas do’a

dan dukungannya.

6. Teman-teman seperjuangan Praktek Kerja Lapang yang telah memberikan support

dan semangat serta yang paling penting adalah terima kasih saya ucapkan karena

telah menjadi keluarga kedua di tempat perantauan

7.      Teman-teman yang telah memberikan sumbangsi baik itu waktu serta

pemikirannya dalam pelaksanaan sampai pada penuyusunan laporan, terima kasih

untuk semuanya.

Laporan ini disajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya

dapat memahami betul tentang perlunya dilaksanakan PKL agar menjadi bahan

pembelajaran. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat untuk penulisan

laporan selanjutnya yang lebih baik lagi, serta menambah wawasan dan

memperdalam keimanan kepada sang pencipta.

Samata, 20 Januari 2022

   YURIO YUSUF
NIM 60700118038
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya

jumlah penduduk dan sumberdaya manusia (SDM) serta kesadaran akan

pentingnya gizi berdampak pada meningkatnya sumber pangan yang mengandung

protein hewan hewani seperti telur. Tidak menutup kemungkian dari tahun ke

tahun kebutuhan akan telur terus mingkat , terutama telur ayam. Hal ini

menjadikan peluang usaha peternakan ayam ras petelur masih terbuka lebar. Di

era sekarang ini banyak bermunculan usaha ayam petelur di Indonesia.

Peternakan merupakan salah satu subsektor agribisnis yang mempunyai

prospek yang sangat bagus bila dikembangkan secara optimal. Kemajuan dan

perkembangan subsektor peternakan akan membawa dampak positif dalam

meningkatkan kesejahteraan petani. pembangunan subsektor peternakan

merupakan bagian dari sektor pertanian negara secara umum dan bagian dari

pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan subsektor peternakan

bertujuan untuk meningkatkan produksi peternakan dengan prioritas untuk

pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi serta meningkatkan pendapatan peternak.

Selain itu, pengembangan di bidang peternakan akhir-akhir ini mulai menjadi

perhatian penting yang disebabkan adanya program diversifikasi pangan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat (Sularso,2013)


Dalam industri perunggasan, usaha peternakan ayam ras khususnya ras

petelur mengalami perkembangan yang sangat pesat dan umumnya bersifat

komersial yang disebabkan masyarakat sudah banyak mengetahui dan mengerti

mengenai manfaat yang dapat diperoleh dari usaha peternakan tersebut.

Perkembangan peternakan ayam ras petelur ini juga didorong oleh kondisi di

sektor pertanian yang menyediakan bahan pakan yang sangat diperlukan untuk

industri peternakan seperti kacang-kacangan, padi-padian, jagung, dan

sebagainya. Selain itu perkembangan peternakan ayam ras juga dipengaruhi oleh

peningkatan konsumsi telur di Indonesia dari tahun ke tahun sehingga produksi

telur ikut meningkat. Menurut data statistik konsumsi pangan tahun 2012,

menyebutkan bahwa tingkat konsumsi telur dari tahun 2007-2011 mengalami

rata-rata pertumbuhan sebesar 2,35%. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa usaha

peternakan ayam ras petelur dapat dikatakan memiliki prospek yang cukup baik

dan menunjukkan pertumbuhan yang pesat (Purwaningsih, 2014)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktik lapangan ini yaitu untuk

mengetahui bagaimana manajemen pengelolahan limbah ayam petelur di Cv.

D’Sialle farm ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam praktik lapang ini adalah untuk mengetahui

bagimana manajemen serta pengelolaan limbah ayam petelur di Cv. D’Sialle

farm.
D. Manfaat

Adapun manfaat ag dapat di ambil dari praktik lapang ini yaitu lebih

mengetahui dan memahami mengenai bagaimana manajemen pengolahan limbah

ayam petelur di CV. D’Sialle farm.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Petelur

Usaha sektor peternakan ayam petelur merupakan bidang usaha yang

memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani

dan berbagai keperluan industri. Protein yang terdapat pada telur memiliki fungsi

penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena mengandung berbagai asam

amino yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan manusia. Peranan ini

tidak dapat di gantikan oleh sumber protein nabati. Pada perkembangannya, telur

ayam sudah menjadi salah satu bahan makanan pokok masyarakat sejak zaman

dahulu. Sebelum adanya ayam ras petelur, masyarakat sudah mengkonsumsi telur

ayam kampung yang dipelihara secara tradisional. Sampai saat ini masyarakat di

Indonesia sangat gemar mengkonsumsi telur ayam, terutama ayam ras yang

disebabkan oleh rasanya yang enak dan manfaatnya yang sangat baik bagi

kesehatan karena telur ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki

protein hewani yang cukup lengkap karena memiliki kandungan protein yang

cukup tinggi yaitu 13 – 14%. Telur ayam juga sangat sering digunakan sebagai

lauk-pauk utama dan bahan campuran pembuatan makanan (martabak, roti, dan

sebagainya). Konsumsi telur di Indonesia sebagian besar dipenuhi dari telur ayam

ras (91,82%). Semua lapisan masyarakat telah terbiasa dengan telur ayam ras yang

harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan telur ayam kampung (Setyono

dkk, 2013 )
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan

dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banya.

