Nim : 191370041
Kelas : IH/3/B
Mk : Hadist Sosial
Abstrak
Setiap manusia adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang
pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki
adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang
wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas
mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab
atas harta tersebut. Setiap manusia adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Oleh karena itulah, tanggung jawab kepemimpinan penting untuk dibahas.
Kriteria seorang pemimpin:
Beriman dalam artian beragama islam. Karena bagaimana pun juga islam adalah agama yang
merupakan rahmatan lil ‘alamin, buka hanya sekedar rahmat yang meliputi orang islam.
Sehingga patutlah kita memilih orang yang beriman sebagai pemimpin. Karena seorang
pemimpin yang muslim mengerti cara memimpin yang baik, baik terhadap rakyatnya yang
muslim dan yang non muslim, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Menegakkan shalat dalam artian menegakkan shalat seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Seperti shalat berjamaah ke masjid, shalat awal waktu, bersih hati dan fisik serta mengikuti
rukun-rukunnya, etrmasuk kekhusyu’annya.
Tidak penakut, baik kepada syetan, takut masalah (perihal) duniawi, takut miskin sehingga
korupsi, dsb.
Tahan dan tegar ketika dihadapi berbagai ujian, baik berupa kesenangan maupun kesengsaraan
hidup.
Berilmu luas, dengan demikia keputusan dan tindakan yang diambilnya bersifat adil, luwes dan
bijaksana.
Ahli dan memang berbakat untuk jabatannya, sehingga setiap permasalahnan dapat diatasi
dengan baik.
Amanah, dalam pengertian mau menjalankan tugas yang diembankan kepadanya dengan
sekuat kemapuannya.
Tanggung jawab kepemimpinan adalah sikap dari suatu imam atau pemimpin yang menyadari
berbagai tugas dan amanah yang diembannya, sehingga ia melaksanakan berbagai kewajiban
serta berorientasi menjaga dan memberikan kemaslahatan umat di dunia dan di akhirat.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Kriteria Pemimpin
Kriteria yang boleh dijadikan seorang pemimpin
Dalam Islam istilah pemimpin disebut dengan berbagai macam istilah, seperti: Imam, Wali,
Ulil Amri, Amirul mu’minin, Amir, Khalifah dan Ro’i dsb. Adapun syarat-syarat seorang itu
dapat disebut sebagai pemimpin dalam Islam, sebagai berikut.
َ الز َكا َة َو ُه ْم َرا ِك ُع
)٥٥( ون َ ُُؤت
َّ ون ْ الصال َة َوي
َّ ون َ ِين آ َمنُوا الَّذ
َ ِين يُقِي ُم َ إِنَّ َما َولِيُّ ُك ُم اهَّللُ َو َر ُسولُ ُه َوالَّذ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Q.S. Al-
Maidah: 55)
ٌ أَال إِ َّن أَ ْولَِيا َء اهَّللِ ال َخ ْو
َ ُف َعلَ ْي ِه ْم َوال ُه ْم َي ْح َزن
)٦٢( ون
Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Yunus: 62)
ِ ُؤتِي ُم ْل َك ُه َم ْن َي َشا ُء َواهَّللُ َو
)٢٤٧( اس ٌع َعلِي ٌم ْ اص َط َفا ُه َعلَ ْي ُك ْم َو َزا َد ُه َب ْس َط ًة فِي الْعِلْ ِم َوالْ ِج ْس ِم َواهَّللُ ي
ْ َال إِ َّن اهَّلل
َ َق
"Sesungguhnya Allah telah memilih Thalut menjadi pemimpinmu (malik) dan
menganugerahinya rajamu ilmu yang luas dan tubuh yang kuat." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi
Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 247)
ُ ِما َيع
َ Q ِه إِ َّن اهَّللَ َكQِظ ُك ْم ِب
مِي ًعاQان َسQ ِ دQوا ِبالْ َعQQاس أَ ْن َت ْح ُك ُم
َّ ْل إِ َّن اهَّللَ ِنع ِ َّْن الن ِ ؤَدُّوا األ َمانQُإِ َّن اهَّللَ َي ْأ ُم ُر ُك ْم أَ ْن ت
َ ا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم َبيQQات إِلَى أَ ْهلِ َهQَ
)٥٨( يرا
ً صِ َب
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S. An-Nisa: 58)
Dari keempat ayat di atas jelaslah bagi kita persyaratan seorang boleh diangkat menjadi
pemimpin adalah sebagai berikut:
Beriman dalam artian beragama islam. Karena bagaimana pun juga islam adalah agama yang
merupakan rahmatan lil ‘alamin, buka hanya sekedar rahmat yang meliputi orang islam.
