Anda di halaman 1dari 11

REAL TIME MONITORING MENGGUNAKAN SLOPE STABILITY RADAR (SSR)

TIPE SYNTHETIC APERTURE RADAR (SAR-X) UNTUK PEMANTAUAN AREA


TUBUH BENDUNGAN UTAMA (MAIN DAM) PADA PROYEK “HDR”,
AMERIKA SELATAN
Ahmad Amiruddin, Budi Santoso, L.M. Shaleh, Rachmat Hamid Musa
Geotechnical Support Service Team, PT. GroundProbe Indonesia, Balikpapan-Indonesia
E-mail : ahmad.amiruddin@groundprobe.com , budi.santoso@groundprobe.com ,
lm.shaleh@groundprobe.com , rachmat.musa@groundprobe.com

ABSTRAK
Ketidakstabilan lereng yang tidak terkontrol dapat berdampak pada kerugian seperti
kecelakaan, kematian, hilangnya kredibilitas instansi terkait, dan gangguan operasional.
Untuk itu, peran teknologi radar dalam menunjang kegiatan pembangunan dan
pemeliharaan bendungan sangat dibutuhkan demi mengontrol resiko longsor yang ada.
Pada bendungan besar radar dapat diaplikasikan untuk memantau lereng pada saat
penggalian, penimbunan, dan setelah penggenangan. Penelitian ini dilakukan pada bagian
utama (main dam) bendungan “HDR” dengan menggunakan Slope Stability Radar (SSR)
tipe Synthetic Aperture Radar (SARx). Area tubuh bendungan (main dam) dibagi menjadi
4 zona yaitu dimulai dari bagian atas sampai bawah dimulai dari Zona 1, Zona 2, Zona 3,
dan Zona 4 kemudian dilakukan analisis trend akumulasi deformasi terhadap data
deformasi rerata harian (24 jam). Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kurun waktu 9
April 2019 – 19 September 2019 tipe deformasi bendungan “HDR” secara umum berubah
dari stabil – linear – regresif. Kecepatan rata-rata pada deformasi linear sekitar 0,311
mm/hari pada Zona 1; 0,324 mm/hari pada Zona 2; 0,166 mm/hari pada Zona 3; dan 0,039
mm/hari pada Zona 4.
Kata kunci : Slope Stability Radar (SSR), Synthetic Aperture Radar (SAR-X), bendungan,
tren deformasi, real time monitoring

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Program pembangunan 65 Bendungan 2014-2019 di Indonesia dimaksudkan untuk


memenuhi kebutuhan air baku nasional. Dengan gencarnya pembangunan bendungan di
Indonesia saat ini, maka perlu adanya peran teknologi dalam sistem pemantauan
bendungan baik dalam tahap pembangunan maupun masa pemeliharaan. Salah satu
pemantauan yang diperlukan pada tubuh bendungan yaitu pemantauan kestabilan lereng
bendungan itu sendiri. Lereng bendungan sangat beresiko untuk terjadinya pergerakan
yang dapat meningkatkan resiko jebolnya sebuah bendungan. Ketidakstabilan lereng yang

1
tidak terkontrol dapat berdampak pada kerugian seperti kecelakaan, kematian, hilangnya
kredibilitas instansi terkait, dan gangguan operasional. Untuk mengontrol masalah
ketidakstabilan lereng tersebut maka dapat dilakukan pemantauan lereng bendungan
menggunakan teknologi radar. Penggunaan radar untuk pemantauan lereng diperkenalkan
oleh GroundProbe dengan memperkenalkan Radar Pemantau Kestabilan Lereng (Slope
Stability Radar, disingkat SSR) ditahun 2003 (Gultom dkk, 2014). Pemantauan dengan
radar memberikan informasi yang terkini (real-time) dari pergerakan lereng dengan
cakupan area yang lebih luas dan memiliki tingkat akurasi sub-milimeter. Pada bendungan
besar, radar dapat diaplikasikan untuk memantau lereng pada saat penggalian, penimbunan,
dan setelah penggenangan. Selain itu, radar juga dapat diaplikasikan ketika terjadi
seismisitas (gempa dan peledakan batuan) untuk mengetahui efeknya terhadap lereng
bendungan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakter bendungan “HDR”
mengingat pernah terjadinya luapan pada puncak bendungan akibat longsor di bukit hulu
sebelah kanan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan perilaku deformasi tiap zona,
menentukan tipe deformasi, dan menghitung kecepatan pergerakan tiap zona.