Pengembangan usaha ternak unggas jenis ras layer (ayam petelur) di Indonesia

masih memiliki prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein hewani masih

kecil. Ini dikaitkan dengan perkembangan jumlah penduduk yang selalu

meningkat dari tahun ke tahu terus diimbangi dengan kesadaran akan arti penting

peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi

makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan utama penggunaan

makanan sebagai pemberi zat gizi bagi tubuh yang berguna untuk

mempertahankan hidup (Zulfikar, 2013)

Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat

oleh para pakar Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu ayam jenis

pedaging dan ayam jenis petelur. Ayam jenis pedaging, pastinya dibudidayakan

karena untuk dihasilkan daging dalam jumlah yang banyak dengan kualitas yang

baik, sedangkan ayam petelur juga dibudidaya untuk menghasilkan telur dengan

jumlah yang banyak dan kualitas yang baik.(Zulfikar, 2013)

Ayam petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

diambil telurnya. Asal mula ayam ras ini berasal dari ayam hutan yang ditangkap

dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan

dari seluruh wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Beberapa

persilangan bangsa ayam di dunia dikembangkan menjadi beberapa jenis ayam

komersial, salah satunya jenis petelur (layer) (Yuwanta, 2004).


Ayam ini tubuhnya relatif lebih kecil. Produksi telurnya antara 250 sampai

280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 5 bulan dan akan

terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai umur 2 tahun. Umumnya

produksi telur yang terbaik akan diperoleh pada tahun pertama ayam mulai

bertelur. Produksi telur pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus

menurun. Sebelum tahun 1940, peternakan ayam petelur hanyalah merupakan

usaha sampingan pertanian belaka. Jumlah ayam yang dipiara para petani hanya

kecil, 20-150 ekor saja, sekedar memenuhi kebutuhan keluarga dan kalau sisa

produksi baru dijual kepasar. Pada saat tersebut, ayam dipiara tanpa kandang;

dilepas dan bebas berkeliaran ke mana pun. Akan tetapi karena adanya suatu

pemikiran bahwa ayam yang berkeliaran itu dianggap berbahaya bagi penyebaran

penyakit, kemanusiaan, ayam-ayam tersebut harus dikurung atau dibuatkan

kandang. Ternyata ayam yang hidupnya terkurung pun produksinya tidak

mengecewakan, justru bagus dan tidak mengganggu serta menghemat tempat.

Sistem pemeliharaan ayam terkurung yang produksinya bagus itu menarik

perhatian para peternak (Zulfikar, 2013)

Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat

penting untuk diperhatian. Karena dengan pemeliharaan yang baik akan

menghasilkan pertumbuhan ayam yang baik, kondisi ayam yang sehat, tingkat

mortalitas yang rendah dan pada akhirnya akan menghasilkan ayam petelur

dengan produksi telur yang tinggi (Zulfikar, 2013)


Ayam ras petelur merupakan jenis ayam yang memiliki laju pertumbuhan

sangat pesat dan kemampuan berproduksi telur yang tinggi. Sifat-sifat unggul

yang dimiliki ayam ras petelur antara lain laju pertumbuhan ayam ras

petelursangat pesat pada umur 4,5-5,0 bulan, kemampuan produksi telur ayam

raspetelur cukup tinggi yaitu antara 250-280 butir/tahun dengan bobot telur antara

50 gram–60 gram/tahun, konversi terhadap penggunaan ransum cukup bagus yaitu

setiap 2,2 kg -2,5 kg ransum dapat menghasilkan 1 kg telur, dan periode ayam ras

petelur lebih panjang karena tidak adanya periode mengeram (Sudarmono, 2003).

Bahkan untuk jenis leghorn dapat mencapai 284 sampai 300 butir pertahun

(Yuwanta, 2010). Umumnya produksi kualitas telur yang terbaik akan diperoleh

pada tahun pertama ayam mulai bertelur dan produksi dan kualitas telur pada

tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun seiring semakin tua umur

ayam (Hafez, 2000). Pemeliharaan ayam petelur pada umumnya dibagi tiga fase

pemeliharaan berdasarkan umur, yaitu fase starter, fase grower, dan fase layer.

Fase pra layer atau pullet ayam berumur 12 minggu sampai 20 minggu. Fase Fase

ini memerlukan penanganan yang lebih serius, sebab pada fase ini sangat

menentukan produktifitas ayam petelur. Fase layer adalah fase dimana tujuan

utamanya untuk menghasilkan telur. Fase ini ayam sudah mengalami dewasa

kelamin biasanya berumur 20 – 21 minggu. Pemeliharaan fase layer merupakan

fase kelanjutan dari fase pullet, hasil dari pemeliharaan sebelumnya akan terlihat

pada saat ayam bertelur pertama kali. Bahkan beberapa tindakan yang dapat

merubah lingkungan kandang sangat berpengaruh terhadap produktivitas ayam.

Produktivitas ayam petelur dapat ditingkatkan diantaranya dengan memperbaiki


manajemen pemeliharaan, pakan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit

(Mappanganro, 2018).

Ayam ras petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara secara

khusus untuk diambil telurnya dan mendapatkan keuntungan. Ayam ras petelur

merupakan strain unggul yang mempunyai daya produktivitas bertelur yang

tinggi, baik jumlah maupun bobot telurnya sehingga apabila diusahakan dapat

memberikan keuntungan kepada masyarakat. Ayam petelur memiliki keuntungan

dalam memproduksi telur yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam

buras dan jenis unggas yang lain (Prihatman, 2000).

