Anda di halaman 1dari 30

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH LEGENDA GUNUNG MERAPI


TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN SEKITAR MERAPI
Diajukan sebagai syarat mengikuti ujian sekolah di SMAN 1 Kawali
Tahun Pelajaran 2021-2022

Disusun oleh:
KELOMPOK 8
(XII IPA 3)

Arrasqya Rengganis Putri Fatimatun Adha


Dimas Anggara Rayhan Tia Ramadhan
Fauzan Zaman Reina Septiani
Iman Muhamad Faisal Rista Putri Ramadhani
Mutiara Imani Rachmada Shaumy Adellya Novianti
Nina Nurjanah Shildan Reza Rusmana

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


KANTOR CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH XIII
SMA NEGERI I KAWALI
Jalan Poronggol Raya 09 Kawali- Ciamis 46253 Tlp (0265)791240
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Legenda Gunung Merapi terhadap


Kelestarian Lingkungan Sekitar Merapi”, telah disetujui dan disyahkan pada;

Hari : …………………………………………………………………..
Tanggal : …………………………………………………………………..

Disetujui oleh:

Wali Kelas, Pembimbing,

Nina Nurohmah, S.Pd. Muhamad Farid, S.Pd.


NIP. 19650618198903200 NIP. 196810122003121001

Mengetahui,

Kepala SMAN 1 Kawali,

Beben Hemara, S.Pd. M.Pd


Pangkat:Pembina Tingkat 1
NIP.196504281988031007

ii
LEMBAR PENGUJIAN

Karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Legenda Gunung Merapi terhadap


Kelestarian Lingkungan Sekitar Merapi”, telah diujikan pada;

Hari : …………………………………………………………………..
Tanggal : …………………………………………………………………..

Disetujui oleh:

Penguji 1, Penguji 2,

Arif Hidayatulloh, S.Pd. H.Asep Rahmat, S.Pd.


NIP.- NIP.1965090691988031004

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. Berkat rahmat dan
karunia-nya kami telah menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul
“Pengaruh Legenda Gunung Merapi terhadap Lingkungan di Sekitar
Merapi”.Shalawat dan salam senantiasa tecurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
keluarganya, para sahabatnya, dan kepada umatnya yang senantiasa taat sampai
akhir zaman. Kami menyadari bahwa selama penyusunan karya tulis ilmiah ini
kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Beben Hemara, S.Pd., M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Kawali


2. Ishak Iskandar, S.Pd., M.Pd selaku Wakasek Kesiswaan
3. Dede Mulyadi, S.Pd selaku Staf Wakasek Kesiswaan
4. Nina Nurohmah, S.Pd selaku Wali Kelas XII IPA 3
5. Muhammad Farid, S.Pd selaku Pembimbing
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan ini

Semoga semua bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada
penulis senantiasa mendapatkan balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis juga berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak
sekali kekurangan, dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik serta saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya
tulis ilmiah yang akan datang.

Kawali, Januari 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................................ii

LEMBARAN PENGUJIAN ....................................................................................iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................2

1.5 Sistematik Pembahasan ........................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Legenda .......................................................................................4

2.2 Definisi Gunung........................................................................................4

2.3 Definisi Lingkungan .................................................................................5

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pengertian Metode Penelitian ...................................................................6

3.2 Teknik Penelitian ......................................................................................6

3.3 Bentuk Penelitian ......................................................................................6

3.4 Variabel Penelitian....................................................................................7

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................7

v
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Legenda Di Sekitar Gunung Merapi .........................................................9

4.2 Ritual Di Sekitar Gunung Merapi .............................................................14

4.3 Pengaruh Legenda Gunung Merapi Terhadap Kelestarian Alam Di


Sekitarnya ................................................................................................16

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ...................................................................................................17

5.2 Saran .........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............... ...............................................................................18

LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gunung Merapi......................................................................................9

Gambar 1.2 Pasar Bubrah.........................................................................................10

Gambar 1.3 Keraton Merapi .....................................................................................11

Gambar 1.4 Hutan Alap-alap ....................................................................................14

Gambar 1.5 Upacara Labuhan ..................................................................................15

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia berada di dalam cincin api atau ring of fire, dimana dilintasi oleh
dua jalur pegunungan muda, yakni Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
Indonesia juga berada di jalur pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Benua Asia
dan lempeng Benua Australia yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak
gunung berapi.

