Anda di halaman 1dari 17

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT PENYEMBUHAN LUKA KAKI


DIABETIK DI KLINIK KITAMURA PONTIANAK

MUHAMMAD RIDWAN CANDHIKA PUTRA


NIM I1031131055

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PENYEMBUHAN LUKA KAKI DIABETIK
DI KLINIK KITAMURA PONTIANAK

(Factors Inhibitor Wound Healing Of Diabetic Foot Ulcer At The Kitamura Clinic Pontianak)

Muhammad Ridwan1, Sukarni2, Usman3

1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura mr_caendhika@yahoo.com
2
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura sukarni84sgd@gmail.com
3
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Usmanudan@stikmuhptk.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menempati urutan
keenam sebagai penyebab kematian di dunia. Berbagai komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit
DM berdampak pada multi organ seperti mata, ginjal, jantung, kulit, dan ekstremitas. Pada
ekstremitas, komplikasi yang paling umum terjadi yaitu luka kaki. Penyembuhan luka adalah proses
dinamis yang terdiri dari empat fase kontinyu. Terhambatnya penyembuhan luka kaki pada penderita
DM dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kebiasaan merokok, kadar gula darah, nutrisi,
sirkulasi, dan obesitas.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok, kadar gula darah, nutrisi, sirkulasi, dan
obesitas dengan terhambatnya proses penyembuhan luka kaki di Klinik Kitamura Pontianak
Metode: Penelitian ini analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel 36 orang
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Analisis pada penelitian untuk variabel
kebiasaan merokok, nutrisi dan obesitas menggunakan Uji Fisher, untuk variabel kadar gula darah
dan sirkulasi menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil: Hasil analisis kebiasaan merokok nilai p = 0,691 (p > 0,05), kadar gula darah nilai p = 0,031
(p < 0,05), nutrisi nilai p = 0,031(p < 0,05), sirkulasi nilai p = 0,005 (p < 0,05) dan obesitas nilai p =
1,000 (p > 0,05).
Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar gula darah, nutrisi, dan sirkulasi dengan penghambat
penyembuhan luka kaki diabetik di Klinik Kitamura Pontianak. Tidak terdapat hubungan antara
kebiasaan merokok dan obesitas dengan penghambat peyembuhan luka kaki diabetik di Klinik
Kitamura Pontianak.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Luka Kaki Diabetik, Penghambat Penyembuhan Luka,
Referensi : 56 (2002-2017)

ABSTRACT

Background: The Diabetes mellitus ( DM) is non infectious disease in sixth as the cause of death.The
complications caused by disease DM impact on multiple organ as eyes, kidney, heart, the skin, and
extremities. On the limb, a complication most common take place among foot injury. The prevalence
of wound each foot it increased and needed a long time in the healing process. Healing wound is a
process dynamic consisting of four continuous phase. It healing wound feet on the DM can be caused
by several factors among others smoking, blood sugar, nutrition, circulation, and obesity.
Purpose: To know the smoking , blood sugar , nutrition , circulation , and obesity with it the healing
process wound feet at the Kitamura Clinic pontianak.
Method: This research with analytic quantitative approach cross sectional . Sample 36 people with
technique purposive sample collection of sampling . Analysis on research to variable smoking habit ,
nutrition and obesity using test fisher , to variable blood sugar concentration and circulation test chi-
square use.
Result: The results of the analysis smoking habit the value of p = 0,691 ( p > 0.05 ) , blood sugar
concentration the value of p = 0,031 ( p < 0.05 ) , nutrition value p = 0,031 ( p < 0.05 ) , circulation
the value of p = 0,005 ( p < 0.05 ) and obesity the value of p = 1,000 ( p > 0.05 )

3
Conclusion: There was a correlation between blood sugar, nutrition, and circulating with inhibitor
wound healing of diabetic foot ulcer at the Kitamura Clinic pontianak. There was no correlation
between smoking habit and obesity with inhibitor wound healing of diabetic foot ulcer at the
Kitamura Clinic pontianak.

Keyword : Diabetes Mellitus, Diabetic Foot Ulcer, Inhibitor Wound Healing


References : 56 (2002-2017)

PENDAHULUAN pertumbuhan jaringan epitel di atas permukaan


luka, dan distribusi kolagen yang sesuai untuk
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit
memberikan kekuatan pada jaringan
tidak menular yang menempati urutan keenam
penyembuhan. Jika luka tidak ditangani dengan
sebagai penyebab kematian di dunia.
benar maka akan memerlukan tindakan lanjut
Diperkirakan sekitar 382 juta orang di dunia
yaitu amputasi (Guo dan DiPietro, 2010)
mengidap DM dengan tingkat prevalensi global
8,4% dan akan terus meningkat menjadi 592 juta
Pencegahan amputasi pada pasien dengan luka
orang pada tahun 2035 dengan tingkat prevalensi
kaki memerlukan tindakan berupa manajemen
menjadi 55% (WHO, 2013). Berbagai
yang baik. Hal yang penting dalam tatalaksana
komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit DM
luka adalah kebersihan luka. Suplai oksigen yang
berdampak pada multi organ seperti mata, ginjal,
baik juga memberikan dampak positif bagi
jantung, kulit, dan ekstremitas. Pada ekstremitas,
penyembuhan luka karena nutrisi yang dibawa
komplikasi yang paling umum terjadi yaitu luka
oleh darah terpenuhi dalam proses penyembuhan
kaki (Decroli, 2008 dan PERKENI, 2011).
luka. Manajemen lainnya yang dapat dilakukan
berupa perawatan luka dan mengurangi beban
Luka kaki diabetik (LKD) merupakan suatu
kaki. Menggunakan balutan yang tepat dan
kerusakan pada integritas kulit yang ditandai
efektif merupakan cara dalam perawatan luka,
dengan luka terbuka pada lapisan kulit sampai
sedangkan mengurangi aktivitas seperti berjalan
kedalam bagian kulit dermis dan biasanya luka
salah satu dalam mengurangi beban kaki
kaki ini terjadi di bagian telapak kaki (Hariani,
(Hariani, 2010; Wijonarko, 2012; Wesnawa,
2010). Prevalensi luka kaki diabetik di Amerika
2014; Wibowo, 2015).
(1,0%-4,1%), Kenya (4,6%), Nigeria (19,1%),
dan Iran (20%) (Desalu et al, 2011). Menurut
Penyembuhan luka normal adalah tingkat yang
Penelitian dari Yusuf (2013) Prevalensi LKD
diukur dengan pengurangan luas luka seiring
yang terjadi di Indonesia sebesar 25% pada home
dengan perjalanan waktu dimana dapat
care setting dan di tahun 2015, kejadian LKD
dibandingkan dari masing-masing individual.
sebesar 12%.
Penyembuhan luka terhambat adalah
penyembuhan yang memakan waktu lebih lama
Pada manusia dewasa, penyembuhan luka yang
dari yang diantisipasi atau diberikan terapi yang
optimal melibatkan peristiwa yaitu hemostasis
tepat (White R, 2010). Penyembuhan luka
yang cepat, inflamasi yang sesuai, proliferasi,

