Kelompok 3:
Felisitas Prajna Nindita (2006592852)
Ignatius I Gede Arkananta (2006592966)
Jekinda Malika Manuella (2206592985)
Tiara Prameswari Sekar Pembayun (2006592814)
Tubagus Insan Kamil (2006592833)
Terlepas dari kritik ini, ada hubungan antara banyak teori radikal (sekarang kritis) dan
pekerjaan sosial tradisional. Webb (1981) mengidentifikasi empat yang utama:
1. Keduanya menerima bahwa masyarakat berkontribusi untuk menghasilkan masalah
pribadi. Namun, rekening pekerjaan sosial tradisional dari proses dimana hal ini
terjadi dan antar interventions di dalamnya tidak memadai, seperti yang kita lihat di
kasus teori psikodinamik dan sistem.
2. Dalam keduanya hubungan antara orang-orang dan masyarakat adalah transaksional,
refleksif atau interaktif, sehingga kita dapat mempengaruhi keadaan sosial kita karena
mereka mempengaruhi kita.
3. Bersamaan keduanya mencari otonomi klien. Pekerjaan sosial tradisional dikritik
pekerjaan sosial radikal untuk mengabaikannya dalam mengejar tujuan sosial umum
yang mungkin bertentangan dengan kebutuhan individu dan otonomi. Radikalisme
mengkritik pekerjaan sosial tradisional untuk mengabaikan THC kendala sosial untuk
menyesuaikan diri.
4. Kedua nilai wawasan sehingga klien dapat memahami keadaan mereka untuk
bertindak pada mereka. Namun, tujuan dan sarana tindakan yang berbeda, dan
masing-masing perspektif akan menyangkal pada nilai bentuk masing-masing
tindakan.
Lalu muncul kritik terhadap sistem pelayanan pekerjaan sosial. Karena agensi adalah
bagian dari sistem sosial yang mendukung kapitalisme, mereka memiliki kegagalan yang
melekat dalam membantu kelas pekerja. (Ryant , 1969) merangkum isu yang menjadi pusat
perhatian adalah sebagai berikut :
● lembaga memiliki peran yang terbatas dan terfragmentasi sehingga sulit untuk
menangani masalah klien secara keseluruhan dan berbagai masalah sosial yang perlu
ditangani
● lembaga pembiayaan membatasi sumber daya yang tersedia, dan memberikan kontrol
terhadap solusi yang bertentangan dengan kepentingan pemodal; peran publik dan
korporat lembaga cenderung mengarah pada pandangan kolektif di dalamnya yang
selaras dengan pandangan konvensional di masyarakat
● organisasi hierarkis dan birokrasi di lembaga cenderung memperkuat kehati-hatian
dan penerimaan aturan dan konvensi
● perwakilan di komite manajemen dan badan publik yang bertanggung jawab atas
kebijakan lembaga cenderung terdiri dari orang-orang yang mewakili atau menerima
sistem yang ada, daripada klien atau perwakilan dari komunitas yang tertindas atau
kurang beruntung
● profesionalisasi pekerjaan sosial menyebabkan pekerja sosial dihargai oleh
masyarakat dengan status, pendapatan dan keuntungan lain dari profesi, sehingga
mempromosikan penerimaan mereka terhadap status quo dan penolakan analisis kritis
dari masalah yang mereka hadapi.
Pekerjaan sosial yang radikal prihatin dengan cara profesionalisasi pekerjaan sosial
merugikan kepentingan klien, dan menyebabkan pekerja sosial menjadi bagian dari negara
dan kepentingan sosial yang menindas klien, dan mencari pengembangan profesi mereka
bahkan di mana hal ini bertentangan dengan klien. Karya besutan Illich et a/. (1977),
mengusulkan bahwa profesi sering didirikan untuk bertindak dalam kepentingan mereka
sendiri daripada orang-orang yang mereka layani, memiliki banyak peminat. Menurut
Statham (1978), kaum radikal harus mempelajari bentuk-bentuk teori dan praktik tradisional
untuk melihat dimana terjadinya sebuah penindasan.
Salah satu bentuk dari pendekatan radikal adalah tindakan kolektif, di mana pekerja
sosial harus bersekutu dengan kelas pekerja, melakukan kerja dalam kelompok dan
komunitas. Selain itu, pekerja sosial juga harus bekerja dengan klien secara individual, di
mana pekerja membantu klien untuk mengerti bahwa tekanan telah mengeluarkan mereka
dari masyarakat dan meningkatkan harga diri klien serta menghindari tindakan yang
menyalahkan klien. Pendekatan ini menekankan kepada kebutuhan material klien.