Di Jawa Tengah terdapat salah satu gunung berapi yang sangat aktif dan
sudah banyak memakan korban jiwa. Gunung itu adalah Gunung Merapi. Gunung
tersebut seringkali menjadi topik pembicaraan banyak orang, bukan hanya karena
keindahan dan ancaman bencananya yang tinggi, melainkan juga karena banyaknya
legenda yang berkaitan dengan gunung tersebut.

Selayaknya di daerah lain, seperti Gunung Lawu dengan legenda pasar


setannya, kemudian Pantai Seger dengan legenda Putri Mandalikanya, dan Garut
dengan legenda Situ Bagenditnya. Gunung Merapi di Jawa Tengah ini ternyata
memiliki banyak legenda. Dimana dengan adanya legenda-legenda tersebut diduga
dapat membuat daerah di sekitar Gunung Merapi ini terjaga kelestariannya.

Hal itulah yang menjadikan kami semua tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan adanya legenda di sekitar Gunung Merapi dengan
pengaruhnya terhadap kelestarian di lingkungan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah legenda yang ada di sekitar Gunung Merapi?


2. Adakah ritual khusus yang berkenaan dengan adanya Legenda Gunung
Merapi?
3. Bagaimanakah pengaruh legenda di sekitar merapi terhadap kelestarian
alam sekitar Merapi?

1
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui keberadaan legenda di sekitaran Gunung Merapi.


2. Untuk mengetahui ritual-ritual yang dilakukan untuk menghormati legenda
tersebut.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari adanya legenda yang berkaitan dengan
Gunung Merapi terhadap daerah di sekitarnya.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis
Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan
pengalaman yang berharga sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Bagi sekolah
Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan karya
ilmiah bagi angkatan-angkatan selanjutnya.
3. Bagi pembaca
Karya ilmiah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai legenda yang ada di Gunung Merapi.

1.5 Sistematika Pembahasan


LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGUJIAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian

2
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Sistematik pembahasan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Legenda
2.2 Definisi Gunung
2.3 Definisi Lingkungan
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Legenda Yang Ada Di Sekitar Gunung Merapi
4.2 Ritual Di Sekitar Gunung Merapi
4.3 Pengaruh Legenda Gunung Merapi Terhadap Kelestarian Alam Di
Sekitarnya
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Definisi Legenda


Legenda menurut Hooykaas adalah cerita tentang hal yang menurut
sejarah mengandung sesuatu yang ajaib yang menandakan kesaktian.
(https://fungsi.co.id/pengertian-legenda/)
Menurut Danandaja”2002” : Legenda itu bersifat keduniawian terjadinya
pada masa yang belum lampau,serta bertempat didunia seprti yang kita kenal
sekarang.Legenda ini sering dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka
namun juga dipandang sebagai sejarah kolektif namun hal tersebut juga sering
menjadi perdebatan mengingat cerita itu karena kelisannyasudah mengalami
distoris. (https://pendidikan.co.id)
Menurut Wikipedia, legenda ialah Cerita prosa rakyat yang dianggap oleh
yang mempunyai cerita ialah sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.
(https://pendidikan.co.id)
Menurut Pudentia makna legenda adalah kisah atau hikayat yang diyakini
oleh sejumlah penduduk setempat yang telah benar-benar terjadi, akan tetapi tidak
diyakini suci atau keramat yang juga tidak menyamainya dengan mite.
(https://adalah.co.id/legenda/)
Menurut KBBI cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya
Pdengan peristiwa sejarah. ( https://kbbi.web.id/legenda)
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa legenda adalah
cerita rakyat yang berkaitan dengan kejadian di suatu daerah yang belum tentu
kepastiannyan, namun banyak dipercayai oleh masyarakat di daerah tersebut.

2.2 Definisi Gunung


Gunung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Gunung adalah bukti yang
sangat besar dan tinggi (biasamya tingginya lebih dari 600 Mdpl atau sering disebut
dengan meter diatas permukaan laut). (https://kbbi.web.id/gunung)
Gunung adalah permukaan tanah yang menaik yang terbentuk akibat tenaga
endogen atau kegiatan vulkanik dari dalam tanah atau bumi.