4
normal pada fase proliferasi akan sembuh dalam akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut
waktu 3 minggu, jika ada perpanjangan waktu maupun relatif. Diabetes menyebabkan
satu sampai dua minggu pada fase proliferasi hemoglobin memiliki afinitas yang lebih besar
maka luka dikatakan terhambat ringan dan jika untuk oksigen, sehingga hemoglobin gagal
perpanjangan waktu sampai tiga minggu maka melepaskan oksigen ke jaringan. Hiperglikemia
luka dikatakan terhambat sedang, dan jika luka menganggu kemampuan leukosit untuk
lebih dari 4 minggu maka luka dikatakan melakukan fagositosis dan juga mendorong
terhambat berat (Weledji, 2014 dan Yunita, pertumbuhan infeksi jamur dan ragi yang
2015). Terhambatnya penyembuhan luka pada berlebihan hal ini menyebabkan penyembuhan
penderita DM dapat disebabkan oleh beberapa luka menjadi terhambat (Nurani, 2015).
faktor antara lain kebiasaan merokok, kadar gula
darah, nutrisi, sirkulasi, dan obesitas (Guo dan Nutrisi merupakan faktor yang memengaruhi
DiPietro, 2010; Handayani. 2016). penyembuhan luka. Nutrisi memiliki peranan
penting dalam proses penyembuhan luka, yaitu
Kebiasaan merokok dapat berpengaruh terhadap pada seseorang yang gizinya tidak tercukupi atau
penyembuhan luka, diperkirakan bahwa asap malnutrisi maka penyembuhan luka akan
rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa terhambat, hal ini dikarenakan pada keadaan
beracun. Racun utama yang menyebabkan malnutrisi seseorang mengalami kurangnya
gangguan penyembuhan luka adalah nikotin, gas konsumsi protein, karbohidrat dan lemak. Zat-zat
karbon monoksida dan hidrogen sianida. Racun tersebut sangat dibutuhkan dalam penyembuhan
yang paling sering dari tembakau dan erat luka (Ekaputra, 2013).
kaitannya dengan hipoksia jaringan adalah
nikotin. Nikotin adalah alkaloid berwarna yang Faktor lain yang menghambat penyembuhan luka
cepat diserap selama merokok, hal ini diduga yaitu sirkulasi. Sirkulasi yang tidak baik dapat
bertindak sebagai komponen utama dari memengaruhi gangguan aliran dalam pembuluh
berkurangnya aliran darah karena vasokonstriksi. darah, sehingga jaringan akan sedikit memiliki
Beberapa studi menunjukkan bahwa nikotin oksigen. Dalam konteks penyembuhan, ketika
berbahaya bagi kulit dan jaringan subkutan jaringan memiliki sedikit oksigen maka akan
karena merangsang sistem saraf simpatik untuk terjadi hipoksia. Sirkulasi yang baik sangat
melepaskan katekolamin, yang memicu dibutuhkan untuk mempertahankan proses
vasokonstriksi perifer dan mengurangi jaringan penyembuhan luka yang adekuat. Tampak secara
perfusi. Adanya gangguan aliran darah klinik, pada daerah yang vaskularisasi nya baik
menyebabkan proses penyembuhan luka seperti bagian tubuh wajah dan lidah, luka
terhambat (McDaniel, 2014). sembuh dengan cepat, pada jaringan yang
Pasien dengan DM atau penyakit gula adalah memiliki vaskularisasi yang buruk seperti bagian
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa tubuh tendon dan kartilago, luka sembuh dengan
darah yang melebihi normal (hiperglikemia) lambat (Guo dan DiPietro, 2010).

5
Beberapa penelitian juga mengatakan obesitas Hasil dari beberapa penelitian yang berkaitan
merupakan faktor risiko yang menjadi gangguan dengan faktor-faktor penghambat penyembuhan
penyembuhan, jaringan adiposa yang terdapat luka pada kaki diabetik, peneliti belum
pada orang obesitas memiliki vaskularisasi yang menemukan faktor mana yang lebih dominan
buruk, disamping itu fungsi jantung sering berkaitan dengan faktor yang menghambat
terganggu pada pasien obesitas dan mengurangi proses penyembuhan Luka Kaki Diabetik di
perfusi jaringan. Perlunya dukungan oleh Klinik Kitamura Pontianak.
perawat dalam mengoptimalkan penyembuhan
luka pada pasien luka kaki dengan obesitas (Guo BAHAN DAN METODE
dan DiPietro, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian analitik observasional
Berdasarkan penelitian dari Bereznicki (2012) yang menggunakan pendekatan cross sectional.
yang berjudul “Factors affecting wound healing” Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Kitamura
menyatakan faktor penghambat penyembuhan Pontianak. Penelitian ini dilakukan pada tanggal
luka yaitu status nutrisi, medikasi dan gaya 18 Juli – 1 Agustus 2017
hidup, pengkajian luka, dan seleksi dressing.
Berdasarkan penelitian dari Hasan (2014) yang Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian
berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan ini sebesar 36 responden dengan kriteria inklusi
dengan proses penyembuhan ulkus diabetikum yaitu: Pasien dengan luka kaki diabetik yang
pada rumah sakit di provinsi gorontalo” melakukan perawatan luka di Klinik Kitamura,
menyatakan bahwa beberapa faktor yang berusia >20 Tahun, dapat berkomunikasi dalam
memengaruhi penyembuhan luka kaki yaitu usia, Bahasa Indonesia, luka lebih dari 3 Minggu.
manajemen perawatan luka, nutrisi, infeksi. Adapun yang menjadi kriteria ekslusi pada
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penelitian ini Pasien dengan gangguan jiwa,
peneliti lakukan di Klinik Kitamura pada tanggal penurunanan kesadaran, dan atau gangguan
31 Mei 2017 didapatkan angka kunjungan pasien kognitif , Pasien dengan penyakit penyerta
dengan LKD yang terhambat pada bulan Mei seperti gagal ginjal kronik, stroke, penyakit
yaitu 40 orang. Berdasarkan hasil wawancara jantung koroner.
kepada tiga orang penderita luka kaki DM
didapatkan bahwa satu orang mengatakan luka Instrumen penelitian adalah suatu alat yang
yang pasien alami akan sembuh dalam waktu tiga digunakan untuk mengobservasi, mengukur atau
bulan namun karena tidak dapat mengontrol menilai suatu fenomena (Dharma, 2015).
kadar gula yang tinggi luka tidak sembuh pada Instrumen penelitian yang digunakan peneliti
waktunya dan kedua orang lainnya mengatakan adalah lembar pengkajian. Lembar pengkajian
tidak dapat mengontrol makanan sehingga waktu yang berisi pengkajian merokok, hasil
penyembuhan luka lebih lama. laboratorium berupa GDS dan Albumin Serum,
pengecekan ABI untuk mengetahui sirkulasi,

