Anda di halaman 1dari 12

Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

BENDUNGAN TIPE UBM SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI


DALAM TANTANGAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN BESAR DI
INDONESIA

Ir.Suparji S.ST, MT1), Muklison ST 2), Muh.Firdaus 3)


1
Kepala BBWS P-J, 2 PPK Bendungan I BBWS P-J, 3 BBWS P-J

ABSTRACT

The development of Concrete Face Rockfill Dam (CFRD) development in the world is very
fast nowadays and even today there are 219 nos CFRD dam types are built. Until now,
only 4 nos CFRD dams type have been built in Indonesia and since 1997 there has only
been an additional 1 dam and 3 dams on going (under construction). From the data above,
Indonesia only has 3% of the CFRD dam type that has been built in the world. This
percentage is very small when compared to the potential in Indonesia..
The CFRD type dam has advantages if we compare it with Earth Core Rockfill Dam
(ECRD) such as low construction costs, faster implementation period, better stability, and
very high dam height, even now there are dams with high 247m (Dasxihia dam, China). It
needs encouragement from the Government, dam experts, and also to Design Consultants
to be able to consider the CFRD dam type as an option in the construction of dams which
are currently being actively implemented.

Keyword : CFRD dam, ECRD,

Intisari
Perkembangan pembangunan bendungan tipe UBM/CFRD di dunia saat ini sangat cepat
dan bahkan didunia saat ini sudah terbangun 219 buah bendungan tipe UBM. Untuk di
Indonesia saat ini baru terbangun 4 buah bendungan tipe UBM dan sejak tahun 1997 baru
ada tambahan 1 bendungan baru da nada 3 bendungan yang saat ini dikerjakan. Dari data
tersebut maka Indonesia baru memiliki 3% bendungan tipe UBM dari total yang sudah
terbangun di dunia. Presentase ini sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi yang
dimiliki.
Bendungan tipe UBM memiliki keunggulan jika kita bandingkan dengan bendungan
urugan batu inti tanah (UBIT) seperti biaya konstruksi yang rendah, jangka waktu
pelaksanaan yang lebih cepat, stabilitas yang lebih baik, dan juga tinggi bendungan yang
sangat tinggi, bahkan saat ini sudah ada bendungan dengan tinggi 247m (bendungan
Dasxihia, China). Perlu dorongan dari Pemerintah, para ahli bendungan, dan juga pada
Konsultan desain agar dapat mempertimbangkan bendungan tipe UBM sebagai pilihan
dalam pembangunan bendungan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan saat ini.