Fase pemeliharaan ayam petelur dibagi menjadi 3 yakni: fase starter, fase

grower, dan fase layer. Ayam petelur fase layer merupakan ayam yang berumur

antara 20 hingga 80 minggu (afkir). Ayam pada akhir masa produksi tergolong

dalam fase layer, yakni pada umur 50 minggu ke atas. Ayam pada akhir masa

produksi biasa disebut ayam tua (Rahmadi, 2009).

Ayam petelur memiliki ciri-ciri antara lain bersifat mudah terkejut, tidak

memiliki sifat mengeram, bentuk tubuh ramping, cuping berwarna putih, produksi

telur tinggi antara 300 butir/ekor/tahun dan efisien dalam mengubah pakan

menjadi telur (Suprijatna dkk., 2005).

Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 16 minggu, tingkat

produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan terus mengalami

peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu sekitar 94-95%

dalam kurun waktu umur 25 minggu (Salang dkk., 2015). Faktor yang

mempengaruhi produksi telur ayam petelur antara lain umur, genetik, kualitas
pakan, stress, panas dan keadaan lingkungan yang bising (Fadilah dan Polana,

2011).

Peningkatan umur ayam akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi

yang semakin menurun menjelang afkir (Ustomo, 2016). Ciri-ciri ayam petelur

yang sudah menurun produksi telurnya adalah berbulu suram dan tidak mulus,

tulang pinggul lebih tebal, tumpul dan kaku (Evanuarini, 2010). Peremajaan perlu

dilakuan untuk menjaga kelangsungan usaha karena ayam yang produktivitasnya

sudah menurun (tua) harus segera diganti dengan ayam yang baru (Rahayu dkk.,

2011).

Dalam QS Al-Mu’minun/23:21 dijelaskan tentang ternak dan manfaatnya

sebagaimana firman Allah:

‫ا‬PPَ‫ة َو ِم ۡنه‬ٞ ‫ا َم ٰنَفِ ُع َكثِي َر‬PPَ‫ا َولَ ُكمۡ فِيه‬PPَ‫قِي ُكم ِّم َّما فِي بُطُونِه‬P ‫ َر ٗ ۖة نُّ ۡس‬P‫َوِإ َّن لَ ُكمۡ فِي ٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم لَ ِع ۡب‬
َ‫ت َۡأ ُكلُون‬

Terjemahnya:

Dan sesungguhnya pada hewan-hewan ternak terdapat suatu pelajaran


bagimu. Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang ada dalam
perutnya, dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian
darinya kamu makan (Kementerian Agama RI, 2019)

(Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak bagi kalian) yakni unta,

sapi dan kambing (benar-benar terdapat pelajaran yang penting) bahan pelajaran

yang kalian dapat mengambil manfaat besar daripadanya (Kami memberi minum

kalian) dapat dibaca Nasqiikum dan Nusqiikum (dari apa yang ada di dalam

perutnya) yakni air susu (dan juga pada hewan ternak itu terdapat faedah yang
banyak bagi kalian) dari bulu domba, unta dan kambing serta manfaat-manfaat

yang lainnya (dan sebagian daripadanya kalian makan) (Tafsir Jalalain).


B. Limbah Ayam Petelur

Dewasa ini dunia peternakan khususnya unggas berkembang pesat di

Indonesia. Banyak bisnis peternakan unggas telah tumbuh sebagai akibat dari ini

kebutuhan daging ayam. Peternakan unggas, khususnya peternakan ayam petelur,

menghasilkan telur yang merupakan mayoritas konsumsi protein hewani. Selain

itu, memproduksi tekur ayam di peternakan ayam memiliki konsekuensi negatif.

Adapun permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah, bau yang tidak nyaman

dengan adanya kotoran ayam, limbah yang terbuang, cara pengolahan limbah agar

dapat bernilai tambah (Fradinata & Yaman, 2021)

Dampak negatif dari industri peternakan ayam sebagian besar disebabkan

oleh limbah yang dihasilkan oleh ayam pedaging. Air limbah, kotoran ayam, dan

bau yang tidak sedap adalah jenis limbah yang paling umum dihasilkan oleh

pemeliharaan unggas. Bau busuk disebabkan oleh komponen nitrogen dan sulfida

dalam kotoran ayam, yang terurai menjadi gas amonia, gas nitrit, dan gas

hidrogen sulfida selama proses dekomposisi. Polusi di udara. Menurut Fontenot et

al. (1983), ayam menghasilkan 0,06 kg limbah segar setiap hari per ekor, dengan

persentase bahan kering 26%, yang dapat menghasilkan gas yang berbau.

Gas amonia dan hidrogen sulfida (H2S), serta dimetil sulfida, karbon

disulfida, dan merkaptan, berkontribusi terhadap bau busuk. Dalam keadaan

anaerobik, seperti gundukan kotoran yang masih basah, bahan kimia penyebaIb

bau ini dapat dengan mudah berkembang. Bahkan pada jumlah yang sangat

rendah, bahan kimia ini dapat dideteksi oleh aroma. Untuk H2S, diperlukan

konsentrasi 0,47 mg/l atau bagian per juta (ppm). (Charles dan Hariono, 1991).
Kotoran ayam memiliki mau yang tidak sedap dan akan berpengaruh

merugikan terhadap kesehatan manusia di sekitar area peternakan, serta

produktivitas ternak. Pengelolaan lingkungan ternak yang buruk dapat

mengakibatkan kerugian finansial bagi peternak, karena gas-gas tersebut dapat

menurunkan produktivitas unggas sekaligus meningkatkan biaya kesehatan.