6
timbangan berat badan dan mengukur tinggi (55,6 %), responden dengan usia terbanyak
badan untuk mengetahui obesitas adalah 49-54 tahun yaitu 14 orang (38,9 %).

Analisa univariat pada penelitian ini meliputi Tabel Hubungan kebiasaan merokok dengan
karakteristik responden yaitu jenis kelamin dan terhambatnya penyembuhan luka kaki
usia. Analisa Bivariat pada penelitian ini dari
untuk variabel kebiasaan merokok , nutrisi dan Penghambat penyembuhan
luka
obesitas menggunakan uji Fisher, sedangkan
Variabel Sedang Berat
variabel kadar gula darah dan sirkulasi
menggunakan uji Chi-Square. n % n % p
Kebiasaan
Merokok
Pengumpulan data dilakukan kepada pasien luka
Tidak
kaki diabetik yang berkunjung ke Klinik Merokok 10 35,7% 18 64,2% 0,691

Kitamura Pontianak. Etika penelitian Merokok 2 25% 6 75%


menggunakan prinsip memper hitungkan
Total 12 33,3% 24 66,6%
manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(Balancing Harm and Benefits), menghormati Tabel diatas menunjukkan hasil uji statistik
dan menghargai hak-hak (Respect For Human Fisher nilai p yang didapatkan adalah 0,691
Dignity), menghormati keadilan (Justice), yang berarti nilai p > 0,05 dan dapat disimpulkan
menghormati privasi dan kerahasiaan subyek bahwa tidak terdapat hubungan kebiasaan
penelitian. merokok dengan terhambatnya penyembuhan
luka kaki diabetik di Klinik Kitamura Pontianak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tabel Hubungan kadar gula darah dengan
Tabel Karakteristik responden berdasarkan Jenis terhambatnya penyembuhan luka kaki.
Kelamin dan usia (N=36) Penghambat
No Karakteristik Responden f % penyembuhan luka
1 Jenis Laki – Laki 16 44,4
Kelamin Perempuan 20 55.6 Variabel Sedang Berat

2 Usia 37- 42 Tahun 1 2,8 n % n % p


43- 48 Tahun 7 19,4 Kadar Gula
49- 54 Tahun 14 38,9 Darah
55- 60 Tahun 10 28,7
61 - 65 Tahun 4 11,1 Hiperglikemi 10 47,6% 11 52,3% 0,031

Normal 2 13,3% 13 86,6%


Berdasarkan tabel diatas dapat dapat diketahui
Total 12 33,3% 24 66,6%
bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin
terbanyak adalah perempuan yaitu 20 orang Tabel diatas menunjukka hasil uji statistik Chi-
Square nilai p yang didapatkan adalah 0,031

7
yang berarti nilai p < 0,05 dan dapat disimpulkan Tabel diatas menunjukkan hasil uji statistik Chi-
bahwa terdapat hubungan kadar gula darah Square nilai p yang didapatkan adalah 0,005
dengan terhambatnya penyembuhan luka kaki yang berarti nilai p < 0,05 dan dapat disimpulkan
diabetik di Klinik Kitamura Pontianak bahwa terdapat hubungan sirkulasi dengan
terhambatnya penyembuhan luka kaki diabetik di
Tabel Hubungan nutrisi dengan terhambatnya Klinik Kitamura Pontianak.
penyembuhan luka kaki
Penghambat Tabel Hubungan obesitas dengan terhambatnya
penyembuhan luka
penyembuhan luka kaki
Variabel Sedang Berat
Penghambat penyembuhan
N % n % p luka
Nutrisi
Variabel Sedang Berat
Tidak
Normal 11 45,8% 13 54,1% 0,031 n % n % p
Obesitas
Normal 1 8,3% 11 91,6%
Tidak
Total 12 33,3% 24 66,6% Obesitas 11 33,3% 22 66,6% 1,000

Obesitas 1 33,3% 2 66,6%


Tabel diatas menunjukkan hasil uji statistik
Total 12 33,3% 24 66,6%
Fisher nilai p yang didapatkan adalah 0,031
yang berarti nilai p < 0,05 dan dapat disimpulkan
Tabel diatas menunjukkan hasil uji statistik
bahwa terdapat hubungan nutrisi dengan
Fisher nilai p yang didapatkan adalah 1,000
terhambatnya penyembuhan luka kaki diabetik di
yang berarti nilai p > 0,05 dan dapat disimpulkan
Klinik Kitamura Pontianak.
bahwa tidak terdapat hubungan obesitas dengan
terhambatnya penyembuhan luka kaki diabetik di
Tabel Hubungan sirkulasi dengan terhambatnya
Klinik Kitamura Pontianak.
penyembuhan luka kaki