Kata Kunci : Bendungan UBM, UBIT, Pemerintah, Ahli bendungan

1. PENDAHULUAN

1
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

1.1 Latar Belakang

Bendungan tipe Urugan Batu Membran Beton (UBM) atau Concrete Face Rockfill Dam
(CFRD) merupakan salah satu tipe bendungan urugan yang dalam perkembangnnya
mengalami perkembangan cukup pesat di Dunia.
Bendungan UBM/CFRD awalnya dibangun di daerah pertambangan Sierra Nevada,
California, USA pada tahun 1850-an. Berdasarkan pengalaman sampai dengan tahun 1960
pembangunan UBM dilakukan dengan menggunakan batu yang ditumpahkan (dumped
rockfill), yang meskipun ekonomis dan aman, namun membran beton hulu mengalami
kerusakan dan kebocoran yang disebabkan oleh kompresibilitas yang tinggi dari urugan
batu. Pembangunan bendungan hingga tahun 1940-an tersebut dikenal sebagai periode awal
dari UBM. Periode berikutnya sampai dengan tahun 1970, yang dikenal sebagai periode
transisi, adalah mulai dengan upaya memadatkan urugan batu menggunakan alat berat,
termasuk mengadopsi plin beton horisontal sebagai pengganti paritan vertikal beton
(concrete filled cutoff trench).
Kemudian pada periode tahun 1970 sampai sekarang, yang disebut juga sebagai era
modern, kebanyakan UBM dibangun dengan urugan batu yang dipadatkan yang tingginya
sampai > 100 m. Urugan batu dipadatkan menggunakan alat berat yang digetarkan. Tubuh
bendungan terdiri dari zona-zona, sehingga ukuran maksimum batu pada setiap zona dan
permeabilitasnya bertambah besar ke arah hilirnya yang menjamin bahwa setiap bocoran
melalui membran hulu yang retak diteruskan ke timbunan dengan aman. Seiring dengan
bendungan urugan batu yang dipadatkan menggunakan alat berat pemadat yang digetarkan
(vibratory roller) sekitar tahun 1950, pembangunan bendungan UBM ditinjau kembali.
Dalam perkembangannya maka desain bendungan tipe CFRD dibagi atas 3 periode yaitu;
1. Periode Klasik
Pada periode ini yang dimulai pada tahun 1900 tubuh bendungan terdiri dari timbunan batu
yang di hampar tanpa pemadatan. Dan untuk memperkecil penurunan timbunan batu, maka
pada setiap ketinggian timbunan batu 15 sampai 20 m dilakukan penyiraman dengan air
dengan volume air 3 atau 4 kali dari volume timbunan batu. .Bendungan CFRD pada
periode ini membrane beton dibuat berupa panel panel. Pada bagian permukaan hulu

2
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

permukaan terdiri dari batu dengan gradasi besar yang dipasang dengan menggunakan
crane untuk membuat permukaan rata sebagai tempat sandaran beton lapis
permukaan.Namun membran beton mempunyai tendensi tingkat keretakan yang tinggi.
Walaupun tidak mempunyai kestabilan namun mempunyai tingkat permeabilitas yang
cukup seperti yang terjadi pada bendungan Salt Spring di California, USA dengan tinggi
100 m.

Gambar 1. Contoh Tipikal Bendungan UBM Periode Klasik

2. Periode Transisi
Periode transisi terjadi pada kurun mulai tahun 1940 sampai 1970, mempunyai
perkembangan yang penting tentang CFRD dimana mulai mengadopsi timbunan batu
dengan pemadatan. Bendungan pertama dengan timbunan batu dengan pemadatan yaitu
bendungan Quoich di Skotlandia,Inggris Raya pada tahun 1956. Penurunan maksimum
yang terjadi hanya 0.05 % dari tinggi bendungan setelah 40 tahun, dibandingkan dengan 1
% pada bendungan Salt Spring pada waktu dan periode yang sama.Hal lain yang penting
terjadi pada periode ini dengan adanya beton plinth mendatar/horisontal , termasuk
dibuatkan vertikal filled cutt off, dan sambungan panel horisontal dan vertikal serta adanya
lapisan batu pecah sebagai penyokong beton panel.

3
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”
.

Gambar 2.
Tipikal Bendungan pada
masa transisi .
Bendungan Paradela H= 112 m di
Portugal

3. Periode Modern
Periode yang dimulai pada tahun 1970 sampai saat ini menunjukan perkembangan yang
cukup pesat tentang CFRD dengan dibangunnya beberapa bendungan dengan tinggi diatas
100 m, termasuk bendungan Aquamilpa di Mexico tahun 1993, dan Tianshengqiao di RRC
tahun 1999. Tubuh bendungan terdiri dari beberapa zone timbunan batu dengan ukuran
maksimum yang berbeda. Dan dapat dijamin bahwa jika ada rembesan pada beton
permukaan akan diteruskan ke timbunan batu. Plinth horisontal pada ujung kaki hulu
dengan grouting cutt-off dibuat. Untuk membran beton dengan vertikal strip dibuat dengan
teknik teknologi slip-forming.Pada saat ini perkembangan CFRD sangat berkembang, dan
telah hampir 400 bendungan CFRD telah dibangun diseluruh dunia. Dan sampai tahun
2007 telah ada 30 bendungan dengan tinggi diatas 200 m yang selesai dikonstruksi. Bahkan
bendungan dengan tinggi 247 yaitu bendungan Dashixia di China saat ini sedang
dikonstruksi sejak mulai tahun 2017.