4
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gunung adalah permukaan
tanah yang terbentuk akibat dari tenaga 13 endogen maupun akibat kegiatan
vulkanik yang tingginya biasanya lebih dari 600 Mdpl atau sering disebut dengan
meter di atas permukaan laut.

2.3 Definisi Lingkungan


J.McNAughton dan Larry L. Wolf menjelaskan bahwa pengertian lingkungan
adalah semua faktor eksternal. Faktor yang dimaksud adalah baik yang bersifat
fisika atau bersifat biologis. Faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh langsung
kepada kehidupan. Seperti pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas-aktivitas
reproduksi dari sebuah organisme. (https://www.gramedia.com/literasi/)
Pengertian lingkungan secara sederhana menurut Bintarto adalah semua
sesuatu yang ada di sekitar kehidupan manusia. Hal-hal tersebut seperti benda atau
non benda. Serta mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh sikap dan tindakan
yang dimiliki oleh manusia. (https://www.gramedia.com/literasi/)
Menurut Emil Salim lingkungan hidup diartikan sebagai benda, kondisi,
keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
(https://www.merdeka.com/jabar/)
Dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas, bahwa Lingkungan
adalah semua yang ada di sekitar manusia baik hidup atau tidak yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manusia.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pengertian Metode Penelitian

Metode ialah teknik atau cara pengumpulan data dalam sebuah penelitian.
Jenis-jenis metode penelitian yaitu :

1. Deskriftif : Menjelaskan hasil pengamatan secara sistematis


menulis apa yang kita tulis dan yang kita amati.
2. Historis : Merekontruksi atau menjelaskan masa lalu.
3. Experimen : Melakukan suatu percobaan.
4. Kasus : Meneliti interaksi social-masalah.
Disini kelompok penulis menggunakan metode penelitian deskriftif karena
penulis mendeskriftikan atau menggambarkan data–data hasil penelitian dalam
bentuk uraaian karya ilmiah dengan mengambil data dari hasil observasi langsung
di tempat yang menjadi tujuan pengamatan.

3.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian ialah sitem atau metode penelitian dengan meneliti


langsung objeknya.
Teknik penelitian dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Kuantitatif : Fokus pada jumlah (perhitungan).


2. Kualitatif : Proses penelitian yang menggunakan wawancara dengan
lebih banyak menelaah narasumber literatur.

Disini kelompok penulis menggunakan penelitian Teknik kualitatif, karena


penulis akan meneliti masalah baik buruknya atau kualitas pengaruh legenda
terhadap kelestarian alam.

3.3 Bentuk penelitian

Ada beberapa bentuk penelitian,yaitu:

1. Angket

6
Berupa penyebaran pertanyaan kepada beberapa responden yang mewakili
kemudian dijadikan sampel.
2. Wawancara
Berupa menghimpun data dengan bertanya kepada beberapa sumber yang
dianggap mengetahui tentang hal yang diteliti.
3. Observasi
Berupa survei ke lokasi untuk mengamati objek secara langsung.
Disni kelompok penulis menggunakan bentuk penelitian wawancara dan observasi,
karena penulis memberikan penelitian beberapa pertanyaan kepada narasumber dan
mengamati langsung objek yang akan diteliti.

3.4 Variabel Penelitian

Variable penelitian ialah alat yang digunakan untuk melakukan sebuah penelitian.
Variable penelitian dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Soal angket
2. Pertanyaan wawancara
3. Pokok – pokok yang diteliti

Disini penulis menggunakan variabel penelitian berupa pertanyaan wawancara.

3.5 Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam berwawancara


berupa pertanyaan yang diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Apakah ada legenda disekitaran Gunung Merapi yang anda ketahui? Jika
ada, jelaskan tentang legenda tersebut!
2. Sebutkan letak serta jenis benda atau bangunan yang berkaitan dengan
legenda tersebut!
3. Tunjukan tanda – tanda keberadaan tersebut!
4. Bagaimana respon anda terhadap keberadaan legenda tersebut?
5. Apakah ada pengaruh positif dari adanya legenda tersebut?
6. Apakah ada pengaruh negatif dari adanya legenda tersebut?