Penghambat Pembahasan
penyembuhan luka
Jenis Kelamin
Variabel Sedang Berat
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
n % n % P perempuan lebih dominan mengalami luka kaki
Sirkulasi
diabetik, hal ini dapat dilihat dari kunjungan
Tidak pasien yaitu 20 orang berjenis kelamin
Normal 2 11,1% 16 88,8% 0,005
perempuan dan 16 orang berjenis kelamin laki-
Normal 10 55,5% 8 44,4%
laki. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan luka
Total 12 33,3% 24 66,6% kaki diabetik dapat menyerang laki-laki maupun
perempuan, namun dari segi penyembuhan luka

8
laki-laki maupun perempuan memiliki proses yang terhambat yaitu usia 49 keatas hal ini
penyembuhan luka yang berbeda. dikarenakan semakin bertambah usia seseorang
akan mengalami kemunduran fungsi tubuh.
Menurut teori jenis kelamin perempuan lebih
cepat proses penyembuhan lukanya Menurut sebuah studi faktor usia merupakan
dibandingkan dengan laki-laki. Pada perempuan faktor internal, biasanya semakin tua seseorang
hormon estrogen sangat berperan dalam maka semakin lama poses penyembuhannya,
penyembuhan luka. Hormon estrogen ini karena terjadi penurunan dalam regenerasi sel -
berfungsi untuk memperbaiki penyembuhan luka sel jaringannya, hal ini ditandai dengan
yaitu melalui regulasi berbagai ekspresi gen yang perbedaan signifikan di dalam struktur dan
dimana berhubungan dengan regenerasi, karakteristik kulit. Perubahan- perubahan yang
produksi matriks, penghambat protease, fungsi memperburuk sejalan dengan usia meliputi
epidermal, dan gen-gen yang berkaitan dengan penurunan frekuensi penggantian sel epidermis,
inflamasi, sementara pada laki-laki hormon respons inflamasi terhadap cedera, persepsi
anrogen berpengaruh secara negatif dalam proses sensoris, proteksi mekanis, serta fungsi barier
penyembuhan luka (Guo dan Pietro, 2010). kulit. Menurut WHO, > 60 tahun semakin besar
risiko gangguan penyembuhan luka, dikarenakan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lambatnya infiltrasi sel T ke daerah luka yang
Yunus (2015) bahwa pasien dengan jenis disertai dengan gangguan produksi kemokin dan
kelamin perempuan mendominasi jumlah pasien penurunan kapasitas fagositosis makrofag
ulkus diabetikum yaitu sebanyak 52 orang (62,4 Namun sebaliknya, pada usia yang masih muda,
%), sedangkan pasien dengan jenis kelamin laki- proses penyembuhannya akan semakin cepat
laki berjumlah 32 orang (37,6%). Namun (Marison, 2004; Guo dan Pietro, 2010).
berbanding terbalik dengan penelitian yang Hasil penelitan ini sejalan dengan penelitian
dilakukan oleh Khoirun Rista (2013) yang yang dilakukan oleh Yunus (2015) yaitu usia
menyatakan karakteristik subjek dalam penelitian yang paling dominan terdapat pada kelompok
yaitu subjek dengan jenis kelamin pria 13 orang usia 45- >90 tahun yaitu sebanyak 75 orang
(81%), dan subjek dengan jenis kelamin (88,2%) sedangkan usia 35-44 tahun sebanyak 10
perempuan 3 orang (19%). orang (11,8%). Sama halnya dengan penelitian
Khoirun Rista (2013) yang menyatakan
Usia karakteristik subjek dalam penelitian yaitu subjek
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan usia yang dengan usia >40 adalah usia terbanyak yaitu 15
mengalami luka kaki diabetik mulai dari usia 30 orang (94%).
hingga 60 keatas hal ini dapat disimpulkan luka
kaki diabetik dapat menyerang usia dewasa muda
sampai lansia. Usia dominan yang paling banyak
mengalami luka kaki dengan penyembuhan luka

9
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan pasien yang merokok dikarenakan merokok
Terhambatnya Penyembuhan Luka Kaki dapat menyebabkan gangguan sel darah putih,
Diabetik sehingga angka produksi monosit dan makrofag
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tidak sedikit dan rokok dapat mengurangi aktivitas
terdapatnya hubungan, ini karena jumlah neutrofil bakterisid, Fungsi limfosit,
kunjungan penderita DM yang mengalami luka sitotoksisitas sel pembunuh alami terhambat.
kaki di klinik kitamura sebagian besar tidak Selama fase proliferasi penyembuhan luka,
memiliki kebiasaan merokok, hanya 8 responden paparan hasil asap dapat merusak fibroblas,
yang memiliki kebiasaan merokok dan rata-rata menghambat regenerasi epitel, penurunan
responden perempuan hanya sebagai perokok produksi matriks ekstraselular, yang dimana
pasif karena keluarga merekalah yang melakukan komponen itu merupakan hal yang sangat
kebiasaan merokok. Dari 8 responden yang penting dalam proses penyembuhan luka (Guo
memiliki kebiasaan merokok, 5 orang memiliki dan DiPietro, 2010).
nilai Ankle Brachial Index yang tidak normal,
ketidaknormalan ini akibat dari kebiasaan Hasil penelitian ini berbeda halnya dengan
merokok karena ada zat berbahaya yang penelitian dari Hariyanto (2015) yang berjudul
terkandung didalam rokok yaitu nikotin. Zat hubungan antara konsumsi rokok dengan lama
nikotin dapat meracuni saraf tubuh, proses penyembuhan luka operasi elektif steril
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan fase inflamasi di instalansi rawat inap di rumah
penyempitan pembuluh darah tepi. Pembuluh sakit umum daerah dr. saiful anwar malang uji
darah yang sempit menyebabkan sirkulasi tidak statistic non parametric menunjukkan approx
lancar sehingga suplai oksigen tidak maksimal, sign 0,000 yang bermakna Ho tertolak, sehingga
proses penyembuhan luka akan berpengaruh ada hubungan antara riwayat kebiasaan merokok
apabila suplai oksigen tidak sampai atau kurang terhadap waktu proses penyembuhan luka. Hasil
pada tempat terjadinya luka. Hal ini dikarenakan penelitian ini juga tidak sebanding dengan
bahwa proses penyembuhan luka terutama fase penelitian yang dilakukan oleh McRobert (2013)
inflamasi sangat dipengaruhi oleh efektivitas “Smoking and its effects on the healing process
suplai darah terhadap jaringan yang mengalami of chronic wounds” yang menyatakan bahwa
injuri. Tidak merokok berarti meminimalisir merokok ada hubungannya dengan penyembuhan
hambatan pada sistem pembuluh darah maupun luka yang tertunda. Risiko yang terkait dengan
transpor kualitas darah yang dibawa, sehingga terus merokok seperti penurunan aliran darah dan
kebutuhan nutrisi dan oksigen untuk proses oksigen ke luka, peningkatan risiko infeksi,
penyembuhan akan terpenuhi. penyembuhan lebih lambat, dan penurunan
kekuatan jaringan parut. Penting bagi pasien
Berdasarkan teori menyatakan bahwa merokok untuk melakukan penghentian merokok karena
menjadi penyulit dalam proses penyembuhan akan berdampak positif seperti peningkatan
luka. Terhambatnya penyembuhan luka pada mobilitas atau aktivitas setelah penyembuhan