1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Bendungan “HDR”, Amerika Selatan dengan area


penelitian berada pada bagian hilir tubuh bendungan utama (main dam). Data penelitian
yang digunakan yaitu data pada tanggal 9 April 2019 – 19 September 2019.

2. Slope Stability Radar (SSR)


2.1 Prinsip Kerja Radar

Teknologi Slope Stability Radar (SSR) adalah teknologi yang dapat digunakan untuk
memantau pergerakan lereng secara real time yang sangat akurat pada fokus area yang
dipantau. Data yang diperoleh dari hasil pemantauan bendungan ini menggunakan Slope
Stability Radar (SSR) tipe Synthetic Aperture Radar (SAR-X). SAR-X merupakan
teknologi untuk pemantauan lereng dengan jarak mencapai 4.5 km dalam periode jangka
panjang dengan resolusi tinggi dan waktu pemindaian (scan time) yang cepat. Teknologi
ini juga dapat membantu dalam menentukan karakter lereng (slope behavior) yang dapat
memberikan peringatan dini untuk kemungkinan terjadinya longsor pada lereng dan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, serta meningkatkan efisiensi kerja.

2
Gambar 1. Radar tipe Synthetic Aperture Radar (SAR-X).

Konsep pemantauan lereng SSR didasarkan pada teknik interferometri radar (Noon,
2003). SSR memantau pergerakan lereng dengan menembakkan gelombang
elektromagnetik terhadap lereng yang dipantau oleh SSR, kemudian pantulan gelombang
dari lereng diterima kembali oleh SSR. Setiap gelombang yang diterima SSR tersebut
memiliki nilai fase gelombang sendiri dan SSR menentukan nilai deformasi dan arah
deformasi tersebut dengan membandingan beda fase gelombang antar scan (fase
gelombang pantul terakhir dengan fase gelombang pantul sebelumnya).

Gambar 2. Teknik Interferometri pada SSR. Inset: Beda sudut fase gelombang antar
pemindaian (scan).

Setelah data diperoleh dari SSR maka alur transfer data dari SSR yang berada di
lapangan dapat diunggah kedalam jaringan internet di site sehingga analisa dan
pemantauan deformasi lereng dapat dilakukan di kantor sebagai Primary Monitoring Point
(PMP) yang ditunjukkan oleh (Gambar 3). Untuk keperluan pemantauan jarak jauh
(remote monitoring) data di PMP dapat diakses dengan menggunakan perangkat lunak
seperti Team Viewer.

3
Gambar 3. Alur komunikasi data SSR.

Pemantauan proyek HDR ini dilakukan secara jarak jauh (remote) dari Balikpapan,
Indonesia menggunakan komputer yang terhubung langsung dengan PMP yang berada di
site. Sistem komunikasi antara tim monitoring GroundProbe dan tim lapangan proyek
“HDR” dirangkum dalam standar operasional yang disebut TARP (Trigger Action and
Response Plan) untuk memberikan informasi terkini terkait pola deformasi dari tubuh
bendungan (main dam) HDR.

Gambar 4. Stasiun pemantauan GroundProbe di Balikpapan, Indonesia

2.2 Jenis data dan tipe deformasi

Untuk memahami pola deformasi pada lereng yang diamati, secara umum
berdasarkan Broadbent dan Zavodni (1982) menjelaskan ada 3 jenis perilaku pergerakan
batuan yaitu perilaku regresif, perilaku linear/transisi dan perilaku progresif. Perilaku
regresif ditandai dengan adanya perlambatan kecepatan deformasi, perilaku linear ditandai

4
dengan adanya kecepatan yang konstan atau stabil dan perilaku progresif ditandai dengan
adanya peningkatan kecepatan deformasi menuju longsor (failure).