7
7. Apakah ada ritual yang dilakukan untuk menghargai keberadaan legenda
tersebut?
8. Jelaskan proses ritual yang dilakukan dengan waktu dan tempat
pelaksanaannya!
9. Apakah ritual tersebut masih sering dilakukan?
10. Bagaimana pandangan dari pemerintah penduduk serta wisatawan terhadap
adanya ritual tersebut?
11. Apakah semua penduduk meyakini adanya legenda tersebut?
12. Apakah ada kejadian nyata yang terjadi karena ada orang yang tidak
percaya/tidak mengindahkan legenda tersebut?
13. Bagaimana keadan lingkungan sekitar Gunung Merapi sebelum adanya
wisatawan?
14. Bagaimana keadan lingkungan Gunung Merapi sesudah adanya wisatawan?

8
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Legenda Di Sekitar Gunung Merapi

Gunung Merapi dengan ketinggian 2.930 mdpl, selain berdiri di kawasan


Kabupaten Boyolali, juga berada di Kabupaten Sleman, daerah Istimewa
Yogyakarta dan berada di dalam Provinsi Jawa Tengah,yaitu Kabupaten Magelang
di sisi barat, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar
puncaknya menjadi kawasan taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Gunung Merapi,memang sangat terkenal di Indonesia karena cukup aktif


dalam hal erupsi.Tidak hanya itu saja,gunung ini juga terkenal karena berbagai
macam mitos dan misteri yang dimilikinya.Dalam dunia mistis,Gunung Merapi
dianggap sebagai salah satu pusatnya kerajinan jin di Indonesia.Gunung ini juga
punya kaitan yang sangat erat dengan laut selatan Jawa. Terdapat beberapa tempat
di gunung ini yang dianggap angker, dari mulai lereng hingga kawah di puncaknya.
Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni
oleh makhluk-makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau
makhluk halus.

Gambar 1.1 Gunung Merapi

Penduduk di daerah Gunung Merapi,mempercayai kepercayaan tentang


adanya tempat-tempat angker atau sakral. Tempat angker tersebut dipercayai
sebagai tempat-tempat yang telah dijaga oleh makhluk halus, dimana itu tidak dapat
diganggu dan tempat tersebut mempunyai kekuatan gaib yang harus dihormati.

9
Beberapa cerita mistis yang dipercayai oleh masyarakat diantaranya yaitu:

4.1.1 Pasar Bubrah

Legenda yang cukup terkenal dan seringkali menjadi pembicaraan


masyarakat tentang keanggkeran Gunung Merapi adalah Pasar Bubrah.
Dikatakan bahwa tempat tersebut adalah pasarnya makhluk halus. Legenda
tersebut sudah lama berkembang dimasyarakat dan banyak dipercayai.
Bahkan juru kunci Gunung Merapi yang bernama Mbah Marijan juga
membenarkan tentang adanya pasar tersebut.

Gambar 1.2 Pasar Bubrah

Bagi para pendaki hal-hal mistis yang terjadi di pasar bubrah udah
tidak asing lagi. Meraka sering mendengar suara tawar menawar bagaikan
transaki jual beli didunia manusia. Selain itu adapula suara-suara riuh
seperti suara alunan gamelan Jawa, suara bisikan dan suara ricuh lainnya.
Konon katanya pasar ini dapat terlihat jelas setiap malam jumat.

Pasar Bubrah merupakan dataran yang letaknya dibawah puncak


merapi, dan dipenuhi batu-batuan besar yang dianggap sebagai warung,
lengkap dengan meja dan kursinya bagi para mahluk halus. Pasar ini juga
disebut sebagai titik pusat Keraton Merapi.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,semua orang yang


berada di lokasi tersebut disarankan untuk menjaga perilaku, pikiran dan
perkataannya. Karena jika ada yang berbuat, berpikiran dan berkata yang
tidak bersih, maka akan secara tidak sengaja disesatkan atau dibuat bingung

10
oleh para mahluk halus penguasa merapi. Seperti seorang pendaki asal
Depok berinisial KR yang hilang di dekat Pasar Bubrah.