Area utama kedua dari pekerjaan radikal, menurut Bailey dan Brake (1980), adalah
pekerjaan individu dengan klien. Pekerja harus membantu orang memahami bagaimana
penindasan telah mengasingkan mereka dari masyarakat, dan meningkatkan harga diri
mereka. Kebutuhan pribadi dan materi harus dibedakan; sebagian besar masalah kelas pekerja
berasal dari kebutuhan material. Dalam menjelaskan masalah, klien kita harus menghindari
individualisasi dan menyalahkan klien atas masalah sosial. Dalam konfrontasi dan negosiasi,
aliansi dan aksi kolektif dengan organisasi kelas pekerja lebih kuat daripada menggunakan
pengaruh pekerja sosial saja.
Perspektif radikal yang sangat penting, berdasarkan karya Freire (1972; lihat juga
Brigham, 1977), tumbuh di Amerika Latin selama tahun 1960-an dan 1970-an, yang muncul
dari persepsi bahwa pekerjaan sosial Barat tidak memadai karena tidak mengakui bahwa
dalam negara-negara miskin perjuangan hanya untuk eksis adalah prioritas utama. Alih-alih
suatu bentuk aksi sosial yang berasal dari reformasi yang mempertahankan masyarakat dalam
keadaan mapan, pembebasan dari perjuangan untuk bertahan hidup membutuhkan perubahan
yang revolusioner. Filosofi ini menyebabkan 'rekonseptualisasi' pekerjaan sosial di Amerika
Latin. Di antara teknik-teknik yang digunakan adalah mengupayakan demokratisasi
lembaga-lembaga sosial sehingga klien dapat memiliki pengaruh di dalamnya, menciptakan
ruang dan layanan yang sangat sesuai bagi orang-orang kelas pekerja (misalnya kesejahteraan
dan hak-hak sipil), untuk terlibat dalam gerakan sosial, dan untuk menggunakan asosiasi
profesional dan serikat pekerja untuk mencari perubahan. Costa mengutip empat alternatif
strategis milik Faleiros, yaitu:
● Konservatif, memprofesionalkan pekerjaan sosial tanpa keterlibatan politik apa pun
● Penolakan, terlibat dalam pekerjaan politik populer tanpa juga berkomitmen untuk
mengubah institusi sosial demi keuntungan klien
● Kontra-institusional, mencari deprofesionalisasi, menghilangkan kontrol profesional
dan meminta klien untuk membuat keputusan (misalnya anti psikiatri, yang menolak
bantuan medis dan sosial untuk penyakit mental demi swadaya)
● Transformasi, mencari transformasi institusi sosial melalui dukungan klien, aktivitas
profesional dan aksi politik.
Implikasinya, bekerja di satu bidang tanpa menerima tanggung jawab untuk jenis
kegiatan lain mungkin tidak efektif. Freire prihatin dengan pendidikan orang-orang yang
komunitasnya tertindas oleh kemiskinan dan ketidakberdayaan. Orang-orang seperti itu
adalah 'objek' yang ditindaklanjuti, daripada memiliki kebebasan untuk bertindak seperti yang
dimiliki orang-orang yang menjadi 'subjek'. Namun, ada 'ketakutan akan kebebasan', yang
harus dibuang.
Dalam hal ini, salah satu aspek krusial adalah penyadaran yang membutuhkan
kesadaran orang-orang yang tertindas untuk dibangkitkan. Mereka menjadi sadar akan
penindasan yang dilakukan kepada mereka, dan melalui partisipasi dalam dialog dan praksis,
dapat mengambil tindakan untuk menghilangkan ketakutan mereka akan kebebasan dan
sebagian dari ketidakberdayaan mereka. Agologi adalah layanan di mana pekerja
membimbing dan membuat perencanaan perubahan sosial kepada pribadi yang disengaja.
Commentary
Pekerjaan sosial radikal telah menjadi perkembangan yang kontroversial, dan
perdebatan tersebut telah memicu berbagai kritik terhadapnya, yang meliputi:
● cenderung mengabaikan kebutuhan pribadi klien yang mendesak, demi
mempromosikan kesadaran mereka atau tindakan kolektif. Namun teori Leonard
mengenai psikologi individual Marxis mencoba untuk menghubungkan penjelasan
umum yang luas dari teori sosial dengan pemahaman tanggapan individu
● Teori radikal lemah dalam menangani masalah emosional karena fokus pada hal
material dan isu sosial dan promosi layanan seperti nasihat hak kesejahteraan yang
mengabaikan kemanusiaan klien dan masalah emosional dan pribadi.
● hanya menawarkan pendekatan untuk memahami situasi di mana klien dan pekerja
sosial beroperasi dan tidak memberikan aksi yang harus dilakukan
● Pandangannya yang terbatas mengenai kekuatan dan menyamakannya dengan
kontrol, terlalu menghubungkan pekerjaan sosial dengan tindak penindasan, dan tidak
mengidentifikasi secara penuh kompleksitas hubungan kekuatan antar pribadi
● Walaupun objektifnya merupakan perubahan sosial, sulit mencapai kesatuan antara
kepentingan kelompok yang terlibat dan sering berkonflik.