Gambar 5. Perilaku deformasi batuan pada lereng (Broadbent dan Zavodni 1982)

Karakteristik perilaku deformasi lereng inilah yang digunakan untuk menunjukkan


perbedaan tahap perkembangan perilaku deformasi sebelum dan setelah longsor. Hasil
pemantauan secara langsung oleh SAR-X di proyek “HDR” dapat memberikan gambaran
karakteristik perilaku deformasi tubuh bendungan (main dam) yang dapat dihubungkan
dengan variabel geologi dan geoteknik serta aktivitas di area bendungan yang akan
disajikan di pembahasan selajutnya.

3. Metode Penelitian

Data diambil menggunakan radar pemantau kestabilan lereng tipe Synthetic


Aperture Radar (SSR-SARx). Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak SSR
Viewer v.9.0 yang dikembangkan oleh GroundProbe.

Data dari SSR-SARx yang berupa jarak dan azimut ditampalkan (overlay) dengan
foto udara sehingga didapatkan citra radar seperti sebuah peta. Data citra radar berupa
akumulasi deformasi akan menunjukkan dimana area yang memiliki deformasi tertinggi
dalam selang waktu 9 April 2019 – 19 September 2019. Area tersebut kemudian dibagi
menjadi beberapa zona untuk melihat karakteristik setiap zona secara umum dari waktu ke
waktu.

5
Gambar 6. Bagan Alir Penelitian

Gambar 7. Foto udara lokasi Bendungan “HDR”

6
Gambar 8. Citra deformasi 9 April 2019 – 19 September 2019 (kiri). Pembagian zona
melintang tubuh bendungan.

Akumulasi data deformasi terkini (real time) yang dihasilkan memiliki pola yang
naik turun (spikes), namun secara umum tetap menunjukan tren. Untuk mengatasi hal
tersebut dilakukan analisis data rerata harian (24 jam) yang digabungkan dengan data
kecepatan deformasi sehingga tipe deformasi dan waktu perubahannya lebih mudah
terbaca.

4. Karakteristik Deformasi Tiap Zona


4.1 Zona 1

Zona ini memiliki karakteristik pergerakan stabil-linear-regresif. Perubahan dari


fase stabil menuju linear yaitu terjadi pada 9 April 2019 – 17 Mei 2019 dimana kecepatan
berubah dari 0 - 0,311 mm/hari. Fase linear berlangsung dari tanggal 17 Mei 2019 – 21 Juli
2019 dengan kecepatan rata-rata sekitar 0,311 mm/hari. Fase regresif berlangsung sejak 21
Juli 2019 hingga 19 September 2019 dengan penurunan kecepatan dari 0,311 mm/hari
menuju 0,042 mm/hari.

7
Gambar 9. Akumulasi Deformasi dan Kecepatan Deformasi Zona 1

4.2 Zona 2

Zona ini memiliki karakteristik pergerakan stabil-linear-regresif. Perubahan dari


fase stabil menuju linear yaitu terjadi pada tanggal 9 April 2019 – 14 Mei 2019 dimana
kecepatan berubah dari 0 - 0,324 mm/hari. Fase linear berlangsung dari tanggal 14 Mei
2019 – 20 Juli 2019 dengan kecepatan rata-rata sekitar 0,324 mm/hari. Fase regresif
berlangsung sejak 20 Juli 2019 hingga 19 September 2019 dengan penurunan kecepatan
dari 0,311 mm/hari menuju 0,061 mm/hari

Gambar 10. Akumulasi Deformasi dan Kecepatan Deformasi Zona 2

8
4.3 Zona 3

Zona ini memiliki karakteristik pergerakan stabil-linear-regresif. Perubahan dari


fase stabil menuju linear yaitu terjadi pada 9 April 2019 – 15 Mei 2019 dimana kecepatan
berubah dari 0 - 0,166 mm/hari. Fase linear berlangsung dari tanggal 15 Mei 2019 – 18 Juli
2019 dengan kecepatan rata-rata 0,166 mm/hari. Fase regresif berlangsung sejak 18 Juli
2019 hingga 19 September 2019 dengan penurunan kecepatan dari 0,166 mm/hari menuju
0,048 mm/hari.