4.1.2 Keraton Merapi

Legenda yang beredar disekitar Gunung Merapi diduga bersumber


dari sebuah legenda induk tentang Mpu Rama dan Mpu Permadi, yang
membuat Dewa Krincingwesi marah karena Mpu Rama dan Mpu Permadi
enggan berpindah tempat saat Dewa Krincingwesi ingin memindahkan
Gunung Jamurdipo ketengah-tengah Pulau Jawa. Karena kemarahannya
tersebut Dewa Kerincingwesi melempar puncak Gunung Jamurdipo
ketempat dua Mpu tadi yang menyebabkan mereka berdua terkubur mati.
Dan tempat terkuburnya kedua mpu tersebut dianggap sebagai sebuah
kerajaan mahluk halus yang dikenal di masyarakat sekitar dengan sebutan
Keraton Merapi. Dimana roh Mpu Rama dan Mpu Permadi diyakini sebagai
raja di kerajaan makhluk halus tersebut, dan biasa dikenal sebagai Eyang
Merapi.

Gambar 1.3 Keraton Merapi

Makhluk penjaga merapi itu antara lain :


1. Eyang Merapi

Penduduk setempat mengatakan Eyang Merapi sebagai


penunggunya. Tapi siapa kah sebenarnya Eyang Merapi itu? menurut Mbah
Marijan, Eyang Merapi adalah seorang raja sekaligus tokoh utama yang
menjadi pimpinan seluruh lelembut penghuni Merapi.

11
2. Eyang Sapu Jagad

Tokoh kedua yang keberadaannya juga masyarakat setempat adalah


Eyang Sapu Jagad. Penunggu kawah Merapi inilah yang memegang kunci
meledak atau tidaknya gunung tersebut. Makanya, demi menjaga
kemarahannya, setiap tahun sekali kraton Yogyakarta menyelenggarakan
ritual labuhan yang dipersembahkan kepadanya, termasuk kedua
panglimanya yakni Kiyai Grinjing Kawat.

3. Eyang Megantara

Tokoh ketiga adalah Eyang Megantara. Pemuka dedemit yang


berdiam diri di puncak Merapi ini memiliki kewenangan mengendalikan
cuaca dan mengawasi sekitar kawasan Merapi. Tidak banyak penjelasan
tentang tokoh ketiga dari penunggu Gunung Merapi.

4. Nyi Gadung Melati

Tokoh keempat adalah Nyi Gadung Melati, dia pemimpin dedemit


wanita ratusan pasukannya yang rata-rata berwajah manis serta berseragam
busana warna hijau pupus pisang. Tugas pokoknya adalah menjaga
kesuburan tanaman gunung.

5. Eyang Antaboga

Tokoh kelima adalah Eyang Antaboga. Makhluk dari bangsa jin ini
mendapat tugas cukup berat karena harus selalu menjaga keseimbangan
gunung agar tidak tenggelam kedalam bumi.

6. Kyai Petruk

Tokoh keenam adalah Kyai Petruk. Pemuka jin ini bertugas memberi
wangsit mengenai waktu meletusnya merapi, termasuk juga member
kiyat-kiyat tertentu kepada penduduk agar terhindar dari ancaman bahaya
lahar panas Merapi. Di pundak inilah keselamatan penduduk tergantung.

7. Kyai Sapu Angin

12
Tokoh ketujuh adalah Kyai Sapu Angin. Tokoh ketujuh ini
merupakan pemimpin roh halus yang khusus mengatur arah angin.

8. Kyai Wola Wali

Tokoh kedelapan adalah Kyai Wola Wali. Tokoh ini bertugas


menjaga sembari mengatur teras Kraton Merapi.

9. Kartadimejo
Tokoh kesembilan ini bertugas sebagai komandan pasukan makhluk
halus sekaligus menjaga ternak serta satwa gunung, termasuk memberi
kepastian kepada penduduk tentang kapan tepatnya Gunung Merapi
meletus. Jin terakhir ini kerap mendatangi penduduk sehingga namanya
cukup terkenal dikalangan penduduk Merapi.