Gambar 3. Zonasi Bendungan CFRD Modern

4
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyebarkan informasi
tentang potensi bendungan tipe UBM/CFRD untuk dibangun di Indonesia yang saat ini
sedang giat-giatnya dalam pembangunan bendungan.

2. PERKEMBANGAN BENDUNGAN TIPE UBM/CFRD

2.1 Perkembangan Bendungan UBM di Berbagai Negara di Dunia


Pada masa modern saat ini perkembangan bendungan tipe UBM sangat cepat terutama diberbagai
negara asia seperti China dengan jumlah bendungan paling banyak di dunia. Pada gambar 5
dibawah ini dapat dkatakan bahwa bendungan tipe UBM paling banyak terdapat di benua Asia dan
Ocenia sebesar 56% disusul oleh benua Amerika terutama di amerika latin sebanyak 25 % dan
dinegara eropa sebear 17%. Negara yang ada didunia yang paling banyak membangun
bendungan tipe ini adalah China yaitu sebanyak 98 buah disusul oleh Spanyol sebanyak 23
buah dan Australia sebanyak 19 buah.

5
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

Perkembangan teknologi modern membuat perkembangan bendungan CFRD di dunia


semakin menyebar. Namun di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya yaitu hanya total 7
bendungan , 4 bendungan yang sudah beroperasi dan 3 bendungan lainnya masih dalam
proses konstruksi.
Pada Gambar 7 menunjukan jumlah bendungan yang dikategorkan berdasarkan tinggi
bendungan. Bendungan dengan tinggi > 200 m sebanyak 25 buah menandakan bahwa
teknologi dalam pembangunan bendungan tipe CFRD memungkinkan bendungan dengan
ketinggian yang belum bisa digunakan dengan tipe bendungan urugan lainnya.

Gambar 6. Penyebaran Bendungan UBM di berbagai negara

2.2 Perkembangan Bendungan Tipe UBM di Indonesia


Bendungan di Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 231 buah, namun

6
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

bendungan tipe UBM di Indonesia yang sudah terbangun hanya berjumlah 7 buah
atau hanya 3 % dari total bendungan yang ada di Indonesia. Adapun bendungan
tipe UBM yang sudah beroperasi di Indonesia seperti Gambar berikut ini.
1. Bendungan Pacal, Bojonegoro Jawa Timur
Dibangun tahun 1930, tinggi bendungan H = 33 m, pemilik Kemen PU&Pera

2. Bendungan Batu Besi, Lokasi : Soroako , Sulawesi Selatan


Dibangun tahun 1978, tinggi bendungan H=32 m, Pemilik : PT.
Vale

3. Bendungan Cirata, Lokasi Purwakarta, Jawa Barat


Dibangun tahun 1987, tinggi bendungan H=125 m, Pemilik PT.PLN

7
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

4. Bendungan Ponre Ponre, Lokasi : Kab. Bone Sulawesi Selatan


Dibangun tahun 2008, Tinggi Bendungan H = 55 m, pemilik Kemen PU&Pera

Disamping itu ada 3 bendungan UBM di Indonesia dalam tahap konstruksi


yaitu:
No. Nama Lokasi Tinggi (H) Status
Bendungan m
1 Karalloe Kab. Gowa Sulsel 85 On going
2 Pamukulu Kab. Takalar Sulsel 65 On going
3 Bener Kab. Purwokerto Jawa Tengah 167 On going