● Itu merupakan sebuah ideologi, daripada sebuah teori yang tidak menawarkan sebuah
eksplanasi yang bisa diuji secara empiris. Marxist dapat menjawab bahwa metode
investigasinya melalui analisis historis dan debat sebagai suatu bentuk studi yang sah.
Mereka berargumen bahwa ilmu positivis mempertahankan kekuasaan tertinggi
kekuasaan dengan menerima dan mempromosikan aturan sosial terbaru, dan ini
merupakan bentuk investigasi yang tidak tepat untuk sebuah teori radikal dan bahwa
semua teori merepresentasikan posisi ideologinya, seringkali dalam mendukung kelas
yang berkuasa.
● Seperti banyak ideologi lainnya, teori-teori radikal mendefinisikan obyeksi sesuai
dengan ketentuan mereka sendiri. Begitu pula dengan teori lainnya, seperti teori
psikodinamik yang di mana obyeksi atau ketidakmampuan untuk menerima sebuah
teori terkadang dianggap muncul dari adanya ketakutan yang tak sadar atau konflik
pada objeknya.
● Beberapa teori radikal menekankan kepada lingkungan dan pelayanan yang tidak
memadai dan menekan sebagai dasar yang lebih baik untuk menjelaskan
permasalahan klien daripada psikologi klien. Namun, pada kasus terburuk, ini dapat
menggantikan tuduhan kepada lingkungan lokal dan penghuninya secara umum yang
disalahkan karena korban individu. Ini dapat membawa dukungan pekerja sosial pada
klien dilihat sebagai oposisi terhadap kebutuhan dan minat dari yang lain pada satu
lingkungan yang sama, sejak kebutuhan dan harapan daripada orang miskin tidak
dapat selalu bisa selaras dengan seluruh kelas pekerjaan lainnya.
Untuk membuat penilaian secara umum dari kritis-kritik tersebut, kebanyakan dari
rekomendasi mengenai pekerjaan sosial radikal memberikan perhatian pada aksi kolektif
daripada bantuan kepada individu, atau membantu orang yang dari memiliki pemahaman
radikal terhadap situasi personal mereka, dari posisi di mana pilihan mereka adalah untuk
menerima atau perlawanan jangka panjang. Pekerja sosial mungkin memiliki kesulitan di
agensi resmi yang merepresentasikan ideologi yang berkuasa yang mencoba untuk
mempromosikan pendekatan radikal yang cenderung untuk dikecualikan. Ini juga penting
untuk tidak pergi lebih jauh lagi dengan kritik ini, Banyak agensi dan klien yang secara
faktanya menerima komunitas, pendekatan yang radikal, dan faktanya oposisi tidak harus
berarti bahwa sebuah perspektif harus diabaikan. Itu mungkin menawarkan pasangan yang
berguna untuk berkontribusi dalam pekerjaan, menggunakan teori lain atau untuk
mengorganisir ide-ide dari pekerja m, sementara tidak berkonflik tanpa alasan dengan fungsi
mereka dalam agensi.
Salah satu keuntungan dari perspektif radikal yang di mana meniadakan kritik umum
yang menekankan pada beberapa aspek kehidupan, termasuk pentingnya kekuasaan,
keabsahan ideologi, kelas dan status, profesionalisme, gender dan penindasan. Marxisme
membuat ide-ide mengenai aspek-aspek tersebut ebagi pekerjaan sosial dalam bentuk yang
dapat dimengerti, dan telah membawa kepada satu perkembangan praktik yang penting
dalam. Ini menekankan pada kekuasaan yang secara khusus membawa kepada perspektif
teori pekerjaan sosial yang memiliki langsung dengan seksisme dan rasisme. Maka, pada
pembahasan selanjutnya, akan membahas mengenai pendekatan feminis dan non-seksis
kepada pekerjaan sosial.
Feminist and Non-sexist Social Work
Pekerja dan terapi sosial feminis biasanya diberikan oleh wanita untuk wanita lainnya,
yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan menghapuskan efek dari penindasan yang terjadi
karena adanya seksisme yang berlaku pada masyarakat. Hal ini dilakukan supaya
memberikan klien kebebasan yang lebih besar dan pengendalian atas kehidupan mereka, serta
kapasitas untuk mengembangkan diri mereka. Tujuan singkatnya adalah untuk
menghilangkan penindasan dari seksisme. Sementara, lebih luasnya, pekerjaan sosial
non-seksis berusaha untuk menghindari proses pekerjaan sosial yang digunakan dengan
cara-cara mendiskriminasi wanita atau mengesahkan sikap dominasi lelaki pada masyarakat.