10
luka, menyebabkan asupan nutrisi yang lebih sedang mengalami peningkatan atau
baik dan penyembuhan luka lebih cepat. hiperglikemi maka darah didalam tubuh
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wound seseorang itu akan mengental akibat terlalu
Healing Research Unit (2010) “The effects of banyaknya gula di dalam darah. Efek lainnya
smoking on the wound healing process” kondisi ini menyebabkan pembuluh darah
menyatakan bahwa ada perbandingan yang mengalami penyempitan karena endapan-
signifikan antara penyembuhan luka pasien yang endapan dari hasil gula yang terbentuk.
melakukan kebiasaan merokok dan yang tidak Penyempitan pembuluh darah otomatis
melakukan kebiasaan merokok. Studi ini terdiri menganggu sirkulasi atau aliran darah di dalam
dari kelompok kontrol bukan perokok (N = 30) tubuh, yang mana gejala yang sering dialami
dan perokok (N = 48) hasilnya 49,9% perokok oleh pasien dengan gula darah tinggi yaitu
mengalami masalah nekrosis, infeksi, atau kulit kesemutan inilah efek dari sirkulasi darah yang
mengelupas dengan penyembuhan luka pasien terganggu, sirkulasi darah yang terganggu salah
yang tidak melakukan kebiasaan merokok satu penyebab timbulnya masalah dalam
14,8%. Dari beberapa perbedaan hasil penelitian penyembuhan luka. Responden lainnya yang
diatas, penelitian yang dilakukan Darmawati mengalami kadar gula darah yang tinggi tetapi
(2013) sejalan dengan penelitian ini yang nilai Ankle Brachial Index normal, yang berarti
berjudul “Hubungan faktor-faktor yang aliran darah atau sirkulasi responden tersebut
mempengaruhi penyembuhan luka dengan lama baik, namun penyembuhan luka yang di alami
penyembuhan luka perineum ibu nifas” hasil responden masih tergolong terhambat hal ini
penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara dikarenakan adanya faktor-faktor pencetus
faktor merokok dengan lama penyembuhan luka lainnya seperti ketidaknormalan nilai albumin
perineum dengan pvalue (0,429). atau faktor nutrisi.

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Berdasarkan teori apabila kadar gula darah
Terhambatnya Penyembuhan Luka Kaki seseorang mengalami peningkatan atau tinggi
Diabetik secara terus menerus maka akan menyebabkan
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya terjadinya kerusakan pembuluh darah, saraf serta
hubungan dikarenakan 21 pasien yang struktur internal lainnya di dalam tubuh. Zat-zat
memeriksakan dirinya dengan luka kaki diabetik kompleks yang terdiri dari glukosa akan
memiliki kadar gula yang tinggi meskipun hanya menimbulkan penebalan pada dinding pembuluh
mengalami luka dengan kategori terhambat darah, akibat lainnya juga dapat menimbulkan
ringan maupun mengalami kategori terhambat kebocoran pada pembuluh darah tersebut.
sedang. 21 Responden yang mengalami kadar Penebalan dinding pembuluh darah tersebut
gula yang tinggi 8 darinya memiliki nilai Ankle dapat memberikan suatu dampak yaitu aliran
Brachial Index yang tidak normal hal ini darah akan berkurang, terutama aliran darah yang
dikarenakan sewaktu kadar gula darah seseorang menuju kulit dan saraf. Aliran darah yang kurang

11
menyebabkan proses penyembuhan luka akan Hubungan Nutrisi dengan Terhambatnya
terhambat. Hiperglikemi juga menghambat Penyembuhan Luka Kaki Diabetik
leukosit melakukan fagositosis sehingga rentan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
terhadap infeksi. Luka akan sulit sembuh karena hubungan, nutrisi yang tidak normal dan normal
diabetes mempengaruhi kemampuan tubuh untuk ditemukan pada pada responden dengan
menyembuhkan diri dan melawan infeksi. Maka penyembuhan luka yang terhamat ringan maupun
dari itu apabila seseorang menderita penyakit sedang. Penelitian nutrisi pada penelitian ini
DM dengan kadar gula yang sangat tinggi akan menggunakan hasil laboratorium yaitu nilai
membuat proses penyembuhan luka berjalan Albumin Serum. Pada penelitian ini dari 36
lambat. Pada penderita DM membutuhkan responden 24 memiliki nilai albumin yang tidak
waktu lebih lama dalam penyembuhan luka. Hal normal. Ketidaknormalan nilai albumin memiliki
ini terjadi karena pada penderita DM rentan arti bahwa nutrisi responden tersebut tidak
terhadap infeksi yang terjadi pada luka mencukupi atau kurang dari nilai normal, hal ini
(Marisson,2004;James2008;Pramudiarja,2010;Pu menyebabkan proses penyembuhan luka akan
spitasari,2011;Marwati,2011). terhambat. Proses penyembuhan luka akan lebih
cepat selama nutrisi yang diberikan tepat, karena
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada dari nutrisi yang tepat akan menghasilkan
hubungan antara kadar gula darah dengan pondasi yang kuat untuk mempercepat
penyembuhan luka kaki diabetik hal ini sesuai penyembuhan luka.
dengan penelitian Collins Nancy (2010) “The
Importance of Glycemic Control in Wound Berdasarkan teori menyatakan bahwa proses
Healing” menyatakan dari studi epidemiologi penyembuhan luka memerlukan protein sebagai
bahwa ada hubungan antara kadar gula darah dasar untuk terjadinya jaringan kolagen,
dengan penyembuhan luka kaki. Hasil penelitian penyembuhan luka akan terhambat pada keadaan
lainnya Levigne (2013) “Hyperglycemia seseorang dengan malnutrisi, hal ini karena pada
Increases Susceptibility to Ischemic Necrosis” keadaan malnutrisi kurangnya konsumsi protein,
penelitian ini mengungkapkan ada hubungan karbohidrat dan lemak. Kurangnya kebutuhan
hiperglikemi terhadap kerentananan jaringan nutrisi akan berdampak pada masalah gizi. Untuk
terhadap nekrosis iskemik seperti luka kaki mengetahui masalah gizi dilakukan pemeriksaan
diabetik, penurunan toleransi jaringan terhadap laboratorium. Serum albumin sebagai
iskemik yang disebabkan oleh hiperglikemi dapat pemeriksaan laboratorium yang paling umum
menyebabkan lesi kulit awal, yang akan digunakan untuk mendeteksi masalah gizi.
menyebabkan perkembangan ulkus diabetes. Albumin merupakan molekul protein di dalam
Kontrol glikemik ketat pada pasien dengan luka sel darah merah yang bergabung dengan oksigen
kaki diabetik dapat mengurangi waktu dan karbon dioksida untuk diangkut melalui
penyembuhan luka kaki diabetik. sistem peredaran darah ke sel-sel dalam tubuh.
Fungsi Albumin yaitu mempertahankan tekanan