3. KEUNGGULAN BENDUNGAN TIPE UBM/CFRD


3.1 Komponen Utama Bendungan UBM
Bendungan tipe UBM mempunyai 3 komponen utama yaitu:
1. Plinth atau disebut juga too adalah untuk membentuk suatu penyekat kedap
air antara pelat membran beton dengan fondasi batuan yang kaku, disamping
sebagai grout cap dan posisi awal (starting position) dari peralatan perancah
geser (slipforming) membran hulu
2. Lapisan Membran Beton atau disebut juga face slab adalah merupakan lapisan
kedap air di bagian lereng hulu dari suatu bendungan urugan batu membran
beton (UBM). Kinerja dan umur dari suatu bendungan UBM tergantung dari
kesatuan serta ketahanan beton dan waterstop yang merupakan faktor penting
dari bendungan UBM.
3. Tubuh Bendungan berfungsi untuk mendukung pelat membran beton secara
seragam dengan deformasi yang minimum pada beban air dan berat sendiri

8
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

diperlukan tubuh bendungan yang terdiri dari berbagai macam zona timbunan

bat

2.Membran Beton

3.Tubuh Bendungan
1.Plin

3.2 Keunggulan Bendungan Tipe UBM dengan bendungan Tipe Urugan Lainnya
Untuk menilai keunggulan bendungan tipe UBM dengan bendungan tipe urugan
lainnya maka akan dibandingkan dengan Bendungan Tipe Urugan Batu Inti Tanah
(UBIT). Untuk dapat membandingkan maka kita dapat lihat gambar illustrasi
dibawah ini.

Dari gambar diatas dan juga berdasarkan pengalaman pada bendungan-bendungan


yang sudah selesai dikontruksi maka dapat dijelasakan pada Table 1. dibawah ini:

9
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

Tabel.1 Keuntungan Bendungan Tipe UBM dibandingkan dengan tipe UBIT

KEUNTUNGAN UBM
ALASAN
dibanding UBIT

Volume Timbunan Kecil Kemiringan timbunan lebih curam. Kemiringan UBM


adalah 1:1.4 dibanding tipe UBIT yaitu 1 : 2.2
Periode Konstruksi Lebih Volume timbunan Kecil dan Pekerjaan Timbunan
Pendek memungkinkan dilakukan saat dimusim hujan,
Grouting berbeda tempat dgn timbunan sehingga dapat
dilakukan paralel
Biaya Konstruksi lebih Volume timbunan kecil dan waktu konstruksi lebih
Murah cepat, pekerjaan grouting lebih simple sehingga total
biaya menjadi lebih murah. Perbandingan volume
UBM dan UBIT yaitu 1 : 1.5
Kestabilan bendungan Tidak ada zone lemah, bahkan tinggi bendungan UBM
lebih tinggi saat ini dapat mencapai 247 m.
Mudah Perbaikan Sambungan perimeter dan face slab kelihatan sehingga
dapat dilakukan perbaikan langsung
Aman terhadap Rembesan Semua Material Batu (tidak ada material tanah) ,
sehingga potensi piping kecil

Resiko Konstruksi Rendah Tidak berbahaya Jika terjadi Overtopping saat


konstruksi (tidak ada zone tanah)

Tabel.2 Contoh Perbandingan Biaya Konstruksi bendungan UBM dan UBIT (untuk
tubuh bendungan) Sample bendungan Karalloe, Kab.Gowa
Uraian Pekerjaan Biaya (Rp)
Pek.Galian 15,991,866,190.97
Pek. Timbunan 291,839,929,053.36
Tipe
Pek. Beton membran, plinth 122,980,779,446.16
UBM/CFRD
Pek Grouting 25,638,580,326.09
TOTAL 456,451,155,016.58
Pek.Galian 22,388,612,667.36
Pek. Timbunan 452,351,890,032.71
Tipe UBIT Pek. Beton 2,300,000,000.00
Pek Grouting 32,048,225,407.61
TOTAL 509,088,728,107.68
SELISIH 52,637,573,091.10