Ada beberapa perbedaan opini mengenai apakah lelaki dapat mengerjakan pekerjaan
feminis. Menurut Valentich (1986), beberapa penulis menerima bahwa keterlibatan lelaki
pada pekerjaan feminis itu mungkin untuk dilakukan.
Pekerjaan sosial feminis dan non-seksis berakar dari gerakan wanita pada tahun
1960-an dan 1970-an. Berbagai perhatian mengenai penindasan terhadap wanita memiliki
keraguan atas nilai dari bantuan terhadap wanita, secara khusus pada psikiatri, dan mengenai
teori psikologi yang berdasar dari teori dan praktek untuk membantu. Namun, sebenarnya ada
kritik mengenai bias dari teori psikodinamik mengenai hal ini. Menurut Hudson (1985),
Feminis berusaha untuk memahami kehidupan dan pengalaman dari wanita berdasarkan dari
sudut pandang dan nilai mereka sendiri, yang di mana itu berbeda dari lelaki, sehingga
menghindari dilihat dari sudut pandang lelaki (androsentrisme). Menurut B. Collins (1986),
dalam pekerjaan sosial, argumentasi yang ada merupakan praktik berorientasi pada tujuan
dan tugas, dan tuntutan positivis terhadap praktik ilmiah, adalah prioritas yang ditentukan
lelaki, menggunakan bahasa dan cara berpikir lelaki. Menurut Gilligan dalam karyanya
(1982), wanita dan lelaki memiliki cara-cara berpikir atau mempertimbangkan yang berbeda
mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan moral. Menurut L. Davis (1985), Ia berargumen
bahwa suara-suara wanita telah ditekan demi perspektif lelaki positivis. Menurut Dominelli
dan McCleod (1989), ada berbagai cara untuk mendefinisikan pekerjaan sosial, dan secara
khusus untuk memastikan bahwa agen-agen pekerjaan sosial tidak diatur untuk meniadakan
wanita dan perspektif mereka. Akibat prihatinya kaum feminis terhadap keadaan kesetaraan
antara lelaki dengan wanita, maka dengan menyerang keadaan patriarki saat ini, di mana
asumsi sosial mayoritas menempatkan lelaki pada posisi dominan. Praktik ini harus
mencerminkan pendekatan egaliter.
Masalah mengenai gender merupakan hal yang perlu diperhatikan, khususnya pada
situasi di mana seksualitas dan kekuasaan yang didasarkan dari itu menjadi relevan pada
situasi tersebut. Misalnya, pada residential care, ada beberapa percobaan yang dilakukan
untuk menciptakan lingkungan aseksual atau seksual yang tidak biasa untuk menghindari
kompleksitas yang terjadi saat mengurus seksualitas pada lingkungan yang tidak normal:
yaitu semua tempat di mana semua orang tinggal bersama pada periode yang penting
cenderung mengangkat isu gender dan seksual.
Hanmer dan Statham memberikan pendekatan kepada pekerjaan sosial yang tidak
secara jelas merupakan Marxist, dan berusaha untuk memberikan pendekatan yang berpusat
pada wanita dan non-seksis daripada feminis. Menurut mereka, gender merupakan dasar yang
penting bagi pengalaman hidup wanita. Status wanita lebih sering ditentukan berdasarkan
gender mereka, misalnya seorang ibu rumah tangga dan istri, smeentara status lelaki
ditentukan berdasarkan status mereka, yang dilihat dari jabatan di pekerjaan mereka. Namun,
gender wanita seringkali tidak terlihat dikarenakan mereka secara sosial membawa ekspektasi
dibanding lelaki, untuk menerima peran-peran tertentu, misalnya seperti pengasuh. Maka,
kebijakan publik mengasumsikan bahwa pengasuh yang tidak resmi merupakan pembantu
utama dari orang-orang yang memiliki kesulitan, tetapi pengasuh tidak resmi hampir
semuanya merupakan wanita.
Wanita memiliki banyak kesamaan, misalnya mengatur rumah tangga dan juga
bekerja, hidup dengan dan mengasuh lelaki, menjadi ibu dan mengurus yang menjadi
tanggungannya. Perbedaan penting antara mereka yang menyebabkan beragam pengalaman
dan ekspektasi, seperti perbedaan pola dalam pekerjaan dan status, perbedaan etnis,
perbedaan pengalaman: menjadi yang berkuasa atau merasa lemah. Dengan demikian, wanita
berkulit putih dengan pekerjaan profesional dan pengalamannya, seringkali dilihat sebagai
seseorang yang kompeten dan kuat. Namun, ini akan berbeda ketika situasi yang sama
diterapkan pada wanita kulit hitam, wanita kulit hitam akan memiliki hidup dan ekspektasi
sosial yang berbeda, dengan pekerjaan kasarnya. Di sisi yang lain, wanita berkulit hitam
dengan situasi seperti itu akan dilihat lemah, dan merasa lemah, sehingga mempengaruhi
kehidupannya.