Sehingga patutlah kita memilih orang yang beriman sebagai pemimpin. Karena seorang
pemimpin yang muslim mengerti cara memimpin yang baik, baik terhadap rakyatnya yang
muslim dan yang non muslim, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Menegakkan shalat dalam artian menegakkan shalat seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Seperti shalat berjamaah ke masjid, shalat awal waktu, bersih hati dan fisik serta mengikuti
rukun-rukunnya, etrmasuk kekhusyu’annya.
Menunaikan zakat yang merupakan lambang mengasihi sesama.
Senantiasa tawadhu sehingga tahan dan mau mendengarkan kritik dan saran.
Tidak penakut, baik kepada syetan, takut masalah (perihal) duniawi, takut miskin sehingga
korupsi, dsb.
Tahan dan tegar ketika dihadapi berbagai ujian, baik berupa kesenangan maupun kesengsaraan
hidup.
Berilmu luas, dengan demikia keputusan dan tindakan yang diambilnya bersifat adil, luwes dan
bijaksana.
Fisiknya kuat, sehingga memungkinkan dia dapat menjalankan tugasya dengan sebaik-baiknya
sehingga dapat menjadi suri teladan bagi ummatnya dan bawahannya.
Ahli dan memang berbakat untuk jabatannya, sehingga setiap permasalahnan dapat diatasi
dengan baik.
Amanah, dalam pengertian mau menjalankan tugas yang diembankan kepadanya dengan sekuat
kemapuannya.
Adil dalam menetapkan segala sesuatu (hukum) di antara manusia. Sekalipun merugikan diri
sendiri dia tidak khawatir kalau memang harus demikian.
Sebelas pernyataan di atas, haruslah dipenuhi oleh seorang yang ingin atau diamanahi
menjadi pemimpin. Bagaimana pun aturan yang dibuat oleh pemerintah, rakyat haruslah
menaatinya, terkecuali dalam hal kemungkaran.
Kriteria yang tidak boleh dijadikan pemimpin
ٍ ا ُء َب ْعQQ ُه ْم أَ ْولَِيQض
ْ Q دِي الْ َقQ َولَّ ُه ْم ِم ْن ُك ْم َف ِإنَّ ُه ِم ْن ُه ْم إِ َّن اهَّللَ ال َي ْهQض َو َم ْن َي َت
و َمQ ُ ا َء َب ْعQQارى أَ ْولَِي َ َيا أَيُّ َها الَّذ
َ َّو َد َوالنQQ ُذوا الْ َي ُهQِين آ َمنُوا ال َتتَّ ِخ
َ Qص
)٥١( ِين َّ
َ الظالِم
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya
orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Maidah: 51)
)٢٣( ون َ ان َو َم ْن َي َت َولَّ ُه ْم ِم ْن ُك ْم َفأُولَئ
َّ ِك ُه ُم
َ الظالِ ُم ْ ِين آ َمنُوا ال َتتَّ ِخ ُذوا آ َبا َء ُك ْم َوإِ ْخ َوا َن ُك ْم أَ ْولَِيا َء إِ ِن
ِ اس َت َحبُّوا الْ ُك ْف َر َعلَى اإلي َم َ َيا أَيُّ َها الَّذ
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi
wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu
yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. At-Taubah:
23)
وا اهَّللَ إِ ْن ُك ْنتُ ْمQا َء َواتَّ ُقQQار أَ ْولَِي
َ ِن َق ْبلِ ُك ْم َوالْ ُك َّف َ وا الْ ِك َتQُِين أُوت
ْ اب مQ َ ِن الَّذ َ َيا أَيُّ َها الَّذ
َ ِين آ َمنُوا ال َتتَّ ِخ ُذوا الَّذ
َ ا مQQ ُز ًوا َولَ ِع ًبQُ ُذوا دِي َن ُك ْم هQِين اتَّ َخ
َ ُم ْؤ ِمن
)٥٧( ِين
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi pemimpinmu, orang-orang
yang membuat agamamu Jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang
telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-maidah:57)
َ ا ًة َويQQوا ِم ْن ُه ْم تُ َقQQ ْي ٍء إِال أَ ْن َتتَّ ُقQِن اهَّللِ فِي َش