12
onkotik plasma agar tidak terjadi asites, Andrew Molnar (2014) “Nutrition and Chronic
membantu metabolisme dan tranportasi berbagai Wounds” yang menyatakan bahwa semua aspek
obat-obatan dan senyawa endogen dalam tubuh dengan luka kronik identik dengan dukungan
terutama substansi lipofilik (fungsi metabolit, nutrisi. Pemberian nutrisi harus optimal sesuai
pengikatan zat dan transport carrier), anti- dengan kebutuhan pasien. Pasien sebelumnya
inflamasi. Kadar albumin dalam darah maupun akan mengalami kekurangan gizi dalam waktu
kerja atau fungsi albumin yang optimal dalam yang singkat karena kenaikan dari kebutuhan
tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal seperti metabolik dari luka atau sepsis tersebut, luka
makanan atau gizi, fungsi Jantung dan Paru, akan sembuh secara cepat dan baik apabila
fungsi organ-organ tubuh lain, dan merokok. defisit nutrisi bisa terpenuhi.
Nutrisi diperlukan dalam proses penyembuhan,
diet seimbang yang mengandung bahan nutrisi Hubungan Sirkulasi dengan Terhambatnya
sangat dibutuhkan untuk perbaikan luka, Penyembuhan Luka Kaki Diabetik
makanan yang mengandung asam amino seperti Berdasarkan penelitian ini dari hasil pemeriksaan
daging, ikan dan susu, yang mengandung energi Ankle Brachial Index ditemukan jumlah
seperti biji bijian, gula, madu, buah dan sayuran, responden yang mengalami sirkulasi tidak
vitamin C, vitamin A, Vitamin B serta air. normal sama dengan responden yang mengalami
Konsekuensi dari ketidakcukupan protein dalam sirkulasi normal. Namun di lihat dari hasil
penyembuhan luka akan memengaruhi tahap pengkajian ditemukan 16 responden yang
penyembuhan luka. Fagositosit, monosit, mengalami sirkulasi tidak normal mengalami
limfosit, leukosit serta makrofag membutuhkan penghambatan luka kaki sekitar 3 minggu, dan
protein untuk mengaktifkan kekebalan tubuh. 10 responden yang mengalami sirkulasi normal
Perkembangan luka dari tahap inflamasi ketahap penghambatan luka nya sekitar 2 minggu. Dari
proliferasi akan mengalami perlambatan jika hasil pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa
nutrisi untuk kebutuhan penyembuhan luka tidak responden yang memiliki sirkulasi tidak baik
tercukupi. (Guo dan DiPietro, 2010; Ekaputra, penyembuhan luka nya lebih lama dibandingkan
2013;Marjiyanto,2013). dengan sirkulasi yang baik hal ini karena kondisi
luka akan menjadi lebih buruk apabila terdapat
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari gangguan aliran darah. Sirkulasi yang tidak
Soep (2015) “faktor-faktor yang mempengaruhi normal pada penelitian ditemukan pada
penyembuhan luka gangrene pada penderita responden yang melakukan kebiasaan merokok,
diabetes mellitus di ruang rawat inap rsud dr. pada keadaan seseorang yang merokok
pirngadi medan” yang menyatakan bahwa oksigenisasi akan menurun karena terjadi
Penyembuhan luka gangren lebih cepat jika penyempitan, penyempitan ini menyebabkan
nutrisinya terpenuhi yaitu sebanyak 14 (70%) kurangnya volume darah yang akan
yang mengalami proses penyembuhan dari 20 mengakibatkan vasokontriksi dan menurunnya
orang. Hasil penelitian lainnya dari Joseph