Karena tubuh ayam kurang tahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh polusi

amonia, seperti penyakit pernapasan kronis (CDR), yang merupakan penyakit

pernapasan kronis, dan ayam lebih rentan terhadap virus Newcastle Disease (ND),

pengeluaran kesehatan meningkat.(Fradinata & Yaman, 2021)

Setiap hari akan dihasilkan lebih dari satu ton pupuk kandang basah

dengan kapasitas 80.000 ekor ayam (Anonim, 2012). Kotoran ayam dari pinggiran

kandang dapat digunakan untuk membuat kompos kotoran ayam sebagai bahan

baku. Bau kotoran ayam memiliki pengaruh yang merugikan pada kesehatan

manusia di sekitar area peternakan, serta pada hewan, menyebabkan hasil ternak

menurun. Pengelolaan lingkungan ternak yang buruk dapat mengakibatkan

kerugian finansial bagi produsen karena gas-gas ini dapat mengurangi produksi

unggas sekaligus meningkatkan pengeluaran kesehatan (Fradinata & Yaman,

2021).
Laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional Serpong Tangerang (No.

144/DAGST/AIR.4/96) meneliti kandungan nutrisi kompos kotoran ayam. Ini

memiliki kandungan nitrogen 4,06 persen, kandungan fosfor 6,06 persen, dan

kandungan kalium 2,30 persen. Selain itu, pengomposan kotoran ayam dapat

membantu menghindari kontaminasi air yang disebabkan oleh penggunaan pupuk

anorganik yang berlebihan, yang dapat membahayakan berbagai organisme air.

Peternakan (Fradinata & Yaman, 2021)

Peternakan ayam baru-baru ini dituduh berkontribusi terhadap pencemaran

lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian telah

mengakui hal tersebut dengan mengeluarkan Keputusan Menteri No.237/1991 dan

Keputusan Menteri No.752/1994 yang mengatur bahwa usaha peternakan dengan

populasi tertentu harus dipasok dengan pakan tertentu.(Fradinata & Yaman, 2021)

C. Manfaat Pupuk Organik Dari Sisa Kotoran Unggas

Pupuk organik dapat terjadi secara alamiah atau dibuat dengan bahan

organik. Pupuk organik yang terjadi secara alami diantaranya pupuk kandang dan

slury, sedangkan pupuk organik yang diproses diantaranya kompos, tepung darah

dan asam humat (Singh, 2012). Meskipun kepadatan nutrisi dalam bahan organik

relatif sederhana namun memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk

anorganik. Sebagian besar dari nitrogen yang memasok pupuk organik

mengandung nitrogen yang tidak larut dan bertindak sebagai pelepasan lambat

pupuk. Sesuai sifatnya, pupuk organik meningkatkan penyimpanan hara fisik dan

biologis mekanisme di tanah, mengurangi risiko pemupukan berlebihan.(Halim,

2020)
Nutrisi penyubur organik kandungan, kelarutan, dan laju pelepasan unsur hara

biasanya jauh lebih rendah daripada mineral (anorganik) pupuk. Pupuk organik

juga kembali mempertegas peran humus dan lainnya pada komponen organik

tanah, yang diyakini memainkan beberapa peran penting yaitu (1) Mobilisasi

unsur hara tanah yang ada, sehingga pertumbuhan yang baik dicapai dengan

kepadatan hara yang lebih rendah; (2) Melepaskan nutrisi pada kecepatan yang

lebih lambat dan lebih konsisten sehingga membantu menghindari boom-and-bust

pola; (3) Membantu mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi stres akibat

stres kelembaban sementara; (4) memperbaiki struktur tanah; (5) membantu

mencegah erosi lapisan tanah atas (Kumar & Gopal, 2015). Salah satu bahan

organik melimpah yang dapat digunakan sebagai bahan pupuk adalah kotoran

ternak (Utami, et al., 2020).

Pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk dimaksudkan untuk

meminimalkan masalah yang timbul dari peternakan serta meningkatkan nilai

tambah usaha peternakan. Selama ini kotoran yang umum digunakan sebagai

bahan baku pupuk organik adalah kotorsan sapi dan kambing, sedangkan kotoran

ayam masih terbatas digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.

Padahal kotoran ayam negeri baik petelur maupun ayam potong, memiliki

komposisi hara yang tinggi akibat pemberian nutrisi untuk meningkatkan bobot

daging atau telurnya. Tentunya beberapa nutrisi tidak tercerna dan dibuang

melalui fesesnya (Halim, 2020)


Keberlanjutan produksi dan produktivitas agroekosistem jangka panjang

adalah proses yang menjaga bahan organik di dalam tanah. Penggunaan pupuk

organik di tanah merupakan strategi pengelolaan yang akan membantu dalam

mengatasi hilangnya bahan organik secara progresif baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Penambahan pupuk organik meningkatkan sifat fisika-

kimia tanah, biokimia dan mikrobiologi tanah sehingga secara positif

mempengaruhi parameter kualitas tanah dan produktivitas tanaman (Singh, 2012)