Gambar 11. Akumulasi Deformasi dan Kecepatan Deformasi Zona 3


4.4 Zona 4

Zona ini memiliki karakteristik pergerakan stabil-linear-regresif. Perubahan dari


fase stabil menuju linear yaitu terjadi pada 9 April 2019 – 16 Mei 2019 dimana kecepatan
berubah dari 0 - 0,025 mm/hari. Fase linear berlangsung dari tanggal 16 Mei 2019 – 13 Juli
2019 dengan kecepatan rata-rata sekitar 0,025 mm/hari. Fase regresif berlangsung sejak 13
Juli 2019 hingga 19 September 2019 dengan penurunan kecepatan dari 0,039 mm/hari
menuju 0,022 mm/hari

9
Gambar 12. Akumulasi Deformasi dan Kecepatan Deformasi Zona 4

5. KESIMPULAN
a. Tipe Deformasi Bendungan “HDR” dalam rentang waktu 9 April 2019 – 19
September 2019 secara umum berubah dari stabil – linear – regresif.
b. Berdasarkan hasil pengamatan deformasi didapatkan bahwa tingkat deformasi
yang signifikan secara berurut yaitu pada Zona 2, Zona 1, Zona 3 dan Zona 4
c. Kecepatan rata-rata pada deformasi linear sekitar 0,311mm/hari pada Zona 1;
0,324mm/hari pada Zona 2; 0,166mm/hari pada Zona 3; dan 0,039mm/hari
pada Zona 4.

6. SARAN

Perlu adanya pemantauan lebih lanjut pada tubuh bendungan “HDR” untuk
mengantisipasi adanya pola deformasi linear maupun progresif sehingga resiko longsor
dapat lebih terkontrol.

10
7. DAFTAR PUSTAKA

Broadbent C.D. & Zavodni, Z.M, 1982, Influence of Rock Structures on Stability ,
in Stability in Surface Mining, Society of Mining Engineers Denver,Co. Vol3,Ch.2
Fukozuno, 1985, A New Method for Predicting The Failure Time of A Slope, Japan
Landslide Society, hal 145-150
Gutom, J., Sannang, M.A, Musa, R.H., 2014, Prediksi Waktu Longsor di Lereng
Highwall Tambang Batubara Terbuka Dengan Metode Inverse Velocity, TPT XXIII
PERHAPI 2014, hal. 275-285
Noon D, Reeves., B, Stickley .,G & Longstaff., 2001, Slope Stability Radar for
Monitoring Mine Walls, Proceedings of SPIE Vol 4491, Cam Nguyen, hal 57-67
Noon D., & Harries , N., 2003, Slope stability Radar for Managing Rock Fall Risks
in Open Cut Mines, Sixth Large Open Pit Mining Conference Australian Institute of
Mining and Metallurgy, Perth, hal. 93-98
Permana,I.,O., Cahyo,F.A., Musa R.H., Rahmawan I., 2019, Aplikasi Slope
Stability Radar (SSR-XT) Untuk Monitoring Lereng Pada Pembangungan Bendungan
Proyek“HDR”, Kolombia, Seminar Nasional Proyek dan Konstruksi (PROKSI) ITK, 2019.
Read, J., dan Stacey, P., 2009, Guidelines for Open Pit Slope Design. Australia :
CSIRO Publishing
Sannang,M.,A., Musa R.H, & Manaf A., 2017, Analisa Balik dan Penentuan
Ambang Batas Alarm Menggunakan Slope Stability Radar (SSR)- Studi Kasus Longsor
pada Batuan Keras, TPT XXVI Perhapi 2017, hal 294-308
Varnes, D. J. 1978, Slope Movement Types and Processes. Special Report 176:
Landslides: Analysis and Control : Transportation and Road Research Board, National
Academy Press, Washington D. C. hal 11-33

11

Anda mungkin juga menyukai