ُ ِّذ ُر ُك ُم اهَّللQُح َ ِين َو َم ْن َي ْف َع ْل َذل
َ ِك َفلَي
َ ْس م َ ُون الْ ُم ْؤ ِمن ْ ين أَ ْولَِيا َء م
ِ ِن د ِ ون الْ َكاف
َ ِر َ ُال َيتَّ ِخ ِذ الْ ُم ْؤ ِمن
)٢٨( ير
ُص ِ َن ْف َس ُه َوإِلَى اهَّللِ الْ َم
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah
kembali (mu). (Q.S. Ali Imran: 28)
ُ Qُوه ْم َو ْاقتُل
ُ وه ْم َحيQ
ْث ُ ُذQإ ْن َت َولَّ ْوا َف ُخQِ Qيل اهَّللِ َف ِ ون َس َوا ًء َفال َتتَّ ِخ ُذوا ِم ْن ُه ْم أَ ْولَِيا َء َحتَّى يُ َه
ِ اج ُروا فِي َسِب َ ُون َك َما َك َف ُروا َف َت ُكون
َ َودُّوا لَ ْو َت ْك ُف ُر
)٨٩( يرا ِ وه ْم َوال َتتَّ ِخ ُذوا ِم ْن ُه ْم َولِيًّا َوال ن
ً َص ُ َو َج ْدتُ ُم
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu
menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-
penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan
dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di
antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, (Q.S. An-Nisa: 89)
ْ ا َء مQQ ُه أَ ْولَِيQ ُه َو ُذ ِّر َّي َتQ ِر َرِّب ِه أَ َف َتتَّ ِخ ُذو َنQ َق َع ْن أَ ْمQِن ْال ِج ِّن َف َف َس
ِن دُونِي َو ُه ْم لَ ُك ْم َ Qِيس َك
َ ان مQ ْ َوإِ ْذ ُقلْنَا ل ِْل َمال ِئ َك ِة
َ اس ُجدُوا آل َد َم َف َس َجدُوا إِال إِ ْبل
)٥٠( ِين َبدَال َّ س ل
َ ِلظالِم َ ُو ِب ْئ
ٌّ َعد
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam,
Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah
Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain
daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari
Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Kahfi: 50)
ول َوإِيَّا ُك ْم
َ Q الر ُس
َّ ون ْ ِن الْ َح ِّق ي
َ Qُخ ِر ُج َ ُو ُك ْم أَ ْولَِيا َء تُلْ ُق
َ ون إِلَ ْي ِه ْم ِبالْ َم َو َّد ِة َو َق ْد َك َف ُروا ِب َما َجا َء ُك ْم م َّ ُوي َو َعد َ َيا أَيُّ َها الَّذ
ِّ ِين آ َمنُوا ال َتتَّ ِخ ُذوا َعد
ْه ْم ِبالْ َم َو َّد ِة َوأَنَا أَ ْعلَ ُم ِب َما أَ ْخ َف ْيتُ ْم َو َما أَ ْعلَ ْنتُ ْم َو َم ْن
ِ ون إِلَي َ أَ ْن تُ ْؤ ِمنُوا ِباهَّللِ َربِّ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم َخ َر ْجتُ ْم ِج َهادًا فِي َسِبيلِي َوا ْب ِتغَا َء َم ْر
َ ضاتِي تُ ِس ُّر
)١( يل َّ ض َّل َس َوا َء
ِ الس ِب َ َي ْف َعلْ ُه ِم ْن ُك ْم َف َق ْد
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa
kasih sayang; Padahal Sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang
kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah,
Tuhanmu. jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku
(janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita
Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. aku lebih mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. dan Barangsiapa di antara kamu yang
melakukannya, Maka Sesungguhnya Dia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Q.S. Al-
Mumtahanah: 1)
ُلَّى اهَّللQص
َ َخلْ ُت َعلَى النَّ ِب ِّي َ Q ُه َقQ َي اهَّللُ َع ْنQض
َ ال دQ ِ ى َرQوس َ ر َد َة َع ْن أَِبي ُمQ
ْ Qُُر ْي ٍد َع ْن أَِبي بَ ْن الْ َعاَل ِء َح َّد َثنَا أَبُو أُ َسا َم َة َع ْن ب
ُ َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد ب