Menurut Dominelli dan McCleod (1989), yang memiliki dasar yang sama dengan
Hanmer dan Statham, tetapi dari posisi Marxist, menekankan bahwa gender tidak bisa
dipisahkan dari bentuk lain dari penindasan, yang secara khusus adalah perbedaan kelas dan
etnis, walaupun dengan perbedaan tersebut juga masih ada perbedaan pengalaman yang
dirasakan wanita. Hanmer dan Statham berargumen bahwa wanita diperlakukan sebagai
orang yang ketergantungan dan inferior terhadap lelaki, dan memberikan contoh dari
ekspektasi ini. Pekerja sosial harus memulai dari mengenali akan pengalaman umum dari
wanita dan harus selalu melanjutkan pada penilaian akan perbedaan antara satu wanita
dengan wanita lainnya. Kemudian, gender merupakan tema yang penting dalam
mendeskripsikan wanita: wanita selalu memiliki ekspektasi menjadi seorang pengasuh,
menjadi ‘bawahan’/ subordinate dari lelaki, dan untuk dapat mengerjakan pekerjaan dengan
efektif, identitas pribadi menjadi penting untuk menyelesaikan banyak masalah yang mereka
hadapi.
Tahap penilaian akan klien wanita harus selalu disertai dengan pengetahuan akan pola
hidup dan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi wanita, serta pengetahuan akan asumsi
yang seringkali mempengaruhi bagaimana wanita dinilai. Pola hidup yang relevan untuk
diketahui adalah seperti faktor demografi, seperti fakta bagaimana adanya peningkatan angka
akan keluarga dengan orang tua tunggal, penurunan angka akan anak-anak dalam satu rumah
tangga, peningkatan angka akan perceraian dan pernikahan kembali, dan peningkatan angka
ibu yang bekerja. Sebagai seorang pekerja sosial, kita tidak boleh selalu berasumsi mengenai
perilaku yang normal dari seorang wanita tanpa melewati tahap-tahap yang dipaparkan tadi.
Wanita juga seringkali lebih miskin dari lelaki, dan memiliki pengalaman yang lebih banyak
dalam hidup di keluarga yang miskin, perumahan dan transportasi yang miskin. Sayangnya,
pentingnya kerja keras wanita yang bekerja untuk keluarganya dan juga untuk martabat
dirinya dipandang sebelah mata oleh pekerja sosial.
Hal yang penting juga khususnya dalam menilai klien wanita adalah ketika menilai
peran mereka sebagai seorang pengasuh. Kebanyakan wanita memiliki dan mengasuh
anak-anaknya, dan seringkali banyak yang bergantung pada mereka dalam beberapa fase
hidup. Penilaian pekerja sosial mengenai kapasitas wanita seringkali merefleksikan asumsi
kultural, yang sebenarnya dapat dipertanyakan. Misalnya, tiap kelompok etnis memiliki
perbedaan ekspektasi bagaimana pendekatan yang seharusnya dilakukan saat mengasuh anak.
Pekerja sosial juga mungkin memiliki ekspektasi yang dapat dipertanyakan seperti ekspektasi
mengenai wanita yang seharusnya selalu memiliki hubungan monogami dengan lelaki, atau
dapat mengasuh beberapa anak tanpa bantuan di lingkungan rumah yang lebih material. Ini
disebabkan wanita diasumsikan mampu dan secara sukarela mengasuh, sehingga kontribusi
mereka kurang dihargai dan dalam apabila lelaki berada di situasi yang sama (sedang
mengasuh), lelaki lebih banyak diberikan bantuan daripada wanita.
Seharusnya pekerja sosial tidak mengasumsikan wanita selalu ketergantungan,
mengasuh, dan di bawah lelaki. Status dan relasi wanita ditetapkan oleh pernikahan, atau
lewat konsekuensi perceraian, atau dari fakta bahwa mereka tidak menikah. Peran mereka
dalam mengasuh membutuhkan keterampilan dan komitmen, tetapi seringkali dinilai lebih
rendah daripada status sosial lelaki yang ditetapkan oleh pekerjaan mereka. Pekerjaan dapat
berguna untuk mempromosikan identitas wanita, citra diri, dan kepercayaan diri mereka.
Wanita dapat didorong dengan pencapaian yang mereka hasilkan, keinginan atas dukungan
dan sumber daya bagi pekerjaan penting yang mereka lakukan.