Dalam dunia nyata dikenal seorang penjaga Merapi bernama Raden


Mas Panewu Surakso Harjo yang banyak dikenal dengan nama Mbah
Maridjan. Konon dia dapat berkomunikasi dengan penunggu Gunung
Merapi sehingga dia selalu menunggu perintah dari Kyai Petruk yang
dikenal sebagi juru kunci bila ada gelagat atau tanda-tanda Merapi akan
meletus. Pada tanggal 10 Oktober 2010 Merapi meletus, namun Mbah
Maridjan tidak beranjak dari tempatnya diduga karena telah menerima
undangan dari Eyang Merapi untuk menghadap ke Keratonnya, itulah
mengapa Mbah Maridjan ditemukan meninggal dalam posisi bersujud ke
arah selatan yaitu ke arah Keraton Merapi.

4.1.3 Hutan Alap – alap

Hutan alap – alap dipercayai oleh warga sekitar sebagai tempat


mengembala hewan ternak milik Kraton Merapi. Disekitarnya juga terdapat
hutan gamelan, hutan bingungan, hutan pijen,dan hutan blumbang. Yang
dikatakan didalamnya terdapat hewan-hewan keramat milik Eyang Merapi.
Seperti mayam putih yang tinggal di hutan blumbang, kuda dihutan patuk
alap- alap sekitar Gunung Wutoh, dan diantara Gunung Selokopo Ngisor

13
serta Gunung Gajah Mungkur yang dianggap sebagai binatang tunggangan
dan penarik kereta oleh rakyat keraton Merapi.

Gambar 1.4 Hutan Ala- alap

4.2 Ritual Di Sekitar Gunung Merapi

Setiap tahunnya Keraton Yogyakarta selalu melaksanakan upacara labuhan.


Kata “Labuh” artinya mirip dengan kata “Larung” yang bermakna membuang
sesuatu ke dalam air baik sungai maupun lautan. Sederhananya upacara ini adalah
aktivitas pemberian sesaji atau persembahan kepada roh halus yang berkuasa
disuatu tempat. Tujuannya untuk keselamatan pribadi Sri Sultan, Keraton serta
rakyat Yogyakarta.

Pada mulanya upacara labuhan ini dilaksanakan sehari setelah Pangeran


Mangkubumi dinobatkan menjadi Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755.
Namun saat Sri Sultan Hamangkubuwono IX berkuasa upacara ini dilakukan satu
hari setelah ulang tahun beliau menurut penanggalan Jawa yaitu 25 Bakdo Mulud.

Tempat pelaksanaannya ada 3 tempat yaitu Pantai Parangkusumo, Gunung


Merapi serta Gunung Lawu. Tetapi sedikit berbeda pada saat perayaan sewindu
(delapan tahun berdasarkan penanggalan Jawa), ditambah satu lokasi yaitu Desa
Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri.

Upacara labuhan di Gunung Merapi dilaksanakan setelah selesai upacara


labuhan di Pantai Parangkusuma. Diawali dengan prosesi penyerahan benda-benda
labuhan dari para abdi dalem kepada Bupati Sleman dan stapnya kemudian
diteruskan kepada juru kunci Gunung Merapi di Cangkringan.

14
Lokasi labuhan di Gunung merapi ini dilakukan di bagian Kendhit atau
lereng tengah Gunung Merapi disisi Selatan. Para abdi dalam menempatkan
benda-benda labuhan di dalam peti yang sebelumnya peti tersebut telah diganti oleh
juru kunci dari peti lama bekas upacara tahun lalu menjadi peti baru. Kemudian juru
kunci tersebut menyerahkan benda benda labuhan kepada para danyang sambil
diberi kalimat atau doa doa pengantar.

Adapun benda benda labuhan yang dibawa antara lain:

1. Sinjang Limar
2. Sinjang Cangkring
3. Sinjang Bangun Tulak
4. Sinjang Gadhung
5. Destar (Kain penutup kepala)
6. Peningset Udaraga (Ikat pinggang)
7. Peningset Jingga
8. Kambil Watangan
9. Kampung Poleng
10. Ses Wangen (Rokok)
11. Sela (Kemenyan), Ratus dan Koyoh
12. Yatra (Uang) Tindih Rp. 8,33

Upacara tersebut selesai setelah barang barang di doakan dalam bahasa


Arab.