أَلَ ُه َواَل َم ْنQ َذا َم ْن َسQولِّي َهQ َ Q ُه َف َقQَال اآْل َخ ُر م ِْثل
َ Qُال إِنَّا اَل نQ َ ْن أَ ِّم ْرنَا َيا َر ُس
َ ول اهَّللِ َو َق َّ ال أَ َح ُد
ِ الر ُجلَي َ ِن َق ْومِي َف َق ْ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَنَا َو َر ُجاَل ِن م
﴾ ص َعلَ ْي ِه ﴿ رواه البخاري
َ َح َر
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala' telah menceritakan kepada kami Abu
Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa radliallahu 'anhu mengatakan; aku
menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama dua orang kaumku, lantas satu diantara
kedua orang itu mengatakan; 'Jadikanlah kami pejabat ya Rasulullah? ' orang kedua juga
mengatakan yang sama. Secara spontan Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda;
"Kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada orang yang memintanya, tidak juga kepada
orang yang ambisi terhadapnya." (H.R. Bukhari No. 6616)
Berdasarkan beberapa ayat al-Quran dan sebuah hadits di atas, penulis menyimpulkan
bahwa seseorang yang dilarang atau tidak layak untuk dijadikan pemimpin, diantaranya.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak boleh dijadikan pemimpin. Sebab, Barangsiapa yang
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka akan termasuk golongan mereka. Seorang
pemimpin haruslah beragama islam (mu’min).
Seseorang yang mengutamakan kekafiran daripada keimanan tidak boleh dijadikan sebagai
seorang pemimpin. Sekalipun itu saudara kita sendiri.
Pemimpin yang kafir dan merupakan budak syetan tidak boleh dijadikan sebagai seorang
pemimpin. Karena, tidaklah selayaknya orang-orang beriman mengikuti suatu pemimpin yang
mengikuti (tabiat) syetan.
Pemimpin yang dzalim.
Musuh-musuh Allah swt.
Ambisi terhadap jabatan dan kekuasaan. (meminta jabatan tersebut)
Berikut alasan yang paling jelas, mengapa umat islam tidak boleh menjadikan orang kafir
sebagai pemimpin.
َّ ِز َة َفِإ َّن الْع
)١٣٩( ِز َة هَّلِلِ َجمِي ًعا َ ِين أََي ْب َت ُغ
َّ ون ِع ْن َد ُه ُم الْع َ ُون الْ ُم ْؤ ِمن ْ ين أَ ْولَِيا َء م
ِ ِن د ِ ون الْ َكاف
َ ِر َ الَّذ
َ ِين َيتَّ ِخ ُذ
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (Q.S. An-Nisa : 139)
Setelah memahami beberapa kriteria manusia yang tidak boleh dijadikan pemimpin,
membuat kita lebih hati-hati dalam mengangkat atau menentukan pemimpin. Karena pemimpin
yang dzalim adalah cerminan dari rakyat yang dzalim pula, yang mana pemimpin yang dzalim
tersebut terkadang dipilih dengan cara yang dzalim (suap-menyuap atau curang). Na’udzubillahi
mindzalik.
PENUTUP
Simpulan
Pengertian tanggung jawab kepemimpinan
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (dalam artian jika
terjadi sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dsb). [KBBI]
Secara etimologi kepemimpinan (imamah) berasal dari kata ً اِ َما َم- اQQQ اِ َما ًم- ُم
ةQQQ ُّ ؤQQQ َي- اَ َّم
(memimpin, pemimpin, dan kepemimpinan). Secara terminologi imamah sebagaimana
dikemukakan al-Mawardi “Imamah ialah suatu kedudukan atau jabatan yang diadakan
untuk mengganti tugas kenabian dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia”.