Untuk mengenali dan membagikan pengalaman klien wanita pada posisi ini, pekerja
sosial wanita harus mengenali ketidakseimbangan kekuasaan dan perlakuan yang tidak adil
yang mereka terima sebagai pekerja dalam institusi yang didominasi oleh lelaki. Wanita juga
seringkali dikecualikan dalam promosi dan memiliki kesulitan untuk menggunakan perspektif
mereka dalam hal manajerial, dikarenakan seringkali itu ditetapkan sesuai dengan bahasa dan
ekspektasi lelaki. Ada berbagai variasi dan pendekatan kolaboratif yang direkomendasikan
oleh Hanmer dan Statham dalam hal ini.
Dalam bekerja dengan klien, Hanmer dan Statham mempromosikan variasi strategi
untuk pekerjaan yang berpusat dengan wanita. Variasi Strategi tersebut antara lain adalah:
1. Preparasi: Dalam hal ini pekerja sosial memperjelas tujuan, menerima tulisan dan
rekaman sebagai alat bantu dalam memenuhi tujuan pertemuan, memeriksa fakta dan
penelitian mengenai wanita, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan,
mengambil resiko untuk meminta bantuan cocok, dukungan, dan sumber daya,
menentukan layanan dan kebijakan yang tidak mendukung wanita, menyimpan
informasi mengenai sumber daya bagi klien wanita.
2. Menyusun prinsip-prinsip praktik yang berpusat pada wanita: Menghargai dan
menyukai nilai yang dibawa wanita, menggunakan pengalaman seorang wanita
sebagai sumber daya, mempercayai dan menerima wanita, berbagi dan belajar dari
kliennya dengan cara non-hierarkis, menggunakan semua kelompok wanita,
memastikan ruang bagi wanita jauh dari ketergantungan atau asuhan dari lelaki,
menghindari menggunakan asumsi konvensional yang seringkali memperlakukan
perilaku normal wanita sebagai sesuatu yang buruk, mendorong wanita untuk merasa
memiliki kontrol atas hidupnya dan perilakunya.
3. Membuat metode yang relevan dengan gender: Mengadaptasi teori yang lebih
mengafirmasi wanita, menghindari stereotip dan perilaku seksualisasi pada wanita,
menghindari bahasa yang seksis, menerima ketidaksetujuan pada pandangan feminis,
menghindari jargon tentang penindasan, bertujuan untuk sukses dalam tugas yang
terbatas, menggunakan kelompok untuk menekankan pengalaman bersama dan
berbagi dukungan, menggunakan kelompok yang terpisah dengan lelaki karena lelaki
cenderung mendominasi kelompok.
4. Menghubungkan klien kepada agensi yang memang memiliki spesialisasi pada
kebutuhan wanita, sehingga meningkatkan sumber daya bagi wanita: Biasanya agensi
generalis tidak menyediakan bantuan yang cukup untuk memberikan dorongan
keburuhan dan memformalkan dan mencari dukungan untuk sumber daya baru,
mendukung peluang yang sama rata.
5. Melibatkan wanita dalam perumusan keputusan dan pembuatan kebijakan dari sebuah
agensi
6. Menciptakan kode bagi praktik feminis.
Karya McCleod (1979) yang bekerja dengan pelacur merupakan sebuah contoh dari
pekerjaan sosial feminis yang menunjukkan kenyataan kemiskinan dan kebutuhan untuk
mempertahankan keluarga, yang membawa wanita menjadi pelacur, supaya dapat meraih
banyak uang lewat pekerjaan ini, walaupun bertentangan asumsi konvensional. Asumsi
konvensional memiliki pandangan bahwa seorang wanita berkomitmen menjadi pelacur
karena berkontak dengan budaya yang menyimpang dan kekurangan pribadi.
Donelly (1986) memberikan satu contoh laporannya mengenai groupwork dengan
klien wanita dan meningkatkan rasa berbagi pengalaman bersama dan memahami antar
wanita dalam perumahan yang kekurangan. Baik McCleod dan Donelly bertujuan dengan
berbagai cara untuk meningkatkan kesadaran akan wanita.
Tidak semua terapi dan pekerjaan sosial feminis itu radikal. Analisis mengenai
peningkatan kesadaran bertujuan untuk mendorong refleksi, begitu juga untuk mengerti
struktur sosial yang kurang manusiawi, dan aksi untuk mengubah kondisi sosial seperti itu.
Ini membutuhkan dialog yang adil, dengan perhatian mengenai ideologi dan bagaimana
dominannya ideologi dalam masyarakat sampai dapat menciptakan kemalangan dan
permasalahan sosial, perlu juga eksplorasi dan penghargaan terhadap kedua pandangan, dan
membuat satu benang merah antara masalah pribadi dengan masalah publik dan kepentingan
individu dengan kepentingan kelas. Meningkatkan kesadaran adalah hal yang terbaik dapat
diberikan dalam satu kelompok untuk adanya dukungan mutual dan eksplorasi yang lebih
luas. Perlu adanya komitmen aksi untuk mengubah situasi yang diidentifikasi dalam
kelompok, atau tidak, mengeluh mengenai sistem juga akan membawa pada keluhan tentang
menerima sistem tersebut. Karya Donnelly yang membawa sekelompok wanita dari
perumahan yang kekurangan di England, memiliki tujuan untuk membantu mereka
menyadari bahwa mereka berbagi berbagai permasalahan dan pengalaman yang sama, dan
mereka dapat mengerti dan memegang kontrol atas hidup mereka sendiri.