Gambar 1.5 Upacara Labuhan

15
4.3 Pengaruh Legenda Gunung Merapi Terhadap Kelestarian Alam Di
Sekitarnya

Masyarakat sekitar Merapi mempercayai adanya legenda-legenda tersebut,


dan mereka banyak melakukan ritual untuk menghormatinya. Hal itulah yang
menyebabkan adanya pengaruh positif terhadap kelestarian alamnya, dimana alam
sekitar merapi menjadi lebih terjaga, karena tidak ada yang berani untuk merusak
alam di sekitar merapi yang disebabkan ketakutan akan pantangan-pantangan yang
ada dalam legenda yang mereka percayai. Mereka merasa takut para penunggu
Merapi akan marah jika mereka merusak alamnya.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

4.1 Legenda Gunung Merapi

4.1.1 Pasar Bubrah

4.1.2 Keraton Merapi

4.1.3 Hutan Alap – Alap

4.2 Ritual Di Sekitar Gunung Merapi

Upacara Labuhan yang selalu dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta setiap


tahunnya yaitu sehari setelah ulang tahun penobatan Sultan Hamengkubuwono IX
pada penanggalan Jawa, tepatnya pada 25 Bakdo Mulud. Yang bertujuan untuk
menjaga keselamatan pribadi Sri Sultan, Keraton serta rakyat Yogyakarta.

4.3 Pengaruh Legenda Gunung Merapi Terhadap Kelestarian Alam Di


Sekitarnya

Alam sekitar gunung merapi menjadi sangat lestari karena tidak ada yang
berani merusak alam sekitarnya, yang mana termasuk pelanggaran terhadap
pantangan – pantangan dalam legenda yang mereka percayai. Mereka takut para
penunggu merapi akan marah jika mereka merusak alamnya.

5.2 Saran

Kita harus selalu menjaga dan menghormati legenda-legenda yang ada.


Mekipun untuk kepercayaan terhadap legenda tersebut kembali kepada diri
masing-masing. Tetapi untuk menghindari adanya hal yang tidak-tidak, alangkah
baiknya kita selalu mengindahkan legenda-legenda tersebut. Salah satunya dengan
cara menjauhi larangan-larangan yang berkaitan dengan legenda itu seperti
larangan berkata kasar, dan larangan memotong atau mencabut tanaman
sembarangan di Gunung Merapi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
Suryaman, Maman, Suherli, dan Istiqomah. 2018. Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Iyan Wibowo, Muti’ah Armini. 2005. Gunung Merapi : antara legenda, mitos, dan
penanggulangan bencana.Yogyakarta : Mitragama Widya.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemdikbud. Diakses pada tanggal 18 Januari 2021
melalui https//:badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1998
Kusmana, Suherli. 2011. Merancang Karya Tulis Ilmiah.Bandung: Rosdakarya.

Sumber Internet :
https://images.app.goo.gl/NVDqyYsYM8j6c4GF8
https://images.app.goo.gl/pVPRadQ6yBLrJcTm8
https://images.app.goo.gl/o1KJSi3AFtu6f5aB6
https://fungsi.co.id/pengertian-legenda https://pendidikan.co.id
https://adalah.co.id/legenda/ https://kbbi.web.id/legenda https://kamusbesar.com/
https://metodepenelitian.wordpress.com/
https://www.dosenpendidikan.com/https://www.pendidikan.co.id/
https://www.gramedia.com/literasi/ https://www.merdeka.com/jabar/

18
LAMPIRAN FOTO

Gambar di parkiran Bunker Kaliadem Pemandangan Bunker Kaliadem

Situasi diruangan bawah Bunker Kaliadem Pemandangan dari sekitar Gunung Merapi

1
Foto bersama guru pebimbing

Para peneliti sedang mencatat hasil penelitian

2
Peneliti sedang melakukan bimbingan

Peneliti sedang melakukan wawancara kepada pedagang yang ada disekitar kaliadem

3
Peneliti sedang melakukan bimbingan

Peneliti sedang melakukan bimbingan

4
5

Anda mungkin juga menyukai