13
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk mengatakan sirkulasi berhubungan dengan
penyembuhan luka. penyembuhan luka, sirkulasi akan membawa
Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh oksigen untuk memperoleh agiogenesis dan
Marisson (2004) Guo dan DiPietro (2010) sintesis kolagen. Untuk mempertahankan
Sirkulasi mungkin merupakan salah satu faktor penyembuhan luka oksigen secara signifikan
terpenting yang berpengaruh dalam kecepatan lebih tinggi di jaringan sekitarnya daripada
penyembuhan suatu luka. Sirkulasi yang tidak ditengah luka, beberapa penelitian menujukkan
baik dapat menjadi gangguan aliran dalam bahwa terlalu banyak oksigen dapat merugikan
pembuluh darah, sehingga jaringan akan sedikit penyembuhan.
memiliki oksigen. Dalam konteks penyembuhan,
ketika jaringan memiliki sedikit oksigen maka Hubungan Obesitas dengan Terhambatnya
akan terjadi hipoksia. Sirkulasi yang baik sangat Penyembuhan Luka Kaki Diabetik
dibutuhkan untuk mempertahankan proses Hasil pada penelitian ini tidak terdapat hubungan
penyembuhan luka yang adekuat. Tampak secara hal ini dikarenakan dari hasil pengkajian dengan
klinik, pada daerah yang vaskularisasi nya baik menimbang berat badan dan mengukur tinggi
seperti bagian tubuh wajah dan lidah, luka badan responden tidak banyak ditemukan pasien
sembuh dengan cepat, pada jaringan yang luka kaki dengan obesitas hanya sebanyak 3
memiliki vaskularisasi yang buruk seperti bagian orang. Perbandingan yang cukup jauh antara
tubuh tendon dan kartilago, luka sembuh dengan persentase pasien yang mengalami obesitas dan
lambat. Penyembuhan akan terhalang apabila yang tidak mengalami obesitas menyebabkan
jahitan atau balutan di sekitar luka terlalu ketat, pada hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan.
pada pasien dengan penyakit diabetes mellitus Obesitas atau kegemukan dapat menghambat
dan seseorang dengan usia lanjut serta yang penyembuhan luka dikarenakan lemak yang
memiliki penyakit pembuluh kecil yang luas. berlebihan. Lemak yang berlebih dapat
Setelah radiasi, fibrosis akan terjadi dan memengaruhi aliran darah ke sel. Pasien yang
menghalangi vaskularisasi yang menyebabkan tidak obesitas memiliki ruang cukup bebas untuk
lambatnya proses penyembuhan luka. bergerak sehingga mengurangi luka tekan pada
luka kaki diabetik.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari
Paola Rodriguez (2008) “The role of oxygen in Berdasarkan teori peningkatan tekanan pada
wound healing: A review of the literature” yang penderita obesitas dapat memengaruhi ulkus
mengatakan bahwa sirkulasi berhubungan atau cedera karena akan terjadi hipovaskularisasi,
dengan penyembuhan luka, sirkulasi yang tidak karena perfusi aliran darah sedikit membuat
baik menyebabkan ketidakhadiran oksigen jaringan lebih rentan untuk sembuh. Selain itu,
sehingga memberikan efek pada penyembuhan kesulitan atau ketidakmampuan penderita
luka. Hasil penelitian lainnya dari A Bishop obesitas untuk memposisikan diri mereka lebih
(2008) “Role Of Oxygen in Wound Healing” lanjut meningkatkan risiko tekanan dan mudah

14
untuk mengalami cedera lainnya. Selain itu, luka. Luka kronis yang tidak menentu pada
lipatan kulit pada individu yang obesitas pasien dengan obesitats adalah penyebab utama
memiliki daerah yang lembab yang mana akan anggota badan yang diamputasi.
menimbulkan mikroorganisme dan berkontribusi
terhadap infeksi dan jaringan mengalami Simpulan dan Saran
kerusakan. Selain kondisi lokal, faktor sistemik Berdasarkan penelitian dan pembahasan
juga memainkan peran penting dalam gangguan mengenai Faktor-Faktor penghambat
penyembuhan luka dan komplikasi luka pada penyembuhan luka kaki diabetik di klinik
pasien obesitas. Obesitas dapat dihubungkan ke kitamura pontianak maka dapat ditarik
stres, kecemasan, dan depresi, semua situasi yang kesimpulan sebagai berikut :
dapat menyebab kan respon kekebalan yang 1. Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan
terganggu (Guo dan DiPietro, 2010). merokok dengan terhambatnya
penyembuhan luka kaki diabetik di klinik
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian dari kitamura pontianak.
Darmawati (2013) yang menyatakan Tidak ada 2. Terdapat hubungan antara kadar gula darah
hubungan antara faktor obesitas dengan lama dengan terhambatnya penyembuhan luka
penyembuhan luka perineum dengan p-value kaki diabetik di klinik kitamura pontianak.
(0,119). Hasil penelitian ini berbanding terbalik 3. Terdapat hubungan antara nutrisi dengan
dengan penelitian dari Yusuf N (2014) yang terhambatnya penyembuhan luka kaki
menyatakan hasil uji chi-square diperoleh nilap p diabetik di klinik kitamura pontianak.
= 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 dengan 4. Terdapat hubungan antara sirkulasi dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima terhambatnya penyembuhan luka kaki
dan Ho ditolak, artinya obesitas mempunyai diabetik di klinik kitamura pontianak.
pengaruh yang signifikan terhadap penyembuhan 5. Tidak terdapat hubungan antara obesitas
luka. Nilai RO( Rasio Odds) sebesar 14,40 dengan terhambatnya penyembuhan luka
dengan IK 95% 2,88-71,82, artinya pasien kaki diabetik di klinik kitamura pontianak.
dengan obesitas mempunyai kemungkinan 14,40
kali untuk mengalami luka tidak sembuh Adapun saran dari hasil penelitian ini yaitu :
dibanding dengan pasien yang tidak obesitas.
1. Hasil penelitian ini digunakan sebagai
Hasil penelitian lainnya dari Yvonne N (2014)
referensi dan bahan pembelajaran mata
“Obesity and Surgical Wound Healing: A
kuliah keperawatan medikal bedah dalam
Current Review” mengatakan bahwa terdapat
hal manajemen luka kaki diabetik
hubungan antara obesitas dengan penyembuhan
2. Hasil penelitian ini digunakan untuk
luka. Penelitian lainnya dari Brandt D (2014)
mengetahui faktor penghambat
“Exercise, Obesity, and Cutaneous Wound
penyembuhan luka yang mana sebagai
Healing” mengatakan bahwa ada makna yang
informasi data dasar untuk melakukan
signifikan antara obesitas dengan penyembuhan