Commentary
Pekerjaan feminis dan non-seksis telah menaikkan minat yang besar sejak awal 1980
an dan telah menjadi isu yang penting bagi banyak wanita. Ini juga mengajarkan pekerja
sosial lelaki dalam memahami dan berinteraksi dengan klien wanita mereka, membawah
kepada pendekatan yang baru dan lebih tidak menghakimi kepada seksualitas dan kehidupan
wanita. Ada hubungan dekat dengan strategi pemberdayaan, yang adalah subyek yang akan
dibahas dalam bab setelah ini.
Salah satu masalah dari menciptakan terapi feminis adalah terapi ini dapat
mengurangi dari kebutuhan untuk meresapi semua pekerjaan sosial dengan perhatian
terhadap karya dan ide yang tidak rasis dan tidak seksis. Kebanyakan literatur pekerjaan
sosial berangkat untuk menekankan bahwa penindasan patriarki dan gender menindas lelaki
juga sama seperti wanita, tetapi penciptaan akan kategori yang berbeda dari aktivitas terlihat
di beberapa kasus untuk meningkatkan konflik dengan lelaki dan institusi yang didominasi
lelaki. Ada teori yang belum matang, yang bekerja dengan kesulitan lelaki, yang prioritas
mungkin di hal lain. Mirip dengan itu, itu juga bisa diklain bahwa memberikan prioritas yang
terlalu besar terhadap pekerjaan ini dengan banyak klien wanita dapat mengambil sumber
daya dan usaha dari perhatian yang lebih praktis dari kemiskinan dan masalah sosial yang
dihadapi mereka.
Secara teoritis, ada kesulitan untuk menyeimbangkan perhatian terhadap penindasan
gender dengan perhatian kepada penindasan yang didasarkan pada kelas dan etnis yang
minoritas, begitu pula dengan berbagai stigma lainnya, dan ini telah membawa kepada
kecenderungan untuk memisahkan perhatian-perhatian tersebut, yang sejauh ini telah
dibuktikan sulit untuk diintegrasikan. Pekerjaan sosial non-seksis dan feminis juga
meningkatkan kesulitan yang didasarkan dari pengetahuan tentang teknik, yang terkadang,
begitu dengan teori pekerjaan sosial lainnya, tidak merincikan secara jelas bagaimana untuk
mengintervensikan suatu permasalahan. Itu cenderung untuk diasumsikan bahwa
pengetahuan mengenai penindasan secara sendirinya akan membawa pada aksi dari klien dan
pengetahuan yang relevan pada prioritas klien untuk mencari bantuan.
Advocacy
Advokasi merupakan bagian penting dari praktik pekerjaan sosial yang berusaha
mempromosikan kontrol dan keterlibatan klien sendiri dalam kehidupan, komunitas, dan
layanan klien. Pada awal perkembangannya, advokasi dilihat sebagai layanan kepada klien.
Advokasi kasus disediakan oleh para profesional untuk meningkatkan akses klien terhadap
ketentuan yang dirancang untuk menguntungkan mereka. Advokasi berusaha untuk
mempromosikan perubahan sosial untuk kepentingan kelompok sosial klien. Baru-baru ini,
proses peningkatan kapasitas orang dengan penyakit mental dan cacat mental untuk
mengelola hidup mereka sendiri telah menyebabkan gerakan untuk memberi mereka bantuan
untuk mencapai hak-hak sipil di dalam institusi dan untuk meninggalkan institusi di mana
mereka mungkin ditahan dengan paksa.
Terkait dengan advokasi adalah ide normalisasi, yang berusaha menawarkan
lingkungan yang memberi klien peran sosial dan gaya hidup yang dihargai oleh orang-orang
di luar institusi. Rose dan Black (1985) menggambarkan sebuah proyek yang
mempromosikan kehidupan mandiri bagi orang-orang yang mempunyai penyakit mental.
Pendekatan mereka berusaha memberdayakan orang untuk menjadi subjek melainkan objek
yang berarti mereka terlibat dalam proses advokasi. Klien terlibat dalam transformasi dari
ketergantungan menjadi saling ketergantungan dengan jaringan kolektif dukungan sosial.