D. Pengomposan Limbah Kotoran Unggas

Bau kotoran ayam selain berdampak negatif terhadap kesehatan manusia

yang tinggal di lingkungan sekitar peternakan, juga berdampak negatif terhadap

ternak dan menyebabkan produktivitas ternak menurun. Pengelolaan lingkungan

peternakan yang kurang baik dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak

itu sendiri, karena gas-gas tersebut dapat menyebabkan produktivitas ayam

menurun, sedangkan biaya kesehatan semakin meningkat, yang menyebabkan

keuntungan peternak menipis [2] (Depari,2014). Syarat berhasilnya kompos

menurut [3] Setyorini (2006) antara lain ditinjau dari Ukuran bahan mentahnya,

Suhu dan ketinggian bahan, dan Nisbah C/N, kelembaban, Aerasi, Nilai pH,

Sampai batas tertentu, semakin kecil ukuran potongan bahan mentahnya, semakin

cepat pula waktu pembusukannya. Ukuran bahan sekitar 5-10 cm sesuai untuk

pengomposan ditinjau dari aspek sirkulasi udara yang mungkin terjadi.(Harahap,

dkk, 2019)
Pada pembuatan kompos ukuran bahan sangat mempengaruhi, semakin

kecil potongan bahanmentahnya, maka semakin cepat pula waktu

pembusukannya. Ukuran bahan sekitar 5-10 cm sesuai untuk pengomposan

ditinjau dari aspek sirkulasi udara yang mungkin terjadi. Selain itu, volume

timbunan juga sangat mempengaruhi, semakin tinggi volume timbunan semakin

mudah timbunan menjadi panas, sebaliknya apabila terlalu dangkal akan

kehilangan panas dengan cepat. Dalam keadaan suhu kurang optimum, bakteri-

bakteri yang bekerja pada timbunan tersebut tidak akan berkembang secara wajar,

akibatnya pembuatan kompos akan berlangsung lebih lama, Sebaliknya timbunan

terlalu tinggi akan mengakibatkan suhu menjadi tinggi. Begitu juga dengan nisbah

C/N. Mikroba perombak bahan organik memerlukan karbon sebagai sumber

energi untuk pertumbuhan dan nitrogen untuk pembentukan protein. Rasio C/N 30

merupakan nilai yang diperlukan untuk proses pengomposan yang efisien.

Apabila C/N rasio terlalu besar (>40) atau terlalu kecil (<20) akan mengganggu

kegiatan biologis proses dekomposisi. Timbunan kompos harus selalu lembab,

dengan kandungan lengas 50-60% agar mikroba tetap beraktivitas. Kelebihan air

akan mengakibatkan volume udara jadi berkurang, sebaliknya bila terlalu kering

proses dekomposisi akan terhenti. Aktivitas mikroba aerob memerlukan oksigen

selama proses perombakan berlangsung. Pembalikan timbunan bahan kompos

selama proses dekomposisi berlangsung sangat dibutuhkan dan berguna untuk

mengatur pasokan oksigen bagi aktivitas mikroba. Nilai pH optimum berkisar 5,5-

8,0. Pada pH tinggi terjadi kehilangan nitrogen akibat volatilisasi. Pada awal
pengomposan umumny pH agak masam karena aktivitas bakteri menghasilkan

asam. Namun selanjutnya pH akan bergerak menuju netral [4] (Suhastyo,2017)

Salah satu alternatif pengolahan sampah adalah memilih sampah organik

dan memprosesnya menjadi kompos atau pupuk hijau. kompos memiliki peranan

sangat penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan

kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologinya. Dengan

memberikan pupuk organik pada tanaman, tanah menjadi subur dan produktivitas

tanah menjadi baik [5] (Suprapto, 2017).


BAB III

METODE PTAKTIK KERJA LAPANG

A. Waktu Dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakan pada tanggal 14 desember hingga

14 Januari 2022 pada CV.D’Sialle farm desa Julukaya, kecamatan Pallangga,

kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan.

B. Prosedur Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang

1. Orientasi

Orientasi berupa kegiatan pengenalan lokasi praktik kerja lapang yang

dilakukan sehari bersama pemilik usaha peternakan.

2. Observasi

Observasi di lakukan langsung oleh penulis untuk memperoleh data dan

informasi mengenai lokasi , situasi, dan kondisi lapangan yang berhubungan

dengan laporan pkl .

3. Wawancara

Wawancara sangat penting di lakukan oleh mahasiswa dengan pihak

perusahaan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai manajemen

pengolahan limbah.

4. Praktik lapang

Kegiatan ini dilakukan dengan keikutsertaan dalam pelaksanaan aktivitas

peternakan yang berhubungan dengan manajemen ayam layer sehingga dapat

mengetahui seluruh kegiatan yang berlangsung di dalamnya dan memperoleh

pengalaman kerja secara langsung.


5. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi atau referensi

pendukung yang berkaitan dengan manajemen pengolahan limbah ayam ras

petelur yang dilakukan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia

misalya di buku, jurnal, majalah dan sebagainya.

C. Jadwal Kegiatan PKL

Berikut adalah jadwal kegiatan selama berada di CV. D’Sialle Farm di

Kabupaten Gowa.