1
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

3.3 Beberapa Kekurangan yang terjadi pada Bendungan tipe UBM/CFRD


Disamping mempunyai beberapa keunggulan , bendungan UBM juga mempunyai
kelemahan antara lain:
a. Adanya deformasi yang terjadi pada timbunan bendungan juga akan
menyebabkan retaknya membrane beton sehingga menyebabkan kebocoran.
b. Dalam pelaksanaan desain bendungan UBM masih menggunakan rumus-
rumus empiris walaupun dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai dengan
analisa FEM.
Berdasarkan beberapa pengalaman pada bendungan yang sudah dibangun, maka
kekurangan pada point diatas dapat diminimalisir antara lain.
1. Deformasi yang cukup besar terjadi pada bendungan-bendungan dengan
tinggi > 200 m. Sedangkan pada beberapa bendungan dengan ketinggian <
100m , retak pada membran beton biasanya diakibatkan oleh retakan yang
diakibatkan penyusutan beton (shrinkage cracking).
2. Pada beberapa bendungan dengan ketinggian > 200 m yang mengalami
retakan pada membrane beton, perbaikan yang dilakukan menunjukan hasil
yang baik seperti pada bendungan Thensiqiao (china, H=…), Barra Grande
(185 m), Campos Novos (202 m), Mohale (145 m).

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
 Potensi pembangunan bendungan tipe UBM di Indonesia sangat besar namun
sampai saat ini bendungan tipe UBM yang sudah terbangun sejak tahun 1930 –
1997 sebanyak 3 buah, , dan hanya 1 buah sejak tahun 1997 – sekarang .
Jumlah ini sangat kecil hanya 3 % dari seluruh bendungan yang sudah
terbangun di Indonesia.
 Bendungan tipe Urugan Batu Membran Beton (UBM) lebih menguntungkan
dibandingkan dengan tipe Urugan Batu Inti Tanah (UBIT) baik dari segi biaya,
waktu konstruksi, stabilitas dan lain lain.
 Pengembangan dan penggunaan tipe bendungan UBM sangat cocok

1
Seminar Nasional Bendungan Besar 2019 Sub Tema “ Penerapan Inovasi Teknologi”

dikembangkan di Indonesia yang memiliki 2 musim saja yaitu musim kemarau


dan musim hujan.
 Perlunya peran dari pemerintah untuk mendorong pembangunan tipe
UBM/CFRD yang mempunyai resiko sangat kecil
4.2 Saran
 Masih terbatasnya tenaga ahli bendungan tipe UBM/CFRD di Indonesia
sehingga perlu pengembangan SDM baik melalui seminar, maupun pelatihan
diluar negeri terutama negara yang sudah banyak membangun bendungan tipe
ini yaitu China.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Modul Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urigan Batu Membran Beton, Balai
Bendungan, 2013

[2] Manoel de Souza FREITAS, (2004)- Journal of CFRD Int. Society and HydrOu
China, December 2007.

[3] Mr. Paulo Teixeira Da Cruz; Mr, Manoel S. Freitas Jr (2006)- ” Unpredicted Crack
and Rapture at Face Slab in CFRDs- Repairing Works and Treatment”, Journal of
CFRD Int. Society and HydrOu China, June 2008.

[4] Wang Zhengzhong, Mu Shengyuan, Liu Jun, Nan Hong (2004) – ” Concrete Rockfill
Dam Two-layered Slab Anti-crack Engineering Research , Northwest A&F University,
Yangling Shannxi, China.

[5] Yan Ze Yang, Zhou Zianpin,Technical Progress og High Concrete Face Rockfill
Dam, Symposium Rock Fill Dam, 2011

[6] COOKE J.B (1999) – ” Notes on Aguamilpa Face Crack” Memo No. 165

[7] Amaya F; Marulanda A (1985) : ” Design , Construction and Performance” Concrete


Face Rockfill Dams Design, ACE, 1985, Detroit, USA.

Anda mungkin juga menyukai