15
penelitian lebih lanjut mengenai faktor Handayani. (2016). Studi meta analisis
perawatan luka kaki diabetes dengan
penghambat lainnya sehingga penyembuhan
modern dressing. The indonesian
luka kaki diabetik dapat sembuh sesuai journal of health science, Vol 6, No.
Hariani, L., & Perdanakusuma, D. (2010).
dengan waktunya.
Perawatan Ulkus Diabetes. Spesialis
3. Bagi Klinik Kitamura agar lebih Ilmu Bedah Plastik Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga /
memberikan pelayanan yang maksimal serta
RSUD Dr. Soetomo Surbaya.
pemberian informasi yang berkelanjutan Hariyanto, T. (2015). Hubungan antara konsumsi
rokok dengan lama proses
tentang penyakit Diabetes Melitus dan tiap
penyembuhan luka operasi elektif steril
fase penyembuhannya dan aturan yang fase inflamasi di instalansi rawat inap ii
rumah sakit umum daerah dr. saiful
harus dipatuhi di klinik maupun di rumah
anwar malang. jurnal keperawatan
serta menyediakan sarana informasi buku Vol.6 No.1.
Hasan. (2014) .Faktor-faktor yang berhubungan
atau majalah tentang penyakit diabetes
dengan proses penyembuhan ulkus
melitus. diabetikum pada rs di provinsi
gorontalo. Vol 2, No.3.
James dkk. (2008). Prinsip - prinsip Sains untuk
Referensi Keperawatan .Jakarta:Erlangga.
Abidin, K R.(2013).faktor penghambat proses Levigne.(2013).Hyperglycemia Increases
proliferasi luka diabetic foot ulcer pada Susceptibility to Ischemic
pasien diabetes mellitus tipe ii di klinik Necrosis.BioMed Research
kitamura pontianak.Jurnal Untan International Pages 5.
Fakultas Kedokteran Universitas Murtutik, L. dan Marjiyanto. (2013). Hubungan
Tanjungpura Kadar Albumin Dengan Penyembuhan
Bereznicki, L. (2012). Factors affecting wound Luka Pada Pasien Post Operasi
healing. Australian Pharmacist Vol. 31, Laparatomy Di Ruang Mawar Rumah
No. 6. Sakit Slamet Riyadi Surakarta. Jurnal
Bishop,A.(2008). The role of oxygen in wound Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol. 6
healing: A review of the literature. J (3).
Wound Care Sep;17(9):399-402. Marwati, E. Diabetes Melitus dan Kesehatan
Brandt D. 2014. Exercise, Obesity, and Mulut. Bagian Penyakit Mulut.Jakarta
Cutaneous Wound Healing. Adv Wound : Fakultas Kesehatan Gigi (FKG)
Care (New Rochelle) Jan1;3(1):71-79. Universitas Trisakti. 2011
Darmawati.(2013).Hubungan faktor-faktor yang Maryunani, A. (2015). Perawatan luka modern
mempengaruhi penyembuhan luka (Modern Wound Care) terkini dan
dengan lama penyembuhan luka terlengkap sebagai bentuk tindakan
perineum ibu nifas Idea Nursing keperawatan mandiri. Jakarta:
Journal ISSN : 2087 – 2879. InMedia.
Desalu,O.,Salawu,F.K.,Jimoh, McDaniel, J. (2014). Smoking, Chronic Wound
A.K.,Adekoya,A.O.,Busari,O.A, and Healing, and Implications for
Olokoba, A. B. (2011). Diabetic Foot Evidence-Based Practice.J Wound
Care: Self Reported Knowledge and Ostomy Continence Nurs; 41 (5).
Practice Among Patients Attendind McRobert, J.(2013).Smoking and its effects on
Three Tertiary Hospital in Nigeria. the healing process of chronic
Ghana MedicaJournal Vol.45, Number wounds.Wound Care.
2 June 2011. Molnar, J A.(2014).Nutrition and Chronic
Ekaputra, E. (2013). Evolusi Manajemen Luka. Wounds.Adv Wound Care (New
Jakarta: Trans Info Media. Rochelle). Nov 1;3(11):663-681.
Guo S and DiPietro LA. (2010). Factors Morison, M. J. (2004). Manajemen Luka. Jakarta
Affecting Wound Healing. J Dent Res : EGC.
89 (3).

16
Nancy, C.(2010).The Importance of Glycemic Wibowo. (2015). Oksigen Hiperbarik: Terapi
Control in Wound Healing. Wound Percepatan Penyembuhan Luka Juke
Management 56(9):18 Unila Volume 5 Nomor 9.
Nuraini, D. (2015).Faktor-Faktor Yang Wijonarko. (2012). Tehnik dressing pada ulcus
Berhubungan Dengan Proses kaki diabetikum.
Penyembuhan Luka Post Sectio World Health Organization. (2013). Bulletin Of
Caesarea. Jurnal Ilmiah Bidan Volume World Health Organization.
3 Nomor 1. Wound Healing Research Unit.(2010) .The
Pramudiarja, A.N Uyung. Penyebab Luka effects of smoking on the wound
Penderita Diabetes Susah Sembuh. healing process. Journal Of Wound
Artikel Detik Health. 2010. 21. Care Vol.19 No.1.
Puspitasari, H.A. Faktor-faktor Yang Yunita, S. (2015). Perawatan Luka diabetes;
Mempengaruhi Proses Penyembuhan Berdasarkan Konsel Manajemen Luka
Luka Post Operasi Sectio Caesarea Modern dan Penelitian Terkini.
(SC) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gombong. Skripsi. Jurusan Yunus, B.(2015). Faktor-faktor yang
Keperawatan STIKes Muhammadiyah mempengaruhi lama penyembuhan
Gombong. 2011 22. luka pada pasien ulkus diabetikum di
Rodriguez, P.(2008). Role Of Oxygen in Wound rumah perawatan etn centre makassar.
Healing. Dermatol Surg Sep;34(9) Fakultas kedokteran dan ilmu
1159-69. kesehatan uin alauddin
Soep.(2015).faktor-faktor yang mempengaruhi makassar.Skripsi.
penyembuhan luka gangrene pada Yusuf, S. et al. (2013). Development of an
penderita diabetes mellitus di ruang enterostomal therapy nurse outpatient
rawat inap rsud dr. pirngadi medan. wound clinic in Indonesia : a
Jurnal Ilmiah PANMED Vol.10 No.2. retrospective descriptive study.
Weledji, E,P.(2014).Treatment Of The Diabetic Wound Practice and Research, 21(1),
Foot – to Amputate Or Not?.BMC pp.41–4.
Surgery 14:28. Yvonne, N. (2014). Obesity and Surgical Wound
Wesnawa. (2014).Debridement sebagai Healing: A Current Review.Hindawi
tatalaksana ulkus kaki diabetik. E- Publishing Corporation ISRN Obesity
Jurnal Medika Udayana, vol 3 no 1 Volume 2014 Pages 13
White, R. (2010). Delayed wound healing: in
whom, what, when and why?. RCNP
Journal Supplements, 2010, 4(2).

17

Anda mungkin juga menyukai