Proses Advokasi dan Empowerment
1. Awal
a. Penetapan Batas Pengajuan Masalah, yaitu mengidentifikasi area spesifik dari
praktek menguraikan masalah saat klien mengeksplorasi persepsi mereka,
sehingga klien dapat melihat bagaimana dunia telah menciptakan masalah itu juga
mengeksplorasi perbedaan antara pandangan pekerja dan klien mengenai masalah.
b. Mengidentifikasi Pilihan Tindakan, yaitu penggunaan pengetahuan pekerja sosial
untuk membantu klien memahami bagaimana dunia dapat terpengaruh. Juga
mengidentifikasi bagaimana klien dapat menjadi aktor daripada objek dalam
kaitannya dengan masalah tertentu.
2. Praktek Advokasi/Empowerment
a. ‘Verstehen’, memahami perspektif klien, terutama konsep diri mereka;
menunjukkan kepercayaan sehingga bersifat tidak mendominasi dan menawarkan
peluang untuk bahasa baru, pemahaman, dan poin referensi.
b. Thematisation, menetapkan tema generatif dalam kehidupan klien dan mencari
alienation yang timbul dari kemiskinan, eksploitasi, atau penindasan.
c. Problemisation, mengevaluasi deskripsi rinci klien tentang dunia mereka secara
kritis dan melihat hal yang dapat diubah bukan melihat hal yang tidak dapat
diubah.
d. Anomie, membantu klien memahami bahwa ketakutan untuk meninggalkan suatu
ketergantungan merupakan suatu hal yang wajar dan mendukung perencanaan
untuk masa depan.
e. Analisis Konsekuensi dari Tindakan, membantu klien memahami perbedaan
kekuasaan dan konflik kepentingan yang akan membuat beberapa tindakan
menjadi tidak mungkin.
f. Choice, bergabung dalam proses pengambilan keputusan tentang apakah suatu
tindakan akan dilaksanakan atau tidak.
g. Evaluasi, menilai proses dan pencapaian dari tindakan melalui refleksi kritis.
h. Verstehen, menilai bagaimana klien dan pekerja telah diubah oleh tindakan
tersebut. Prosesnya kemudian dimulai dari awal lagi, dalam siklus aktivitas yang
baru.
Commentary
Strategi advokasi dan pemberdayaan sudah terbukti menjadi satu hal yang menarik
akhir-akhir ini dalam implementasi pekerjaan sosial radikal, dan juga menjadi salah satu hal
yang fundamental. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah cara untuk menanggapi
sikap-sikap penindasan dan prasangka terlebih kepada masyarakat kulit hitam. Advokasi
telah berkembang pesat menjadi bagian untuk bisa mengeluarkan individu dari institusi
jangka panjang dimana mereka dirawat sebelumnya. Walaupun demikian, advokasi dan
pemberdayaan tetap mungkin untuk memiliki kritik dengan argumen keduanya
merepresentasikan perawatan dengan ideologi radikal yang mungkin saja berbeda dengan
pengalaman-pengalaman yang dialami klien dan mungkin saja justru pekerja sosialnya.
Filosofi perihal kontrol diri, tanggung jawab personal, dan aktualisasi diri juga
muncul dalam gerakan pemberdayaan dan memiliki relasi dengan pendekatan kognitif serta
pendekatan humanis. Meskipun terapis dengan pendekatan humanis cenderung tidak
menekankan secara jelas pengaruh dari perbedaan kelas dan tindak penindasan yang mungkin
menyertai sebagai suatu aspek yang menghalangi aktualisasi diri dan sangat butuh untuk bisa
diatasi. Ulasan kritis mengenai pemberdayaan dan advokasi belum dikembangkan hingga
kini, namun dua hal ini berpotensial untuk memiliki kritik yang bisa diidentifikasi. Seperti
wawasan yang dikembangkan oleh para terapis, pemberdayaan fokus untuk mengembangkan
kapasitas klien dan tidak melihat langsung pada perubahan yang menekan struktur sosial,
kecuali hal ini merupakan efek dari kasus-kasus tertentu individu hasil dari advokasi.
Tidak ada pengecualian untuk klien yang dianggap sudah sangat bermasalah
sekalipun harus tertekan dan berada dalam suatu institusi rawat, klien tersebut tetap memiliki
kesempatan untuk tetap bisa meraih gelar yang lebih baik ditambah dengan mengembangkan
teknik kontrol diri bersama dengan terapis yang membantu klien untuk bisa menyelesaikan
masalahnya. Namun tetap saja, kesulitan yang dialami oleh pekerja sosial adalah dalam
lingkungan sosial politik, dimana sumber daya yang didapatkan juga sedikit, pemberdayaan
justru bisa menjadi alat untuk menekan atau merampas hak suatu kelompok dari kelompok
lain dibandingkan menyatukan keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Payne, Malcolm. 1991. Modern Social Work Theory: A Critical Introduction. London:
MacMillan Education LTD.