No Hari / Tanggal Waktu Kegiatan


1 Rabu,14 80.00 – 10.00 1. Pengenalan kandang
Desember 2021 2. Pemberian pakan
3. Penyemprotan destan
4. Pemberian vitamin
14 .00 – 5. Mengangkut sisa kotoran hewan di
17.00 bawah kandang

2 Kamis,15 07.00 – 09.00 1. Pengenalan kandang


Desember 2021 2. Pemberian pakan
3. Penyemprotan destan
13.00 – 17.00 4. Pemberian vitamin
17.00 – 18.00 5. Mengangkut sisa kotoran hewan di
bawah kandang
3 Jumat,16 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021 2. Penyemprotan destan
3. Pemberian vitamin
13.00 – 17.00 4. Mengangkut sisa kotoran hewan di
bawah kandang

4 Sabtu,17 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan


No Hari / Tanggal Waktu Kegiatan
Desember 2021

2. Penyemprotan destan
13.00 – 17.00
3. Mengaduk pakan

17.00 – 18.00 4. Mengangkut sisa kotoran hewan di


bawah kandang
5 Minggu,18 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan di

17.00 – 18.00 bawah kandang

6 Kamis,22 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan


Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

Mengangkut sisa kotoran hewan di

17.00 – 18.00 bawah kandang

7 Jumat,23 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan


Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan

17.00 – 18.00 di bawah kandang Pemberian


pakan
No Hari / Tanggal Waktu Kegiatan

8 Sabtu,24 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan


Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Pengumpulan telur

17.00 – 18.00

9. Minggu,25 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan


Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

Mengangkut sisa kotoran hewan di

17.00 – 18.00 bawah kandang


4. Pengumpulan telur
10. Senin,26 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan

17.00 – 18.00 di bawah kandang


5. Pengumpulan telur
11. Selasa,27 07.00 – 09.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan


No Hari / Tanggal Waktu Kegiatan
17.00 – 18.00 di bawah kandang
5. Pengumpulan telur
12. Rabu,28 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan


di bawah kandang
5. Pengumpulan telur
13. Kamis,29 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan


di bawah kandang
5. Pengumpulan telur
14. Jumat,30 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan


di bawah kandang
5. Pengumpulan telur
15. Sabtu,31 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
Desember 2021
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan


No Hari / Tanggal Waktu Kegiatan
di bawah kandang
5. Pengumpulan telur
16. Minggu, 1 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
Agusus 2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Pengumpulan telur
17. Senin, 2 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Mengangkut sisa kotoran hewan


di bawah kandang
5. Pengumpulan telur
18. Selasa, 3 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Pengumpulan telur
19. Rabu, 4 Januari 07.00 – 10.00 1. Pengenalan kandang
2022
2. Pemberian pakan

13.00 – 17.00 3. Penyemprotan destan

4. Mengaduk pakan

5. Pengumpulan telur
20. Kamis, 5 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
2022
No Hari / Tanggal Waktu Kegiatan
2. Penyemprotan destan
13.00 – 17.00
3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

5. Pengumpulan telur
21. Jumat, 6 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan
2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

22. Sabtu, 7 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

23. Minggu,8 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

24. Senin, 9 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

25. Selasa,10 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


No Hari / Tanggal Waktu Kegiatan
2022

2. Penyemprotan destan
13.00 – 17.00
3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

26. Rabu, 11 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

27. Kamis,12 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

28 Jumat, 13 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur

29 Sabtu, 14 Januari 07.00 – 10.00 1. Pemberian pakan


2022
2. Penyemprotan destan

13.00 – 17.00 3. Mengaduk pakan

4. Panen/pengumpulan telur
Sumber : Jadwal kegiatan PKL di CV.D’Sialle Farm Kabupaten Gowa, 2021-2022.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Kerja Lapangan Pada CV.D’Sialle


Farm

CV. D’Sialle Farm merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di

bidang usaha peternakan ayam petelur (layer) yang meproduksi telur dan

memasarkan hasil ternak nya berupa telur ke berbagai pasar ada di wilayah

perdaganganya. Inti Tani Satwa didirikan oleh pengusaha perunggasan dan

perikanan yang sudah berpengalaman selama 20 tahun.

Perusahaan peternakan CV.D’Sialle Farm terletak di Desa Julukanaya,

Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Perusahaan ini

memelihara ayam fase Layer sebanyak 4200 ekor.

Iklim Kabupaten Gowa tergolong muson tropis dengan dua musim

penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tahunan di wilayah kabupaten ini

berkisar pada angka 2000-3000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar

antara 100-180 hari hujan pertahun . Suhu udara di wilayah kabupaten ini adalah

berkisar pada angka 22℃ -33℃ dengan tingkat kelembapan nibi ±81% Secara

geografis daerah ini terdiri wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi

denagn ketinggian 10-2800 meter di atas permukaan laut. Namun demikian

wilayah kabupaten gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar

72,26% terutama di bagian timur hingga selatan.dari total luas kabupaten gowa

35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat yaitu daerah dataran

tinggi.
Berikut adalah visi misi pada CV.D’Sialle Farm Kabupaten Gowa:

“Menghadirkan model bisnis peternakan lokal yang profesional dan berdaya saing

tinggi dalam peternakan”.

Sedangkan Misi dari CV.D’Sialle Farm yaitu :

“Beternak untu kebermanfaatan”

CV.D’Sialle Farm merupakan salah satu peternakan ayam petelur (layer)

yang berada di Dusun Julukanaya, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

CV.D’Sialle Farm memiliki 2 kandang yang dengan masing-masing kandang

mempunyai kapasitas sebanyak 2100 dengan total keseluruhan ±4200 ekor.