Tanggung jawab kepemimpinan adalah sikap dari suatu imam atau pemimpin yang
menyadari berbagai tugas dan amanah yang diembannya, sehingga ia melaksanakan
berbagai kewajiban serta berorientasi menjaga dan memberikan kemaslahatan umat di
dunia dan di akhirat.
Setiap manusia adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya,
seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas
mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya,
dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta
tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap manusia adalah pemimpin
dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Oleh karena itulah, tanggung jawab
kepemimpinan penting untuk dibahas.
Kriteria seorang pemimpin:
Beriman dalam artian beragama islam. Karena bagaimana pun juga islam adalah agama yang
merupakan rahmatan lil ‘alamin, buka hanya sekedar rahmat yang meliputi orang islam.
Sehingga patutlah kita memilih orang yang beriman sebagai pemimpin. Karena seorang
pemimpin yang muslim mengerti cara memimpin yang baik, baik terhadap rakyatnya yang
muslim dan yang non muslim, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Menegakkan shalat dalam artian menegakkan shalat seperti yang dicontohkan Rasulullah.
Seperti shalat berjamaah ke masjid, shalat awal waktu, bersih hati dan fisik serta mengikuti
rukun-rukunnya, etrmasuk kekhusyu’annya.
Tidak penakut, baik kepada syetan, takut masalah (perihal) duniawi, takut miskin sehingga
korupsi, dsb.
Tahan dan tegar ketika dihadapi berbagai ujian, baik berupa kesenangan maupun kesengsaraan
hidup.
Berilmu luas, dengan demikia keputusan dan tindakan yang diambilnya bersifat adil, luwes dan
bijaksana.
Ahli dan memang berbakat untuk jabatannya, sehingga setiap permasalahnan dapat diatasi
dengan baik.
Amanah, dalam pengertian mau menjalankan tugas yang diembankan kepadanya dengan sekuat
kemapuannya.
Adil dalam menetapkan segala sesuatu (hukum) di antara manusia. Sekalipun merugikan
diri sendiri, dia tidak khawatir kalau memang harus demikian
Saran
Setelah membaca makalah tanggung jawab kepemimpinan, diharapkan pembaca yang
budiman dapat merenungkannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dapat lebih bermanfaat.
Demikian paparan mengenai tanggung jawab kepemimpinan yang dapat penulis paparkan.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan terdapat kata-kata yang tidak berkenan. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari. 2011. Ensiklopedia Hadits 1; Shahih al-
Bukhari 1. Diterjemahkan oleh Masyhar dan Muhammad Suhadi. Jakarta Timur: Almahira
_______. 2012. Ensiklopedia Hadits 2; Shahih al-Bukhari 2. Diterjemahkan oleh Subhan
Abdullah dkk. Jakarta Timur: Almahira
Ahmad Muhammad Yusuf. 2009. Ensiklopedi Tematis Ayat al-Qur’an dan Hadits. Jakarta:
Widya Cahaya
Ahmad Ratib Armush. 2005. Qiyadah al-Rasulullah; wa al-‘Askariyah. Diterjemahkan oleh
Ahmad Khotib. Jakarta: Bening Publishing
Ash Shiddieqy Hasby. 2002 Mutiara Hadits jilid ke enam. Jakarta: Bulan Bintang
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya
Inu Kencana Syafiie. 2013. Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara
Rachmat Syafe’i. 2000. Al-Hadis (Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum). Bandung: Pustaka Setia
Tim Darul Ilmi. 2010. Buku Panduan Agama Islam. Jakarta: QultumMedia
Tim Pustaka Phoenix. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Media Pustaka
Phoenix
Utsman As-Salam. 2008. Dengar dan Taati Pemerintah Kalian. Bandung: Akmal Press
Yan Orgianus. 2011. Nilai-nilai Islam dalam Kepemimpinan. Bandung: CV Cipta Dea Pustaka
Zaki Al-Din ‘Abd Al-Azhim Al-Mundziri. 2009. Ringkasan Shahih Muslim. Diterjemahkan oleh
Syinqithy Djamaluddin dan H.M. Mochtar Zoemi. Bandung: PT Mizan Pustaka