Gambar 1 Lokasi praktik kerja lapang

Gambar 2 kandang 1 Gambar 3 kandang 2


B. Manajemen Pengolahan Limbah

Desa Julukanaya yang berada di Kecamatan Pallangga merupakan salah

satu lokasi budidaya ayam petelur. Peternakan ayam petelur di Desa Julukanaya

banyak yang menghasilkan limbah kotoran ayam setiap harinya. Adanya kotoran

ayam menimbulkan masalah bau busuk yang berdampak buruk terhadap

lingkungan, sehingga perlu dilakukan pengobatan. Memanfaatkannya adalah salah

satu pendekatan yang dapat digunakan.

Limbah kotoran ayam petelur di peternakan ayam CV. D’Sialle Farm,

Desa Julukanaya ,Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa dikeluarkan setiap

harinya rata-rata 0,06 kg/ekor, artinya setiap 1000 ekor ayam 60 kg/hari jadi untuk

4200 ekor sekitar 252 kg/hari lalu di kali sebanyak 30 hari yakni 7.560 kg dengan

kandungan bahan kering sebanyak 26% yakni 1.965,6 kg. rataan tiap karung yaitu

20kg artinya tiap bulanya dapat menhasilkan ±98 karung yang diproduksi oleh

peternakan ayam petelur CV.D’Sialle Farm milik warga di desa Julukanaya,

Harga terkini untuk kotoran ayam ini yang belum kelola berkisar Rp 10.000.

Kecamatan Pallangga. Terkadang pada pengolahan limbah di CV.D’Sialle

Farm dilakukan pengompasan guna memanfaatkan sisa kotoran ayam tersebut

sebagai bahan baku pengompasan. Hasil pengompasan tersebut di manfaatkan

pada lahan pertanian sang pemilik usaha peternakan.


Gambar 4 pengangkutan limbah Gambar 5 pengangkutan kotoran ayam
Dampak negatif dari industri peternakan ayam sebagian besar disebabkan

oleh limbah yang dihasilkan oleh ayam pedaging. Air limbah, kotoran ayam, dan

bau yang tidak sedap adalah jenis limbah yang paling umum dihasilkan oleh

pemeliharaan unggas. Bau busuk disebabkan oleh komponen nitrogen dan sulfida

dalam kotoran ayam, yang terurai menjadi gas amonia, gas nitrit, dan gas

hidrogen sulfida selama proses dekomposisi. Polusi di udara. Menurut Fontenot et

al. (1983), ayam menghasilkan 0,06 kg limbah segar setiap hari per ekor, dengan

persentase bahan kering 26%, yang dapat menghasilkan gas yang berbau.

(Fradinata & Yaman, 2021)

Peternakan ayam merupakan sektor penting pada pemenuhan kebutuhan

pangan manusia akan protein hewani. Hal ini ditandai dengan meningkatnya

produksi daging dan telur ayam yang sangat pesat. Pada tahun 2019 populasi

ayam petelur di Sulawesi selatan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai

angka 7.859.015 ekor meningkat dari tahun 2020. kemudian terus mengalami

peningkatan
mencapai 11.312.434 ekor Peternakan ayam petelur menghasilkan telur ayam

yang dapat dikonsumsi masyarakat luas. Banyaknya peternak ayam petelur yang

semakin meningkat dari tahun ke tahun, menyebabkan melimpahnya limbah

kotoran ayam petelur. (BPS)

Pemilik usaha peternakan tersebut dalam pengelolan sisa kotoran paling

sering memasarkan hasil sisa kotoran tersebut ke para pengusaha di sektor

pertanian untuk di manfaatkan. Hasil sisa kotoran tersebut juga terkandang di jual

ke sektor budi daya lele guna untuk di manfaatkan sebagai pakan fermentasi

berbasis limbah.

Gambar 6 Pemuatan kotoran ayam untuk dijual ke luar


daerah
Jika limbah ini dibiarkan akan mengganggu produksi utama dari

peternakan tersebut. Selain itu juga 26% kandungan bahan kering kotoran ayam

tersebut dapat menimbulkan gas yang berbau. Bau tersebut yang dimaksud adalah

berasal dari kandungan gas amoniak yang tinggi dan gas H2S (Hidrogen Sulfida),

dimetil sulfida, karbon disulfida, dan merkaptan. Senyawa tersebut dapat

terbentuk dalam kondisi anaerob seperti tumpukan kotoran yang masih basah. Ini

menjadi masalah bagi masyarakat sekitar. memanfaatkan limbah kotoran ayam

petelur tersebut menjadi pupuk kompos sehingga kotoran ayam petelur dapat

bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan tidak

dimanfaatkan sama sekali. (Harahap et al., 2019)

kompos ayam yang dapat digunakan oleh sang pemilik usaha peternakan

(tujuan jangka pendek), dan tujuan jangka panjang adalah untuk menjual kompos

tersebut kepada konsumen lain untuk di manfaatkan pada sektor pertanian dengan

volume serta kapasitas yang besar baik di dalam maupun di luar Desa Julukanaya,

sehingga meningkatkan pendapatan peternak dan juga menunjang pemenuhan

kebutuhan pakan yang menjadi masalah oleh para peternak yang tiap hari makin

melunjak harga nya di pabrik


Proses pembuatan kompos dilakukan dengan mencampurkan bekatul yang

kaya akan hara protein dan vitamin dengan kotoran ayam dengan perbandingan

sebagai berikut, dedak/bekatul: sekam padi: kotoran ayam: Air = 3 : 3: 2: 2.

Kemudian menambahkan air hingga kadar air 20-30%, ditambahkan aktivator

EM4 5 sendok makan/liter air, lalu diaduk. Setelah pencampuran bahan selesai

dimasukkan ke dalam bak pengomposan atau dapat juga menggunakan terpal.

Diaduk setiap 1 (satu) minggu sekali selama 1 (satu) bulan. Kompos sudah jadi,

bila suhu sudah stabil, kemudian ditambahkan kapur sebanyak 1% sehingga

kompos menjadi kering, siap digunakan.

Gambar 7 pembuatan kompos 1 Gambar 8 pembuatan kompos 2

.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan kesimpulan maka dapat di simpulkan bahwa :

Pemanfaatan limbah kotoran ayam sebagai bahan baku pembuatan kompos

merupakan teknologi alternatif yang dapat digunakan dan memiliki hasil yang

menjanjikan. Kompos tersebut dapat digunakan untuk menyuburkan lahan

pertanian dan kehutanan, serta mengatasi masalah limbah peternakan ayam, dan

dapat juga dijual kepada masyarakat umum sehingga kompos kotoran ayam dapat

membantu warga dalam meningkatkan pendapatan peternak ayam petelur di Desa

Julukaya.

B. Saran

Untuk mempermudah pengumpulan kotoran ayam yang ingin di buat

kompos atau di jual ke konsumen lain yang membutuhkan limbah tersebut

sebaiknya areal bawah kandang tersebut di buatkan penutup pada aliran air sebab

bila air terus-terus masuk dapat merusak kualitas bahan baku kompos tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Charles, R-T dan B. Hariyono, 1991, Pencernaran Lingkungan oleh Limbah


Peternakan dan Pengelolaannya, Bull, FKG-UGM, X(2):71-75.
Defari, E. K., Senoaji, G., & Hidayat, F. (2014). PEMANFAATAN LIMBAH
KOTORAN AYAM SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN
KOMPOS. Dharma Raflesia: Jurnal Ilmiah Pengembangan dan Penerapan
IPTEKS, 12(1).
DEPTAN, 1991, Surat Keputusan Menteri Pertanian, SK Mentan No.
237/Kpts/RC. 410/1991, Departemen Pertanian RI, Jakarta.
Fadillah, R., A. Polana., S. Alam., dan E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam
Broiler. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Fradinata, E., & Yaman, A. (2021). Pemanfaatan Limbah Kotoran Ayam Broiller
di Aceh Jaya. 1(September), 90–97.
Halim, A. (2020). PENGOLAHAN LIMBAH AYAM PETELUR SEBAGAI
PUPUK ORGANIK The. (September), 19–22.
https://doi.org/10.25047/proc.anim.sci.2020.26
Harahap, D. N., Fitrana, S., Bawamenewi, N. P., Diana, L. E., & Mardiana, N.
(2019). PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN AYAM PETELUR DI
PETERNAKAN BANGUN REZEKI DESA TUNTUNGAN I KECAMATAN
PANCUR BATU. 1–8.
Mappanganro, R., Syam, J., & Ali, C. (2018). Tingkat Penerapan Biosekuriti
Pada Peternakan Ayam Petelur Di Kecamatan Panca Rijang Kabupaten
Sidrap. 4, 60–73.
Prihatman, Kemal. 2000. Tentang Budidaya pertanian Rambutan (Nephelium
lappeceum). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.

Produksi Telur Ayam Petelur menurut Provinsi.2021.


https://www.bps.go.id/indicator/24/477/1/populasi-ayam-ras-petelur-
menurut-provinsi.html diakses tanggal 18 Januari 2022
Purwaningsih, D. L. (2014). Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas
Tanjungpura. 2(September 2014), 74–88.
Rahayu, Iman, Sudaryani, Titik., Santosa, Hari.2011. Panduan Lengkap Ayam.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahmadi, F. I. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur di Peternakan Dony
Farm Kabupaten Magelang. Program Diploma III Agribisnis Peternakan.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Setyono, Dwi Joko; Maria Ulfah; Sri Suharti. 2013. Sukses Meningkatkan
Produksi Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta
Singh, R. P. (2012). Organic fertilizers: Types, Production and Environmental
Impact. New York: Nova Science Publisher Inc.
Sularso, Edy; Budi Hartono; Hari Dwi Utami. 2013. Analisis Ekonomi Usaha
Peternakan Ayam Petelur di Ud. Hs Indra Jaya Desa Ponggok Kecamatan
Ponggok Kabupaten Blitar. Universitas Brawijaya. Malang
Suprijatna, E. Atmomarsono, U. Kartasudjana, Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Utami, M. M. D., Sutirtoadi, A., Jawawi, A. J. A., & Dewi, A. C. (2020).
Evaluation of the quality of organic fertilizer on different ratio of cow
manure and laying hens manure. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 411(1), 1-5.
Zulfikar. (2013). MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PETELUR RAS (Pasca
Sarjana Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), ed.). Aceh.

Anda mungkin juga menyukai